Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Masuknya Unsur Filsafat Yunani Ke Dalam Pendidikan


Islam Serta Transformasi Ilmu Dari Islam Ke Barat
Melalui Islam Di Spanyol

Di Susun Oleh :
Kelompok 5
Dhea Salsabila 201926010
Halimatus Saddiyah 201926011

Dosen Pengampu :

Suriana, S.Pd.I., M.A.

IAIN LHOKSEUMAWE
SEMESTER 3
FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan karunia dan rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Masuknya
Unsur Filsafat Yunani Ke Dalam Pendidikan Islam Serta Transformasi Ilmu
Dari Islam Ke Barat Melalui Islam Di Spanyol” dalam bentuk maupun isi nya
yang sangat sederhana, guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan
Islam.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
terkhusus dari Dosen Pengajar guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untuk bisa menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan kami dan bagi para pembaca.

Lhokseumawe, 10 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Filssafat
B. Sejarah Masuknya Filsafat Yunani Ke Dunia Islam
C. Pengaruh Filsafat Yunani Terhadap Dunia Islam
D. Kemunculan Filosof Islam
E. Transformasi Ilmu Dari Islam Ke Barat Melalui Islam Di Spanyol
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A...Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dari setiap manusia, karena


dengan pendidikan lah manusia dapat membedakan antara yang haq dan bathil.
Seperti yang kita ketahui, pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang
dianugerahi akal untuk berpikir. Maka dari itu tak heran jika manusia memiliki
rasa keingintahuan akan sesuatu. Selalu ingin tahu apa yang ada dibalik sesuatu
yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, serta gejala
yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis. Maka dari itu
ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu keheranan,
kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan.

Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang belum diketahui,
berfilsafat dapat diartikan sebagai berendah hati bahwa tidak semuanya dalam
semesta ini akan pernah diketahui. Filsafat memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu
pendobrak, pembebas, dan pembimbing.

Sejak Nabi Muhammad SAW telah memproklamirkan bahwa pendidikan


itu melekat dalam hidup dan kehidupan dan berujung memberi rahmat seluruh
alam semesta. Dengan demikian maka ilmu semakin berkembang apalagi dengan
bersentuhannya dengan filsafat Yunani maka pemikiran lebih tersusun dalam
bingkai yang sistematis, logis dan menyeluruh (universal) dari berbagai disiplin
ilmu yang relevan. Pendidikan Islam semakin lengkap dengan dilandasi ajaran
Islam tentang hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan, serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya
dijiwai oleh ajaran agama Islam.
A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Filsafat?
2. Bagaimana Sejarah Masuknya Filsafat Yunani Ke Dunia Islam?
3. Apa Pengaruh Filsafat Yunani Terhadap Dunia Islam?
4. Siapa sajakah Filosof Terkenal dari Kalangan Muslim?
5. Bagaimana Transformasi Ilmu Dari Islam Ke Barat Melalui Islam Di
Spanyol?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti cinta dan Sophia
berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedangkan menurut istilah, filsafat diartikan
sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan integral serta
sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap seharusnya manusia itu setelah
mencapai pengetahuan tersebut.
B. Sejarah Masuknya Filsafat Yunani Ke Dunia Islam
. Sejarah pemikiran filosofis masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat
Yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir Islam di Suriah, Mesopotamia, Persia dan
Mesir. Kebudayaan dan filsafat Yunani datang ke daerah-daerah itu dengan
ekspansi Alexander Yang Agung ke Timur di abad ke- 4 sebelum Kristus.1

Ketika melakukan ekspansi ke Timur Tengah pada abad ke-4. Alexander


membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil. Tujuannya bukanlah
hanya meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Macedonia, tapi juga menanamkan
kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan
pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan penduduk
setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah filsafat dan ilmu pengetahuan
Yunani di Timur Tengah, dan timbul lah pusat-pusat peradaban dan pengajaran
kebudayaan Yunani seperti Alexandriah dan Iskandariah di Mesir, Antiokhia di
Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia dan Bactra di Persia.2

Pusat pengkajian kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu di Barat (Athena dan
Roma) dan Timur (Mesir, Antioch di Suriah, Judisyapur di Mesopotamia, dan
Bactra di Persia).3 Baik bagian Barat dan Timur letaknya cukup strategis sehingga

1
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Press, 1985. Hal 46
2
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002. Hal. 9
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Press, 1985. Hal. 46
dipilih menjadi pusat pengkajian kebudayaan dan berbagai ilmu pengetahuan.
Adanya pusat pengajaran ini banyak melahirkan para cendekiawan. Kota
Iskandariah di Mesir memiliki perpustakaan yang didalamnya terdapat banyak
karya dari para cendekiawan Yunani yang merupakan generasi pertama yang
membahas berbagai bidang ilmu pengetahuan. Adapun ilmu pengetahuan yang
dikaji seperti filsafat, teologi, sains, bahkan matematika.

Kemudian, setelah abad ke-7 M, tepatnya di kota Iskandariah muncul ahli


pikir generasi kedua yang mengkaji berbagai buku yang merupakan peninggalan
dari generasi pertama. Ahli pikir generasi kedua ini adalah orang-orang Arab yang
mulai melakukan penerjemahan. Pada waktu itu, Iskandariah bukan hanya
menjadi tempat pusat ilmu pengetahuan saja, tetapi juga merupakan tempat
bertemunya berbagai kebudayaan. Kemasyuran Iskandariah terdengar sampai arah
Timur dan berbagai wilayah lain, bahkan kaum Nasrani Suryani tertarik dan
melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Suryani.4

Jadi, masuknya Filsafat Yunani dapat dikatakan masuk bersamaan dengan


misi ekspansi yang dilakukan Alexander yang berhasil menaklukan wilayah yang
kemudian dijumpai oleh ahli pikir Islam, sehingga para pemikir Islam menerima
pengajaran baru berupa kajian kebudayaan Yunani dan ilmu pengetahuan yang
diciptakan oleh Alexander.

Masuknya Filsafat Yunani ke dalam dunia Islam tidak terlepas dari adanya
usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan ke dalam bahasa-bahasa timur, terutama syiria, persia dan kemudian
bahasa Arab. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam disebutkan bahwa usaha
penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa
Yunani saja, tetapi juga naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa
Suryani, Persia, dan India.

Menurut C.A. Qadir, di kota-kota pusat kegiatan keilmuan seperti Antiokhia


dan Iskandariah, karya-karya Yunani Kuno masih tetap dibaca dan diterjemahkan

4
Ibid, Hal. 10
ke dalam berbagai bahasa, terutama syiria. Dan para pelaku kegiatan
penerjemahan ini mula-mula oleh kalangan Kristen Nestorian yang banyak
bermukim di kawasan Syiria.5 Kegiatan penerjemahan mula-mula dan yang paling
utama dilakukan terhadap naskah-naskah Teologi, dan kemudian diikuti dengan
penerjemahan karya-karya di bidang logika. Hal itu dilakukan dan dianggap
sebagai suatu kebutuhan dalam rangka memahami secara lebih dalam konsep-
konsep teologi dan proses dialektis dalam diskursus Kristologi pada saat itu. 6

Adapun penerjemahan yang dilakukan oleh orang Syiria sendiri itu


mempunyai arti penting bagi pemeliharaanya untuk tetap terjaga hingga masa-
masa sesudahnya. Dan pengabdian mereka dalam mengemban ilmu dan filsafat
lebih banyak dicurahkan dalam bentuk penerjemahan. Bahkan warisan karya-
karya Yunani itu tetap terjaga dalam bahasa siria meskipun banyak naskah asli
yang hilang. Dan kepada naskah-naskah bahasa siria inilah orang-orang Arab dan
cendekiawan Muslim yang datang kemudian dapat mengambilnya sebagai
sandaran mempelajari karya-karya Yunani tersebut.7

Dan adapun kecenderungan kaum Muslim kepada ilmu dan Filsafat Yunani
muncul bersamaan dengan terjadinya kontak-kontak ketika wilayah Islam
semakin meluas, yakni mencapai wilayah kekuasaan Romawi dan Persia.

C. Pengaruh Filsafat Yunani Terhadap Dunia Islam


Dilihat dari aspek sejarah, kelahiran ilmu filsafat islam dilatarbelakangi oleh
adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab
yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam.

Pusat-pusat ilmu pengetahuan purbakala yang ada di Yunani dan Alexandria, dan
sebelumnya Mesir serta Babylonia maupun Persia, jatuh ke tangan kaum
muslimin. Kota-kota seperti Antioch, Harran dan Jundishapur menjadi bagian dari
5
C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1991. Hal. 35
6
Majid Fakhry, A History Of Islamic Philosophy, New York : Columbia University Press, 1983.
Hal. 2
7
Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, Mesir : Dar Al-Kutub, 1975. Hal. 131
Dar Al-Islam. Menjelang berakhirnya bani Umayyah dan permulaan periode bani
Abbasiyah, penerjemahan bahasa-bahasa purbakala mulai dilakukan ke dalam
bahasa Arab dengan bantuan orang-orang terpelajar dari berbagai pusat tersebut.
Proses penerjemahan memakan waktu hampir 150 hingga 200 tahun yang berhasil
menerjemahkan sebagian besar filsafat dan ilmu pengetahuan purbakala ke dalam
bahasa Arab dan untuk waktu 700 tahun berikutnya, bahasa Arab menjadi bahasa
ilmu pengetahuan yang paling penting di seluruh dunia.8

Di masa pemerintahan Dinasti Umayyah, kecintaan kepada ilmu dan filsafat


Yunani telah tumbuh meskipun belum subur, karena pada masa itu pengetahuan
masih merupakan sesuatu yang relatif baru bagi bangsa Arab. Namun diantara
keluarga kerajaan Umayyah ada yang merasa tertarik kepada karya-karya warisan
Yunani klasik, yakni Pangeran Khalid ibn Yazid ibn Mu’awiyah. Beliau adalah
salah satu orang yang tidak keberatan dalam mengeluarkan dana untuk
mendapatkan ilmu. Ia tertarik untuk mengetahui dan mempelajari ilmu kimia. Dan
oleh karenanya ia mengundang sekelompok filosof Yunani yang bermukim di
Mesir untuk datang kepadanya guna menerjemahkan buku dalam bidang-bidang
tersebut dari bahasa Yunani dan bahasa Kopti ke dalam bahasa Arab. Dan orang
yang menerjemahkan buku-buku dalam bidang kimia untuk Pangeran Khalid ibn
Yazid ibn Mu’awiyah adalah Stephen Al-Qadim.9

Ketika Abbasiyah berkuasa, kecintaan pada ilmu dan filsafat berkembang


semakin subur dan luas. Kedekatan Bani Abbas dengan orang-orang Persia
berpengaruh besar pada perkembangan tersebut. karena orang-orang Persia itu
lebih dulu dan telah lama bergelut serta berkecimpung dalam budaya dan
peradaban Yunani.

Kegiatan penerjemahan di masa Abbasiyah dilakukan dengan sangat serius,


terutama pada masa kepemimpinan Khalifah Al-Manshur (Khalifah kedua), yang
sangat menyukai filsafat, ilmu hokum dan astronomi. Dan dikabarkan juga bahwa

8
Fazlur Rahman, A Young Muslim’s Guide To The Modern World, Bandung : Mizan , 1994. Hal.
84
9
Muhammad ibn Ishaq al-Nadim, The Fihrist of al-Nadim, New York : Columbia University,
1970. Hal. 581
Al-Manshur memerintahkan penerjemahan banyak pada karya Yunani dalam
bidang filsafat dengan memberikan imbalan upah yang cukup besar kepada para
penerjemahnya. Dari Akademi Jundishapur, Khalifah ini terkesan dengan
kemahiran Georgius ibn Jabra’il dari keluarga Bakhtishu, yaitu seorang dokter
yang mengajar dan memimpin Akademi kedokteran tersebut. Sehingga akhirnya
Khalifah pun mengangkatnya menjadi dokter istana. 10

Kemajuan dalam kegiatan ilmiah di lingkungan Abbasiyah berkembang sangat


pesat pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Yuhanna ibn al-Bithriq, seorang
dokter istana pada masa itu merupakan orang yang terhormat di mata pemimpin
Abbasiyah. Selain ditugasi untuk menerjemahkan naskah-naskah kuno mengenai
kedokteran, ia juga ditugasi untuk memimpin sebuah lembaga yang terkenal di
Baghdad yang didirikan oleh Harun Al-Rasyid yaitu Bait al-Hikmah, sebuah
perpustakaan sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan yang kegiatan terbesarnya
adalah penerjemahan dan juga penelitian.11

Bait al-Hikmah ini mencapai puncaknya dimasa kepemimpinan putranya,


Khalifah Al-Ma'mun. Al-Ma'mun juga diakui usahanya dalam memunculkan
banyak ilmuwan terkenal untuk saling berbagi informasi, pandangan dan budaya
di Bait al-Hikmah yang berpusat di Baghdad ini. Sepanjang abad ke-9 hingga ke-
13, terdapat banyak ilmuwan disana termasuk diantaranya orang-orang dengan
latar belakang Persia maupun Kristen yang ikut ambil bagian pada penelitian dan
pendidikan di lembaga ini.12 Selain itu, Al-Ma’mun juga mengadakan hubungan
kenegaraan dengan raja-raja Romawi dan Byzantium yang beribukota di
Konstantinopel. Dan dari kota-kota inilah buku-buku filsafat diperoleh dan
diterjemahkan sekalipun itu dari bahasa suryani.

Dibawah kepemimpinan Al-Ma'mun juga, observatorium didirikan, dan Bait


al-Hikmah telah menjadi pusat untuk studi humaniora dan ilmu pengetahuan yang

10
Majid Fakhry, A History Of Islamic Philosophy, New York : Columbia University Press, 1983.
Hal. 6
11
C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1991. Hal. 38
12
Josef W. Meri, Medieval Islamic Civilization : An Encyclopedia, London : Routledge, 2005. Hal.
304.
terbaik pada abad pertengahan Islam, meliputi bidang matematika, astronomi,
kedokteran, alkimia dan kimia, zoologi, geografi dan kartografi. Juga dengan
mengambil literatur-literatur dari India, Yunani, dan Persia. Para ilmuwan disana
mampu mengumpulkan koleksi pengetahuan dunia secara masif, dan berdasarkan
itu semua mereka membuat penemuan-penemuan mereka sendiri. Pada
pertengahan abad ke-9 M Bait al-Hikmah telah menjadi repositori terbesar dari
buku-buku dunia.13

Kegiatan mentransmisi ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani ke dunia Islam


tidak hanya berlangsung melalui lembaga Negara Bait al-Hikmah, melainkan juga
melalui lembaga-lembaga lain yang semacam seperti yang ada di kota Marwa
(Persia Tengah), Jundisyapur dan Haran. Baghdad sebagai ibukota tidak hanya
merupakan pusat pemerintahan dan kekuasaan Abbasiyah, melainkan juga
menjadi pusat studi dan pengembangan intelektual. Maka dengan terjadinya
penerjemahan-penerjemahan tersebut, telah memberi pengaruh positif dan
konstruktif dalam membangun peradaban dan kemajuan pendidikan Islam pada
masa itu. Dan karena usaha ini juga, telah melahirkan filsuf-filsuf besar Muslim di
dunia Islam belahan timur yang berpusat di kota Baghdad.

Adapun pengaruh dari proses penerjemahan ini dapat kita lihat pada
perkembangan dunia kedokteran, astronomi, matematika, hukum (qiyas dalam
ilmu fiqih), politik dan filsafat itu sendiri. Dalam kedokteran, kita mengenal Ibnu
Sina, politik pada al-Farabi, matematika pada al-Biruni, astronomi pada al-
Khawarizmi, sejarah peradaban pada Ibnu Khaldun dan masih banyak lagi para
sarjana muslim klasik yang telah menorehkan tinta emasnya bagi peradaban Islam
karena bersentuhan dengan karya-karya kebudayaan pra-Islam yang sudah
diterjemahkan. Dalam proses penerjemahan itu juga terjadi penyerapan bahasa
Yunani yang kemudian menjadi bahasa Arab, seperti kata al-falsafah, al-
musiqy, al-kimya, al-jugrafiyah dan lainnya.14

13
Jim Al-Khalili, The House of Wisdom: How Arabic Science Saved Ancient Knowledge and Gave
Us the Renaissance, New York : Penguin Press, 2011. Hal. 67
14
Jamal Shaliba, al-Falsafah al-‘Arabiyah, Beirut : Dar al- Kitab al-Lubnani, 1973. Hal. 112
D. Kemunculan Filosof Islam
Gerakan penerjemahan itu berlangsung sekitar satu setengah abad lamanya.
Dan karena darah-darah semangat memajukan ilmu pengetahuan dari para
Khalifah Abbasiyah (periode pertama), yang memberikan dukungan dana dan
fasilitas maka berkembanglah filsafat dan beberapa ilmu lainnya seperti Sains,
Bahasa dan sastra Arab.15 Dan kegiatan penerjemahan tersebut juga meluas dan
bermanfaat bagi keluarga kerajaan serta masyarakat. Selain itu kegiatan ini juga
membangkitkan semangat masyarakat untuk menghargai ilmu pengetahuan dari
manapun itu sumber nya datang. Dan hal itu terbukti dengan banyaknya muncul
filosof muslim dan juga para penerjemah yang berasal bukan dari kalangan
muslim.

Karena sebagian besar kajian keilmuan yang berkembang pada saat itu
adalah mengenai persoalan-persoalan filsafat, maka tak diherankan pada masa itu
kemudian muncul filosof terkenal dari kalangan Islam sendiri. Diantara mereka
yang mula-mula dikenal sebagai filosof Muslim adalah Al-Kindi. Berikutnya
kemudian muncul filosof lainnya seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ar-Razi, Al-
Ghazali, Ibnu Miskawaih, Ibnu Thufail, Ibnu Rusy, Ibnu Bajjah dan lainnya.

1. Al-Kindi
Al-Kindi merupakan filosof Arab pertama yang mempelopori
penerjemahan sekaligus mengenalkan tulisan atau karya-karya para filosof
Yunani ke dalam dunia Islam. Al-Kindi telah berhasil membuka pintu-
pintu filsafat bagi para ilmuan muslim.
Dalam pengembangan filsafatnya Al-Kindi mengikuti falsafah Arestoteles.
Hal itu bisa dibuktikan dari buku-buku filsafat yang dikarang oleh al-Kindi
lebih banyak mengarah pada buku-buku karangan Aristotales. Filsafat al-
Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani Wa Ilmu al-Ilâhi, yang
mana bagi al-Kindi filsafat merupakan segala upaya untuk menyerupai
segala perbuatan Tuhan sesuai dengan batas kemampuan manusia. Dapat
disimpulkan bahwa al-Kindi merupakan filosof yang mengatakan bahwa

15
Harun Nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Press, 1985. Hal. 56-57
filsafat adalah larutan pewarna agama yang dengan demikian secara
sekilas ada korelasi atau keterkaitan antara agama dan filsafat. Pola filsafat
al-Kindi yang menyatukan antara agama dan filsafat, senada dengan
filosof yunani yaitu Arestoteles.

2. Al-Farabi
Al-Farabi yang merupakan al-Muallim al-Tsani yang mempunyai
nama lengkap Abu Nasr al-Faraby. Al-farabi memaknai filsafat sebagai
ilmu yang mengkaji tentang alam fisika sebagaimana keberadaannya. Ia
juga mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengetahui Tuhan
sebagai Dzat yang Esa dan tidak digerakkan dan Tuhan merupakan sebab
utama bagi segala sesuatu. Filsafat al-Farabi sedikit banyak dipengaruhi
oleh Arestoteles yang mana ia juga mengatakan bahwa adanya Tuhan
adalah yang menggerakkan dan tidak digerakan, dalam hal ini filsafat al-
Farabi lebih ditekankan pada disiplin ilmu filsafat (analisis filsafat).
3. Ibnu Sina
Filosof ketiga dari filosof masa pertengahan adalah Ibnu Sina, ia
terkenal dengan sebutan “al-syeikh al-rais”. Beliau merupakan seorang
ilmuwan muslim dunia yang berkontribusi besar di bidang kedokteran.
Ibnu Sina memaknai filsafat sebagai kreativitas pemikiran yang denganya
manusia memperoleh berbagai pengetahun tentang dirinya. Sehingga
dengan pengetahuan dirinya tersebut manusia bisa menentukan segala
amal perbuatan yang seharusnya ia lakukan untuk menjadikan dirinya
sebagai manusia yang mulia, logis sesuai dengan alam fisika dan
menyiapkan diri untuk meraih kebahagian di akhirat sesuai dengan batas
kemampuan manusia. Dengan pengertian tersebut, maka Ibnu Sina adalah
seorang filosof yang berusaha menyatukan antara analisa filsafat dan
aplikasinya. Untuk teori fisikanya, Ibnu Sina banyak menggunakan
metode eksperimen dan mengupas pembahasan dalam ranah kedokteran.
4. Al-Razi
Al-Razi merupakan seorang pakar sains dari Iran. Dan beliau juga
adalah salah satu ahli medis yang sangat hebat. Menurutnya, Allah itu
kekal karena Dia-lah yang menciptakan alam ini dari bahan yang telah ada
dan tidak mungkin Dia menciptakan alam ini dari ketiadaan.
5. Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan muslim yang
berkontribusi di bidang filsafat akhlak. Menurut Ibnu Miskawaih, Tuhan
adalah zat yang tidak berjizm, azali, pencipta, dan tidak ada satupun yang
setara dengan-Nya.
6. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang dari keturunan keluarga terhormat yang
juga terkenal sebagai seorang ilmuwan. Beliau berpendapat bahwa Allah
adalah penggerak pertama, dan wujud Allah ialah Esa. Konsep Ibnu Rusyd
tentang ketuhanan diambil dari pemikiran Arestoteles, Plotinus, Al-Farabi,
dan Ibnu Sina.

E. Transformasi Ilmu Dari Islam Ke Barat Melalui Islam Di Spanyol


Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih
banyak dikenal dengan nama Andalusia. Julukan Andalusia ini berasal dari
Vandalusia, yang artinya negeri bangsa vandal. Karena bagian selatan
Semenanjung ini pernah di kuasai pleh bangsa Vandal sebelum mereka
dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat. Dan kemudian daerah ini dikuasai oleh
Islam setelah penguasa Bani Umayyah merebut tanah Semenanjung ini dari
bangsa Gothia Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik. 16 Islam
masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara
di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk
membuka Andalusia.17

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan
diri untuk membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil
16
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta : LESFI, 2004. Hal. 69
17
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana, 2005. Hal. 110
menguasai seluruh kota penting di Spanyol, seperti Cordova, Granada, Toledo dan
termasuk juga bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre. 18 Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari
penyerbuan kaum muslimin ini juga telah menjangkau seluruh Spanyol dan
melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.19

Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh.


Namun, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat
kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri,
dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi,
setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothia, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan
terlantar tanpa digarap, dan beberapa pabrik pun ditutup.20

Dan sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga
jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengah abad lamanya,
Islam memainkan peranan yang sangat besar, baik dalam bidang kemajuan
intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), dan
kemegahan pembangunan fisik (Cordova dan Granada). 21 Dan dalam masa lebih
dari tujuh abad itu, kekuasaan Islam di Spanyol membuat umat Islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh dan
kemajuan yang kompleks. Bahkan, pengaruhnya mencapai hingga ke Eropa dan
dunia.

Adapun kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak
berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di
periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam

18
Carl Brockelmann, History of the Islami Peoples, London : Rotledge & Kegan Paul, 1980. Hal.
14
19
Bertol Spuler, The Muslim World : A Historical Survey, Leiden : E. J. Brill, 1960. Hal. 100
20
S. M. Imaduddin, Muslim Spain, Leiden : E. J. Brill, 1981. Hal.13
21
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana, 2005. Hal. 111
mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang
terpenting adalah Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa untuk menyerap
peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun
perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di
samping pembangunan fisik.22

Pengaruh peradaban Islam ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda


Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti
universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di
Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan
Muslim. Pusat penerjemahan pada saat itu adalah Toledo. Setelah pulang ke
negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas
pertama Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M,
tepatnya tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman
Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-
universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam
diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang
paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.23

Dan Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance)
pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani
di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan
kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.24
Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung)
22
Philip K. Hitti, History of the Arab, London : Macmillan Press, 1970. Hal. 526
23
Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakarta : Bulan Bintang, 1975. Hal. 148-149
24
K. Bartens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1986. Hal. 32
pada abad ke-18 M.25 Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol
dengan cara yang sangat kejam, tetapi tak lupa bahwa Islam telah membidangi
gerakan-gerakan penting di Eropa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

25
S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, Depok: Komunitas
Bambu, 2008. Hal. 77
Fisalafat adalah upaya manusia untuk memahami, memikirkan dan meyelidiki
segala sesuatunya secara radikal dan sistematik serta mendalam dan sungguh-
sungguh sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

Dan adapun masuknya Filsafat Yunani ke dunia Islam dapat dikatakan


bersamaan dengan misi ekspansi yang dilakukan Alexander ke Timur Tengah
pada abad ke-4, yang tujuannya bukan hanya melakukan perluasan daerah
kekuasaannya, tapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang
dimasukinya. Untuk itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang
dibawanya, dengan penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah
filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbul lah pusat-
pusat peradaban dan pengajaran kebudayaan Yunani seperti Alexandriah dan
Iskandariah di Mesir, Antiokhia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia dan
Bactra di Persia. Masuknya Filsafat Yunani ke dalam dunia Islam juga tidak
terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai
cabang ilmu pengetahuan lainnya ke dalam bahasa-bahasa timur, terutama syiria,
persia dan kemudian bahasa Arab.

Ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, kecintaan pada ilmu dan filsafat


berkembang sangat subur dan luas. Kegiatan penerjemahan di masa Abbasiyah
dilakukan dengan sangat serius, terutama pada masa kepemimpinan Khalifah Al-
Manshur yang sangat menyukai filsafat, ilmu hokum dan astronomi. Kemajuan
dalam kegiatan ilmiah dan perkembangan berbagai disiplin ilmu di lingkungan
Abbasiyah juga berlanjut dan berkembang sangat pesat pada masa pemerintahan
Harun Al-Rasyid, yaitu ditandai dengan berdirinya Bait al-Hikmah yakni sebuah
perpustakaan sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan yang kegiatan terbesarnya
adalah penerjemahan dan juga penelitian.

Maka dengan terjadinya penerjemahan-penerjemahan tersebut, telah


memberikan pengaruh positif dan konstruktif dalam membangun peradaban dan
kemajuan pendidikan Islam pada masa itu. Dan karena usaha ini juga, telah
melahirkan filsuf-filsuf besar Muslim di dunia Islam belahan timur yang berpusat
di kota Baghdad.
Dikarenakan sebagian besar kajian keilmuan yang berkembang pada saat itu
adalah mengenai persoalan-persoalan filsafat, maka tak diherankan pada masa itu
muncul filosof terkenal dari kalangan Islam sendiri. Diantara mereka yang mula-
mula dikenal sebagai filosof Muslim adalah Al-Kindi. Berikutnya kemudian
muncul filosof lainnya seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ar-Razi, Al-Ghazali, Ibnu
Miskawaih, Ibnu Thufail, Ibnu Rusy, Ibnu Bajjah dan lainnya.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa untuk menyerap
peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun
perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran/intelektual
(filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra) di samping
pembangunan fisik. Adapun kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat
ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang
berkembang di periode klasik.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan
jauh dari kata kesempurnaan, baik itu dari segi penulisannya dan juga buku yang
menjadi sumber kutipan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian, dan terkhususnya kepada dosen
pengampu.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z. A. (1975). Riwayat Hidup Ibn Rusyd. Jakarta: Bulan Bintang.


Al-Khalili, J. (2011). The House of Wisdom: How Arabic Sciense Saved Ancient
Knowledge and Gave Us The Renaissance. New York: Penguin Press.
al-Nadim, M. I. (1970). The Fihrist of al-Nadim. New York: Columbia University
Press.
Amin, A. (1975). Fajr al-Islam. Mesir: Dar al-Kutub.
Bartens, K. (1986). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Brockelmann, C. (1980). History of the Islami Peoples. London: Routledge
Fakhry, M. (1983). A History of Islamic Philosophy. New York: Columbia
University Press.
Hitti, P. K. (1970). History of the Arab. London: Macmillan Press.
Imaduddin, S. M. (1981). Muslim Spain. Leiden: E. J. Brill.
Maryam, S. (2004). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI.
Meri, J. W. (2005). Madieval Islamic Civilization : An Encyclopedia. London:
Routledge.
Nasution, H. (2002). Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Poerdisastra, S. I. (2008). Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern.
Depok: Komunitas Bambu.
Qadir, C. A. (1991). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Rahman, F. (1994). A Young Muslim's Guide to the Modern World. Bandung:
Mizan.
Shaliba, J. (1973). al-Falsafah al- 'Arabiyah. Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani.
Suwito. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai