Anda di halaman 1dari 1

Gerakan terorisme di Indonesia semakin intens belakangan ini.

Sejumlah WNI (Warga


Negara Indonesia) diketahui terlibat dalam jaringan teroris regional maupun internasiolnal.
Direktorat Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Polri (Kamneg Baintelkam) Polri,
AKBP Syuhaimi, mengimbau agar di bulan Suci Ramadhan ini pihak keamanan dengan
elemen masyarakat bersinergi agar mencegah masuknya paham radikalisme. Salah satu
yang efektif menurutnya adalah lewat pemberdayaan ekonomi.

"Momen bulan Ramadhan ini kita manfaatkan seefektif mungkin untuk saling bersinergi
dalam meningkatkan wawasan kebangsaan, memperkuat pemberdayaan ekonomi, dan
mereduksi paham radikal. Ormas, Ulama, Pengusaha dan para aparat harus turut
bersinergi," ujar Syuhaimi saat acara diskusi dengan para mantan narapidana kasus
terorisme (napiter) di Jakarta, Minggu (11/6/2017).

Selama ini, lanjut Syuhaimi salah satu kendala yang sering dialami oleh para mantan napi
terorisme adalah masalah ekonomi. Kondisi ini sangat terasa ketika terkait dengan masalah
administrasi seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP),Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK), serta masalah sosial lain ketika mereka kembali ke lingkungan masyarakat.

Ke depannya semoga semua permasalahan tidak ada lagi kendala, dengan dialog seperti ini
akan memberikan pencerahan bagi para Ikhwan bahkan dapat menjadi duta bagi para
Ikhwan lainnya yang masih memiliki pemahaman radikal. ," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia,
Ali Mahsum menjelaskan munculnya paham radikalisme disebabkan oleh kesenjangan
ekonomi sosial dan adanya ketidak adilan. Untuk itu Ali mengajak seluruh peserta yang
hadir untuk sama-sama memperjuangkan keadilan dengan cara yang benar.

Anda mungkin juga menyukai