Dokumen Ka Andal Kiki
Dokumen Ka Andal Kiki
KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
KEGIATAN PEMBANGUNAN
PABRIK PENGOLAHAN BIJIH NIKEL
DAN SARANA PENDUKUNGNYA
|1
Pengolahan bijih nikel adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan. Dengan demikian, setiap jenis komoditas tambang mineral logam tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2014 pasal 3 ayat (4) wajib dilakukan
pengolahan dan pemurnian dalam negeri sesuai dengan batasan minimum
pengolahan dan pemurnian.
Atas dasar pertimbangan tersebut di atas dan untuk meningkatkan daya saing
Kabupaten Konawe Selatan di bidang pertambangan mineral (nikel) serta untuk
memenuhi tuntutan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 01 Tahun 2014 tentang peningkatan nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral, PT. Resky Monagung Industry bermaksud
untuk membangun pabrik pengolahan bijih nikel di kecamatan Palangga Selatan.
|2
dengan amanat Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan lainya seperti Peraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib AMDAL, rencana pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel
beserta fasmtas penunjangnya, yang akan dilakukan oleh PT. Resky Monagung
Industry wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Syarat
wajib AMDAL bagi rencana kegiatan pengolahan bijih nikel adalah besaran
kapasitas produksi.
Pelaksanaan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel, dengan fasilitas
penunjangnya yang dilakukan oleh PT. Resky Monagung Industry di Kecamatan
Palangga Selatan kabupaten Konawe Selatan, berpeluang memberikan dampak
lingkungan yang dapat mengubah rona lingkungan hidup, sehingga PT. Resky
Monagung Industry wajib menjunjung tinggi azas keberlanjutan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Olehnya itu, diperlukan usaha-usaha perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup guna mengoptimalkan dampak positif serta menekan
dampak negatif dari kegiatan tersebut. Implementasi dari hal itu, PT. Resky
Monagung Industry akan mematuhi semua regulasi yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
|3
(KPA) Propinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana ketentuan pasal 10 ayat (2)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tatalaksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin
Lingkungan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembangunan pabrik
pengolahan bijih nikel termasuk jenis kegiatan strategis.
|4
f) diberikan oleh Pemrakarsa usaha/kegiatan
|5
KA-ANDAL Pembangunan Pabrik Pengolahan Bijih Nikel Dan Fasilitas Penunjangnya
PT. RESKY MONAGUNG INDUSTRY
|6
BAB 2
PELINGKUPAN
|7
dalam menjalankan suatu rencana usaha/kegiatan yang berdampak pada lingkungan
hidup. Kewajiban ini harus tertuang dalam bentuk instrument hasil studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Instrument inilah yang selanjutnya
menjadi prasyarat atas pelaksanaan kegiatan seperti rencana kegiatan pembangunan
pabrik pengolahan boijih nikel beserta fasilitas penunjangnya yang akan dilakukan
oleh PT. Resky Monagung Industry di Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten
Konawe Selatan.
Selain studi AMDAL, studi lain yang telah dilakukan oleh PT. Resky
Monagung Industry adalah studi kelayakan yang menilai kelayakan teknis dan
ekonomi terkait dengan rencana pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel,
pembangunan PLTU dan pembangunan pelabuhan khusus di Kecamatan Palangga
Selatan, Kabupaten Konawe Selatan. Meskipun studi AMDAL tentang rencana
kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnya
oleh PT. Resky Monagung Industry terpisah dengan studi kelayakan teknis dan
ekonomi, namun data-data yang diperoleh dari kedua studi tersebut menjadi bagian
yang tak terpisahkan dengan studi AMDAL.
|8
KA-ANDAL Pembangunan Pabrik Pengolahan Bijih Nikel Dan Fasilitas Penunjangnya
PT. RESKY MONAGUNG INDUSTRY
|9
2.4. Deskripsi Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan Bijih Nikel
Beserta Fasilitas Penunjangnya PT. Resky Monagung Industry
1. Tahap Pra Konstruksi
A. Perizinan
PT. Resky Monagung Industry Telah mengantongi izin prinsip dari Bupati
Konawe Selatan Nomor 540/1381 Tahun 2014 Beberapa jenis perizinan lain yang
disusahakan diantaranya izin penggunaan jalan, izin mendirikan bangunan (IMB),
izin pemasukan dan pengoperasian alat berat, izin pemanfaatan air permukaan, izin
penggunaan alat komunikasi (frekuensi radio), izin penggunaan genset, izin
pengolahan limbah B3 dan lain-lain. Semua jenis periinan tersebut harus diselesaikan
oleh PT. Resky Monagung Industry sesuai dengan mekanisme dan peraturan yang
berlaku.
Kegiatan perizinan yang dilakukan oleh PT. Resky Monagung Industry ini
diprediksi menimbulkan dampak potensial peningkatan PAD dan perbuahan sikap
dan presepsi masyarakat khususnya masyarakat Desa Lalowua Kecamatan Palangga
Selatan.
B. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak PT. Resky Monagung
Industry sehubungan dengan kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel
serta fasilitas penunjangnya dimaksudkan untuk memberikan pejelasan secara umum
tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari tahan pra konstruksi
sampai pada tahap pasca operasi. Dalam kegiatan sosialisasi ini, PT. Resky
Monagung Industry akan melakukan koordinasi dengan pemerintah Kabupaten
Konawe Selatan, khususnya Camat Palangga Selatan. Kegiatan sosialisasi ini juga
dimaksudkan untuk mengetahui harapan dan tanggapan serta keinginana masyarakat
dan pemerintah daerah setempat terhadap kegiatan pembanguna pabrik pengolahan
bijih nikel di Kecamatan Palangga Selatan.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah kegiatan konsultasi public dalam kegiatan
penyusunan dokumen AMDAL. Bentuk kegiatan konsultasi public ini adalah tatap
| 10
muka dan diskusi kepada pemerintah dan masyarakat setempat yang masuk lokasi
kegiatan. Dari hasil konsultasi publik diperoleh beberapa masukan atau tanggapan
masyarakat atau hal-hal yang menjadi kekhawatiran masyarakat untuk selanjutnya
menjadi salah satu informasi tambahan dalam proses pelingkupan dalam rangka studi
AMDAL. Selain itu, penyampaian informasi kepada masyarakat luas juga dilakukan
melalui media massa, maupun dengan pemasangan papan pengumuman di lokasi
proyek. Kegiatan konsultasi publik dalam rangka kegiatan penyusunan dokumen
AMDAL telah dilakukan pada Tanggal 10 Januari 2017 di balai pertemuan desa
Lalowua Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Penyampaian
informasi kepada masyarakat juga dilakukan melalui media massa Kendari Pos,
Tanggal 1 Februari 2017.
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh PT. Resky Monagung Industry,
diprediksi menimbulkan dampak potensial perubahan sikap dan persepsi masyarakat
khususnya masyarakat Desa Lalowua Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten
Konawe Selatan.
C. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan dilakukan sebelum adanya kegiatan
pembanngunan pabrik nikel. Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan lahan yang
akan dijadikan lokasi pabrik pengolahan nikel bebas dari aktivitas apapun. Tempat
yang akan dibangun pabrik pengolahan nikel berada dekat dengan perumahan
penduduk. Oleh karena itu, dilakukan relokasi penduduk ketempat yang lebih aman
dan nyaman. Dalam pelaksanaan pembebasan lahan, diperlukan kegiatan pengalihan
hak kepemilikan lahan beserta tanaman yang tumbuh diatasnya dengan cara yang
disetujuai oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Tahap Konstruksi
A. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
| 11
Dalam rangka pembangunan pabrik pengolahan nikel PT. Resky Monagung
Industry maka diperlukan tenaga kerja pada tahap konstruksi diperkirakan mencapai
±89 orang untk pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel di Desa Lalowua
Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan yaitu dengan spesifikasi
dan jumlah masing-masing jenis spesifikasi tenaga disajikan pada tabel 1
Proses penerimaan tenaga kerja PT. Resky Monagung Industry harus melalui
berbagai tahap dan memenuhi Standard Operational Procedur (SOP) yang telah
ditetapkan perusahaan maupun peraturan perundangan yang berlaku (Undang-
Undang No. 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan). Proses penerimaan tenaga
kerja diawali dengan mempublikasikan pengumuman secara terbuka melalui media
massa, selanjutnya dilakukan proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi ini, diprediksi akan
menimbulkan dampak potensial yaitu Migrasi penduduk dari luar kecamatan
Palangga Selatan, peningkatan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan
masyarakat, serta menimbulkan dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat
khususnya Desa Lalowua.
| 12
1. Peralatan ore preparation system
2. Mini blast furnace system
3. Cold blast system
4. MBF control cabin
5. Slag granulation system
6. Gas cleaning system dan Effluent treatmen system
7. Water system
8. Compressed air sysem
9. Electrical system
10. Instrumentation and control
11. Casting machine
1. Instalasi Pabrik
Pembangunan pabrik meliputi pembangunan konstruksi fisik dan pemasangan mesin-mesin
pabrik. Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan fondasi, pembangunan rangka baja, penataan areal
ruang prosesing, pemasangan mesin-mesin pabrik, pemasangan dinding dan partisi, serta
pemasangan jaringan mekanikal dan lektrikal.
Perencanaan abrik merupakan unsur yang penting untuk kelancaran operasional serta
meminimalkan pergerakan maupun gangguan pada saat operasional pabrik. Bagian-bagian pabrik
yang diperlukan untuk suatu unit produksi terdiri dari preparai bijih nikel, pengeringan dan
pencampuran (sintering), tanur sembur (blast furnace). Instalasi unit preparasi bijih nikel, terdiri
| 23
dan bukan daerah/kawasan lindung; Fauna : bukan daerah margasatwa/cagar
alam.
| 24
peningkatan limbah padat dan cair, penurunan sanitasi lingkungan, potensi terjadinya
penyakit serta perubahan sikap dan persepsi masyarakat khususnya pekerja dan
masyarakat Desa Lalowua.
3. Tahap Operasi
A. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.
Masyarakat setempat yang memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu akan
direkrut. Ada kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan didatangkan dari daerah lain
bila tenaga dengan kualifikasi tertentu tidak dapat dipenuhi dari penduduk Iokal.
Kebutuhan tenaga kerja operasional pabrik pengolahan nikel oleh PT. Resky
Monagung Industry sekitar 303 orang tenaga kerja untuk 2 line MBF (sampai tahun
kedua), 824 orang tenaga kerja untuk 7 line MBF (mulai tahun ketiga) yang
meliputi tenaga kerja manajemen dan operasi pabrik, dengan rincian seperti pada
Tabel II-2.
Tabel II-2 kebutuhan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja operasi (untuk 2 line
MBF)
No Spesifikasi Jml No Spesifikasi Jml
A Management E Refining plan
1 General manager 1 1 Manager refining plan 1
2 Staf fungsional 6 2 Supervisior 4
3 Safety officier 2 3 De-S operation 16
4 Safety supervisior 4 4 L/D converter operation 4
5 Environmental supervisior 4 5 Slag treatment 4
6 Medical 3 6 Overhead crane 4
B Ore handling 7 Prehead ladge 4
1 Manager ore handling 1 8 Brick work 4
2 Supervisior 4 9 Casting/ingot & shot making 8
3 Data treatment & logistic 1 F Transportation of raw & slag
4 Maintenance 8 1 Manager transportation 1
| 25
5 Screening & crushing 16 2 Supervisior 4
6 Control room of R/D 4 3 Forman 4
7 Rotary dryer 16 4 Bulldozer & escavator operator 20
8 Mixing house 8 5 Dumptruck driver 16
C Calcining plan 6 Pay loader operator 12
1 Manager calcining plan 1 7 Maintenance 12
2 Supervisior 4 G Human resource
3 Calcining 4 1 HR manager 1
4 Dust treatment 8 2 Administration 4
5 Rotary klin 8 3 Logistic 2
6 Control room 8 4 Driver 6
7 Coal firing facility 8 5 Security 24
8 Maintenance 8 6 Office boy 4
D Smelting plan H Finance
1 Supervisior 4 1 Finance manager 1
2 Container wagon 4 2 Finance administration & storange 8
Jumlah 303
Proses penerimaan tenaga kerja PT. Resky Monagung Industry harus melalui
berbagai tahap dan memenuhi Standard Operational Procedor (SOP) yang tetap
ditetapkan perusahaan maupun peraturan perundangan yang berlaku (Undang-
Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Proses penerimaan tenaga
kerja diawali dengan mempublikasikan pengumuman secara terbuka melalui media
masa, selanjutnya dilakukan Proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Setiap kegiatan pertambangan, baik kegiatan penambangan maupun kegiatan
Pengolahan dan pemumian, factor keselamatan dan kesehatan kerja adalah factor
yang Penting. PT.Resky Monagung, membentuk organisasi K-3, sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku. Divisi K3 dipimpin oleh seorang Health
savety and Environment (HSE) Manager, yang bertanggung jawab kepada Operation
Manager, dan membawahi Dokter Perusahaan, Health Superintendet, Savety
Superintendet, dan Environment superintendet.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi ini, diprediksi akan menimbulkan
dampak potensial yaitu berupa migrasi penduduk, kesempatan kerja, kesempatan
| 26
berusaha,peningkatan pendapatan masyarakat, serta menimbulkan dampak
perubahaan sikap dan persepsi masyarakat khususnya masyarakat Desa Lalowua .
| 27
Batukapur dibakar dilokasi untuk mendapatkan produk kapur CaO. Kapur
digunakan untuk memurnikan titik lebur terak dan/atau sebagai penlngkat
unsur/senyawa pengotor dari masukan bahan baku bijih laterit dan/atau dari kokas
dan antrasit. Kadar CaO 18%. Kebutuhan batukapur ini diperoleh dari lokasi-lokasi
penambangan batukapur dl sekitar lokasi kegiatan.
Flourit atau karbit dibutuhkan untuk proses desulfurisasi dan/atau
defosforisasi. Selain itu, gas oksigen dan aluminium Juga dibutuhkan untuk proses
refining logam cairan, terutama untuk menurunkan kadar gas terlarut seperti
hydrogen dan nitroge serta unsur-unsur pengotor lainnya. Kebutuhan bahan minor
dan perlengkapannya biasanya kurang dari 0,6% dari total biaya produksi.
| 28
namun memisahkan bijih nikel dalam kondisi basah sangat sulit, sehingga
diusahakan dalam kondisi kering dengan menggunakan screener. Bijih nikel dengan
Ni rendah, dibuang dan dipakai untuk pengerasan jalan, sedangkan yang kandungan
Ni tinggi dilakukan pemecahan menggunakan Jaw Chruser. Pada umumnya, proses
pengolahan mempersyaratkan batuan menjadi sekitar 50 mm, dengan kadar kerikil
ukuran di bawah 5 mm tidak lebih dari 8%. Selain itu dipersyaratkan pula batuan
yang akan masuk ke dalam tungku pelebur (MBF) adalah relatif kering dengan kadar
air sekitar 10%.
Bijih nikel yang berukuran kecil (undersieve) dikirim ke rotary dryer,
pemanasan pada dryer menggunakan gas panas 800°C, yang dialirkan sejajar dengan
arah raw bijih nikel dari tempat inlet dari dryer, sehingga dapat kontak Iangsung
dengan bijih nikel di dalam dryer , hasil pengeringan adalah bijih nikel dengan
moisture content 22%. hal ini untuk mencegah debu pada proses pemisahan dan
pemecahan. Debu pada gas buangan dari dryer ditangkap menggunakan dust
collector dan dibuang dengan mengayakan dengan vibrating screen berukuran 30
mm, oversize ore hasil pengayakan dikirim ke impact chruser, untuk dipecahkan
menjadi ukuran 30 mm.
| 29
(FezO3) menjadi wustite (FeO), sedangkan limestone (CaC03) sebagai bahan imbuh
untuk pengaturan keasaman slag (terak).
Proses peleburan bijih nikel di dalam furnace, dimana bahan baku rupa sinter
bijih nikel dan kokas diumpankan dari atas tanur dan dari bawah dihembuskan udara
panas (O2) Pada temperatur 500 °C. Udara ini sangat menentukan pembakaran
karbon dengan oksigen untuk pembentukan gas monoksida (CO), dimana gas ini
diperlukan terutama untuk mereduksi oksida logam seperti NiO, Fe 2O3, reaksi antara
bahan reduktor dan gas O2 yang menghasilkanenergi panas yang cukup efisien.
Kelebihan gas CO dan proses oksadasi di dalam furnace dapat dikeluarkan pada
bagian atas MBF dan dapat dimanfaatkan untuk pemanasan udara yang ditiupkan
kembali ke dalam MBF sebagai bahan oksrdasi karbon melalui tuyere Selain itu
kelebihan gas CO dapat Juga digunakan pemanas cetakan, dan dumanfaatkan sebagai
energi pembuatan sinter.
Prosess produksi berlangsung kontinyu selama 24 Jam/hari di dalam MBF
yang bekerja pada temperatur antara 1500°C hingga 1700°C Temperatur yang terjadi
di dalam MBF dapat di uraikan sebagai berikut, temperatur pada daerah
pengumpanan (throat) bagian atas terjadi pada temperatur antara 200-350 °C,
kemudian turun di daerah stack atas dengan temperatur antara 400- 450 °C
Kemudlan di daerah stack tengah temperatur naik lagi: sekitar 450°C dan masuk ke
stack bawah temperatur naik lagi sekitar 700 - 1200 °C lalu masuk ke daerah belly
dengan temperatur sekitar 1200-1400°C Selanjutnya masuk ke daerah bosh tempat
berlangsungnya daerah pembakaran karbon dan dengan oksogen dimana dl daerah ini
mencapai sekitar 1700 °C. Disini semua material mencair dan ditampung di daerah
hearth kemudian cairan hot metal dan slag dikeluarkan pada selang waktu terlentu.
Hot metal yang telah terakumulasi di dasar MBF di-Gpping keluar melalui
lubang dinding ditampung dalam ladge atau torpedo car, kemudlan dikirim untuk
proses selanjutnya. Sementara itu slag dalam MBF di-tapping melalui 2 lobang yang
letaknya berlawanan arah dengan lobang tapping metal dan dikirim ke slag pon yang
lelaknya agak jauh dari MBF untuk didinginkan. Hot metal dan MBF didinginkan
| 30
secara tepat dengan menyemprotkan air dengan tekanan tinggi, kemudian masuk
dalam hopper dan dengan belt conveyor dikirlm ke fine crusher/ball mill untuk
dihaluskan dan kemudian dikirim ke Magnetic Separator untuk dipisahkan antara Fe-
Ni yang magnetik, sedangkan yang non magnetik merupakan pengotor dikirim ke
tailing pond. Ragkaian proses pendinginan sampai pemisahan dengan magnetik
separator dilakukan secara otnmatis.
Methoda untuk menghilangkan kandungan sulfur (desulfurization) pada crude
Fe-Ni adalah dengan menambahkan calcium carbide (CaC 2) dan soda ash (Na2CO3)
dan untuk menghilangkan sulfur dengan mengikat menjadi CaS dan Na 2S, sehingga
sisa sulfur pada metal setelah proses sulfurisasi menjadi kira-kira 0,015% Slag hasil
proses sulfurisasi masih terkandung antara 9-10% Ni dan 7-9% S, namun harus di-
crushing menggunakan limestone chrusher dan pernisahan +10mm. Dengan proses
ini diperoleh 70%Ni dalam desulfurisasi slag dan 91% S dapat dlhilangkan.
Selanjutnya untuk produksi Iow carbon Fe-Ni, pengotor yaltu C, Si dan P,
dibersihkan dengan menyemprotkan oxygen dalam shaking converter.
| 31
a. Penanganan Limbah
Dalam pengoperasian pabrik pengolahan nikel dan fasilitas pendukung
lainnya akan menghasilkan limbah, terutama limbah padat, cair, gas dan debu.
Limbah-limbah yang dihasilkan bersifat limbah B3 sehingga perlu penanganan
khusus. Limbah B3 seperti bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang
digunakan saat proses atau sisa proses seperti filter-filter bekas, potongan waste
baskets besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, dan oli
bekas akan dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah disiapkan
khusus, kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga (off-site treatment)
yang mempunyai izin pengelolaan limbah B3.
Apabila Iimbah yang dihasilkan tidak dikelola dengani baik, dapat
menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini tentu tidak diharapkan, baik oleh
perusahaan maupun oleh masyarakat umum.
| 32
tambang sebagai material reklamasi kemudian ditutup dengan top soil selanjutnya
dilakukan penghijauan.
| 33
2. Pengendapan dan Pengapungan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke kolam
pengendapan limbah cair didiamkan agar parcikel-partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar kolam. Endapan
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan
dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain proses
pengendapan juga dilakukan proses pengapungan (Floation). Proses ini
berfungsi untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak.
Pengolahan lemak, minyak atau bahan organik lain biasanya dilakukan
dalam dua cara yaitu :
- Memisahkan minyak dari air dengan adanya perbedaan berat jenis. Secara
praktis air buangan ditampung dalam bak dan didiamkan beberapa waktu
sampai terjadi pemisahan minyak/lemak sempurna. Minyak dan lemak
akan mengapung dan dapat dipisahkan dengan cara skimming.
- Menghancurkan atau merusak emulsi minyak dengan cara kimia, yaitu:
penambahan koagulan, penambahan asam, penambahan garam dan
pemanasan dan penambahan dan pemecah emulsi (demulgators).
Koagulan yang dipakai adaiah garam-garam aluminium atau besi yang
akan menghasilkan lumpur hidroksida, aluminium atau besi yang
mengandung banyak air. Dapat pula dilakukan dengan asam, biasanya
HCI atau H2SO4, akan menghasilkan air buangan yang asam yang perlu
dinetralisir dahulu. Proses flotasi ini prinsipnya adalah proses penempelan
minyak pada permukaan gelembung-gelembung udara yang sengaja
ditimbulkan dengan pengadukan dan tiupan udara dalam larutan.
Pemisahan dengan flotasi ini cukup efektif, tetapi diperlukan peralatan
khusus dan bahan kimia khusus pula misalnya frother dan aktivator
3. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoon atau kolam perlakuan, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan
| 34
kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut
kemudian digunakan oleh bakteri aero untukproses penguraian/degradasi
bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi.
Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam,
air limbah dapat disalurkan ke kolam selanjutnya.
| 35
c. Penanganan limbah B3
Limbah cair B3 kemungkinan besar yang dihasilkan dari operasional pabrik
pengolahan dan pemumian bijih nikel PT. Resky Monagung Industry adalah Oli
bekas. Oli bekas ini dihasilkan dari kendaraan angkut dan alat berat dan dari
Generator Set. Pengelolaan limbah cair B3 dilakukan terhadap kegiatan
penyimpanan, sedangkan pengolahan atau pemanfaatan Iebih Ianjut diserahkan
kepada Pihak Ketiga yang telah mendapatkan ijin dan Pejabat yang berwenang
(KLH).
Penanganan oli bekas disimpan dalam suatu drum (tanki limbah oli) dengan
persyaratan yaitu; (1) kondisi baik, tidak bocor atau rusak; (2) terbuat dan bahan
yang cocok dengan karakteristik Iimbah B3 yang disimpan; (3) memiliki penutup
yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau
pengangkutan; (4) tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang
berlaku. Selengkapnya di sajikan pada Gambar II-5.
| 36
Gambar II-5 simbol dan label kemasan B3
Sistem penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok, dimana setiap blok
terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
mnnyeluruh terhadap setiap kemasan. Lebar gang sistem penyimpanan akan dibuat
minimal 60 cm untuk lalulintas manusia dan lebar gang untuk lalulintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya. Penumpukan
kemasan limbah B3 mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Untuk
wadah drum logam (isi 200 liter), tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan
tiap lapis diberi alas pelat. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan
terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1
(satu) meter. Sistem penyimpanan kemasan disajikan pada Gambar II-7 dan Gambar
II-7.
| 37
Gambar II-8 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3
| 38
terbuka akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sejumlah fasilitas
yang masih dapat difungsikan bagi kegiatan lain dapat dilimpahkan kepada
masyarakat melalui pemerintah setempat. Pada prinsipnya, lahan dan aset-aset lain
bekas kegiatan pengolahan bijih nikel pasca operasi akan diserahkan kembali ke
negara. Adapun detail mekanisme penyerahannya seperti tertuang dalam dokumen
“kontrak”.
Kegiatan penutupan pabrik ini menimbulkan dampak potensial terhadap
lingkungan hidup berupa, perubahan iklim mikro, perubahan indeks
keragaman/kerapatan vegetasi dan perubahan slkap dan persepsi masyarakat.
| 39
tabulasi pencatatan stasiun Meteorologi Pangkalan Udara Wolter Manginsidi
(Bandara Halu Oleo) Kendari selama 10 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai
dengan 2013. Temperatur udara rata-rata kabupaten konawe selatan selama 2004-
2013 disajikan pada Tabel II-3. Dalam kurung waktu selama 10 tahun terakhir,
temperatur rata-rata maksimum terjadi pada bulan Oktober dan November,
sedangkan temperatur rata-rata maksimum terjadi pada bulan september.
Tabel II-3
Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-
2013
Temperatur Udara (0C)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata
Bulan
M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M
Mx Mn
x n x n x n x n x n x n x n x n x n x x
Keterangan: Mx : maksimum
Mn : minimum
Rata-rata kelembaban relative bulanan di wilayah studi selama 10 tahun
terakhir berkisar antara 75% pada bulan oktober sampai 84,5% pada bulan ini dengan
rata-rata tahunan 80,6%. kelembaban udara di Kab. Konawe Selatan selama 2004-
2013 di sajikan pada tabel II-4.
Tabel II-4
| 40
Kelembaban udara rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-
2013
Kelembaban Udara (%)
Bulan 200 200 200 200 200 200 201 201 201 201
Rerata
4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
Janu 90 88 79 72 72 71 78 83 76 81 79,0
Febr 85 88 78 77 74 74 80 84 78 84 80,2
Mart 84 87 79 91 78 84 84 82 77 86 83,2
April 87 88 82 83 83 82 82 85 81 85 83,8
Mei 86 88 84 82 85 81 85 86 78 87 84,2
Juni 82 87 83 85 84 81 87 85 84 87 84,5
Juli 87 87 76 78 82 77 88 87 74 90 82,6
Agust 81 88 71 79 83 72 81 81 79 82 80,3
Septe 76 88 67 72 75 67 83 83 78 79 76,6
Okto 72 88 61 72 78 70 82 82 70 75 75,0
Nov 76 88 64 74 77 70 84 84 81 80 77,4
Des 82 87 75 75 78 72 89 89 78 86 79,9
Rerata 82 88 75 78 79 75 83 84 78 84 80,6
Tabel II-5
Tekanan udara rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-
2013
Kelembaban Udara (%)
Bulan
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata
Janu 1009,6 1009,4 1007,3 1008,4 1007,6 1009,6 1009,4 1007,3 1008,4 1007,6 1008,4
| 41
Febr 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1009,0
Mart 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1008,7
April 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1009,1
Mei 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1009,9
Juni 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,1
Juli 1011,6 1010,6 1010,9 1010,7 1010,8 1011,6 1010,6 1010,9 1010,7 1010,8 1010,5
Agust 1012,9 1010,3 1010,5 1010,3 1010,6 1012,9 1010,3 1010,5 1010,3 1010,6 1011,0
Septe 1023,3 1011,2 1010,6 1010,1 1010,3 1023,3 1011,2 1010,6 1010,1 1010,3 1011,5
Okto 1012,3 1010,5 1011,2 1008,9 1009,5 1012,3 1010,5 1011,2 1008,9 1009,5 1010,2
Nov 1009,6 1010,4 1019,0 1007,4 1009,8 1009,6 1010,4 1019,0 1007,4 1009,8 1009,8
Des 1009,1 1010,6 1008,1 1006,7 1006,7 1009,1 1010,6 1008,1 1006,7 1006,7 1008,1
Rerata 1011,9 1010,3 1010,2 1009,0 1009,1 1011,9 1010,3 1010,2 1009,0 1009,1 1009,7
Data dari stasion Lanud Halu Oleo Periode (2004-2013) menunjukan bahwa
curah hujan berkisar antara 1555,6 mm/tahun sampai 3648,5 mm/tahun. Data dari
tabel II-6 menunjukan bahwa curah hujan rata-rata terendah selama tahun 2004-2013
terjadi pada bulan september yaitu 94,8 mm dan tertinggi pada bulan maret yaitu
281,4 mm.
Tabel II-6
Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-2013
Kelembaban Udara (%)
Bulan
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata
Janu 274,5 330,1 1007,3 1008,4 1007,6 1009,6 1009,4 1007,3 1008,4 1007,6 1008,4
Febr 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1009,0
Mart 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1008,7
April 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1009,1
Mei 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1009,9
Juni 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,1
Juli 1011,6 1010,6 1010,9 1010,7 1010,8 1011,6 1010,6 1010,9 1010,7 1010,8 1010,5
Agust 1012,9 1010,3 1010,5 1010,3 1010,6 1012,9 1010,3 1010,5 1010,3 1010,6 1011,0
Septe 1023,3 1011,2 1010,6 1010,1 1010,3 1023,3 1011,2 1010,6 29 85 94,8
Okto 1012,3 1010,5 1011,2 1008,9 1009,5 1012,3 1010,5 1011,2 1008,9 1009,5 1010,2
Nov 1009,6 1010,4 1019,0 1007,4 1009,8 1009,6 1010,4 1019,0 1007,4 1009,8 1009,8
Des 1009,1 1010,6 1008,1 1006,7 1006,7 1009,1 1010,6 1008,1 1006,7 1006,7 1008,1
| 42
Rerata 1555,6 2851,2 1747,0 2366,1 2301,3 1783,0 3648,5 2427,0 2053,3 3726,3 2345,9
3. Kualitas Udara
Gambaran umum tingkat kualitas udara di wilayah sekitar proyek diperoleh
dari pengukuran lapangan. Lokasi pemantauan udara ini dilakukan pada 2 lokasi,
yaitu ST-01 di lokasi pembangunan pabrik bijih nikel PT. Kinlin Nickel Industri
Indonesia dengan koordinat LS: 040 27’ 25,4’’. BT: 1220 21’ 12,4’’, dan ST-02 di
jalan poros Torobulu-Tinanggea simpang tiga jalan masuk lokasi kegiatan dengan
koordinat LS: 04” 26’ 27,3’’ BT: 122” 21’ 20,3”. Data kualitas udara disekitar
wilayah studi disajikan pada Tabel 11-7.
Tabel 11-7.
Data kualitas udara di sekitar wilayah studi (pengukuran 1 jam)
| 43
Satuan
No. Parameter Uji Satuan Baku Mutu
ST-01 ST-02
| 44
Dari hasil olahan data kualitas udara di 2 lokasi pemantauan 24 jam, diketahui
bahwa konsentrasi SO2 yang ada berkisar antara 6,653 – 7,525 μg/ Nm , semua lokasi
sampel bahwa lokasi sampel menunjukan bahwa konsentrasi SO 2 berada di bawah
baku mutu yang di tetapkan (365 μg/ Nm3 dengan waktu 24 jam). Konsentrasi NO 2
yang terpantau berkisar antara 7,465 – 8,945 μg/ Nm3 juga masih berada di bawah
baku mutu udara yang dipersyaratkan (150 μg/ Nm3 dengan waktu 24 jam).
Konsentrasi CO yang terpantau antara kedua lokasi berkisar antara 12,130 – 13,931
μg/ Nm3, juga masih berada dibawah baku mutu udara yang di persyaratkan (10.000
μg/ Nm3 dengan waktu 24 jam) konsentrasi Pb yang terpantau pada kedua lokasi
berkisar antara 0,059 – 0,064 μg/ Nm 3 , juga masih berada dibawah mutu udara yang
di persyaratkan (2 μg/ Nm3 dengan waktu 24 jam). Untuk kadar partikulat debu (TSP)
terpantau pada kedua lokasi berkisar antara 15,845 – 16,314 μg/ Nm3 juga masih
berada dibawah baku mutu udara yang persyaratkan (230 μg/ Nm 3 dengan waktu 24
jam).
Indeks kualitas udara di lokasi kegiatan dan sekitarnya di hitung berdasarkan
metode yang di kembangkan oleh Anjaneyulu, Y., Manickam, V., (2007), di sajikan
pada tabel II-9.
Tabel II-9
Indeks kualitas udara di sekitar wilayah studi
Konsentrasi Polutan Rating Kualitas
Baku (Ci) Parameter (Ai)
No. Parameter Uji
Mutu ST-
ST-01 ST-02 ST-02
01
Sulfur Dioksida
1 365 6,653 7,525 1,823 2,062
(SO2)
Nitrogen Dioksida
2 150 7,465 8,945 4,977 5,963
(NO2)
Karbon Monoksida
3 10.000 12,130 13,931 0,121 0,139
(CO)
4 Timah Hitam (Pb) 2 0,059 0,064 2,944 3,194
5 Debu (TSP) 230 15,845 16,314 6,889 7,093
| 45
Air Pollution Indeks (API) 3,351 3,690
4. Kebisingan
Tingkat kebisingan terus di lakukan secara terus-menerus berdasarkan
kepmen lingkungan hidup No. 48 tahun 1996. Pengukuran kebisingan dilakukan per
lima detik dalam waktu 10 menit di sekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung Industry di dua lokasi yaitu
lokasi proyek dengan koordinat LS: 040 27’ 25,5”. BT: 1210 21’ 11,0”. Dan jalan
poros torobulu-Tinanggea dengan koordinat LS: 040 26’ 27,2”. BT: 1210 21’ 19,0”.
Pengukuran ini disebut leq (10 menit) yang di lakukan pada selang waktu tertentu
untukk siang hari. Data pengukuran di sajikan pada tabel II-10 dan tabel II-11.
Tabel II-10
Data Tingkat Kebisingan di Lokasi Proyek
(LS:040 27’ 25,5” BT:121021’ 11,0”)
Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam
(det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00
5 30,6 45,1 41,8 34,0 205 35 27,8 37,6 46,5 405 38,4 27,8 41,8 46,5
10 30,4 41,5 41,4 27,2 210 30,6 49,4 31,1 31,9 410 45,8 49,4 41,4 31,9
15 30,8 41,7 42,4 28,8 215 31,1 33,6 30,9 36,6 415 48,4 33,6 42,4 36,6
20 41 34,7 52,6 34,1 220 33,9 27 32,3 36,5 420 40,8 27 52,6 36,5
25 40,9 40,6 53,1 38,2 225 35,1 35,6 35,1 37,4 425 34,3 35,6 53,1 37,4
| 46
30 32,8 60,1 33 36,6 230 38 27,8 41,9 38,4 430 35,8 27,8 33 38,4
35 31 50,6 35,3 35,9 235 31,8 57,1 31,8 41,5 435 37,2 57,1 35,3 41,5
40 30,6 56,1 35,8 35,4 240 33,2 49 34,9 41,1 440 36,4 49 35,8 41,1
45 30,7 59,3 31,3 29,4 245 30,8 47,7 38,3 38,4 445 31,7 47,7 31,3 38,4
50 32,5 33,9 60,5 34,3 250 30,7 53,5 32,2 41,2 450 34 53,5 60,5 41,2
55 30,3 36,1 30,1 36,9 255 32,6 27,6 33,4 40,9 455 45,3 27,6 30,1 40,9
60 32,5 32,4 46,3 32,9 260 32,4 29,1 34,1 36,7 460 45,9 29,1 46,3 36,7
65 30,7 32,9 27,4 31,1 265 36,3 27,1 29,4 40,1 465 44,2 27,1 27,4 40,1
70 50,6 32,2 33,3 27,5 270 30,1 27,5 32,3 45,5 470 39,5 27,5 33,3 45,5
75 34,4 42,3 34,8 30,3 275 33,4 29,9 34,9 40,1 475 39,4 29,9 34,8 40,1
80 33,8 41,8 36 37,4 280 38,3 29 35,6 47,5 480 29,4 29 36 47,5
85 33,7 34,5 28,2 37,7 285 37,7 35,7 54,4 45,7 485 40,4 35,7 28,2 45,7
90 34,2 57,1 41,1 31,3 290 34,9 27,4 51,2 33,9 490 30,5 27,4 41,1 33,9
95 34,1 35,2 52,8 29,4 295 32,5 48,6 29,5 36,3 495 46,2 48,6 52,8 36,3
100 37,2 40,4 35,9 34,6 300 31,7 57,3 30,5 40,5 500 45,2 57,3 35,9 40,5
105 40,3 56,8 47,2 34,0 305 34,8 53,6 28,1 36,2 505 46,2 53,6 47,2 36,2
110 44,2 35,3 33,5 38,4 310 37,7 57,4 31,3 37,4 510 44,2 57,4 33,5 37,4
115 33,8 33,4 35,5 39,8 315 39,5 48,2 28,5 43,4 515 43 48,2 35,5 43,4
120 33,2 39,4 42 29,3 320 40,7 32,4 66,1 41,3 520 38,8 32,4 42 41,3
125 36,8 40,3 29,1 34,8 325 37,1 34,4 33 40,2 525 38,6 34,4 29,1 40,2
130 40,7 39,8 34,3 30,1 330 38,7 32 27,5 48,9 530 41,3 32 34,3 48,9
135 39,6 47,2 27,8 35,2 335 38,7 42,1 27,6 47,5 535 43,4 42,1 27,8 47,5
140 31,9 56,1 27,7 34,8 340 40,8 41,5 28,1 38,4 540 37,8 41,5 27,7 38,4
145 31,2 27,2 28,9 31,2 345 38,7 34,7 41 41,7 545 32,2 34,7 28,9 41,7
150 30,7 27 29,2 37,3 350 42,5 34,6 28,7 34,5 550 33,6 34,6 29,2 34,5
155 30,5 27,2 31,7 31,5 355 33,3 34,3 27,5 33,5 555 39 34,3 31,7 33,5
160 30,6 26,5 27,7 36,6 360 32,2 34,2 33,3 39,7 560 29,9 34,2 27,7 39,7
165 30,5 40 41,2 26,3 365 43,5 34,4 27,8 34,6 565 56,7 34,4 41,2 34,6
170 30,4 47,3 32,8 42,7 370 42,1 43,9 27,7 28,6 570 43,5 43,9 32,8 28,6
175 31,1 36,8 38,7 40,2 375 40,9 38,2 47,5 39,2 575 31,5 38,2 38,7 39,2
180 31,6 37 37,6 29,7 380 37,3 38,3 46,2 35,5 580 43,1 38,3 37,6 35,5
185 32,2 28,3 38,5 33,0 385 38,2 48 38,2 33,2 585 30,1 48 38,5 33,2
190 33,5 27,2 37,7 29,7 390 47,7 38,4 51,9 29,3 590 34,9 38,4 37,7 29,3
195 41,2 29,7 38,3 28,9 395 32,2 38,4 43,6 34,1 595 36 38,4 38,3 34,1
| 47
200 31,5 31,7 37,8 34,4 400 39,3 38,3 44,4 41,5 600 37,1 38,3 37,8 41,5
Hasil hitung leq (10 menit) untuk siang hari menunjukan bahwa tingkat
kebisingan di lokasi proyek pada waktu 06.00-09.00 yaitu sebesra 39,5 db(A) pada
waktu 09.00-14.00 sebesar 48,2 db(A) pada waktu 14.00 -17.00sebesar 50,2 db(A)
dan pada waktu 17.00-22.00 sebesar 39,1 db(A). Secara keseluruhan kebisiangan di
siang hari di lokasih proyek sebesar 46,4 db(A).
Tabel II-11
Data Tingkat Kebisingan di Jalan Poros Torobulu
(LS:040 26’ 27,2” BT:121021’ 19,0”)
Wak
Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam
t
7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00
(det)
5 46,5 41,8 37,6 30,6 205 41,8 46,5 30,6 37,6 405 41,8 34,0 30,6 46,5
10 31,9 41,4 31,1 30,4 210 41,4 31,9 30,4 31,1 410 41,4 27,2 30,4 31,9
15 36,6 42,4 30,9 30,8 215 42,4 36,6 30,8 30,9 415 42,4 28,8 30,8 36,6
20 36,5 52,6 32,3 41 220 52,6 36,5 41 32,3 420 52,6 34,1 41 36,5
25 37,4 53,1 35,1 40,9 225 53,1 37,4 40,9 35,1 425 53,1 38,2 40,9 37,4
30 38,4 33 41,9 32,8 230 33 38,4 32,8 41,9 430 33 36,6 32,8 38,4
35 41,5 35,3 31,8 31 235 35,3 41,5 31 31,8 435 35,3 35,9 31 41,5
40 41,1 35,8 34,9 30,6 240 35,8 41,1 30,6 34,9 440 35,8 35,4 30,6 41,1
45 38,4 31,3 38,3 30,7 245 31,3 38,4 30,7 38,3 445 31,3 29,4 30,7 38,4
50 41,2 60,5 32,2 32,5 250 60,5 41,2 32,5 32,2 450 60,5 34,3 32,5 41,2
55 40,9 30,1 33,4 30,3 255 30,1 40,9 30,3 33,4 455 30,1 36,9 30,3 40,9
60 36,7 46,3 34,1 32,5 260 46,3 36,7 32,5 34,1 460 46,3 32,9 32,5 36,7
65 40,1 27,4 29,4 30,7 265 27,4 40,1 30,7 29,4 465 27,4 31,1 30,7 40,1
70 45,5 33,3 32,3 50,6 270 33,3 45,5 50,6 32,3 470 33,3 27,5 50,6 45,5
75 40,1 34,8 34,9 34,4 275 34,8 40,1 34,4 34,9 475 34,8 30,3 34,4 40,1
80 47,5 36 35,6 33,8 280 36 47,5 33,8 35,6 480 36 37,4 33,8 47,5
85 45,7 28,2 54,4 33,7 285 28,2 45,7 33,7 54,4 485 28,2 37,7 33,7 45,7
| 48
90 33,9 41,1 51,2 34,2 290 41,1 33,9 34,2 51,2 490 41,1 31,3 34,2 33,9
95 36,3 52,8 29,5 34,1 295 52,8 36,3 34,1 29,5 495 52,8 29,4 34,1 36,3
100 40,5 35,9 30,5 37,2 300 35,9 40,5 37,2 30,5 500 35,9 34,6 37,2 40,5
105 36,2 47,2 28,1 40,3 305 47,2 36,2 40,3 28,1 505 47,2 34,0 40,3 36,2
110 37,4 33,5 31,3 44,2 310 33,5 37,4 44,2 31,3 510 33,5 38,4 44,2 37,4
115 43,4 35,5 28,5 33,8 315 35,5 43,4 33,8 28,5 515 35,5 39,8 33,8 43,4
120 41,3 42 66,1 33,2 320 42 41,3 33,2 66,1 520 42 29,3 33,2 41,3
125 40,2 29,1 33 36,8 325 29,1 40,2 36,8 33 525 29,1 34,8 36,8 40,2
130 48,9 34,3 27,5 40,7 330 34,3 48,9 40,7 27,5 530 34,3 30,1 40,7 48,9
135 47,5 27,8 27,6 39,6 335 27,8 47,5 39,6 27,6 535 27,8 35,2 39,6 47,5
140 38,4 27,7 28,1 31,9 340 27,7 38,4 31,9 28,1 540 27,7 34,8 31,9 38,4
145 41,7 28,9 41 31,2 345 28,9 41,7 31,2 41 545 28,9 31,2 31,2 41,7
150 34,5 29,2 28,7 30,7 350 29,2 34,5 30,7 28,7 550 29,2 37,3 30,7 34,5
155 33,5 31,7 27,5 30,5 355 31,7 33,5 30,5 27,5 555 31,7 31,5 30,5 33,5
160 39,7 27,7 33,3 30,6 360 27,7 39,7 30,6 33,3 560 27,7 36,6 30,6 39,7
165 34,6 41,2 27,8 30,5 365 41,2 34,6 30,5 27,8 565 41,2 26,3 30,5 34,6
170 28,6 32,8 27,7 30,4 370 32,8 28,6 30,4 27,7 570 32,8 42,7 30,4 28,6
175 39,2 38,7 47,5 31,1 375 38,7 39,2 31,1 47,5 575 38,7 40,2 31,1 39,2
180 35,5 37,6 46,2 31,6 380 37,6 35,5 31,6 46,2 580 37,6 29,7 31,6 35,5
185 33,2 38,5 38,2 32,2 385 38,5 33,2 32,2 38,2 585 38,5 33,0 32,2 33,2
190 29,3 37,7 51,9 33,5 390 37,7 29,3 33,5 51,9 590 37,7 29,7 33,5 29,3
195 34,1 38,3 43,6 41,2 395 38,3 34,1 41,2 43,6 595 38,3 28,9 41,2 34,1
200 41,5 37,8 44,4 31,5 400 37,8 41,5 31,5 44,4 600 37,8 34,4 31,5 41,5
Sedangkan hasil hitungan leq (10 menit) tinkat kebisingan di jalan poros
torobulu-tinanggea pada waktu 06.00-09.00 yaitu sebesra 46,0 db(A) pada waktu
09.00-14.00 sebesar 54,8 db(A) pada waktu 14.00 -17.00sebesar 58,7 db(A) dan pada
waktu 17.00-22.00 sebesar 46,2 db(A). Secara keseluruhan kebisiangan di siang hari
di jalan poros torobulu-tinanggea sebesar 54,1 db(A)
Berdasarkan skala kualitas lingkungan untuk paramter tingkat kebisingan
menujukan bawha di lokasih proyek dan jalan poros torobulu-tinanggea termasuk
dalam kategori sangat baik (skala 5).
| 49
5. Kualitas Air
Gambaran umum tingkat kualitas air di wilaya sekitar proyek di dapati dari
data sekunder (Laporan AMDAL PT. Samba Mineral Mining,2013). Pengukuran
kualitas air yang berada di dalam wilaya studi meliputi air sumur dangkat ( air
sumur) dan air sumur dalam (air bor) serta air laut. Data kualitas air sumur dan air
bor di sekitar wilaya studi di sajikan pada Tabel II-12
Tabel II – 12
Parameter kualitas air di wilayah studi
Hasil pemeriksaan Baku mutu
No Parameter Satuan
Sumur air Air bor BM-1 BM-2
A Fisika
1 Total padatan terlarut (TDS) Mg/l 60 190 1000 1,5
2 Total padatan tersuspensi Mg/l 4,5 22,5 50 -
B Kimia
3 pH - 6,84 6,7 6-9 6,5-9
4 Amonia(NH3) Mg/l <0,01 <0,01 0,5 -
5 Nitrat (NiO3) Mg/l 0,09 0,1 10 10
6 Nitrit (No2) Mg/l <0,02 <0,02 0,06 1
7 Besi (Fe) Mg/l 0,41 0,58 0,3 1
8 Seng (Zn) Mg/l 0,02 0,01 0,05 15
9 Raksa (Hg) Mg/l 0,000123 0,000131 0,001 0,001
10 Arsen (As) Mg/l 0,007 0,007 0,05 0,05
11 Cadmium (Cd) Mg/l 0,0040559 0,003954 0,01 0,005
12 Tembaga (Cu) Mg/l 0,0038 0,00558 0,02 -
13 Cromium (Cr) Mg/l 0,001 0,003 - -
14 Crom val 6 (Cr6) Mg/l 0,0456 0,0338 0,05 0,05
15 Selenium (Se) Mg/l 0,0042 0,0026 0,01 0,01
16 Boronium (B) Mg/l 0,0532 0,0611 1 -
17 Nikel (Ni) Mg/l 0,1022 0,1997 - -
18 Kobal (co) Mg/l 0,1025 0,101 0,2 -
19 Timbal (Pb) Mg/l 0,01417 0,01614 0,03 0,05
20 Florida (F) Mg/l <0,02 0,042 0,5 1,5
| 50
21 Phospat (PO4) Mg/l 0,04 0,02 0,2 -
22 Fenol (C6H5OH) Mg/l 0,568 0,662 1 -
23 Minyak lemak Mg/l 0,5 0,5 1000 -
24 Disolvet Oxygen (DO) Mg/l 5,11 3,38 6 -
25 Chemichal oxygen Deman Mg/l 0,1 0,01 10 -
26 Biologichal oxygen Deman Mg/l 0,12 0,015 2 -
Tabel II–13
Analisis Indeks Pencemaran Air Sumur
Konsentrsai Parameter
Baku mutu (Li) (Ci/Li) BM-1 (Ci/Li) BM-2
(Ci)
No. Parameter
Air Air
BM-1 BM-2 Air Sumur Air Bor Air Bor Air Bor
Sumur Sumur
Total Padatan
1 1000 1,5 60 190 60 60 60 60
Terlarut (TDS)
Total padatan
2 50 - 4,5 22,5 4,5 4,5 4,5 4,5
tersuspensi
3 pH 6-9 6,5-9 6,84 67 6,84 6,84 6,84 6,84
4 Amonia (NH3) 0,5 - 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Nitrat (NO3) 10 10 0,09 0,1 0,09 0,09 0,09 0,09
6 Nitrit (NO2) 0,06 1 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
7 Besi (Fe) 0,3 1 0,41 0,58 0,41 0,41 0,41 0,41
8 Sen (Zn) 0,05 15 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02
0,00013 0,00012 0,0001 0,00012
9 Raksa (Hg) 0,001 0,001 0,000123 0,000123
1 3 23 3
10 Arsen (Ar) 0,05 0,05 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007
0,00395 0,00405 0,004055 0,0040 0,00405
11 Cadmium (Cd) 0,01 0,005 0,0040559
4 59 9 559 59
12 Tembaga (Cu) 0,02 - 0,0038 0,00558 0,0038 0,0038 0,0038 0,0038
13 Kromium (Cr) - - 0,001 0,0338 0,001 0,001 0,001 0,001
| 51
Krom Val 6
14 0,2 0,05 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456
(Cr+6)
15 Selenium (Se) 0,01 0,01 0,0042 0,0142 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
16 Boron (B) 1 - 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532
17 Nikel (Ni) - - 0,1022 0,1022 0,1022 0,1022 0,1022 0,1022
18 Cobal (Co) 0,2 - 0,1025 0,1025 0,1025 0,1025 0,1025 0,1025
0,0141
19 Timbal (Pb) 0,03 0,05 0,01417 0,01417 0,01417 0,01417 0,01417
7
20 Fluorida (F) 0,5 1,5 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
21 Phospat (PO4) 0,2 - 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Fenol
22 1 - 0,568 0,568 0,568 0,568 0,568 0,568
(C6H5OH)
23 Minyak Lemak 1000 - 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Disolved
24 6 - 5,11 5,11 2,5 5 2,9 2,9
oxygen (DO)
Chemical
25 Oxigen Deman 10 - 0,1 0,1 1,4 2 3,0 5.5
(COD)
Biological
26 Oxygen 2 - 0,12 0,12 4,7 3,4 1,9 2,5
Deman (BOD)
Indeks Pencemaran
1,207 1,737 6,410 8,184
Air
Hasil analisis labolatorim mengenai kualitas air sumur dan air bor menujukan
bahwa umumnya parameter fisik dan kimia air masih berada di bawah baku mutu
yang di syaratkan sesuai dengan peraraturan pemerintah No 82 tahun 2001 tentang
pengolhan kualitas air dan pengendalian air kelas I, dan Permenkes. No 416 tahun
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air (lampiran II). Kulitas air
sumur dan air bor ini selenjutnya di analisis denan menghitung indeks pencemaran
(pollition index) berdasarkan permen LH nomor 115 Tahun 2003 , seperti pada tabel
II–13.
Berdasarkan hasil analisis indeks pencemaran air (IP) menujukan bahwa IP
kualitas air sumur dan air bor denan menggunakan batu mutu peraturan pemetintah
| 52
No 82 tahun 200, menujukan bahwa IP air sekitar 1.207-1..737 tercemar ringan pda
parameter besi. Sedangkan berdasarkan baku mutu Permenkes. No 416 tahun 1990, ,
menujukan IP air sekitar 6.410-8.184 tereomar sedang parameter TDS. Hal inii di
nilai baik ( skala 4 ).
Tabel II-14
Parameter kualitas air laut di wilayah studi
No Parameter satuan Air laut Baku mutu
A Fisika
1 Kekeruhan Mg/l 2,78 5
2 Total padatan tersuspensi (TSS) Mg/l 26,4 80
B Kimia
3 pH - 6,77 7-8,5
4 Amonia(NH3) %0 <0,01 0,3
5 Salinitas Mg/l 34 34
6 Minyak lemak Mg/l 1 1
7 Disolvet Oxygen (DO) Mg/l 3,44 5
8 Chemichal oxygen Deman Mg/l 35 20
9 Biologichal oxygen Deman Mg/l 17 -
10 Besi (Fe) Mg/l 0,05 0,002
11 Fenol (C6H5OH) Mg/l 0,00560 -
12 Cromium (Cr) Mg/l 0,02 0,05
13 Seng (Zn) Mg/l 0,07 0,005
14 Crom val 6 (Cr6) Mg/l 0,0018 0,05
15 Nikel (Ni) Mg/l 0,2179 0,001
16 Cadmium (Cd) Mg/l 0,0040389 0,008
17 Tembaga (Cu) Mg/l 0,0300 0,008
18 Timbal (Pb) Mg/l 0,01365 0,001
19 Raksa (Hg) Mg/l 0,001500 5
| 53
Hasil analisis labolatorim, kualitas air laut di sekitar lokasi pembangunan
pabrik pengolahan biji nikel menujukan bahwa beberapa parameter melampaui baku
mutu yang disyaratkan oleh kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air
laut. Parameter tersebut adalah parameter COD, besi (fe), sen (Zn), Cadmium(Ca),
Tembaga(Cu), dann Timbal(Pb). Hal ini di pengaruhi oleh aktivitas pelabuhan
khusus dan penambangan nikel yan telah beroperasi di sekitar lokasi kegiatan.
Tabel II-15
Analisis Indeks Pencemaran Air Laut
Konsentrasi
No. Parameter Baku Mutu (Li) Ci/Li
Parameter (Ci)
1 Kekeruhan 5 2,78 0,56
2 Total padatan tersuspensi (TSS) 80 26,4 0,33
3 pH 7-8,5 6,77 1,58
4 Amonia(NH3) 0,3 0,01 0,03
5 Salinitas 34 34 1,00
6 Minyak lemak 1 1 1,00
7 Disolved Oxygen (DO) 5 3,44 0,28
8 Chemichal oxygen Deman
9 Biologichal oxygen Deman 20 17 0,85
10 Besi (Fe) - 0,05
11 Fenol (C6H5OH) 0,002 0,0056 3,24
12 Cromium (Cr) - 0,02
13 Seng (Zn) 0,05 0,07 1,73
6
14 Crom val 6 (Cr ) 0,005 0,0018 0,36
15 Nikel (Ni) 0,05 0,2179 4,20
16 Cadmium (Cd) 0,001 0,004039 4,03
17 Tembaga (Cu) 0,008 0,03 3,87
19 Timbal (Pb) 0,008 0,01365 2,16
20 Raksa (Hg) 0,001 0,0015 1,88
Indeks Pencemaran Air 3,20
| 54
Berdasarkan hasil analisis IP, kualitas air laut memiliki IP=3.20 (cemar ringan).
6. kualitas Tanah
Gambarabn umum tingkat kualitas tanah di wilayah sekitar lokasih proyek di
peroleh dari analisis sampel tanah. Analisis kualitas tanah meliputi permeabilitas dan
tekstur tanah. Parameter permeabiltas erat kaitannya dengan kemampuan air
melewatih tanah, sedangkan parameter teksturmeliputi komposisi debu dalam tanah.
Data kualiatas tanah di sekitar wilaya studidi sajikan pada Tabel II-16.
Tabel II – 16
Parameter kulaitas tanahdi wilaya studi
Kode Sampel
No. Parameter Satuan Metode Analisis
TNH-1 TNH-2
1 Berat Volume mg/l 1,00 1,49 Gravimetri
2 Permeabilitas Cm/jam 0,22 0,31 Volumetrik
3 Tekstur Volumetrik
- Liat % 10,53 15,94
- Pasir % 64,25 64,25
- Debu % 25,22 21,61
- Total Pori % 52,83 50,94
- Tipe Substrat Lempung Berpasir Lempung Berpasir
B. Komponen Biologi
1. Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan masyarakat atau tumbuh-tumbuhan yang
menempati suatu wilaya tertentu. Keberadaan vegetasi sangat penting dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan baik manusia, hewan maupun
lingkungan. Analisis vegetasi dalam rangka Rencana pembangunan pabrik
| 55
pengolahan biji nikel oleh PT. Resky Monagung Industrydi desa lalowua kec.
Palangga selatan Kab. Konawe selatan dimaksudakan untuk mendapatkan gambaran
tentang kendala-kendala habitat( habitat constrain ) terkait dengan vegetasi penyusun
ekosistim hutan.
Berdasarkan penggunaan lahan, lokasi rencana pabrik pengolahan biji nikel
ini berada pada kawasan area penggunaan lain(APL). Di areal ini vegetasinya
umumnya hanya terdiri dari tumbuhan semak dan rumput serta sebagian kecil
variasinya oleh pepohonan. Tumbuhan yang berukuran besar ( pohon ) sangat sedikit
dan terdistribusi dalam kisaran yang sangat jarang. Pepohonan yang ada sebagian
besar berukuran diameter kuran dari 20 cm. Oleh karena itu, pendekatan untuk
menganlisis vegetsi di gunakan metode fisiognomi , yaitu di dasarkan pada
penampakan dari luar tumbuhan yang ada . Hasil inventarisasi jenis tanaman dan
tumbuhan seperti di sajikan pada Tabel II – 17 dan performanya pada gambar Tabel
II – 16.
Tabel II – 17
Jenis tumbuhan di Kawasan Rencana Pembangunan pabrik pengolahan bijih
Nikel oleh PT. Resky Monagung Industrydi desa lalowua kec. Palangga selatan
Kab. Konawe selatan
No. Nama Lokal Habitius Famili
| 56
10 Babadotan Herbal Compositea
11 Krinyuh Herbal Euphorbaoeae
12 Hyptis brevis L Herbal Lamiaoeae
13 Rodu Herbal Melatomataoeae
14 Meniran Herbal Phylantaoeae
15 Tulasi dahu Herbal Verbenoaea
16 Elymus elymoldes Rumput Asteraeoae
17 Oletra beoti Rumput Asteraeoae
18 Bromus tectorun Rumput Asteraeoae
19 Alang-alang Rumput Poaceeae
20 Lygodium circinatum Paku Schizaeooeae
21 Lygodium scandens paku Schizaeooeae
2. Keanekaragaman Fauna
| 57
Pengumpulan data fauna darat di kawsan rencan pembangunan pabrik
pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung di Desa Lalowua dengan cara observasi
langsung dilapangan. Pengamatan dilakukan dengan melihat dan mendengar
bunyi/suara untuk jenis burung. Untuk jenis mamalia dilakukan dengan penjumpaan
langsung maupun melalui pengealan tanda-tanda yang dijumpai yang berkaitan
dengan kehadirannya seperti bunyi, jejak hewan, bekas gigitan, kubangan atau
cakaran pada pohon serta fecal yang ditinggalkan . observasi tidak langsung juga
dilakukan untuk melengkapi data fauna dengan menggali informasi dari masyarakat
Desa Lalowua.
Tabel II-18
Jenis fauna terdapat di wilayah studi
No Nama hewan Nama Lokal Nama Ilmiah
Mamalia
1 Babi Hutan Bawl Sus celebensis
2 Musang Sulawesi Coki ale Macrogalidia musschenbroekii
Rodentia
1 Tikus sawah Balesu Rattus argintiventer
2 Tikus lading Balesu Rattus exulans
3 Mencit lading Balao cici Mus caroli
Aves
1 Pungguk tutul Serra’ Ninox punctulata
2 Sriti Bemputu Collocalia esculenta
3 Burung jalak - Enodes erythrophris centralis
4 Perkutut Bekku Geopelia striata
5 Tekukur bekku Aecipter rhodogaster
6 Mandar padi zebra puro Galliralus torquatus
7 Gagak Sulawesi Kao-kao Corvus typcus
8 Bondol rawa Dongi pecci Lonchura Malacca
9 Burung gereja Dongi sarang Passer montanus
Reptil
1 Biawak pararang Varanus salvator
2 Ular air Ula wae Enhydris enhydris
3 Kadal Boccili Mabuya sp
4 Ular sawah Ula sawah Photon sp
Amphibi
1 Katak pohon Busi Olypedatesleucomystax
2 Katak air Busi Rana sp
| 58
3 Katak sawah busi Rana cancrivora
3. Biota Perairan
a). Plankton
Plankton adalah jenis organisme perairan yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan kesuburan dan stabilitas ekosistem perairan. Hal ini di
dasarkan pada sistem aliran energi perairan dimana plankton merupakan sumber
energi (sebagi produsen) bagi organisme perairan lainnya. Pengamatan mengenai
jenis plankton disekitar lokasi pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT.
Kinlin Nickel Industri Indonesia, dilakukan di dua titik di perairan laut selat tiworo,
yaitu pada koordinat S: 040 28’ 03,1” ; E: 1220 22’ 15,0” (AL-1-KNII) dan pada
koordinat S: 040 28’ 05,5” ; E: 1220 22’ 42,6” (AL-2-KNII). Jenis-jenis plankton di
perairan laut selat tiworo disajikan pada tabel II-19.
Tabel II-19.
Jenis Plankton di Perairan Laut Selat Tiworo
Komposisi Plankton
No. Jenis Plankton
AL-1-KNII AL-2-KNII
1 Asteromhpalus hookeri 336 224
2 Biddulphia puchela 336 224
3 Coscinodiscus centralis 224
4 Chaetoceros costatus 224
5 Crytom rostella 224
6 Dactylio solen antarcitus 224
7 Diploneis splendica 224 224
8 Mestogloia minuta 336 224
9 Nitzschia sigma 224
10 Odontella sineninsis 448 896
11 Peridinium 672 448
12 Rhizosolenia hebelata
13 Staurasrum obiculare 224 336
14 Suridla eximia
Jumlah individu/liter 3472 2800
| 59
Indeks keanekaragaman 2,321 1,922
Indeks keseragaman 0,968 0,924
Indeks dominansi 0,107 0,174
(b) Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup di permukaan atau dalam substrat
dasar perairan, dan dapat di jadikan sebagai bioindikator sebagai perubahan kualitas
lingkungan perairan. Keberadaan suatu benthos suatu periran dapat menggambarkan
kualitas air suatu perairan, kaerana benthos merupakan biota yang kurang bergerak.
| 60
Pengamatan mengenai jenis benthos di sekitar lokasi pambangunan pabrik
pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung Industry, dilakukan di dua titik
perairan laut selat tiworo, yaitu pada koordinat S : 04 0 28’ 03,1” ; E : 122 0 22’ 15,0”
(AL-1-KNII) dan pada koordinat S : 040 28’ 05,5” ; E : 1220 22’ 42,6” (AL-2-
KNII). Jenis jenis benthos di perairan laut selat tiworo di sajikan pada tabel II-20.
Tabel II-20.
Jenis benthos di perairan laut selat tiworo
Komposisi Bhentos
No. Jenis Benthos
AL-1-KNII AL-2-KNII
1 Cerethium Sp 30 0
2 Cerethium kobelti 0 14
3 Cerethium columna 25 0
4 Clypeomorus coralium 0 19
5 Contumax petrosus 25 0
6 Littorina brevicula 0 19
7 Janthina janthina 25 23
8 Lottorina melastomata 0 14
9 Phos roseatum 21 0
10 Quoyla decollata 0 42
11 Violetta globosa 0 19
12 Turbo reevel 17 23
13 Turitella Sp. 25 14
Jumlah individu/m3 170 187
Indeks keanekaragaman 1,933 2,129
Indeks keseragaman 0,994 0,969
Indeks dominansi 0.146 0,129
| 61
Berdasarkan tabel II-20, menujukan bahwa di perairan laut salet tiworo, di
temukan sebanyak 13 spesis, dimana pada AL-1-KNII di temukan 7 spesies deengan
total kepdatan benthos 170 individu/m3 dan pada lokasi AL-2-KNII di temukan 9
spesies dengan total kepadatan benthos 187 individu/m 3. Dari 13 spesies yang di
temukan, Quoyla decollata merupakan spesies dengan kepadatan tertinggi yaitu
sebanyak 42 individu/ m3. Berdasarakan jenis jenis benthos yang di temukan di
perairan laut selat tiworo menujukan bahwa kekayaan jenis benthos di wilaya studi
masih relatif sedang, dengan kelimpahan benthos yang relatif rendah/sedang untuk
setiap spesies. Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman, keseragan dan
dominasi benthos pada peraiaran menujukan endek keaneragaman shanon berada
pada kategori tinggi yaitu 2,129.
Bila di hubungankan dengan kondisi komunitas dengan lingkungannya,
adanya indeks keseragaman tinggi menujukan bahwa komunitas benthos berada
dalam kondisi stabil. Ini beratrti bahhwa kondisi perairan laut di wilya studi masih
mendukung untuk kehidupan benthos. Daera dengan keanekaragaman yang tinggi
dapat dikatakan sebagai daerah dengan stuktur komunitas yang relatif alami dan
belum mengalami gangguan/tekanan ekologis. Berdasarkan parameter spesies dan
indeks keanekaragaman, kondisi rona awal benthos di wilaya studi termaskud dalam
kondisi baik (skala 4).
| 62
padatahun 2013, jumlah penduduk Kec. Palangga selatan 6.510 jiwa atau sebaran
2,32%.
Tabel II-21
Sebaran dan kepadatan penduduk Kec. Palangga selatan tahun 2013
Jumla
Kepadata
h Persebara Penduduk
Luas Jumlah n
No Ruma n per Ruta
Desa Wilaya pendudu Penduduk
. h Penduduk (Jiwa/ruta
h (km2) k (Jiwa) (Jiwa/km2
Tangg (%) )
)
a
1 Lakara 3,74 160 160 12,10 211 5
2 Ulu lakara 21,55 225 225 16,56 50 5
3 Waturapa 4,92 80 80 5,88 78 5
4 Lalowua 9,83 70 70 5,15 34 5
5 Koeono 11,06 105 105 7,76 46 5
6 Amando 10,99 190 190 13,21 78 5
Watumbohot
7 13,88 129 129 8,86 42 4
i
8 Parasi 17,86 131 131 10,05 37 5
9 Mondeo 9,36 82 82 5,96 41 5
10 Wawowonua 17,63 212 212 14,47 53 4
Jumlah 107,4 6417 1384 100 670 48
Tabel II-22
Sabaran dan kepadatan penduduk kabupaten konawe selatan tahun 2013
Jumla
Persebara Kepadata Penduduk
Luas Jumlah h
No Kecamata n n per Ruta
Wilaya pendudu Rumah
. n Penduduk Penduduk (Jiwa/ruta
h (km2) k (Jiwa) Tangg 2
(%) (Jiwa/km ) )
a
1 Tinanggea 354,74 22.676 5.252 8,08 64 4
2 Lalembuu 204,8 16.481 4.250 5,87 80 4
| 63
3 Andoolo 179,08 17.303 4.086 6,17 97 4
4 Buke 185,61 14.037 3.641 5,00 76 4
5 Palangga 177,83 13.030 2.901 4,64 73 4
Palangga
6 110,21 6.510 1.384 2,32 59 5
Selatan
7 Balto 152,71 8.020 1.908 2,86 53 4
8 Lainea 210,11 9.407 2.215 3,35 45 4
9 Laeya 277,96 20.155 4.571 7,18 73 4
10 Kolono 467,38 14.425 3.296 5,14 31 4
11 Laonti 406,63 9.915 2.251 3,53 24 4
12 Moramo 237,89 13.761 3.284 4,90 58 4
Moramo
13 189,05 7.608 1.759 2,71 40 4
Utara
14 Konda 132,84 19.112 4.315 6,81 144 4
15 Wolasi 160,28 5.016 1.235 1,79 31 4
16 Ranomeeto 96,57 17.325 3.951 6,17 179 4
Ranomeeto
17 76,07 7.007 1.529 2,50 92 5
Barat
18 Landono 193,5 12.164 2.786 4,34 63 4
19 Mowila 127,41 11.865 2.711 4,23 93 4
20 Angata 329,54 15.807 3.441 5,63 48 5
21 Benua 138,31 10.323 2.462 3,68 75 4
22 Besala 105,68 8.648 2.146 3,08 82 4
Jumlah 4514,2 280.595 65.374 100 1577 91
| 64
2,18%, tahu 2011/2012, sebesar 2,30% dan pada tahun 2012/2013, sebesar 2,45%.
Hal ini lebih kecil bila di bandingkan laju pertumbuhan penduduk tingkat Kab.
Konawe Selatan pada tahun yang sama sebesar 1,95%.
Terkait dengaan migrasi penduduk, pertambahan jumlah penduduk Kba.
Konawe Sealata juga berasal dari program transmigrasi, seperti disajjikan pada tabel
II-23. Padatabel ini menujukan bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk
transmigrasi yang di tempatkan di konawe selatan sebanyak 458 jiwa dengan 117 KK
(Kepala Keluarga) atau 0,163% dari total penduduk Kab. Konawe Selatan.
Tabel II-23
Banyaknya transmigran Kab. Konawe Seltan (2010-2013)
Transmigrasi
Tahun Jumlah penduduk Persentase
Keluarga Jiwa
2010 264.587 200 784 0,296
2011 296.853 300 1.184 0,439
2012 275.234 340 1.320 0,48
2013 280.595 117 458 0,163
Tabel II-24
Banyaknya permohonan dean pemegang surat izin bekerja WNA (Warga
Negara Asing)
No. Kebangsaan Permohonan izin Pemegang izin
| 65
2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 Cina 0 33 33 0 0 33
2 Jepang 1 1 1 1 1 1
Jumlah 1 34 34 1 1 34
Berdasrkan tingkat usia, pendudk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah usia
15 tahun)dan dewasa serta lanjut usia (65 tahun ke atas). Anak-anak dan lansia di
sebut kelompok usia tidak produktif, sedangkan dewasa (15 s/d 64) di sebitu
kelompok usia produktif. Perbandingan usia produktif dan tidak produktif merupakan
angka ketergantungan. Berdasarkan data kecamatan palangga selatan dalam angka
tahun 2014, pada tahun 2013, jumlah penduduk yang termasuk kategori usia
produktif (15-64 tanuh) di Kec. Palangga selatan 2.705 jiwa, dan angak
ketergantungan sebesar 1,41%.
Tabel II-25
Penduduk usia produktif kecamatan palangga selatan tahun 2012
Penduduk Kelompok Umur Penduduk Kelompok Umur
Gol. Umur
Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan jumlah
0-4 418 447 865 17.347 16.349 33.696
5-9 468 420 888 17.840 16.405 34.245
10-14 370 342 712 15.372 14.413 29.785
15-19 293 284 577 13.143 12.120 25.263
20-24 288 252 540 11.514 11.268 22.782
25-29 283 282 565 12.670 12.740 25.410
30-34 274 235 509 11.739 11.369 23.108
35-39 240 233 473 11.124 10.676 21.800
40-44 210 170 380 8.997 8.126 17.123
45-49 126 122 248 6.903 6.310 13.213
50-54 103 117 220 5.360 5.313 10.673
55-59 77 81 158 4.046 3.469 7.515
60-64 64 71 135 2.982 2.854 5.836
65-69 41 48 89 2.281 1.908 4.189
| 66
70-74 32 29 61 1.489 1.343 2.832
75+ 48 42 90 1.634 1.491 3.125
Jumlah 3.335 3.175 6.510 144.441 136.154 280.595
Usia Produktif 3.805 172.723
Usia tidak Produktif (<15 dan >64 tahun) 2.705 107.872
Jumlah Penduduk 6.510 280.595
Angka Ketergantungan 1,41 1,60
| 67
(%)
Persentase Angkatan Kerja
E Terhadap Penduduk Usia 74,55 71,53 87,61 46,76 67,71
Kerja (%)
Tabel II-27
Penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan, 2013
No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase(%)
1 Tidak/Belum Tamat SD 12.207 7.087 19.294 15,56
2 Sekolah Dasar 24.893 12.524 37.417 30,18
3 SLTP 16.707 7.878 24.585 19,83
4 SLTA Umum 20.453 6.840 27.293 22,02
5 SMK Kejuruan 2.136 1.414 3.550 2,86
6 Diploma/Universitas 5.684 6.146 11.830 9,54
Jumlah 82.080 41.889 123.969 100
Dari segi kerja dan berusaha sebagian besar penduduk Kab. Konawe Selatan
bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, yaitu 69.376
orang atau 55,96%, disusul sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi
sebesar 14.57% atau 18.068 orang. Sektor pekerjaan atau lapangan usaha yang paling
sedikit menyerap tenaga kerja yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu hanya 442
orang atau 0,36%.
Tabel II-28
| 68
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di kabupaten konawe selatan
2013
Persentase
No. Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
(%)
Pertanian, perkebunan, kehutanan,
1 47.086 22.290 69.376 55,96
perburuan dan perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 2.540 0 2.540 2,05
3 Industri 3.113 1.242 4.355 3,51
4 Listrik, Gas dan Air 442 0 442 0,36
5 Konstruksi 6.640 33 6.673 5,38
Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
6 6.940 11.128 18.068 14,57
Akomodasi
Transportsai, Pergudangan &
7 3.264 66 3.330 2,69
komunikasi
Lembaga, Keuangan, Real Estate,
8 900 254 1.154 0,93
Usaha Persewahan & Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan Sosial &
9 11.155 6.876 18.031 14,54
Perorangan
Jumlah 82.080 41.889 123.969 100
Tabel II-29
Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan di Kab. Konawe Selatan
tahun 2013
No. Status Bekerja Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
1 Berusaha Sendiri 14.663 4.174 18.837 15,19
Brusaha dibantu Buruh tidak
2 25.491 6.307 31.798 25,65
Tetap/tak dibayar
Brusaha dibantu Buruh
3 2.950 367 3.317 2,68
Tetap/dibayar
4 Buruh/Kariawan/Pegawai 19.137 7.390 26.527 21,40
5 Pekerja Bebas di Pertanian 405 441 846 0,68
6 Pekerja Bebas di non Pertanian 4.085 80 4.165 3,36
7 Pekerja Keluarga/tak dibayar 15.349 23.130 38.479 31,04
| 69
Jumlah 82.080 41.889 123.969 100
Sementara itu pada tahun 2013, di kantor dinas tenaga kerja dan transmigrasi
kabupaten konawe selatan terdaftar pencari kerja sebanyak 4.631 orang. Pencari
kerja ini terdiri dari 3.942 orang tenaga kerja terdaftar tahun 2012 yang belum
terserap dan 689 orang tenaga kerja baru terdaftra tahun 2013. Dari 4.631 orang
tenaga kerja ini, 57 orang telah di tetapkan sehingga sisa tenaga kerja yang belum
ditetapkan sebanyak 4.584 orang. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar di kantor
Depnaker tahun 2013 di sajikan pada tabel II-30.
Tabel II-30
Banyaknya pencari kerja di kantor Depnaker menurut pendidikan tertinggi
yang di tamatkan di kabupaten konawe pada tahun 2013
Sisa Dari Terdaftar
No. Pendidikan Tertinggi Jumlah Ditempakan
Tahun 2012 2013
1 SD 0 0 0 0
2 SLTP 32 7 39 0
3 SLTA 2142 306 2447 0
4 Sarjana Muda/Diploma 643 159 802 47
5 Sarjana/S1 1117 212 1329 0
6 Pasca Sarjana/S2 9 5 14 0
Jumlah 3.942 689 5631 47
Pada sektor industri kecil menengah dan besar, jumlah tenaga kerja yang
terserap pada tahun 2012 sebanyak 851 orang tenaga kerja dan tahun 2013 sebanyak
551 orang tenaga kerja. Kelompok industri yang paling banyak menyerap tenaga
kerja adalah kelompok industri barang kayu dan hasil hutan lainnya yaitu
| 70
sebanyak232 orang (2012) dan 310 orang (2013). Sedangkan yang paling sedikit
menyerap tenaga kerja pada kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari karet.
Untuk industri logam dasar besi dan baja menyerap tenaga kerja 156 orang (2012)
banyaknya usaha industri dan tenaga kerja pada tahun 2012 di sajikan dalam tabel
II-31.
Tabel II-31
Banyaknya usaha industri dan tenaga kerja pada tahun 2012-2013
2012 2013
Jumlah Jumlah
No. Kelompok Industri Jumlah Jumlah
Tenaga tenaga
Perusahaan Perusahaan
Kerja Kerja
Makanan, Minuman &
1 45 136 71 241
Tembakau
Tekstil, Barang Kulit & Alas
2 55 100 n/a n/a
Kaki
Barang Kayu & Dan Hasil
3 63 232 84 310
Hutan Lainnya
4 Kertas dan Barang Cetakan 46 142 n/a n/a
Pupuk, Kimia & Barang dari
5 23 50 n/a n/a
Karet
Semen & Barang Galian
6 n/a n/a n/a n/a
Bukan Logam
7 Logam Dasar Besi dan Baja 46 156 n/a n/a
Alat Angkut Mesin dan
8 n/a n/a n/a n/a
Peralatannya
9 Barang Lainnya 20 35 n/a n/a
Jumlah 298 851 155 551
| 71
2012, 164 unit usaha dengan tenaga kerja sebanyak 222 orang meningkat menjadi
173 unit usaha dengan tenaga kerja 256 orang pada tahun 2013.
Tabel II-32
Banyaknya industri rumah tangga di Kecamatann palangga selatan tahun 2012-
2013
2012 2013
No. Desa Tenaga Tenaga
Usaha (Unit) Usaha (Unit)
Kerja Kerja
1 Lakara 18 23 19 25
2 Ulu lakara 20 25 20 30
3 Waturapa 10 13 11 16
4 Lalowua 7 10 8 12
5 Koeono 11 15 15 24
6 Amando 30 35 26 37
7 Watumbohoti 26 48 28 52
8 Parasi 17 19 18 23
9 Mondeo 9 11 8 13
10 Wawowonua 16 23 20 24
Jumlah 164 222 173 256
Dari hasil survey atau wawancar masyarakat terkait dengan jenis pekerjaan,
menunjukan bahwa 85,96% responden bekerja di sektor pertanian dan 3,20% bekerja
sebagai PNS, 10,53% bekerja sebagai wiraswasta. Adapun jenis usaha responden
yang bekerja sebagai petani dan wiraswasta, sebanyak 35,09% berkebun (kelapa,
kakao dan jati), 54,39% dibidang usaha tani, dan sebanyak 10,53% dibidang usaha
perdagangan.
Sedangkan tingkat pendapatan masyarjat yang diperolaeh dari tempat bekerja
masyarakat dan usaha-usaha yang dimiliki, dari hasil survey menunjukan pendapatan
responden bervariasi sebesar Rp 1.000.000,- sampai Rp 3.000.000,- per bulan dengan
| 72
pengeluaran rata-rata Rp 1.500.000,- per bulan untuk kebutuhan rumah tangga dan
pendidikan.
PEKERJAAN RESPONDEN
10.53 USAHA-USAHA RESPONDEN
3.51
10.53
85.96 54.
35.09 39
wiraswasta PNS
petani Tani Sawah Perkebunan
Perdagangan
Sementara itu dari hasil surfey atau wawancara dengan masyarakat, terkait
dengan tenaga kerja yang di butuhkan dalam kegitan pembangunan pabrik
pengolahan bijih nikel PT. Kilnin nickel industri indonesia, menujukan bahwa seluru
responden (57 responden) bersedia anggota keluarganya di rukrut manjadi tenaga
kerja. Alasan dari beberapa responden menerangkan bahwa anggota keluarga
responden banyak yang membutuhkan pekerjaan dan sebagian di antaranya masih
dalam usai produktif (mudah).
Berdasarkan uraian di atas maka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
dikabupaten konawe selatan di nilai sedang (skala 3).
3. Perekonomian Daerah
a. Pertanian Dan Perkebunan
Luas area kab. Konawe selatan 451.420 Ha . Dari luasan tersebut, 25.875 Ha
di gunakan sebagai lahan pertaniaan sawa, 38.710 Ha digunakan sebagai
tegal/kebun, dan 85.090 Ha di gunakan sebagai lahan perkebunan (kab. Konawe
| 73
selatan, 2014). Sementara itu luas area di seluru desa di kecamatan palangga selatan
sekitar 12.085 Ha yang terdiri dari lahan pertanian sawa sebesar 18.284 Ha, lahan
pertanian kering ( tegalan,ladang, perkebunan rakyat, tambak, kolam/empang dll)
sebesar 2.287,01 Ha, tanah, bangunan//pekarangan sebesar 123,00 Ha dan tanah
lainnya sebesar 2.287,01 Ha, tanah bangunan/pekarangan sebesar 123,00 Ha dan
tanah lainnya sebesar 8.428,75 Ha. Di desa Lalowua yang merupakan lokasi
pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung Industry, luas
lahan awal sekitar 18,78 Ha, dan perkebunan rakyat 65,6 Ha, serta hutan Negara
seluas 842,73 Ha. Data lengkap mengenai penggunaan lahan di Kecamatan Palangga
Selatan disetiap desa di sajikan dalam tabel II-33.
Tanaman perkebunan yang dominan masyarakat Kab. Konawe Selatan pada
tahun 2013 adalah : Coklat (20.054 Ha), Jambu Mete (16,756 Ha), Kelapa (4,993
Ha), Jambu Mete (16.756 Ha), Kelapa (4.993 Ha) dan sebagainya (Kab. Konawe
Selatan dalam angka, 2014). Sejalan dengan itu tanaman perkebunan yang banyak di
usahakan masyarakat di Kec. Palangga Selatan adalah tanaman jeruk slam, jambu
mete, kakao, kelapa, kopi, lada dan sagu. Tanaman jambu mete yang paling banyak
di tanam masyarakat yaitu sekitar 11182,82 Ha. Di desa Lalowua, luas tanaman
perkebunan jambu mete seluas 51,8 Ha. Data lengkap mengenai luas tanaman
perkebunan masyarakat di kecamatan palangga selatan setiap desa di sajikan dalam
tabel II-34.
b). Peternakan
pada sektor peternakan, jenis ternak yang di pelihara oleh masyarakat sebagai
usaha peternak adalah sapi, kambing, ayam, dan itik. Jumlah ternak sapi yang
teridentifikasi di kecamatan palangga selatan sebanyak 2.986 ekor dengan usaha
peternakan masyarakat sebanyak 630 unit usaha. Rata-tara usaha perternakan sapi
menternak sapi sebanyak 5 ekor. Khususnya di desa lalowua, jumlah ternak sapi
yang di usahakan masyarakat sebanyak 230 ekor dengan usaha petenakan masyarakat
| 74
sebanyak 49 unit usaha. Jamlah ternak dan jumlah usaha peternakan kecamatan
palangga selatan di sajikan pada Tabel II-35.
Dari tabel II-35, menujukian bahwa jenis ternak sapi, kambing dan ayam
kampung di usahaknn oleh masyarakat disetiap desa di kecamatan palangga selatan.
Sedangakan peternak ayam ras pedaging, itik dan itik manila hanya beberapa desa
yang mengusahahkannya.
| 75
Tabel II-33
Luas lahan (Ha) sawah dan bukan sawa menurut desa/kelurahan
di Kecamatan Palangga Selatan, 2013
Luas Lahan Bukan Sawah (Ha)
No. Lahan
Desa Bangunan Kebun/ Perkebunan Hutan Empang/ Padang Tidak Hutan
sawah Lainnya jumlah
Pekarangan Ladang Rakyat Rakyat Tambak Ternak Diusahakan Negara
1 Lakara 1,9 10 3,79 67,5 1 8,02 1,75 1,5 278,54 0 374
2 Ulu lakara 51,92 20 56,83 282,56 55,4 7 0 7,85 1.660,15 13,3 2.155,01
3 Waturapa 18,45 8 20,75 64,52 25,85 5 2 28,7 301,97 16,77 492,01
4 Lalowua 18,78 8 0,65 65,6 10,07 0 0 19,53 842,73 17,64 983
5 Koeono 1,3 10 2,15 91,72 17,51 0,02 0 3,9 962,67 16,73 1.106,00
6 Amando 0 0 10,45 192,85 20,85 3 5 3 826,26 22,59 1.099,00
7 Watumbohoti 29,95 29,95 9,98 120,05 20,2 4 8 21,45 1.156,64 5,73 1.388,00
8 Parasi 37,44 37,44 7,7 122,4 37,25 27,52 5 15,3 1.502,10 19,29 1.786,00
9 Mondeo 20,95 20,95 4,75 67,03 29,53 30 2 18,85 748,37 9,53 939
10 Wawowonua 1,55 1,55 16,4 272,83 186,45 2 2,03 17,97 1.213,33 30,44 1.763,00
Jumlah 182,24 123 133,45 1347,06 404,11 86,56 25,78 138,05 9492,76 152,02 12085,02
Tabel II-34
Luas tanaman perkebinan (Ha) menurut desa/kelurahan di kecamatan palangga selatan, 2013
Luas Lahan Tanaman Kebun (Ha)
No. Desa
Cengkeh Jambu Mete Kakao Kelapa Kopi Lada Pala sagu
1 Lakara 0 111,3 0,2 0 0 0 0 0
2 Ulu lakara 8,9 259,37 18,7 4,11 6,45 8,65 0 0,92
3 Waturapa 1 30,2 10,75 4,23 6,14 0 0 0
4 Lalowua 2 51,8 11,75 0,6 1,1 2,8 0 0
5 Koeono 0 122,21 8,6 0,5 0,2 0 0 0
6 Amando 0 180,55 3,55 25,9 3 0 0 0
7 Watumbohoti 0,5 81,8 25,85 25,5 0,2 0,7 0 0
8 Parasi 0 104,66 2,7 13,1 2,05 0,5 0 0
9 Mondeo 0 57,18 3,25 4,75 2,5 1,04 0 0
10 Wawowonua 32,01 119,76 14,74 9,99 485,5 39,43 1,5 0
Jumlah 44,41 1118,83 100,09 88,68 507,14 53,12 1,5 0,92
Tabel II-37
Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kabupan Konawe Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (%).
No. Sektor 2011 2012 2013
Dilihat dari pergeseran peranan tiap sektor tahun 2012 dan tahun 2013, terlihat bahwa ada
beberapa sektor yang mengalami peningkatan peranan dan ada juga bebrapa sektor yang
mengalami penurunan peranan. Sektor yang perannya meningkat bagi pembentukan PDRB tahun
2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan kominikasi. Meningkatnya peranan ketiga sektor tersebut dibarengi dengan
Tabel II-38
PDRB per kapita Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013 (Rp.)
Atas Dasar Harga Atas Dasar Harga
Tahun
Berlaku Konstan
2009 9.968.841,36 3.629.217,42
2010 9.927.159,39 3.891.026,75
Akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan secara rill sangat
berpengaruh terhadap kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Pada tahun 2012 tercatat
PDRB perkapita kabupaten.... sebesar Rp. 4.425.520,68 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi
Rp. 4.665.703,38 atau mengalami kenaikan sebesar 5,43 %.
4. Sosial Budaya
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat
sangat penting bagi kesiapan masyarakat menghadapi tantangan di masa depan, dismping itu
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan
dapat di tempuh melalui jalur pendidikan formal yaitu dari tingkat pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi.
Di Kecamatan Palangga Selatan, jalur pendidikan formal terdiri dari sekolah dasar (11
unit), sekolah menengah pertama (3 unit), sekolah menengah atas (3 unit). Jumlah sekolah, guru
dan murid yang ada di kecamatan pada tahun 2013 di sajikan pada tabel Tabel II-39.
murid/gur
murid/gur
murid/gur
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Desa/kelurahan
Murid
Murid
Murid
guru
guru
guru
Rasio
Rasio
Rasio
u
u
Lakara 1 148 9 16 - - - - - - - -
Ulu lakara 2 213 12 18 1 90 9 - - - - -
Waturapa 1 93 8 12 - - - - - - - -
Lalowua 1 78 5 16 - - - - - - - -
Koeno 1 122 9 14 - - - - - - - -
Amondo 1 150 8 19 1 148 13 11 2 257 31 8
Watumbohoti 1 83 8 10 - - - - - - - -
Parasi 1 114 7 16 - - - - 1 103 14 7
Mondoe 1 73 5 15 - - - - - - - -
Wawowonua 1 147 6 25 1 56 10 6 - - - -
122
Jumlah 11 77 16 3 294 32 9 3 360 45 8
1
b. Nilai keagamaan
Agama memiliki peran yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau di jadikan
sebagai norma, dimana agama mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal. Salah
satu kunci agama adalah sebagai sosial control, dimana ajaran agama yang berfungsi sebagai
norma dapat menjadi pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. Disisi lain secara
psikologis penganut agama yang sama akan merasa memiliki kesamaan dan satu kesatuan, hal ini
akan membina rasa solidaritas yang tinggi.
Penduduk kecamatan umumnya beragam islam. Dari data kabupaten konawe selatan dalam
angka (2014) menunjukan bahwa penduduk kecamatan palangga selatan yang beragama islam
sebanyak 6.488 orang, penduduk yang beragama 19 orang, penduduk yang beragama protestan
sebanyak 3 orang . sarana ibadah yang ada di kecamatan di sajikan pada tabel II-40.
2 Ulu lakara 3 - 1
3 Waturapa 1 - -
4 Lalowua 2 - -
5 Koeno 2 - -
6 Amondo 1 2 -
7 Watumbohoti 1 - -
8 Parasi 1 - -
9 Mondoe 1 - -
10 Wawowonua 1 3 -
Jumlah 14 5 1
C. Sosial kemasyarakatan
Kecamatan kabupaten konawe selatan merupakan daerah yang memiliki komunitas yang
heterogen. Daerah ini dihuni oleh beragam etnis,antara lain, bugis,makassar,toraja,tolaki,muna-
buton, jawa dan lain-lain. Mata pencaharian utama mereka adalah petani,selain itu banyak juga
diantara mereka berprofesi sebagai pedagang. Meski masyarakat kecamatan sangat heterogen,
namun interaksi sosial masyarakat berlangsung secara positif antara penduduk lokal (budaya lokal)
dan pendatang (budaya dari luar), dan hal ini akan menjadi sebuah proses asosiasi untuk mencapai
berbagai proses pertukaran informasi, teknologi dan lain-lain.
Dari hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan sosial kemasyarakatan
yang berada dalam wilayah rencana usaha pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel
PT. Resky Monagung Industry, menunjukan bahwa dari 57 responden,77,78% responden yang
memberi jawaban adanya kegiatan yang sering dilakukan bersama-sama. Hal ini menunjukan
tingkat kerjasama atau budaya gotong royong masyarakat masih tinggi meskipun suku bangsa
d. Persepsi masyarakat
Dari hasil survey atau wawancara dengan masyrakat, terkait dengan rencana pembangunan
pabrik pengolahan dan pemurnian nikel PT. Resky Monagung Industry, menunjukan bahwa dari 57
responden, 64, 91% mengetahui rencana pembangunan pabrik nikel tersebut. Pengetahuan
masyarakat tersebut di ketahui dari hasil sosialisasi PT. Resky Monagung Industry dan aparat desa
setempat. Sementara itu, 62,96% responden menyatakan setuju dengan rencana pembangunan
pabrik pengolahan dan permunian nikel PT. Resky Monagung Industry di kecamatan palangga
selatan. Alasan persetujuan masyarakat ini di dasari keinginan ada anggota keluarga responden di
terima sebagai tenaga kerja, perbaikan sarana, prasarana desa, dan bantuan beasiswa pendidikan,
yang di berikan melalui program commonity development dari PT. Resky Monagung Industry.
Terkait dengan rencana usaha pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung
Industry, tingkat penerimaan masyakat terhadap kehadiran PT. Resky Monagung Industry, 62,96%
reponden setuju kehadiran pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel. Hal ini di
kuatkan atas penilaian terhadap dampak positif yang di timbulkan yaitu, responden menilai akan
menimbulkan dampak positip. Bentuk dampak positip yang di nilai responden atas kehadiran usaha
pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel PT.kinlin Nickel Industry Indonesia adalah
Tabel II-41
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
di kecamatan palngga selatan kabupaten konawe selatan tahun 2013
Kabupaten Kec. Kabupaten
Fasilitas Kec. Palangga
konawe Tenaga kesehatan Palangga konawe
kesehatan selatan
selatan selatan selatan
Puskesmas 1 22 Dokter Umum/Gigi - 14
Pustu 11 61 Dokter PTT - 16
Posyandu 1 406 Bidan 10 299
Poskesdes 3 53 Perawat 5 189
polindes - 27 Lainnya 5 235
Dari hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan pemanfaatan sumber
daya kesehatan di wilaya study, menunjukan bahwa dari 57 responden, 40,74% responden yang
3. Kesehatan Lingkungan
Hasil survey menunjukan pula untuk kesehatan lingkungan, bahwa sumber air bersih
masyarakat, 5,26% responden menggunakan PDAM/ledeng, 78,95% dari sumur sebagai sumber air
bersih. Umunya responden memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) namun tidak
memenuhi syarat yaitu sebesar 50,88% responden, sedangkan yang memiliki SPAL yang
memenuhi syarat hanya 42,11%, dan sisanya tidak memiliki SPAL. Untuk pembuangan tinja,
40,35% responden telah memiliki jamban pribadi, 47,37% menggunakan jamban umum dan
sisanya responden menggunakan sungai/laut/semak untuk pembuangan tinja. Sedangkan untuk
pembuangan sampah, hasil survey menunjukan bahwa 62,94% responden memiliki tempat
pembuangan sampah namun tidak memnuhi persyaratan dan sisanya responden tidak memiliki
tempat pembuangan sampah.
2. Komponen Biologi
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi ini diprakirakan tidak terjadi dampak potensial pada komponen
biologi, karena tidak ada aktivitas penting yang merusak komponen tersebut.
b. Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi pembangunan pabrik prngolahan bijih nikel beserta fasilitas
penunjangnya PT. Resky Monagung Industry. Pada tahap konstruksi diprakirakan akan
menimbulkan dampak potensial terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1) Perubahan indeks keragaman/kerapatan vegetasi darat
2) Migrasi fauna
3) Gangguan biota perairan
c. Tahap operasi
Pada tahap operasi pembangunan pabrik prngolahan bijih nikel beserta fasilitas
penunjangnya PT. Resky Monagung Industry. Pada tahap konstruksi diprakirakan akan
menimbulkan dampak potensial terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1) Migrasi fauna
2) Gangguan biota perairan
d. Tahap pasca operasi
2. Komponen biologi
a. Tahap pra konstruksi
Pada tahap ini, tidak ada dampak penting hipotetik untuk komponen biologi, karena tidak
ada dampak potensial yang terjadi.
Tahap Kegiatan
Pra
Komponen Lingkungan Pasca
No. Konstruk Konstruksi Operasi
Operasi
si
A B C D E F G H I J K L
1. Komponen Geo-Fisik Kimia
a. Iklim Mikro DBPK DBPK DBPK
b. Kualitas Udara DP
DPH DPH DPH DPH
H
c. Kebisingan DP
DPH DPH DPH DPH
H
d. Limbah B3 dan Non B3 DP
DPH DPH
H
e. Debit Aliran Permukaan DP
DPH DPH
H
f. Kualitas Air Laut DP
DPH DPH
H
2. Komponen Biologi
a. Ekosistem Mangrove BDPK BDP
K
b. Terumbu Karang BDP DPH
| 104
5) Perbaikan iklim mikro
6) Perbaikan indeks keragaman/kerapatan vegetasi
| 105
C. Batas Sosial
Batas sosial ditentukan berdasarkan atas penyebaran dampak penting yang
berpengaruh terhadap sosial ekonomi dan sosial budaya serta kesehatan masyarakat
akibat adanya proyek. Oleh karena itu, maka batas sosial ditetapkan selain
masyarakat yang berada pada lokasi batas administrasi, juga termasuk kelompok
masyarakat yang berada diluar lokasi proyek tetapi mempunyai kepentingan
berkaitan dengan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas
penunjangnya PT. Resky Monagung Industry, khusus melalui kegiatan penyerapan
tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial baik dampak positif
maupun dampak negatif.
D. Batas Administratif
Batas administratif yang dimaksud adalah tempat masyarakat dapat secara
leluasa melakukan kegiatan sosial, ekonomi dan sosial budaya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku akan berpengaruh dengan adanya kegiatan ini.
Secara administrasi kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta
fasilitas penunjangnya PT. Resky Monagung Industry di kecamatan palangga selatan
kabupaten konawe selatan .
Daerah batas administrasi yang akan digunakan dalam melakukan studi
ANDAL dapat dilihat pada wilayah studi. Dengan melakukak overlay keempat peta
tersebut diatas maka diperoleh resultan batas tertular yang merupakan batas wilayah
studi. Batas wilayah studi kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel
beserta fasilitas penunjangnya PT. Resky Monagung Industry disajikan pada peta
wilayah studi.
2.5.2 Jangka Waktu kajian
Batas waktu kajian pada studi ANDAL ini adalah 20 tahun selama
berlangsungnya kegiatan proyek mulai dari taha pra konstruksi sampai tahap pasca
operasi pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnya
PT. Resky Monagung Industry .
| 106
BAB III
METODE STUDI
| 107
berbagai jenls kegiatan yang direncanakan. Data-data ini digunakan untuk
menentukan kondisi iklim mikro. Metode pengumpulan data iklim disajlkan
pada Tabel III-1.
Tabel III-1
Komponen dan metode pengumpulan data iklim
Komponen/parameter Pengumpulan/
No Satuan Bentuk data
lingkungan sumber data
1 Curah hujan Mm/hari Grafik
2 Hari hujan Hari Grafik
3 Suhu ˚C Grafik Stasiun
4 Kelembaban relatf % Grafik pengamatan iklim
5 Kecepatan anin Km/jam Ros angin
6 Arah angin ˚ Ros angin
b. Analisis data
- Data yang diperoleh dari hasil pencatatan arah dan kecepatan angin kemudian
diolah untuk memperoleh pola wind rose di wiayah studi. Pola wind rose
yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepaian
angin dominan.
- Tipe iklim ditentukan dari penilaian terhadap unsur iklim utama yaitu curah
hujan bulanan rata-rata, rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah,
berdasarkan nilai quotient (Q) dari kiasifikasi tipe iklim Schmidt dan
Fergusson.
rata−ratabulan kering
Q= x 100 %
rata−rata bulan basah
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya
bulan kering dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk
jumlah tahun pencatatan dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi
apabila curah hujan < 60 mm/bulan, dan bulan basah terjadi apabila curah
| 108
hujan > 100 mm/bulan, sedangkan curah hujan antara 60-100 mm/bulan
dikatakan bulan lembab.
Temperatur optimum (Tideal) dapat ditentukan dari hasil pengukuran
temperatur pagi (Tpagi) dan temperatur siang (Tsiang), menggunakan rumus
Thom (Setyowati, D.L., 2008) :
T ideal=0 ,2 ( T siang +T pagi ) +15 atau T ideal=0 ,2 ( T maks +T min ) +15
Skala kualitas untuk temperatur optimum (Tideal) disajikan pada Tabel III-2.
Tabel III-2
Skala Kualitas Lingkungan Parameter keadaan iklim
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Lingkungan Panas Agak Panas Sejuk Agak Dingin Dingin
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks
>29,1 27,1-29,1 25,1-27,1 23,1-25,1 <23,1
Temperatur (°C)
| 109
Tabel III-3
Skala Kualitas Lingkungan Parameter keadaan iklim
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Lingkungan Basah Lembab Agak Lembab Agak kering Kering
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks kelembaban(%) ≥85,0 80,0-85,0 75,0-80,0 70,0-75,0 <70,0
Indeks kenyamanan (IK) atau thermal humidity index ditentukan dari hasil
pengukuran temperatur dan kelembaban udara disekitar lokasi menggunakan
rumus Nievwolt (1998) :
IK =0 , 8 T + ( RHxT
500 )
Keterangan : IK adalah indeks kenyamanan, T adalah temperatur udara (˚C)
dan RH adalah kelembaban udara
Skala kualitas untuk indeks kenyamanan disajikan pada tabel III-4
Tabel III-4
Skala kualitas lingkungan parameter keadaan iklim
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Lingkungan Basah Lembab Agak Lembab Agak kering Kering
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks kenyamanan ≥29,0 27,0-29,0 25,0-27,0 23,0-25,0 <23,0
B. Kualitas Udara
1. Pengumpulan Data
Parameter kualitas udara yang diukur adalah konsentrasi gas NO 2, SO2, CO
dan partikel debu. Metode pengukuran kualitas udara mengacu kepada peraturan
| 110
pemerintah No. 41 Tahun 1999. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya
dengan alat GPS. Metode pengumpulan dan analisis data ditunjukan pada Tabel III-
5
Tabel III-5
Parameter dan Metode Pengukuran Kualitas Udara
No. Parameter Metode SNI
1 Nitrogen Dioksida (NO2) Griess Saltzman SNN 19-7119.2-2005
2 Total debu/Partikel Gravimetri SNN 19-7119.3-2005
3 Timbal (Pb) Destruksi Basah SNN 19-7119.4-2005
4 Sulfur Dioksida (SO2) Pararosanilin SNN 19-7119.7-2005
5 Karbon Monoksida (CO) Pararosanilin SNN 19-7119.10-2005
2. Analisis Data
Hasil pengukuran kualitas udara ambien kemudain dianalisis dilaboratorium
dengan metode-metode seperti yang disajikan pada tabel III-5. Hasil analisis
dari laboratorium dibandingken dengan kualitas udara ambien yang tercantum
dalam peraturan pemerintah No. 41/1999.
Indeks pencemaran udara (Air Pulution Indeks API) dihitung berdaasarkan
metode yang dikembangkan oleh anjaneyul dan maneckam 2007
(environmental inpact assessment methodologies) berdasarkan persmaan :
( )
n
1 Ci
API= ∑ X 100
n i=1 Si
Keterangan Cis = konsentrasi gas terukur, Ci = satndar kualitas udara.
Skala kualitas udara yang dihitung berdasarkan API tersebut ditafsir
berdasarkan rentang nilai seperti yang disajikan pada Tabel III-6.
Tabel III-6
Skala kualitas lingkungan parameter tingkat kualitas udara
Parameter Skala Kualitas/Kriteria
Lingkungan Tercemar Tercemar Tercemar Kurang Besih
| 111
Berat Ringa Bersih
(2) (5)
(1) (3) (4)
API >100 76-100 51-75 26-50 0-25
C. Kebisingan
1. Pengumpulan Data
Tingkat kebisingan diukur menggunakan soundmeter setiap 5 detik selama 10
menit, denganmengacu pada keputusan menteri negara lingkungan hidup Nomor
Kep-48/ MenLH/11/1996. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya dengan
alat GPS.
2. Analisis Data
Hasil pengukuran kebisingan dianalisis mengguakan rumus yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996.
Tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit
[ ]
120 LpAi
1 ( )
L Aeq , T (10 menit ) =10 log 10 ∑
120 i=1
10 10
Keterangan :
LAeq,T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit
LpAi adalah tingat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik
Tingkat kebisingan siang hari
[ ]
4 Li
1 ( )
Leq ( siang )=Ls (16 jam)=10 log 10 ∑
16 i=1
t i . 10 10
Keterangan :
Ti adalah selang waktu pengukuran
Li adalah Leq pada selang waktu tertentu
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 14.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
| 112
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 - 22.00
Skala kualitas tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan Tabel III-7.
Tabel III-7
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Tingkat Kebisingan
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Lingkungan Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Tingkat Kebisingan
>60,0 58,1-60,0 55,1-58,0 50,1-55,0 <50,0
pemukiman (dBA)
Tingkat kebisingan
>85 80,1-85,0 75,1-80,0 70,1-75,1 <70
dalam pabrik (dBA)
| 113
Kurva Limpasan (CN) bergatung pada tipe penutupan dan kondisi hidrologi lahan,
seperti pada Tabel III-8.
Tabel III-8
Angka CN (Curve Number) untuk beberapa tipe penutupan lahan
Penggunaan Kondisi Grup Hidrologi Tanah
Tipe Penutupan
Lahan Hidrologi A B C D
Tanah terbuka 77 86 91 94
Buruk 72 81 88 91
Tanaman berjajar (larikan lurus)
Baik 67 78 85 89
Buruk 70 79 84 88
Tanaman berjajar (kontur)
Baik 65 75 82 86
Buruk 66 74 80 82
Tanaman berjajar (kontur dan teras)
Baik 62 71 78 81
Buruk 65 76 84 88
Padi, gandum (larikan lurus)
Baik 63 75 83 87
Buruk 63 74 82 85
Padi,gandum (kontur)
Baik 61 73 81 84
Buruk 61 72 79 82
Padi, gandum (kontur dan teras
Pertanian Baik 59 70 78 81
Buruk 66 77 85 89
Tanaman legume (larikan lurus)
Baik 58 72 81 84
Buruk 64 75 83 85
Tanaman legume (kontur)
Baik 55 69 78 83
Buruk 63 73 80 83
Tanaman legume (kontur dan teras)
Baik 51 67 76 80
Buruk 68 79 86 89
Lapangan rumput Sedang 49 69 79 84
Baik 39 61 74 80
Padang rumput 30 58 71 78
Buruk 45 66 77 83
Tegakan hutan
Sedang 36 60 73 79
| 114
Pekarangan Pekarangan rumah - 59 74 82 86
Buruk
80 87 93
(<30%)
Tanaman perdu (rumputan dan tanam
Sedang 71 81 89
bawah)
Baik
Padang 62 74 79
(70%)
rumput
Buruk 66 74 79
(iklim
Perdu daerah pegunungan Sedang 48 57 63
kering)
Baik 30 41 48
Buruk 63 77 85 88
Perdu padang pasir Sedang 55 72 81 86
Baik 49 68 79 84
Buruk
68 79 86 89
(2%)
Taman kota berumput Sedang 49 69 79 84
Baik
39 61 74 80
(75%)
Kawasan beraspal dan berbeton 98 98 98 98
Jalan tanah 72 82 87 89
Jalan aspal/beton 98 98 98 98
Jalan berbatu 76 85 89 91
Perkotaan
Jalan aspal/beton bersaluran terbuka 83 89 92 93
(telah
Wilayah :
berkembang)
Pertokoan (85% kedap air (ka)) 89 92 94 95
Industri (72% ka) 81 88 91 93
Perumahan (halaman (h) 500m2, 65%
77 85 90 92
ka)
Perumahan (h + 1000 m2, 38% ka) 61 75 83 87
2
Perumahan (h + 1350 m , 30% ka) 57 72 81 86
Perumahan (h + 2000 m2, 25% ka) 54 70 80 85
Perumahan (h + 4000 m2, 20% ka) 51 68 79 84
2
Perumahan (h + 8000 m , 12% ka) 46 65 77 82
| 115
E. kualitas air
a. pengumpulan data
Pengambilan sampel air dan analisisnya dilakukan untuk memperoleh
gambaran rona awal mengenai kondisi kualitas air di sekita wilayah studi. Lokasi
pengambilan sampel difokuskan pada perairan yang ada disekitar lokasi
pembangunan pabrik. Parameter dan metode pengukuran kualitas disajikan pada
Tabel III-9.
Tabel III-9
Parameter dan metode pengukuran parameter kualitas air
No Parameter Metode SNI
A Parameter fisik
1 Zat padat terlarut (TDS) Gravimetric SNI 06-6986.27-2005
2 Zat padat trsuspensi (TSS) Gravimetric SNI 06-6986.26-2005
3 Kekeruhan Nephelometer SNI 06-6986.25-2005
4 Kebauan Organoleptic
5 Warna Hidrasin SNI 06-6986.24-2005
B Kimia
1 Arsen (As) AAS SNI 06-6986.54-2005
2 Fluorida (F) Spectrofotometrik SNI 06-6986.29-2005
3 Total Kromium AAS SNI 6986.17:2009
4 Cadmium (Cd) AAS SNI 6986.16:2009
5 Nitrat sebagai NO3 Spectrofotometrik SNI 6986.74:2009
6 Nitrat sebagai NO2 Spectrofotometrik SNI 6986.74:2009
7 Sianida (CN) Tes kit SNI 19-6964.6-2003
8 Selenium (Se) AAS
9 Aluminium (Al) AAS SNI 6986.34:2009
10 Besi (Fe) Spectrophotometer SNI 6986.4:2009
| 116
11 Kesadahan (CaCO3) Titrimetric SNI 06-6964.6-2003
12 Khlorida (Cl) Titrimetric SNI 6986.19:2009
13 Mangan (Mn) AAS SNI 6986.5:2009
14 Ph Ph meter SNI 06-6986.12-2004
15 Seng (Zn) AAS SNI 6986.7:2009
16 Sulfat Spectrophotometer SNI 6986.20:2009
17 Tembaga (Cu) AAS SNI 6986.6:2009
18 Amonia Spectrophotometer SNI 06-6986.30-2005
19 Zat Organik (KmnO4) Titrimetric
20 Detergen UV-Vis
A Parameter mikrobilogi
1 Eschericia coli Plate count SNI 06-4158-1996
2 Total bakteri coliform MPN SNI 06-4158-1996
b. Analisis data
Hasil analisis air akan dibandingkan dengan baku mutu yang tercantum dalam
PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Untuk kualitas air laut akan dibandingkan dengan baku mutu
menurut Kepmen LH No. 51/MENLH/2004, tentang baku mutu Air laut untuk biota
laut. Selanjutnya indeks pencemaran air dihitung berdasarkan Kepmen LH nomor
115 Tahu 2003 pada Tabel III-10.
Tabel III-10
Skala kualitas lingkungan parameter kualitas air
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat Tercemar Tercemar Tercemar Memenuhi
Lingkungan tercemar berat sedang ringan baku mutu
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks PIj>15,0 10 < PIj ≤ 5,0 < PIj ≤ 10,0 1,0 < PIj ≤ 0 ≤ PIj ≤ 1,0
| 117
pencemaran 15,0 5,0
Fr + Dr
SDR=
2
Keterangan :
SDR = Summed Dominance Ratio,
Fr = Frekuensi relatif (frekuensi suatu jenis dibagi frekuensi semua
jenis),
Dr = dominan realtif (frekuensi suatu jenis dibagi total dominasi semua
jenis)
Kerapatan, frekuensi dan dominasi (Kusmana,1997):
| 118
Jumlah individu suatu jenis
Kerapatan ( K ) = (dalam individu /Ha)
luas seluruh plot
2
luas bidang dsar suatu jenis m
Dominasi ( D ) = ( )
jumlah seluruh plot ha
( ) ( )
n
ni ni
H =−∑
'
log
i=1 N N
Keterangan :
| 119
H’ = Indeks keanekarahaman shannom,
Ni = nilai penting suatu jenis, dan
N = nilai penting seluruh jenis.
Skala kualitas vegetasi mangrove ditentukan berdasarkan Tabel III-11.
Tabel III-11
Skla Kualitas Lingkungan Parameter Vegetasi Mangrove
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Lingkungan Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Indeks 3,0<H’<4,
<1,5 1,5<H’<3,0 4,0<H’<4,5 H’>4,6
Keanekaragaman 0
B. Fauna
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data satwa liar yang terdapat dalam wilayah studi dilakukan
melalui wawancara dengan penduduk. Metode pengumpulan data primer mamalia,
reptilia dan amphibia dilakukan dengan observasi lapangan dengan cara
penjelajahan. Pengumpulan data fauna nocturnal dengan penjelajahan malam hari di
beberapa tempat yang dekat dengan sumber air dengan menggunakan spotlight.
Lokasi sampling fauna dilakukan di lokasi sampling yang sama dengan pengumpulan
data flora.
2. Analisis Data
Kekayaan jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan sekitarnya,
diperlukan pemahaman pengenalan jinis/spesies berdasarkan hasil
identifikasi. Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku
identifikasi satwa liar : mammal, burung dan reptil. Tingkat kelimpahan jenis
dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit. Data yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis yang
| 120
dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya. Skala kualitas fauna
ditentukan berdasarkan Tabel III-12.
Tabel III-12
Skala Kualitas Ligkungan Parameter Terumbu Karang
Skala Kualitas/Kriteria
Sangat Sangat
Parameter Lingkungan Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Keanekaragaman fauna Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
1-2 jenis 3-5 jenis 6-10 jenis 11-15 >15 jenis
hewan hewan hewan jenis hewan
hewan
C. Biota Peraian
Pengumpulan data jenis dan kelimpahan plankton dilakukan dengan
mengambil contoh plankton yaitu dengan cara menyaring air sebanya 100 liter
dengan plakton net No.25 yang kemudian dikonsentrasikan menjadi 25 ml dab
ditambahkan dan ditambahkan pengawet formalin sehingga konsentrasinya sekitar 4
%. Pengumpulan data benthos di perairan mengalir digunakan Surber Net yang
berukuran 25 cm x 40 cm. Sedangkan untuk benthos air tergenang, pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan Ekman Grab yang berukuran 20 cm x 20 cm.
contoh substrat diawetkan dengan larutan formalin 4%. Lokasi sampling biota air
dilakukan di lokasi sampling yang sama dengan pengukuran dan pengambilan
sampel air.
1. Analisis Data
Untuk memperoleh informasi mengenai biota perairan diperoleh melalui
pendugaan kelimpahan, kekayaan dan keragaman jenis biota, dengan
menggunakan persamaan :
| 121
X= ( 1A ) x ( CB ) x ( DE ) xF
Keterangan :
X = kelimpahan plankton (ind/lt)
A = volume air yang disaring (lt)
B = volume air yang tersaring (ml)
C = volume preparat (ml)
D = bidang pengamatan (mm2)
E = lua cover glass (mm2), dan
F = jumlah individu yang teramati
Kelimpahan Bentos dihitung dengan rumus :
ni x K
Xi=
L
Keterangan :
Xi = kelimpahan fauna benthic jenis I (ind/Lt)
ni = jumlah invidu conto jenis i,
K = faktor konversi alat sampling, dan
L = luas mulut alat sampling (m2).
Untuk menghitung indeks keragaman plankton maupun bentos digunakan
persamaan :
( Nn ) log ( nN )
n
H ' =−∑ i i
i=1
Keterangan :
H’ = Indeks keragaman,
Ni = jumlah individu spesies ke-i, dan
N = jumlah total inividu dari seluruh jenis.
Indeks keseragaman jenis, keseragaman jenis benthos dan plankton dihitung
menggunakan persamaan Margaked dalam Krebs (1985) :
H
E=
H max
| 122
Keterangan :
E = indeks keseragaman jenis (kisaran 0-1)
H = indeks keseragaman jenis shanon-wiener yang diperoleh
Hmax = indeks keseragaman (In S, S = jumlah jenis)
Indeks dominansi, indeks dominansi (D) dihitung dengan rumus :
( )
p 2
ni
D=∑
i=1 N
Keterangan :
D = indeks dominansi
Ni = jumlah individu jenis ke-1
N = jumlah individu seluruh jenis
Analisis data mengenai organisme nekton/ikan akan dikhususkan terhadap
jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis dan ekologis. Data
keberadaan ikan pada kawasan studi akan diventarisasi berdasarkan
wawancara dengan penduduk setempat dan pengamatan lapangan serta
menggunakan data pendukung dari sumber lain ( Dinas Perikanan).
Skala kualitas biota perairan ditentukan berdasarkan Tabel III-13.
Tabel III-13
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Biota Perairan
Skala Kualitas/Kriteria
Sangat Sangat
Parameter Lingkungan Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Indeks <1,5 1,5<H’<3,0 3,0<H’<4,0 4,0<H’<4,5 H’>4,6
| 123
Keanekaragaman
A. Komponen Demografi
1. Pengumpulan Data
| 124
Pengumpulan data demografi atau kependudukan meliputi data sekunder dan
data primer. Data sekunder diperoleh melalui data statistik di Kabupaten Konawe
Selatan Serta monografi kecamatan (Kecamatan Palangga Selatan Dalam Angka).
Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
Parameter aspek kependudukan yang diteliti meliputi :
Struktur penduduk yang tediri dari komposisi penduduk dan kepadatan
penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang terdiri dari tingkat kelahiran, tingkat kematian
dan pola imigrasi.
Tenaga kerja, yang terdiri dari tingkat pertisipasi angkatan kerja dan tingkat
pengangguran.
2. Analisis Data
Data demografi yang bersifat kuantitatif dianalisis secara statistik, sedangkan
yang besifat kuaitatif dilakukan berdasarkan analisis isi (content analysis). Analisis
kuantitatif dialkukan menggunakan persamaan :
Kepadatan penduduk dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Jml Penduduk ( ji wa )
K p= x 100 %
Luas Wilayah ( km2 )
Pertumbuhan penduduk dihitung berdasarkan persamaan berikut :
t
Pt =P0 (1+r )
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa),
P0 = Jumlah penduduk tahun ke-0/awal perhitungan (jiwa),
t = Jangka waktu antara P0 dan Pt (tahun) dan
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama tahun (%).
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama
seminggu sebelum pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi
untuk sementara waktu tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau
| 125
sedang mencari pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
Angkatan kerja
TPAK = x 100 %
Penduduk berumur 15 tahun keatas
Tabel III-14
Skala Kualitas Lingkungan Kependudukan
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Lingkungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Penduduk <2%
Penduduk >3,5% 3,01- 3,01- 3,01-
pertahun
pertahun 3,5% pertahun 3,5% pertahun 3,5% pertahun
B. Komponen Ekonomi
1. Pengumpulan Data
Data sosial ekonomi yang dibutuhkan adalah data sekunder dan data primer.
Data sekunder meliputi data monografi (desa dan kecamatan) dan data statistik
instansi terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung
terhadap masyarakat di daerah sekitar kagiatan berlangsung dan pengamatan
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter aspek sosisal
ekonomi yang diteliti meliputi :
Ekonomi rumah tangga yang tediri dari sumber mata pencaharian, tingakat
pendapatan, kesempatan kerja dan peluang berusaha masarakat.
| 126
Ekonomi sumberdaya alam yang meliputi : pola penggunaan dan pemilikan
lahan dan sumberdaya alam milik umum (sumberday yang
digunakan/dilindungi oleh masyarakat di sekitar kegiatan).
2. Analisis Data
Analisis data sosial ekonomi dilakukan dengan metode deduksi untuk
menganalisis kecenderungan perilaku masyarakat setelah ada kegiatan, seperti : apa
yang dilakukan penduduk dengan adanya kegiatan/proyek, jenis peluang berusaha
yang telah dilakukan di lokasi sekitar kegiatan/proyek dan, perilaku dalam
membelanjakan uang/pendapatan dan sebagainya.
Peningkatan kesempatan kerja (KK) dianalisis menggunakan pendekatan
sebelum dan seteleh adanya kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih
nikel :
( KK )TP =( %PUK )TP −( KTK )TP
Keterangan :
(KK)TP = kesempatan kerja tanpa ada proyek
(PUK)TP = penduduk usia kerja tanpa proyek (15-54 tahun)
(KTK)TP = kebutuhan tenaga kerja tanpa proyek
Pendapatan yang diperoleh rata-rata penduduk atau kepala keluarga disekitar
lokasi studi, sebelum pelaksanaan kegiatan pembangunan pabrik pengolahan
bijih nikel.
( I )TP= (TR )TP− (TC )TP
Keterangan :
(I)TP = tingkat pendapatan keluarga sebelum ada proyek (income)
(TR)TP = total penerimaan keluarga sebelum ada proyek (total Revenue)
(TC)TP = total pengeluaran sebelum ada proyek (total cost)
Tabel III-15
| 127
Skala Kualitas Lingkungan Sosial Ekonomi
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Lingkungan
(1) (2) (3) (4) (5)
≤ ½ standar
Tingkat 1/2 – setara Setara dengan
kebutuhan hidup >1 ½ - 2 kali > 2 kali
pendapatan dengan 1-1 ½ kali
minimum (KHM)/UMR (KHM)/UMR
(penghasilan) (KHM)/UMR (KHM)/UMR
(KHM)/UMR
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Kesempatan
pengangguran pengangguran pengangguran pengangguran pengangguran
kerja
>75% 55%-75% 30%-55% 10%-30% <10%
Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja
Tenaga kerja Tenaga kerja
Kesempatan lokal yang lokal yang lokal yang
lokal yang lokal yang
kerja lokal terserap antara terserap antara terserap antara
terserap <5% terserap >30%
5%-10% 11%-20% 21%-30%
C. Sosial Budaya
1. Pengumpulan data
Data primer dan data sekunder merupakan data yang dibutuhkan
dalam mencermati/ menganalisis kondisi sosial budaya. Pengumpulan data
sekunder diperoleh melalui monografi (kabupaten, kecamatan, desa),
Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan. Adapun parameter yang diteliti meliputi :
- Kebudayaan , meliputi Adat istiadat, dan Nilai dan norma budaya
- Proses sosial dalam masyarakat yang menyangkut: Proses asosiatif (kerja
sama)
- Proses diasosiatif (konflik sosial), Akulturasi, Asimilasi dan integrasi Seflia
Kohesi sosial.
- Pranata Sosial kelembagaan masyarakat, meliputi Ekonomi (hak ulayat),
pendidikan, Agama dan Keluarga
- Pelapisan sosial, meliputi Pendidikan, Ekonomi dan pekerjaan
| 128
- Komponen sosial lainnya, meliputi: Kekuasaan dan wewenang, Sikap dan
persepsi, Adaptasi ekologis, Konfiik social, Kecemburuan sosial dan
Keresahan masyarakat
2. Analisis data
Metode analisis data sosial budaya dilakukan berdasarkan pengamatan
di lapangan yang ditampilkan secara deskriptif analisis. Pengamatan di
lapangan dilakukan dengan metodologi kualitatif untuk mendapatkan data
deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
diamati. Metode analisis yang bersifat kualitatif dilakukan dengan analisis isi,
sedangkan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis statistik.
Selanjutnya hasil analisis data ditentukan skala kualitasnya berdasarkan Tabel
III-16.
Tabel III-16
Skala Kualitas Lingkungan Sosial Budaya
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Lingkungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Masyarakat
Tidak seluruh Masyarakat
seluruhnya Seluruh
Masyarakat sudh masyarakat masih
mendukung adat masyarakat
tidak peduli mendukung adat mendukung adat
istiadat setempat mendukung dan
dengan adat istiadat. istiadat setempat
Budaya secara utuh dan melaksanakan
istiadat setempat, Pelaksanaanya pelaksanaannya
murni, adat istiadat
tidak ada kegiatan tegantung dilakukan
pelaksanaannya secara utuh dan
yang bersifat adat situasi dan bersama pada
dilakukan murni
kondisi waktu tertentu
terkoordinasi
Konflik yang
Kondisi Kondisi
timbul ditengah
masyarakat masyarakat Konflik jarag Tidak ada konflik
masyarakat
setempat sangat setempat agak timbul ditengah dalam
bersifat
Proses sosial rawan terhadap rawan terhadap masyarakat, bermasyarakat
temporer,
konflik baik konflik baik kondisi cenderung kondisi aan
diselesaikan
internal maupun internal maupun aman terkendali
dengan
eksternal eksternal
musyawarah
Sikap dan Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat
pesepsi menolak apa saja cenderung tidak menerima setempat tidak menghendaki dan
| 129
menolak dan menolak apapun bersikap sesuai
yang berhubungan berfikir negatif dan menolak yang dengan yang
masyarakat
dengan proyek terhadap adanya proyek direncanakan direncanakan
kegiatan proyek proyek proyek
Cakupan jamban keluarga (jaga) dihitung dari keluarga yang telah akses
terhadap sarana Jaga dibandingkan dengan seluruh populasi rumus yang
digunakan adalah :
Jumlah KK yang telah akses terhadap JAGA
Cakupan JAGA= x 100 %
JUmlah seluruh KK di Kawasan tersebut
| 130
Cakupan Pembuangan Sampah rumah tangga dihtung dari keluarga yang
telah memiliki sarana pembuangan sampah. Rumus yang digunakan adalah
Jumlah KK yang telah memiliki SPS
Cakupan SPS= x 100 %
Jumlah seluruh KK di kawasantersebut
Cakupan rumah sehat, yaitu rasio rumah yang telah memenuhi syarat
kesehatan dari seluruh rumah yang ada di daerah tersebut. Rumus yang
digunakan adalah
J umlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Cakupan RS= x 100 %
Jumlah seluruh KK di kawasan tersebut
| 131
Data angka kesakitan dan angka kematian dari hasil analisis epidemologi atas
laporan yang ada di institusi pelayanan kesehatan selanjutnya dianalisa secara
deskriptif. Hasil analisa ditentukan skala lingkunganya berdasarkan kriteria dalam
Tabel III-17.
Tabel III-17
Skala kualitas lingkungan ksehatan masyarakat
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik
Lingkungan Baik
(1) (2) (3) (4)
(5)
Urutan 1-3 Urutan 1-2 Urutan 1
Urutan 1-3
Uruta 1-5 peyakit infeksi penyakit penyakit
bukan
Pola penyakit kesemuanya urutan 4-5 infeksi 3-5 infeksi 2-5
penyakit
penyakit infeksi bukan penyakit penyakit bukan penyakit bukan
infeksi
infeksi infeksi infeksi
Sanitasi
Sangat buruk Buruk sedang baik Sangat baik
lingkungan
| 132
1. Penurunan Kualitas Udara
Dampak penurunan kualitas udara khusus untuk sebaran gas-gas pencemar
diprakirakan dengan menggunakan Model Gaussian Plume.
Mobilisasi peralatan dan material konstruksi, menggunakan model gaussian
plume yang dimodifikasi dengan asumsi smber bergerak (line source),
2Qj
[( )( ) ]
2
−1 z
C(x , z )= 1/ 2
exp
(2 n) σ z U s 2 σz
( )[ ( ) ( )]
2 2
Qj y
2 −( z −H c ) −( z + H c )
C j (x , y , z) = exp− exp +exp
(2 nU s σ y σ z ) 2σy
2
2 σz
2
2σz
2
| 133
Cj(awal) = koefisien kontaminan j awal pada udara ambien (µg/m3)
( ) ( 365d )( w4 )
2
s
e u=0 , 6 ( 0 , 81 s )
20
Keterangan :
eu = Jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = Silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (mph)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
3. Peningkatan Kebisingan
Dampak peningkatan kebisingan yang dihasilkan bunti mesin kendaraan dan
pabrik diperkirakan dengan menggunakan model matematis pada kegiatan :
Mobilisasi peralatan dan material konstruksi, (sumber bergerak),
Aktivitas alat berat saat pembersihan lahan, operasional genset, (sumber tidak
bergerak),
Keterangan :
LP0 = Tingkat kebisingan pada jarak R0, tingkat kebisingan standar misalnya
5ft, dB(A)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak R1, dB(A)
| 134
R0 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Jika kebisingan dari n buah sumber yang sama maka tingkat kebisingan
totalnya dapat dihitung dengan menggunakan persaamaan :
Ltot =¿
| 135
Penentuan kualitas Air yang terjadi pada tahap konstruksi dan operasi
diprediksi dengan model neraca massa
( C s x Qs ) + ( C p x Q p )
C 0=
Qs +Q p
Keterangan :
C0 = Konsentrasi pencemaran dititik pencampuran
Cs = konsentrasi pencemaran di perairan
Qs = Debit aliran perairan
Cp = Konsentrasi pencemar di aliran limbah
Qp = Debit air limbah
B. Komponen Biologi
Dampak penting hipotetik untuk komponen biologi yaitu gangguan biota
perairan. Prakiraan besaran dampak dilakukan dengan professional judgment
berdasarkan data primer dan data sekunder struktur komunitas biota laut di perairan
laut sekitar.
KK = (KK)DP – (KK)TP
Keterangan :
KK = Kesempatan kerja
(KK)DP = Kesempatan kerja setelah ada proyek
| 136
(KK)TP = Kesempatan kerja tanpa proyek
Sementara itu, peningkatan kesempatan kerja (KK) setelah adanya kegiatan
pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel :
Keterangan :
(KK)DP = Kesempatan kerja dengan adanya proyek
(PUK)DP = Penduduk usia kerja dengan adanya proyek (15 -54 thn)
(KTK)DP = Kebutuhan tenaga kerja dengan adanya proyek
PU = (PU)DP – (PU)TP
Keterangan :
PU = Kesempatan Usaha
(PU)DP = Jumlah unit masyarakat yang berkembang setelah ada proyek
(PU)TP = Jumlah unit usaha masyarakat sebelum ada proyek
ΔI = IDP – ITP
Keterangan :
ΔI = Tigkat pendapatan keluarga
IDP = Pendapatan keluarga dengan proyek
| 137
ITP = Pendapatan keluarga tanpa proyek
Sementara itu pendapatan yang diperoleh rata-rata penduduk atau kepala keluarga di
sekitar lokasi studi, setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan terminal khusus
dihitung dengan :
Keterangan :
IDP = Tingakat pendapat keluarga setelah ada proyek (income)
(TR)DP = Total penerimaan keluarga setelah ada proyek (total revenue)
(TC)DP = Total pengeluaran setelah adanya proyek (total cost)
| 138
Tabel III-18
Sifat Besaran Dampak Lingkungan
Besaran Perubahan Sifat Dampak
No
Kualitas lingkungan Lingkungan
1 0 Sangat Kecil
2 1 Kecil
3 2 Sedang
4 3 Besar
5 4 Sangat Besar
Tabel III-19
Prakiraan Dampak dengan Metode Matriks Sederhana
Komponen Prakiraan Besaran Dampak
Skala Skala Rdp
Lingkungan/ (Rdp - Rtp)
Rtp
Dampak Penting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Hipotetik A B C D E F G H I J K
b-a c-a d-a e-a f-a
Geo Fisik-Kimia
1.
Dst …
| 139
Biologi
1.
Dst…
Sosial, Ekonomi dan Budaya
1.
Dst…
Kesehatan Masyarakat
1.
Dst…
Keterangan :
1-5 : Jenis kegiatan pada suatu tahap kegiatan
a : Skala kualitas lingkungan pada RLA
b-f : Skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan proyek
g-k : Besaran dampak = selisih anata skala kualitas lingkungan setelah adanya
kegiatan (Rdp) dan Skala kualitas lingkungan tanpa adanya kegiatan (Rtp).
Pada kolom kualitas rona lingkungan tanpa proyek (R tp) atau kolom (a) akan
ditulis angka skala kualitas lingkungna yang merupakan konversi dari hasil analisis
terhadap kondisi lingkungan saat ini. Skala kualitas lingkungan dari setiap dampak
penting hipotetik pada komponen lingkungan diperoleh melalui hasil analisis untuk
kemudian ditetapkan atau dikonversi kedalam besaran (angka) skala kualitas
lingkungan dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. Angka pada setiap kolom
(kolom b s/d f) yang bervariasi antara 1 s/d 5 masing-masing menunjukan nilai
kualitas lingkungan hasil prakiraan setelah kegiatan berlangsung. Pada kolom
kualitas lingkungan (1 s/d 5) berisikan angka antara 1 s/d 5 yang merupakan jenis-
jenis kegiatan pada setiap tahap. Kolom (b), (c), (d), (e) dan (f) diisi dengan angka-
angka yang menunjukan skala lingkungan setelah berlangsungnya kegiatan terhadap
komponen terkena dampak. Prakiraan besaran dampak dihitung dengan
menggunakan formula sederhana.
| 140
Untuk mengetahui sifat penting atau tidak pentig dampak, maka dilakukan
prakiraan tingkat kepentingan dampak, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah
nomor 27 Tahun 2012. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan ke
dalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat
kepentingan dampak adalah dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP)
didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
Jumlah manuasi yang terkena dampak, apabila masnusia di wilayah studi
yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari
usaha/kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang
menikmati manfaat dari usaha kegiatan di wilayah studi.
Luas wilayah persebaran dampak, apabila rencana suatu kegiatan
mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari
segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif
dampak.
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, apabila :
a) Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-
sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu
lingkungan menurut praturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar
pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria baku mutu
c) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies langka
dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut undang-undang yang
berlaku terancam punah, atau habitat aslinya mengalami kerusakan.
d) Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-
benda bangunan sejarah yang bernilai tinggi
e) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau
kontroversi dengan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah
pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan
masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat.
| 141
f) Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau memodifikasi areal
yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi
Banyaknya komponen lain yang terkena dampak, apabila rencana
usaha/kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya
yang jumlah komponennya labih atau sama dengan komponen lingkungan
yang terkena dampak primer.
Sifat kumulatif dampak, apabila
a) Dampak lingkungan berulang kali dan terus menerus sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat disimilasi oleh ligkungan alam atau
sosial yang menerimanya
b) Beragam dampak lingkungan tertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat disimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.
c) Dampak lingkungan dari berbagai sumber sumber kegiatan menimbulkan
efek saling memperkuat (sinergik).
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, bila perubahan yang akan dialami
oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali dengan
intervensi manusia.
| 142
Pedoman mengevaluasi dampak besar dan penting digunakan interaksi antara
besaran dampak dengan tingkat kepentingan dampak sebagai berikut.
1) Jika besar prakiraan dampak ≥ 2 dan jumlah kriteria P (penting) ≥ 3, maka
prakiraan dampak adalah penting.
2) Jika besar prakiraan dampak ≥ 2 dan jumlah kriteria P (penting) < 3, tetapi
jika salah satu P merupakan kriteria jumlah manusia terkena dampak, maka
prakiraan dampak adalah penting.
3) Jika besar dampak < 2 dan jumlah P ≥ 3, maka prakiraan dampak adalah
penting.
4) Jika besar prakiraan dampak ≥ 2 dan jumlah P < 3, maka prakiraan dampak
adalah tidak penting.
5) Jika besar prakiraan dampak < 2 dan jumlah P < 3, maka prakiraan dampak
adalah tidak penting.
Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting, maka dampak-
dampak itulah yanga akan dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Recana Pemantauan Lingkungan.
Melalui kajian holistik terhadap rencana kegiatan ini akan dapat diperoleh
dua informasi penting :
(1) Masukan bagi pengambil keputusan untuk menentukan kelayakan lingkungan
rencana kegiatan terminal khusus PT. Resky Monagung Industry.
(2) Arahan penyusun rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL).
| 143