Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950-1959)


Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Guru Mata Pelajaran: Iis Khaerunisah,S.pd

Disusun oleh :
Akifah Salsabila
Anditya Prayogi S.
Anna Doffah
Baim
Faris Sulam Izzudien
Musyifiqul Anam
Nurlelah
Rika Rahmalia
Sobri
Sefira
Teguh Aulia Aziz

SMA NEGERI 1 PONTANG


SMAN 1 Pontang, Jl. Ps. Ikan Domas No.1928, Pontang, Kec. Pontang,
Kabupaten Serang, Banten 42192
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat meyelesaikan makalah “Masa Demokrasi Parlementer
(19501959)”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami haturkan
kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sistem
Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Parlementer yang kami
sajikan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun dengan berbagai kesulitan, baik yang datang dari diri
kami sendiri maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan
dari ALLAH SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami mengetahui
bahwa masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan dalam makalah ini. Karena
seperti yang kita ketahui tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali ALLAH
SWT semata.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Iis Khaerunisah selaku guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah membimbing kami dan
kepada teman-teman yang bersedia memberi masukan dalam pembuatan makalah.
Kami berharap makalah ini dapat memperkaya wawasan pembaca tentang Sistem
Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Parlementer walaupun
makalah ini masih jauh dari kata baik.
Kritik dan saran kami butuhkan untuk dapat membuat makalah yang lebih
baik lagi kedepannya.

Pontang, 9 Oktober 2023

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


2
DAFTAR ISI ............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah Masa Demokrasi Parlementer...................................................3
B. Ciri-ciri Demokrasi Parlementer............................................................4
C. Kelebihan dan Kekurangan dari Demokrasi Parlementer......................4
D. Solusi dari Masalah pada Masa Demokrasi Parlementer.......................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................7
B. Saran.......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Isitilah
“demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern
telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu
demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal
ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga
jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial,
terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi
pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlemeter yang
dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959. Melihat
demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia
mengenal bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan
demokrasi kita. Dalam paper ini terutama akan dijabarkan pelaksanaan pasa
masa pasca revolusi kemerdekaan (1945-1959) atau demokrasi parlementer.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa sejarah dari Demokrasi Parlementer?
2. Apa ciri-ciri dari Demokrasi Parlementer?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer?
4. Apa solusi dari masalah-masalah yang terjadi pada masa Demokrasi
Parlementer?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Demokrasi Parlementer
2. Untuk mengetahui apa ciri-ciri dari Demokrasi Parlementer
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer
4. Untuk mengetahui solusi dari masalah-masalah yang terjadi pada masa
Demokrasi Parlementer

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Demokrasi Parlementer


Masa Demokrasi Parlementer adalah masa ketika pemerintah
Indonesia menggunakan UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara)
sebagai undang-undang negara dan sistem pemerintahan parlementer.
Artinya, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) bukan
kepada presiden. Kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri,
sementara itu presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara saja.
Masa Demokrasi Parlementer disebut pula Masa Demokrasi
Liberal karena sistem politik dan ekonomi yang berlaku menggunakan
prinsipprinsip liberal. Masa ini berlangsung mulai 17 Agustus 1950 sampai
6 Juli 1959.
Pada zaman Demokrasi Liberal (Parlementer) ini, kabinet-kabinet
yang mengelola pemerintahan sehari-hari tidak berumur panjang, karena di
tengah jalan dijatuhkan oleh Mosi Tidak Percaya partai-partai politik yang
ada di Parlemen (DPR).

Peta perbedaan jenis sistem parlementer

Monarki konstitusional di mana kekuasaan berada di tangan parlemen.

Republik parlementer di mana parlemen secara efektif terpisah dari kepala


negara.

3
Republik parlementer dengan presiden eksekutif dipilih oleh dan bertanggung
jawab kepada parlemen

B. Ciri-ciri Demokrasi Parlementer


• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh
presiden/raja.

• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja


diseleksi berdasarkan undang-undang.

• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk


mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin
departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan
legislatif.

• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

• Parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut.

C. Kelebihan dan Kekurangan dari Demokrasi Parlementer


a. Kelebihan
1. Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan pemerintah sangat
besar
2. Pengawasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah dapat berjalan
dengan baik
3. Kebijakan politik pemerintah yang dianggap salah oleh rakyat dapat
sekaligus dimintakan pertanggungjawabannya oleh parlemen kepada
kabinet
4. Mudah mencapai kesesuaian pendapat antara badan eksekutif dan badan
legislatif

4
5. Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara
terbanyak di parlemen sehingga secara tidak langsung merupakan
kehendak rakyat pula
6. Menteri-menteri akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas
karena setiap saat dapat dijatuhkan oleh parlemen
7. Pemerintah yang dianggap tidak mampu mudah dijatuhkan dan diganti
dengan Pemerintah baru yang dianggap sanggup menjalankan
pemerintahan yang sesuai dengan keinginan rakyat

b. Kekurangan
1. Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan
setiap saat oleh parlemen melalui mosi tidak percaya
2. Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara pun
labil
3. Karena pergantian eksekutif yang mendadak, eksekutif tidak dapat
menyelesaikan program kerja yang telah disusunnya

D. Solusi dari Masalah pada Masa Demokrasi Parlementer


1. Meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi masyarakat dalam proses
politik dapat membantu meningkatkan akuntabilitas dan representasi
dalam sistem parlementer.
2. Mengubah undang-undang pemilihan untuk memastikan representasi yang
lebih adil dan inklusif dalam parlemen
3. Mendorong keberagaman partai politik untuk memastikan berbagai
pandangan dan pemikiran politik diwakili dalam parlemen.
4. Memperkuat mekanisme anti-korupsi dan menghukum pelaku korupsi
dengan tegas.

5
5. Meningkatkan pendidikan politik untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang proses politik dan hak-hak mereka.
6. Melibatkan masyarakat dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan politik melalui konsultasi dan mekanisme partisipasi lainnya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi awal yang diberlakukan di Indonesia adalah demokrasi
parlementer dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan parlemen. Demokrasi ini
berlaku sejak kurun waktu 1945-1959 (yakni bermula dari pasca kemerdekaan
Indonesia sampai dengan munculnya dekrit presiden 5 Juli 1959). Dalam
sejarahnya, Indonesia pernah mengalami pergantian kabinet selama 7 kali. Hal itu
disebabkan karena ketidakmampuan konstituante untuk membentuk undang-
undang serta adanya konflik antar parpol. Selain itu, pada masa demokrasi ini
pernah menerapkan UUD 1945. UU RIS, dan juga UUDS 1950. Mulanya
demokrasi ini disetujui oleh bangsa Indonesia karena merujuk ke demokrasi
liberal dimana kebebasan rakyat lebih diakui, terbukti dengan sistem multipartai
dan menjamurnya parpol yang ikut andil dalam kursi pemilu tahun 1955. Namun,
ternyata dalam perjalanannya demokrasi ini tidak cocok diterapkan di Indonesia
karena menimbulkan banyak penyimpangan, pergolakan, perpecahan, bahkan
pemberontakan yang terjadi dimana-mana. Akhirnya muncullah dekrit presiden
dari Soekarno yang menyatakan bahwa Indonesia kembali ke konstitusi UUD
1945 dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem
pemerintahan presidensiil.

B. Saran
Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke masa
depan yang lebih gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya
kita harus berupaya untuk mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara
mempertahankannya. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari sejarah

6
pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini menjadi penting manakala dijadikan
referensi untuk membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik melalui hikmah
dan pelajaran yang didapatkan dari sejarah itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Miriam Budiardjo, Demokrasi di Indonesia; Demokrasi Parlementer dan Demokrasi


Pancasila. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1996.

Miriam Budiardjo. Masalah Accountability dalam Ilmu Politik. Pidato Pengukuhan Gelar
Doktor Kehormatan dalam Ilmu Politik. Universitas Indonesia. 13 Desember
1997.

David McClellan, The Thought of Karl Marx. The MacMillan Press, London. 1980.

David Held. Demokrasi dan Tatanan Global dari Negara Modern Hingga Pemerintahan
Kosmopolitan. Pustaka Pelajar, Jogjakarta. 2004

David Heldz. Model of Democracy. Diterjemahkan oleh Abdul Haris, Akbar Tandjung
Institue, Jakarta. 2007.

Ahmad Syafii Maarif, Islam Politik dan Demokrasi di Indonesia. Dalam Bosco Carcallo
dan Dasrizal (Editor). Aspirasi Ummat Islam Indonesia. Leppenas, Jakarta. 1993

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris. Hakikat Politik Islam. PLP2M, Yogyakarta. 1987.

Ahmad Hakim dan M. Thalhah, Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka. UII
Press.
Yogyakarta. 2005.

7
Hamka, Tafsir Al-Azhar. Pustaka Panjimas, Jakarta. 2000.

Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi. Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.


1965.
Sumber internet : http://www.scribd.com/doc/99701659/Kabinet-Indonesia-Masa-
DemokrasiLiberal

Anda mungkin juga menyukai