Documents - Tips LBM 1 Uro
Documents - Tips LBM 1 Uro
PENDAHULUAN
2.1 SKENARIO
2.2 PERMASALAHAN
1. Embriologi Sistem Urinaria
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria
3. Vaskularisasi dan Inervasi Ginjal
4. Histologi Sistem Urinaria
5. Proses Pembentukan Urin
6. Proses Miksi
7. Mengapa sakitnya menjalar ke perut?
Metanefros
Organ urinaria ketiga, metanefros atau ginjal permanen, muncul di minggu
kelima. Unit eksretoriknya dibentuk dari mesoderm metanefros dengan cara
yang samaseperti pada sistem mesonefros. Perkembangan sistem duktusnya
berbeda dengan sistem ginjal lainnya.
b. Sistem Pengumpul
Duktus koligens pada ginjal permanen dibentuk dari tunas ureter, suatu
pertumbuhan keluar dari duktus mesonefrikud di dekat muaranya ke kloaka.
Tunas ini menembus jaringan metanefros, yang ujung distalnya berbentuk seperti
topi. Kemudian, tunas ini melebar, membentuk pelvis renalis primitif, dan
terbelah menjadi bagian kranial dan kaudal, yaitu bakal kaliks mayor.
Setiap kaliks membentuk dua tunas baru sambil menembus jaringan metanefros.
Tunas ini terus membelah hingga terbentuk 12 generasi tubulus atau lebih.
Sementara itu, di perifer, lebih banyak tubulus yang terbentuk hingga akhir bulan
kelima. Tubulus-tubulus ordo kedua membesar dan menyerap tubulus generasi
ketiga dan keempat, membentuk kaliks minor pelvis renalis. Selama
perkembangan selanjutnya, tubuli koligentes pada generasi kelima dan berikutnya
memanjang dan berkumpul di kaliks minor membentuk piramis renalis. Tunas
ureter membentuk ureter, pelvis renalis, kaliks major dan kaliks minor, serta
sekitar 1-3 juta tubuli koligentes.
c. Sistem Ekskretorik
Setiap tubulus koligens yang baru terbentuk, di bagian distalnya ditutupi oleh
tutup jaringan metanefros. Di bawah pengaruh induktif tubulus, sel-sel jaringan
penutup membentuk vesikel kecil, vesikel renal, yang nantinya akan membentuk
tubulus berbentuk S yang kecil. Kapiler-kapiler tumbuh ke dalam kantong di salah
satu ujung S dan berdiferensiasi menjadi glomerulus. Tubulus ini, bersama dengan
glomerulusnya, membentuk nefron, atau unit ekskretorik. Ujung proksimal setiap
nefron membentuk kapsula bowman, yang mengalami indentasi dalam oleh
glomerulus. Ujung distal membuat hubungan langsung dengan salah satu tubulus
koligens, yang membentuk saluran dari kapsula bowman ke unit pengumpul.
Pemanjangan tubulus ekskretorik secara terus menerus menyebabkan
pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus
distal. Dengan demikian, ginjal terbentuk dari dua sumber, pertama dari
mesoderm metanefros, yang membentuk unit ekskretorik dan yang kedua dari
tunas ureter, yang membentuk sistem pengumpul.
Nefron terus terbentuk hingga saat lahir, yaitu terdapat sekitar 1 juta nefron pada
masing-masing ginjal. Produksi urin dimulai di awal kehamilan, segera setelah
diferensiasi kapiler glomelurus, yang mulai terbentuk pada minggu ke-10. Saat
lahir, ginjal tampak berlobus, tetapi gambaran berlobus ini hilang selama masa
bayi akibat pertumbuhan nefron lebih lanjut, meskipun jumlahnya tidak
bertambah.
d. Letak Ginjal
Ginjal pada awalnya berada di regio pelvis, kemudian bergeser ke posisi lebih
kranial di abdomen. Naiknya ginjal ini disebabkan oleh berkurangnya
kelengkungan tubuh dan oleh pertumbuhan tubuh di regio lumbal dan sakral. Di
pelvis, metanefros menerima suplai arterinya dari cabang pelvis aorta. Selama
proses naiknya ginjal ke rongga abdomen, ginjal divaskularisasi oleh arteri yang
berasal dari aorta yang terletak lebih tinggi. Pembuluh darah di bagian bawah
biasanya mengalami degenerasi, tetapi beberapa di antaranya mungkin menetap.
a. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita.
1. Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar
terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah
dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang
disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid
dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum
pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup
olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri
hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri
hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak
miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang
oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter
berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut
lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas
dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh
akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari
vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan
berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian
atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya,
ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri
ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter
mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari
ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis
diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk
ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
1. Uretra pria
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.
2. Uretra wanita
A. Vaskularisasi Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5
cm, terletak retroperitoneal di sebelah atas rongga abdomen. Ginjal kanan terletak lebih
ke bawah dibandingkan ginjal kiri. Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul
jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan
medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian
medula yang masuk ke korteks (prosesus Ferreini) dan ada bagian korteks yang masuk ke
medula (kolumna renalis Bertini). 1,2 Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan
medula ginjal adalah
1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan, yaitu
A. Korpus Malphigi (Korpus renalis) terdiri atas kapsula Bowman dan glomerulus.
B. Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus
distal.
2. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistem tubulus,
yaitu pars ascendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus
koligens, dan duktus papilaris Bellini. 2
A. Tubulus Uriniferus
B. Aparatus Juksta-Glomerular 2
Sel-sel otot polos dinding arteriol aferent di dekat glomerulus berubah
sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya
terdapat granula yang mengandung enzim renin, suatu enzim yang diperlukan dalam
mengontrol tekanan darah. Sel-sel ini dikenal sebagai sel juksta glomerular.
Sel-sel juksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula
densa, yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan
berhimpitan dengan kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun
lebih padat daripada bagian lain. Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap perubahan
konsentrasi ion natrium dalam cairan di tubulus kontortus distal. Menurunnya
konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus kontortus distal akan merangsang sel-
sel makula densa (berfungsi sebagai osmoreseptor) untuk memberikan sinyal kepada
sel-sel juksta glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel makula densa dan juksta
glomerular bersama-sama membentuk aparatus juksta-glomerular.
Di antara aparatus juksta glomerular dan arteriol eferen glomerulus terdapat
sekelompok sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial ekstraglomerular atau
sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih belum jelas, tetapi
diduga sel-sel ini berperan dalam mekanisma umpan balik tubuloglomerular.
Perubahan konsentrasi ion natrium pada makula densa akan memberi sinyal yang
secara langsung mengontrol aliran darah glomerular. Sel-sel mesangial
ekstraglomerular diduga berperan dalam penerusan sinyal di makula densa ke sel-sel
juksta glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan hormon eritropoetin, yaitu
suatu hormon yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit) di
sumsum tulang.
C. Tubulus Ginjal
a. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir
sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar
dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu sama
lain. Sitoplasmanya bewarna kemerahan. Permukaan sel yang menghadap ke
lumen mempunyai mikrovili (brush border). Tubulus ini terletak di korteks
ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat
glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan direabsorpsi.
b. Ansa Henle
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars
desendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens).
Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip dengan tubulus kontortus
proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip tubulus
kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai tampilan mirip pembuluh
kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng,
sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu
lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal..
c. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun
oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan
tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel
berdekatan. Sitoplasma sel bewarna kebiruan dan permukaan sel yang
mengahadap lumen tidak mempunyai mikrovili.
d. Tubulus koligen
Saluran ini mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal tetapi
dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Di
bagian medula yang lebih ke tengah beberapa tubulus koligen akan bersatu
membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran ini
disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan papil sangat besar,
banyak dan rapat sehingga papil tampak seperti sebuah tapisan (area kribrosa).
Fungsi tubulus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter
dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).
D. Sawar Ginjal
2. Ureter
Secara histologi, ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia.
Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel
transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai
dari kuboid sampai gepeng. Sel-sel permukaan ini mempunyai batas cekung pada lumen
dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria
terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah
dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna).
Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin. Fungsi ureter
adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih.
3. Vesika Urinaria
Vesika urinaria terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri
atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria
dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang
tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara
berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas
jaringan fibroelastik. Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan
dikeluarkan kedunia luar melalui uretra.
4. Uretra
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan terbagi atas 3 bagian yaitu:
a) Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung
kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini
bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar
prostat.
b) Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot
rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus
kavernosus uretra.
c) Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus
kavernosum dan bermuara pada glands penis.
Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada
bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya
epitel gepeng berlapis tanpa keratin pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar
yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Di bawah
epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis longgar.
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya.
Epitelnya bervariasi dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis
silindris atau bertingkat hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya
terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa dengan ureter.
2. Reabsorpsi Tubulus
a. Pengeluaran Urin
Urin yang dikeluarkan pada proses miksi adalah hasil dari filtrasi darah
yang masuk ke ginjal yakni Arteri renalis. Dalam ginjal banyak terdapat unit
penyaring yang disebut Nefron. Setiap Ren memiliki 1 juta nefron. Darah datang
dari Aorta Pars abdominalis melalui arteri renalis selanjutnya ke arteri arkuata dan
terus ke glomerulus. Glomerulus adalah suatu bangunan menyerupai jumbai.
Terdapat Capsula Bowman yang berperan sebagai unit penyaring . darah akan
disaring dan kemudian diteruskan ke arteriol efferent, untuk selanjutnya bersatu
dengan pangkal vena arkuata kembali ke vena renalis.
Dalam satu menit, ada sekitar 1 liter darah yang difiltrasi. Jika volume total
darah adalah 5 liter, ini berarti dalam waktu 5 menit seluruh darah telah difiltrasi
oleh glomerulus. Filtrasi ini terjadi karena adanya tekanan filtrasi yaitu selisih
tekanan hidrostatis dan tekanan onkotik trans kapiler glomerulus. Pada orang
dewasa normal, dari 1 liter darah difiltrasi oleh glomerulus akan menghasilkan
sebanyak 120 ml filtrate glomerulus dalam capsula Bowman. Pada dasarnya,
cairan filtrate glomerulus ini komposisinya sama dengan komposisi cairan
extrasel yang bebas protein dan sel darah.
Banyak zat yang dapat difiltrasi oleh glomerulus, tetapi akan diarbsorbsi
semuanya oleh Tubulus.
b. Transpor Urin dari Ginjal ke Vesica Urinaria melalui Ureter
Urin mengalir mengalir melalui ductus koligentes masuk ke kaliks renalis,
meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian
mencetuskan kontraksi peristaltic yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian
turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke
arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersyarafi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis seperti juga neuron-neuron pada pleksus
intramural dan serat saraf yang meluas di seluruh panjang ureter. Seperti halnya
vescera yang lain, kontraksi peristaltic pada ureter ditingkatkan oleh
perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki vesica urinaria menembus otot detrusor di daerah trigonum
vesicae. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa sentimeter
menembus dinding vesica urinaria. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding
vesica urinaria cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran
balik urin dari vesica urinaria waktu tekanan di vesica urinaria meningkat selam
berkemih atau sewaktu terjadi kompresi vesica urinaria. Setiap gelombang
peristaltic yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam
ureter sehingga bagian yang menembus dinding vesica urinaria membuka dan
member kesempatan urin mengalir ke vesica urinaria.
c. Pengisian vesica urinaria dan Tonus Dinding Kandung Kemih.
Dalam diagram dibawah ini, diperlihatkan tekanan intravesicular selama
vesica urinaria terisi urin. Bila tidak ada urin dlam vesica urinaria, tekanan intra
vesicular sekitar 0, tapi pada saat ada 30 sampai 50 mililiter urin terkumpul,
tekanan meningkat menjadi 5 sampai 10 sentimeter air. Penambahan urin 20
sampai 300 ml dapat terkumpul dengan hanya meningkat sedikit tekanan; tingkat
tekanan yang konstan ini ditimbulkan oleh tonus intrinsic dari dinding vesica
urinaria itu sendiri. Namun, pengumpulan urin selebihnya, melebihi 300 sampai
400 ml, menyebabkan tekanan meningkat secara cepat.
12
10
0
1 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450 475 500
Volume
(ml)diperlihatkan gelombang tekanan akut (gelombang tajam yang
Gambar : Sistometrogram normal, juga
terputus-putus) disebabkan oleh reflex berkemih.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. F. Paulsen and J. Waschke. 2012. Sobota Atlas Anaomi Manusia. Jakarta : EGC
2. Guyton and Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
3. Hall John.E & Guyton Arthur C. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.12. Jakarta: EGC
4. Mescher LA. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. 12th ed. California: Lange Medical
Publications; 2010
5. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology. 3rd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2006
6. Sloane, ethel. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
7. Snell,Ricard S.2011.Anatomi Klinis.Jakarta:EGC hal 750-766
8. Referensi/sumber : sherwood lauralee.2011.fisiologi manusia.jakarta:egc (hlm : 558-580).
9. Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
10. Tate, Philip.2012 .Seeley’s principles of anatomy & physiology, second edition Thibodeau,
G. A. (1987). Anatomy and Physiology. St. Louis, MO: Times Mirror/Mosby College
Publishing. 813 pp.