Silabus Seminar Psi Islam
Silabus Seminar Psi Islam
A. Pengertian Etimologi dan Terminologi Ilmu al-Nafs, Ilmu al-Ruh, dan Psikologi Islam
Kata al-nafs memiliki makna yang sepadan dengan istilah Soul dalam bahasa
Inggris. Kata an-Nafs juga sering di identikkan daengan psyche dalam kajian
keilmuan psikologi modern. Diantara ilmuwan Islam yang banyak membahas tentang
jiwa adalah Al- Ghazali, yang dikenal sebagai sang Hujjatul Islam. Kitab Al-Ghazali
yang banyak membahas mengenai jiwa diantaranya adalah Ihya Ulum al-Din.
Al-Ghazali menjelaskan, bahwa dinamika jiwa manusia sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsu (al-hawa). Al hawa adalah energy
gerak yang menumbuhkan hasrat seseorang untuk berperilaku. Energy egarak tersebut
perlu untuk dikelola dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap munculnya
perilaku positif. Sebaliknya bila energi tersebut tidak dapat dikelola dengan baik maka
justru akan melahirkan bentuk perilaku negatif dan merusak. Konsep ruh menurut Al-
Ghazali :
🞇 Qolbun : terlibat penerimaan hidayah dan penerangan intuitif
🞇 Nafsun : mengurus dan melayani, daya dorong (id), tempat fakusnya daya syahwat
dan amarah
🞇 ‘Aqal : proses persepsi, pemahaman dan pembinaan ilmu
🞇 Ruhani : entitas abstrak yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Istilah Ilm al-Nafs banyak dipakai dalam literatur Psikologi Islam. Bahkan Sukanto
Mulyomartono lebih khusus menyebutnya dengan Nafsiologi. Penggunaan istilah ini
disebabkan objek kajian psikologi Islam adala hal -nafs, yaitu aspek psikopisik pada
diri manusia. Termal -nafs tidak dapat disamakan dengan term soul atau psyche dalam
psikologi kontemporer Barat, sebab al-nafs merupakan gabungan antara substansi
jasmani dan substansi ruhani, sedangkansoul ataupsyche hanya berkaitan dengan aspek
psikis manusia. Menurut kelompok ini, penggunaan termal -nafs dalam tataran ilmiah
tidak bertentangan dengan doktrin ajaran Islam, sebab tidak ada satupun nash yang
melarang untuk membahasnya. Tentunya hal itu berbeda dengan penggunaan istilah al-
ruh yang secara jelas dilarang mempertanyakannya (perhatikan Q.S. al-Isra` ayat 85).
Penggunaan istilah Ilm al-Ruh ditemukan dalam karya psikolog Zuardin Azzaino.
Istilah itu kemudian dijadikan dasar untuk membangun Psikologi Ilahiah, yaitu
psikologi yang dibangun dari kerangka konseptualal-ruh yang berasal dari Tuhan.
Boleh jadi Azzaino tidak mengikuti perkembangan literatur Psikologi Islam, sebab
literatur yang digunakan dalam bukunya tidak satupun yang bersumber dari Ilm al-Nafs
fi al-Islam (Psikologi Islam). Tetapi yang menarik dari tawaran Azzaino tersebut
adalah bahwa ruh yang menjadi objek kajian psikologi Islam memiliki ciri unik, yang
tidak akan ditemukan dalam Psikologi Kontemporer Barat. Objek kajian Psikologi
Islam adalah ruh yang memiliki dimensi ilahiah (teosentris), sedangkan objek kajian
Psikologi Kontemporer Barat berdimensi insaniah (antroposentris). Karena perbedaan
yang mendasar inilah maka Azzaino terpaksa menggunakan term khusus untuk
menentukan ciri unik Psikologi Islam.
Silabus 2.
Keduanya, tugas dan fungsi di atas harus dilakukan sesuai dengan hukum-hukum Allah
swt. yang telah Ia tetapkan dalam alam dunia ini. Oleh sebab itu mengkaji hukum-
hukum Allah swt. tersebut merupakan kemutlakan jika manusia ingin berhasil menata
kehidupannya dan kehidupan alam semesta.
Dengan demikian yang menjadi pokok persoalan psikologi dalam padangan Islam
adalah keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusia, dan alam
raya. Paradigma psikologi dalam perspektif Islam tidak dapat dipisahkan dari cara
manusia mengkaji psikologi itu sendiri. Dari perspektif Islam, manusia dianugerahi
tiga alat dalam mencari ilmu pengetahuan: panca indera, akal (‘aql, lub), dan hati (qalb,
fu’ad).
Karena alat-alat indera hanya mampu menangkap hal-hal yang empirik maka hasil
pengetahuan yang diperoleh juga terbatas pada hal-hal yang empirik. Itulah
sebabnya kajian psikologi pada tingkat ini hanya dapat dilakukan dengan mengkaji
perilaku- perilaku manusia sebagai perwujudan dari gejala-gejala jiwanya. Akal
digunakan dalam proses penalaran untuk memilih, mengklasifikasi, memutuskan dan
melakukan penalaran serta menangkap realitas dan supra-realitas
melalui nalar dengan kemampuan argumentasi logisnya
yang kemudian menghasilkan serangkaian hukum dan prinsip yang menjadi bangunan
ilmu pengetahuan. Di antara ayat yang menganjurkan hal ini adalah: “Apakah kamu
tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.” (QS. al-Zumar, 39: 21).
Proses penemuan akan supra-realitas ini dilakukan “secara silogistik, yakni menarik
kesimpulan tentang hal-hal yang tidak diketahui (the unknown) dari hal-hal yang
diketahui (the known)”. Di samping itu, pemunculan paradigma psikologi Islam
sesungguhnya bisa dikatakan sebagai reaksi dari kemajuan diskursus psikologi Barat.
Reaksi itu semakin memuncak setelah munculnya banyak benturan-benturan akibat
psikologi Barat yang antroposentis dan netral etik dijadikan sebagai pisau analisis
dalam memahami fenomena psikologis masyarakat Islam yang teosentris dan sarat etik.
Paradigma psikologi Islam harus dihubungkan dengan pemikiran filosofis dalam Islam.
Setidaknya ada dua kelompok yang berbeda berkaitan dengan kerangka dasar
paradigma psikologi Islam ini.
Kelompok yang mengehendaki keterbukaan terhadap pandangan hidup dan
kehidupan nonmuslim. Kelompok ini berusaha mengadopsi konsep-konsep
psikologi nonIslam dan menggabungkannya ke dalam pemikiran psikologi
Islam,
Kelompok yang berusaha mengangkat pesan besar Ilahi ke dalam pemikiran
psikologi, baik dari Alquran, Sunah maupun penafsiran ulama terhadap kedua
sumber tersebut.
Berbeda dengan penjelasan di atas, Muhammad Izuddin Taufiq mengklasifikasikan
kajian kejiwaan kelasik Islam dalam dua kategori. Pertama, paradigma yang
mengkaji definisi dan teori kejiwaan dalam Alquran dan Hadis dengan berbagai
topik dan terminologinya. Salah satu produk dalam kategori ini adalah Al-Qur’ân
wa ‘Ilm al- Nafs dan Al-Hadîts wa ‘Ilm al-Nafs karya Utsman Najati. Kedua,
paradigma yang mengkaji definisi dan teori kejiwaan dalam kitab-kitab klasik
Islam dengan berbagai topik dan terminologinya. Salah satu produk kategori ini
adalah Dalil al-Bahitsin Ilâ Mafâhim Nafsiyah fî al-Turats (Petunjuk Bagi Para
Peneliti Bagi Memahami Masalah Kejiwaan dalam Kitab-kitab Klasik) hasil kerja
sama antara Lajnah ‘Ilmiah dengan al-Ma‘had al-‘Alamiy lî al-Fikr al-Islamiy.
B. Metodologi Pengkajian Psikologi Islam
Terdapat empat pola dalam pengkajian Ppsikologi Islam, keempat pola tersebut adalah:
1. Psikologi menjelaskan Islam (ajaran Islam dan umat Islam). Pada pola ini
menampilkan bahwa pada tarap teori tertentu-teori psikologi memiliki keunggulan
di dalam menjelaskan dan memprediksi tingkah laku manusia, namun sering terjadi
bias, seperti teori John S. Carrol tentang mengapa seseorang melakukan kejahatan.
2. Perbandingan psikologi dengan Islam. Pada pola ini terjadi usaha
memperbandingkan konsep-konsep manusia, kepribadian dan lain-lain antara
psikologi dengan Islam. Seperti yang dilakukan Dawam Rahardjo. Metode ini
dapat dipakai bila konsep Islam telah dirumuskan secara matang. Kalau tidak,
Kemungkinan terjadi proses kemiripan (menyamakan begitu saja). Hal ini tentu
tidak boleh dilakukan.
3. Penilaian Islam terhadap Ppsikologi. Islam adalah sumber pedoman kehidupa
manusia. Banyak cerita dan konsep manusia dalam Al-quran. Islam dapat
digunakan sebagai pisau analisis untuk membedah konsep-konsep psikologi
modern seperti yang dilakukan Malik B. Badri. Manusia diberi kebebasan denga
tuntunan agama, akal dan hati nuraninya, Sayangnya sering tidak proporsional
dalam mengkritisi psikologi.
4. Membangun konsep psikologi berdasarkan Islam. Pola keempat adalah upaya yang
paling orisinil dan menentang, karena ada usaha untuk menghadirkan perspektif
baru dalam memahami manusia secara psikologis. Lahirlah konsep fitrah manusia,
konsep
ruh, akal, kalbu, nafsu dan lain-lain-lain. Pada pola ini psikologi Islam
diartikan sebagai studi tentang jiwa manusia yang didasarkan pada pandangan dunia
Islam.
Oleh karena itu, psikoterapi Islam dapat menimbulkan rasa nikmat iman dan pahala
ketika dengan ikhlas mengharap ridha Allah. Misalnya, jika seseorang mengalami
depresi, orang yang menggunakan psikoterapi barat hanya seperti meditasi dan
olahraga sehingga dia tidak mendapatkan kedamaian spiritual dan pahala dari
Allah. Psikologi barat dan psikologi Islam memiliki banyak perbedaan tetapi tidak
semua teori psikologi barat bertentangan dengan ajaran Islam. Beberapa teori
mereka tidak bertentangan dan bahkan selaras dengan Islam sehingga teori seperti
ini dapat melengkapi kajian psikologi Islam dalam memperoleh pengetahuan
yang komprehensif tentang manusia. Melalui kajian perbedaan ini dapat menjadi
pengingat dan motivasi mahasiswa psikologi yang bercita-cita menjadi psikolog
atau ilmuwan psikologi agar senantiasa menjunjung tinggi integritas Islam dan
tidak hanyut dengan teori-teori yang bertentangan dengan ajaran Islam.
silabus 4.
Dalam terminologi ilmu Tafsir, pendekatan skripturalis identik dengan aliran manql,
pendekatan falsafi identik dengan aliran ma'ql, sedang pendekatan sufistik identik
dengan aliran itsr. Psikologi kepribadian islam adalah studi Islam yang berhubungan
dengan tingkah laku manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya
dengan alam, sesamanya dan kepada Sang Khalik agar dapat meningkatkan kualitas
hidup di dunia dan akhirat. Yaitu apa dan bagaimana tingkah laku manusia menurut
pandangan Islam yang ditimbulkan dari jiwanya. Menurut Pervin (1980) bahwa teori
kepribadian yang sempurna haruslah memiliki yaitu:
Struktur kepribadian
Proses dan motivasi kepribadian
Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
Psikopatologi
Psikoterapi ( dan Islam telah mencakup semua ini.)
Silabus
5.
Makna etimologi: Fitrah berarti " terbukanya sesuatu dan melahirkannya ", seperti
orang yang berbuka puasa
Makna Nasabi : Makna nasabi diambil dari pemahaman beberapa ayat dan hadits Nabi
di mana kata fitrah itu berada.
1. fitrah berarti suci ( al-thubr ), menurut al-Awzaiy.
2. fitrah berarti potensi ber-islam ( al-din al-islamiy ) yang dikemukakan oleh
Abu Hurairah.
3. fitrah berarti mengakui ke-esa-an Allah (tawhid Allah).
4. fitrah berarti kondisi selamat ( al-salaamah ) dan kontinuitas ( al-istiqaamah ),
pemaknaan ini dikemukaan oleh Abu Umar Ibn'Abd al-Bar.
5. fitrah berarti perasaan yang tulus ( al-ikhlas ).
6. fitrah berarti kesanggupan atau presdiposisi untuk menerima kebenaran ( isti'daad
li qabuul al-baq ).
7. Fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk beribadah ( syu'ur lil
al- 'ubudiyah ) dan makrifat kepada Allah.
8. fitrah berarti ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan ( al-
sa'aadat ) dan kematian ( al-syaqaawat ) hidup.
9. fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia ( thabi'iyah al-insaan/sifat manusia ).
10. fitrah berarti sifat-sifat Allah SWT, yang ditiupkan pada setiap manusia
sebelum dilahirkan.
11. fitrah dalam beberapa hadits memiliki arti takdir atau status anak yang
dilahirkan (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Silabus 6.
Oral yaitu saat kepuasan manusia berada di mulut. Ini bisa terlihat dari bayi
yang baru lahir segera mencari air susu ibunya. Selain itu, bayi juga cenderung
mengempeng atau memakan apa saja yang ia temui.
Anal yaitu saat kepuasan manusia berada pada pembuangan kotoran.
Falik yaitu saat kepuasan manusia mulai muncul pada alat kelaminnya namun
masih berkisar pada aktivitas auto-erotik.
Genital yaitu saat kepuasan manusia pada alat kelaminnya yang juga
mempengaruhi tahap-tahap perkembangan sebelumnya sehingga menjadikan
individu memusatkan kecintaan pada luar dirinya.
Piaget tidak membicarakan mengenai perkembangan manusia secara keseluruhan
tetapi fokus pada perkembangan pikiran (kognisi) manusia. Tetapi
perkembangan
kognisi itupun dapat menentukan kondisi fungsi psikis manusia secara
keseluruhan. Menurutnya terdapat empat tahap perkembagan kognisi manusia:
Tahap sensorimotor (0-2 tahun) yaitu kognisi anak baru mampu mencerap
persepsi sederhana dan kegiatan motorik yang dilakukan (dan dikoordinasi
kognitifnya) masih sederhana.
Tahap praoperasional (umur 2-7/8 tahun) kognisi sudah bisa menyerap
simbol sehingga mampu menggunakan bahasa. Dalam masa ini, anak juga
mulai memperoleh informasi dari kesan yang agak abstrak, kondisi ini
mencapai tahap pertumbuhan (umur 4-7 atau 8 tahun)
Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) yaitu manusia
dapat mulai melakukan manipulasi/menggunakan objek yang kongkrit tanpa
perlu melakukan trial and eror . Ia dapat belajar dari peristiwa serupa
sebelumnya.
Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) yaitu manusia sudah dapat
menggunakan pola berpikir kemungkinan (hipotesa) serta bisa berpikir
induktif dan deduktif.
B. Periodesasi dan Tugas-Tugas Perkembangan Manusia
1. Periode pra-konsepsi. Merupakan perkembangan manusia sebelum masa
pembuahan sperma dan ovum. Dalam perspektif islam, kehadiran manusia di dunia
dipengaruhi juga oleh proses yang dilakukan orang lain yang dalam hal ini yaitu
kedua orang tua sebelum ia menjadi janin dalam kandungan. Sehingga itu pula
hang menjadi sebab Rasulullah SAW menganjurkan untuk memilih pasangan yang
baik agar kelak dapat lahir manusia-manusia baru yang berkualitas. Adapun tugas-
tugas perkembangan pada periode ini, yang diperankan orang tua adalah:
Mencarikan pasangan hidup yang baik. Pertimbangan baik buruk mengenai
pasangan hidup ditentukan oleh empat aspek, yaitu kecantikan-
keterampilan, kekayaan, keturunan, dan agama. Keempat aspek yang paling
ditonjolkan oleh Nabi Muhammad adalah aspek agama, sebab agama akan
membawa keberuntungan hidup di dunia dan akherat.
Segera menikahkan secara sah setelah cukup umur dan telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Hamil sebelum menikah akan mengakibatkan efek
psikologis negatif pada perkembangan kehidupan anak, terutama
perkembangan kehidupan keagamaannya.
Membangun keluarga yang sakinah (damai dan sejahtera) di atas prinsip
cintakasih (mawadah) dan kasih sayang (rahmah) dengan landasan iman
dan taqwa.
Selalu berdoa kepada Allah SWT, agar diberi keturunan yang baik
(dhurriyah tayyibah).
2. Periode pra-natal. Merupakan periode perkembangan manusia yang dimulai dari
pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Periode ini dibagi menjadi
empat fase, (1) fase nutfah (zigot) yang dimulai sejak pembuahan sampai usia 40
hari dalam kandungan; (2) fase 'alaqot(embrio) selama 40 hari; (3) fase mudghah
(janin) selama 40 hari; dan (4) fase peniupan ruh ke dalam janin setelah genap
empat bulan, yang mana janin manusia telah terbentuk secara baik, kemudian
ditentukan hukum- hukum perkembangannya, seperti masalah-masalah yang
berkaitan dengan perilaku (sifat, karakter, dan bakat), kekayaan, batas usia, dan
bahagia-celakanya. Fase tersebut menunjukkan bahwa nyawa kehidupan (alhayat)
telah ada sejak adanya pembuahan, namun ruh baru ditiupkan setelah usia empat
bulan dalam kandungan. Adapun tugas-tugas perkembangan yang diperankan
orang tua adalah:
Memelihara suasana psikologis yang damai dan tentram, agar secara
psikologis janin dapat berkembang secara normal.
Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama
bagi ibu, agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah SWT
Berdoa kepada Allah SWT, terutama sebelum 4 bulan dalam kandungan,
sebab masa-masa ini hukum-hukum perkembangan akan ditetapkan.
3. Periode kelahiran sampai meninggal dunia
Fase wiladah. Dimulai dari kelahiran sampai kira-kira minggu keempat. Adapun
tugas-tugas perkembangan yang dilakukan oleh orang tua adalah:
Membacakan azan di telinga kanan dan membacakan iqomah di telinga kiri
ketika anak baru dilahirkan. Hal ini dilakukan, selain mengingatkan bayi
akan perjanjian di alam primordial, juga agar suara pertama kali yang
didengar dan direkam dalam memori bayi tidak lain hanyalah
kalimatkalimat yang indah (tayyibah), yang memuat pengagungan dan
mengesakan Allah SWT, pengakuan Muhammad SAW serta ajakan shalat
agar menjadi orang yang beruntung.
Memotong 'aqiqah, dua kambing untuk anak laki-laki dan seekor kambing
untuk anak perempuan. Pemotongan ini, selain menunjukkan rasa syukur
Memberikan nama kepada anak dengan nama yang baik.
Anak dicukur rambutnya / dibersihkan dari kotorannya.
Setelah sampai usia 3 tahun, hendaknya selalu diberikan suasana agamis
dan dibiasakan dengan kebaikan semisal memperdengarkan bacaan Al-
Qur’an kepadanya.
Fase Pra Sekolah (3-6 tahun)
Karakteristik anak pada fase ini
adalah:
Dapat mengontrol tindakannya.
Selalu ingin bergerak adalah sesuatu yang alami.
Berusaha mengenal lingkungan sekeliling, perkembangan yang cepat
dalam berbicara.
Senantiasa ingin memiliki sesuatu, egois, keras kepala, suka protes,
menanyai sesuatu berulang kali.
Mulai membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan
yang buruk.
Mulai mempelajari dasar perilaku sosial.
Usia 7-13 tahun, Pada usia ini anak sudah mulai memasuki SD karena sudah mulai
dapat menggunakan pikiran / rasionya. Dalam upaya pendidikan Islam, Rasulullah telah
mengajarkan pada hadits yang artinya:
“Suruhlah anak-anak melakukan ibadah shalat pada usia 7 tahun dan
bilamana sampai usia 10 tahun belum shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkan
tempat tidurnya.”
Masa Remaja, Masa ini berlangsung dari umur 12-21 tahun. Pada masa remaja ini ditandai
dengan adanya perubahan yang menyangkut gender sehingga sering juga disebut dengan
peralihan dari aseksual menjadi seksual. Selain itu, terjadi pula perubahan fisik dan perubahan
psikis.
Masa Dewasa, Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan
yang menimpa masa remaja. Dengan demikian, usia dewasa bisa dikatakan ketenangan jiwa,
ketetapan hati dan keimanan yang tegas.Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya,
Jalaluddin mengatakan sikap keagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan yang matang bukan sekedar
ikut- ikutan.
2. Cenderung bersifat realistis sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam keagamaan. Tingkat ketaatan beragama didasarkan
atas pertimbangan dan tanggung jawab diri, hingga keberagamaan merupakan realisasi
dari sikap hidup.
4. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang luas.
5. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pemikiran juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.
6. Sikap keberagamaan cendrung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
Masa Dewasa Akhir yang ciri utamanya adalah pasrah.
Karakteristik Keberagaman di Usia Lanjut Secara garis besar karakteristik keberagaman
pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
Silabus 7.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kesehatan mental, yaitu:
1. Mengendalikan Nafsu.
Nafs al-Lawwamah, merupakan nafsu yang telah memperoleh pemahaman dengan
cahaya hati. Ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan. Ia mencela perbuatan tercela
dan bertaubat memohon ampunan Allah. Nafs Muthmainnah, merupakan jiwa yang
tenang karena ia mantap dan kuat. Nafsu yang telah diberikan penyunaran nur qalbu
sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat mazmumah dan menumbuhkan akhlakul
mahmudah.
2. Pembinaan Jiwa dan Pendidikan Akhlak berdasar Alquran dan Hadis
3. Memahami dan mengamalkan isi Al-qur'an
4. Pendidikan dan pengajaran sesuai tingkatannya
C. Metode Perolehan dan Pemeliharaan Kesehatan Mental dalam Islam
Dalam Islam, Ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode
perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental: Pertama, metode tahalli, takhalli, dan
tajalli:
Takhalli, adalah pembebasan diri dari sifat-sifat tercela.
Tahalli, adalah tahapan mengisi dan berhias diri dengan sikap- sikap terpuji.
Tajalli merupakan penghayatan rasa ke-Allahan atau dalam istilah Hamka,
“Kelihatan Allah di dalam hati.
Syariah sebagai ajaran agama yang mencakup iman, islam dan ihsan.
Thoriqah sebagai upaya serius dalam melakukan suatu ibadah kepada tuhannya.
Haqiqat adalah penyaksian manusia tentang rahasia-rahasia ketuhanan dengan mata
hatinya. Syari’at adalah kepastian hukum dalam ubudiyah, sebagai kewajiban hamba
kepada Al-Khaliq
Ma’rifah adalah kehadiran seorang hamba dalam ketercengangan (ketidak Sadaran
diri), dan sirnanya dalam sifat agungnya Allah.”
Silabus 8.
Silabus 9.
A. Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi Islam juga dapat diartikan sebagai upaya mengatasi beberapa problem
kejiwaan yang didasrkan pada pandangan agama islam. Psikoterapi islam mempercayai
bahwa keimanan dan kedekatan terhadap akan menjadi kekuatan yang sangat berarti
bagi kebaikan problem kejiwaan seseorang.
Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan
dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua
kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, Mujib (2002: 208)
mengungkapkan bahwa psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran. Secara harfiah psikoterapi adalah penyembuhan atau
pengobatan menurut metode ilmu jiwa, maksudnya adalah cara penyembuhan yang di
gunakan adalah berdasarkan metode psikologis (Yahya:1994:166).
Hamdani Bakran Adz-dzaky (2004:228) mengemukakan bahwa pengertian psikoterapi
Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan Al-
Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. atau secara empirik adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Nya atau ahli waris
para nabinya. Anshori (2000:242) juga mengemukakan psikoterapi Islam adalah upaya
penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara rohaniyyah yang didasarkan pada tuntutan
Al-Qur’an dan al- Hadis, dengan metode analisi esensial empiris serta ma’rifat
terhadap segala yang tampak pada manusia.
B. Bentuk-Bentuk dan Teknik Psikoterapi dalam Islam
Menurut Muhammad Mahmud seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi
islam dalam dua katergori. Pertama bersifat duniawi, yaitu berupa pendekatan dan
tekhnik-tekhnik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan
nyata. Psikoterapi duniawi merupakan hasil daya upaya manusia berupa tekhnik-
tekhnik terapi atau pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah insaniyah.
Kedua bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan
agama, dan kedua modal psikoterapi ini satu sama lain saling terkait.
Tekhnik-tekhnik psikoterapi dalam islam yang dapat menyembuhkan semua aspek
psikopatologi baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun penyakit manusia modern
adalah sebagaimana ungakapan dari Ali bin Abi Thalib obat hati yang lima macam,
dijelaskan sebagai berikut :
1. Membaca Al-Quran dan memahami makna dari setiap ayat
Dalam agama islam, Al-Quran merupakan suatu terapi yang pertama dan paling
utama. Hal ini dikarenakan didalam Al-Quran terdapat rahasia mengenai
bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa manusia. tingkat kemujarabannya
tergantung kepada seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang. Sugesti yang
dimaksudkan dadapt diraih dengan mendengar, membaca, memahami dan
merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya.
2. Sholat Malam (Qiyamul Lail)
Melukan sholat malam (Qiyamul Lail) memiliki keampuhan yang sangan berkaitan
dengan sholat wajib, sebab kedudukan terapi shalat sunnah hanya menjadi
suplemen bagi terapi sholat wajib. Adapun hikmah dari pelaksanaan sholat malam
(shalat tahajud) adalah sebagai berikut :
Mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah (Qs. Al-Israa : 79)
Memiliki kepribadian orang-orang shalih yang dekat dengan Allah SWT,
terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar.
Jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketentraman
dan dijadikan kenikmatan syurga.
Doanya makbul, mendapat ampunan Allah SWT dan dilapngkan rizkinya.
Ungkapan rasa syuku kepada Allah SWT.
3. Berkumpul dengan orang-orang shalih
Orang shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu
mengaktualisasikan potensi dirinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi
kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang shalih maka nasihat-nasihat
dari orang sholeh tersebut akan dapat memberikan terapi atau penyakit mental
seseorang. Dalam terminology tasawuf hal ini tergambar pada seseorang guru sufi
atau mursyid yang memiliki ketajaman batin terhadap kondisi penyakit muridnya.
4. Berpuasa
Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra
fitrah manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa hikmah berpuasa (menahan rasa
lapar) adalah sebagai berikut:
Menjerbihkan kalbu dan mempertajam pandangan akal
Melembutkan kalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
Menjauhkan perilaku yang hina dan sombong, yang perilaku ini sering
mengakibatkan kelupaan
Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga
sangat hati-hati didalam memilah makanan
Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk
Mengurangi tidur untuk diisi dengan berbagai aktivitas ibadah
Mempermudah untuk selalu tekun beribadah
Menyehatkan badan dan jiwa
Menumbuhkan kepedulian sosial
Menumbuhkan rasa empati
5. Berdzikir (mengingat Allah
SWT) 6.
Silabus 10.
A. Khathir, Wahyu, Ilham, Waswas, Ilmu Ladunni, Firasat, dan Sixth Sense
1. Khatir
Adalah bisikan yang menghujam ke dalam hati seseorang tanpa diduga.
Bisikan khatir lebih terarah pada perintah melakukan sesuatu.. Sumber konasi hati
adalah sinergi antara pikiran (al-khatir), kemauan (iradah) dan kemampuan
(qudrat).
Ada empat macam khatir (bisikan) yg masuk ke dalam hati, yaitu:
Khatir Rabbani adalah khatir dari Allah, sifatnya kuat karena dia datang dari
Allah Yang Maha Memaksa (al-Qahhar).
Khatir Malaki adalah khatir yg diiringi dengan rasa nikmat disertai hembusan
dingin. Orang yg dlm hatinya terdapat khatir ini tidak akan merasakan sakit,
dan tidak pula berubah. Khatir ini bagaikan penasihat baginya yang
menunjukkan pada kebaikan.
Khatir Nafsi adalah khatir yg diiringi dengan rasa sakit di hati, dada terasa
sesak dan permintaannya bersifat memaksa. Ini disebabkan karena nafsu itu
bagaikan anak kecil yang meminta dengan memaksa dan permintaannya tidak
bisa diganti dengan yang lain.
Khatir Syaithani, adalah khatir yang diiringi dengan rasa sakit. Jika kita
memalingkannya pada yang lain, maka dia pun akan berpindah. Akan tetapi,
sebagaimana watak setan, khatir ini berpaling hanya untuk melakukan tipu daya
dan menjerumuskan ke jalan kesesatan dengan cara apapun
2. Wahyu
Dalam syariat Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang
diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara
langsung. Kata "wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalahawha-
yuhi, arti kata wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Selanjutnya dijelaskan lebih dalam bahwa pengertian makna wahyu meluas
menjadi beberapa makna, di antaranya adalah sebagai:
Perintah
Isyarat, seperti yang terjadi pada kisah Zakaria
“Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda." Tuhan berfirman: "Tanda
bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama
tiga
malam, padahal kamu sehat." Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia
memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan
petang." (Maryam 10-11).
3. Ilham
Potensi intuitif manusia yang mengajak pada kebaikan. Intuisi ini bisa bersifat
Rabbani atau intuisi Ilahi dan bisa dari bisikan malaikat atas ijin Allah. Fenomena
ilham dalam masyrakat islam khususnya dan dalam hati seorang muslim
merupakan fenomena yang bisa terjadi menurut syara'.
Ilham ini sering terjadi di lingkungan ummat, bahkan sering dialami oleh setiap
orang itu sendiri atau disaksikan dari orangorang di sekitar mereka, jika mereka
melakukan sesuatu hal yang termasuk kategori perjalanan menuju Tuhan.
4. Was-was
Wawas merupakan bisikan dari setan dan hawa nafsu yang mengajak
negative berprilaku menyimpang. Disebut juga gerak hati yang datang dari
setan dan hawa nafsu tetapi sebenarnya khatir ini timbul sesudah adanya
ajakan dari setan dan hawa nafsu.
Wawas ini adalah kekuatan intuitif manusia yang cenderung melakukan
kekeliruan dalam menilai atau memiliki kekeliruan penilaian, walaupun itu
bisa diprediksi. Dengan kesenangan yang luar biasa, manusia
menciptakan dan menopang kepercayaan-kepercayaan palsu. Seperti
halnya:
-Mengontruksi memori
-Salah memprediksi prilaku kita sendiri
Kehadiran waswas dalam jiwa manusia sangat halus, sehalus aliran darah
yang mengalir diseluruh tubuh manusia. Begitu halusnya sehingga
seseorang sulit menghalanginya.
Untuk menghindari datangnya waswas, setidak-tidaknya ada dua cara yang
dapat ditempuhnya :
-Pertama, dengan berdzikir kepada Allah.
-Kedua, mengumandangkan adzan dan iqomah sebelum sholat.
5. Ilmu Ladunni
Secara etimologiatau bahasa ilmu laduni terdiri atas dua kata bahasa arab, "ilmu"
dan "laduni", kata ilmu diartikan dengan pengetahuan (knowledge), sedangkan
laduni adalah hidayah dari Allah. Jadi ilmu laduni adalah pengetahuan yang datang
dari sisi Allah yang diberikan kepada manusia.
Menurut pandangan psikologi, ilmu laduni disebut dengan pengetahuan diam-diam
(Tacit knowledge) atau pengetahuan implicit, yang dipelajari melalui pengalaman
tetapi tanpa intense. Dan pengetahuan diam-diam ini tidak bisa diakses secara biasa
oleh kesadaran. Untuk memperoleh ilmu laduni, para sufi berusaha menajamkan
kalbunya melalui penempaan spiritual, seperti :
Meninggalkan maksiat
Zikir
Doa
Wirid
Puasa
Sholat
6. Firasat
Firasat adalah kekuatan yang diberikan Allah tersebut, tidak hanya terbatas kepada
cara memandang, melihat, memutuskan suatu perkara ataupun mencarikan jalan
keluar. Akan tetapi, kekuatan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan ini.
Orang yang beriman mempunyai kelebihan kekuatan dalam bersabar menghadapi
ujian dan cobaan, karena dia yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu
menyelamatkan dan memberikan jalan keluar dari ujian tersebut, sekaligus
berharap dari ujian tersebut, bahwa dia akan mendapatkan pahala di sisi-Nya dan
akan menambah ketinggian derajatnya di akherat kelak.
7. Sixth Sense
Indra keenam berperan sebagai indra untuk menangkap informasi tentang dunia
sekitar yang tidak bisa diperoleh dengan indra biasa. Dalam bahasa inggris, indra
keenam dikenal dengan istilah sixth sense. Manusia adalah makhluk paling
sempurna yang dimiliki Allah SWT, ini sebagai konsekuensi manusia sebagai
khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Allah SWT telah menganugrahkan akal serta
pikiran kepada manusia sebagai modal untuk menjalankan tugasnya tersebut. extra
sensory perception atau disingkat ESP.
Metode Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang
membuatbelajar sebagai suatu proses yang menyenangkan, penuh kegembiraan dan
bermanfaat.Tujuan Quantum Learning menurut pandangan Islam adalah membina
manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya.
Manusia yang dibina adalah mahluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan
inmaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akal menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwa
menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmani menghasilkan
keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhuk
dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan amal
Penerapan metode Quantum learning seperti kegiatan tadabbur alam misalnya,
mengantar siswa untuk mengetahui kebesaran Allah bukan lewat teks tapi langsung
melihat dalam alam nyata. Dalam belajar para siswa tidak hanya dituntut untuk
mempelajari, menekuni, dan menguasai berbagai pelajaran dalam bentuk teori saja
seperti membaca dan menulis.Namun mereka juga diarahkan untuk dapat melakukan
kerja praktek di lapangan melalui berbagai kegiatan "ekstra kurikuler" sesuai konsep
pendidikan islam, yang dapat diambil manfaatnya dan dapat menghasilkan pengalaman
belajar .
Ada tiga konsep kunci dari quantum learning yang hendak dilihat dari sudut pandang p
endidikan Islam. Yang pertama, pandangannya tentang manusia; kedua pandangannya
tentang lingkungan yang mendukung proses pembelajaran dan yang ketiga
metodologiengajaran yang diterapkan di sana. Lebih lanjutnya akan dipaparkan
berikut ini :
Pandangan Tentang Manusia
Manusia sebagaimana diketahui sangat menentukan dalam proses pendidikan.
Pembicaraan apapun mengenai pendidikan pastilah mengupas manusia lebih
dahulu. Quantum learning sebagai sebuah pendekatan dalam dunia pendidikan,
tidak lepas dari ini juga. Setiap manusia menurut quantum learning mempunyai
potensi yang sama. Dan perbedaan yang ada lebih pada bagaimana manusia itu
memanfaatkan otaknya. Pemikiran bahwa setiap orang mempunyai potensi
yang sama, berdampak positif terhadap perkembangan anak didik.
Setiap orang kemudian menyadari bahwa ia mempunyai peluang yang luar
biasa besarnya. Pemahaman yang seperti ini, memungkinkan seseorang untuk
meniru orang lain dan menggunakan orang itu sebagai model dengan mengatur
pola berpikir dan tubuh yang seperti dia. Dalam q uantum learning, seluruh
pribadi adalah penting, baik akal, fisik maupun emosi/pribadi. Kehormatan diri
yang tinggi adalah material penting dalam membentuk pelajar yang sehat dan
bahagia. Dilihat dari perspektif p endidikan Islam, pandangan bahwa manusia
mempunya potensi yang bisa dikembangkan sangatlah relevan.
Metodologi Penelitian
Dalam quantum learning ada falsafah yang dipegang kuat, bahwa belajar adalah
kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan
berhasil. Kurikulum yang diterapkan di sana, merupakan responden antara
keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup dengan
pengoptimalan pada akal, fisik, dan emosi/pribadi. Quantum learning pada
dasarnya berakar dari upaya Dr. Biorgi Lozanov, yang bereksperimen dengan
apa yang disebutnya sebagai s uggestologi atau suggestopedia. Pada prinsipinya
Lozanov dengan suggestologi mengajukan pemikiran bahwa setiap detil itu
berarti. Sugesti pasti dan dapat mempengaruhi hasil situasi belajar baik sugesti
positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan
sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik
latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-
poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.