Anda di halaman 1dari 16

Tinjauan Pustaka Referat ke -1

ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR LIMFATIK KEPALA DAN


LEHER

Oleh :
Dimas Priyantono, dr.

Pembimbing:
Dr. A.C. Romdhoni, dr., Sp.T.H.T.K.L (K), FICS

DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO
SURABAYA

2021
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR LIMFATIK KEPALA DAN
LEHER

Dimas Priyantono

Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan


Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

PENDAHULUAN
Pada tubuh manusia, terdapat dua sistem sirkulasi utama yaitu sistem
peredaran darah dan sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan sistem aliran satu
arah yang mengangkut cairan jaringan, sel, dan molekul ekstraseluler besar, yang
disebut sebagai limfe. Aliran limfe melalui pembuluh kapiler limfatik pada ruang
interstitial jaringan dan organ, ke pembuluh pengumpul limfe yang lebih besar,
menuju sirkulasi darah melalui duktus limfatikus yang bergabung dengan vena
subklavia.1
Pengetahuan mengenai fisiologi kelenjar limfatik dan drainase aliran limfatik
dari berbagai organ merupakan hal yang penting dalam penegakan diagnosis dan
penanganan berbagai penyakit termasuk kanker oleh karena kedekatan fisik sistem
limfatik dengan jaringan tubuh yang memungkinkannya membawa sel kanker ke
berbagai organ tubuh dalam proses yang disebut metastasis, bahkan jika nodus
limfatik tidak dapat menghancurkan sel kanker mereka akan menjadi lokasi tumor.2
Pada kondisi normal nodus limfatik tidak dapat dipalpasi. Infeksi atau
keganasan dari suatu area dialirkan oleh pembuluh limfe ke nodus tersebut sehingga
memungkinkan untuk dipalpasi.3 Pada sebagian besar kasus diagnosis dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik merupakan 2 indikator kuat dan dapat menjelaskan ada atau tidaknya
permasalahan di kelenjar getah bening.Pada orang normal, kelenjar getah bening
sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang sering terjadi
di ekstremitas bawah, dapat juga teraba di daerah leher (terutama daerah
submandibula) setelah infeksi daerah kepala dan leher. Ukuran dari kelenjar getah
bening juga ikut serta menentukan ringan dan beratnya suatu keganasan.3

1
2

Pada umumnya, kelenjar getah bening lebih besar dari 1 cm merupakan


temuan abnormal.4 Hampir semua bentuk keradangan maupun keganasan daerah
kepala dan leher akan memperlihatkan manifestasinya melalui kelenjar limfe kepala
dan leher tersebut, oleh karena itu anatomi sistem limfatik daerah kepala dan leher
penting untuk dipahami.3
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah untuk memberi pemahaman mengenai
anatomi dan fisiologi kelenjar limfe daerah kepala dan leher yang penting dalam
penegakan diagnosis dan penanganan berbagai penyakit.

1. Anatomi sistem limfatik


Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi,
jaringan limfoid dan organ limfoid. Pembuluh limfe berperan sebagai sistem
konduksi. Kelenjar limfe berkumpul membentuk jaringan limfatik.Organ limfatik
merupakan massa jaringan limfatik yang dikelilingi oleh kapsul jaringan
penyambung dan dilapisi oleh epitelium3.
1.1 Sistem konduksi
Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh – pembuluh
tubuler yaitu kapiler limfe, pembuluh limfe, duktus torasikus3 dan duktus limfatik
kanan. Sebagian besar jaringan tubuh memiliki pembuluh atau saluran limfe yang
mengalirkan cairan dari ruang intertisial.5
1.1.1 Kapiler limfe
Kapiler pembuluh limfe memiliki diameter sekitar 100 μm. Ujung limfatik
dapat mengabsorbsi protein plasma pada cairan interstisial yang ukurannya terlalu
besar untuk memasuki kapiler vena secara langsung.6 Kapiler tersebut terdapat di
seluruh tubuh, kecuali di jaringan yang tidak berpembuluh, seperti tulang dan
kornea mata, sistem saraf pusat, sebagian limpa, dan sumsum tulang merah. Pleksus
limfatik tersusun dari kapiler limfe yang membentuk anyaman yang berasal dari
ruang ekstraseluler (interseluler) dari sebagian besar jaringan yang terbentuk dari
endotelium yang lemah (tidak mempunyai membran basal), kelebihan cairan dalam
jaringan, plasma protein, bakteri, debris selular, bahkan sel utuh terutama limfosit
dengan mudah bisa masuk.7
3

Cairan limfe adalah suatu (clear water) merupakan cairan jaringan yang
memasuki kapiler limfe dan dibawa oleh pembuluh limfe. Biasanya bening, cair
dan kekuningan, memiliki komposisi yang mirip dengan plasma darah.7 Cairan
limfe terdiri dari protein, air, sel-sel ( sel darah merah, sel darah putih, limfosit), zat
sisa dan substansi asing lainnya.2

Gambar 1. Struktur kelenjar limfe.2

1.1.2 Pembuluh limfe


Pembuluh limfe merupakan pembuluh berdinding tipis yang memiliki banyak
katup.5 Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat
vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya
aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat
4

direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa
hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung
kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling
bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut
bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler.
Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna
membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.3
1.1.3 Duktus torasikus dan duktus limfatik kanan
Pembuluh limfe superfisial lebih banyak daripada pembuluh darah vena pada
jaringan subkutan dan beranastomosis secara bebas, berkumpul menuju dan
mengikuti aliran vena. Pembuluh ini akhirnya mengalir ke pembuluh limfe
profunda yang menyertai arteri dan juga menerima drainase dari organ dalam.
Kedua pembuluh limfe superfisial dan profunda melintasi nodus limfe (biasanya
beberapa set) saat mengarah ke proksimal, menjadi lebih besar karena bergabung
dengan pembuluh yang berdekatan. Pembuluh limfe yang lebih besar masuk ke
dalam pembuluh limfe pengumpul yang lebih besar yang disebut trunkus limfatik
yang bersatu membentuk duktus limfatik kanan atau duktus torasikus.7
Pembuluh limfatik yang terbesar pada tubuh manusia disebut duktus
torasikus, diameter kira-kira 2-5 mm dan panjang 40 cm, sejajar dengan tulang
belakang dari L2 sampai ke venous angle. Trunkus limfatik menembus diafragma
dan melewati dada sampai ke dasar leher, dan dibagi atas bagian abdominal, thorak,
dan servikal. Bagian abdominal dari duktus torasikus disebut cisterna chyli. 2
1.2 Jaringan limfoid
Jaringan limfoid adalah jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh
limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ
limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan padat.3 Limfosit merupakan
sel-sel yang bersirkulasi pada sistem imun yang bereaksi terhadap material asing.5
Jaringan limfoid merupakan massa kecil dari jaringan limfatik yang berada di
sepanjang pembuluh limfe, tempat cairan limfe yang menuju ke sistem vena
mengalami filtrasi. Limfosit merupakan sel-sel yang bersirkulasi pada sistem imun
yang bereaksi terhadap material asing.5
5

1.3 Organ limfoid


Organ limfoid adalah sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh
kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.3 Organ limfoid
merupakan bagian tubuh yang menghasilkan limfosit, seperti timus, sumsum
tulang, lien, tonsil, dan nodus limfoid soliter dan agregat di dinding saluran
pencernaan dan appendik.5
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di
dalamnya, organ limfatik terdiri atas organ limfatik primer dan sekunder.
1.3.1 Organ limfatik primer atau sentral
Organ limfatik primer yaitu kelenjar timus dan fabricius exchange atau
sejenisnya seperti sumsum tulang. Organ ini membantu menghasilkan limfosit
virgin dari immature progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan,
diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat
mengenal antigen.3
1.3.2 Organ limfatik sekunder atau perifer
Organ limfatik sekunder mempunyai fungsi untuk menciptakan lingkungan
yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan
mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang
disensitisasi oleh antigen spesifik serta merupakan tempat utama produksi antibodi.
Organ limfatik sekunder contohnya adalah lien, tonsil, dan kelenjar limfe. Kelenjar
limfe yang tersebar pada mukosa traktus digestivus, repiratorius, dan
genitourinarius disebut MALT (mucosal associated lymphoid tissue).3

2. Fisiologi Sistem Limfatik


Sistem limfatik memiliki otot polos yang berfungsi memompa cairan limfe
dan mencegah aliran retrogard melalui sistem katup. Disini akan dibahas mengenai
Prinsip Starling. Fungsi sistem limfatik,drainase sistem limfatik dan sistem limfatik
kepala dan leher.6
2.1 Prinsip Starling
Fungsi limfatik berfungsi berdasaran pada prinsip Starling.6-8 Cairan kaya
protein bergerak melalui taut interendotelial secara ultrafiltrasi. Sistem ini
6

memegang peranan penting dalam pertahanan biologis dan sistem respon imun.
Limfosit yang terdapat pada limfe superfisial ditranspor dan akan
mempresentasikan antigen pada kelenjar limfe sehingga meningkatkan efisiensi
dan mempercepat respon imun terhadap antigen asing.6
Prinsip dasar hukum Starling pada proses filtrasi cairan adalah bahwa
tekanan hidrostatik merupakan kekuatan pendorong keluarnya cairan dari plasma,
dan gradien osmotik yang ditimbulkan oleh makromulekul, terutama albumin,
menetralkan kehilangan cairan dari pembuluh darah. Hukum Starling, meskipun
telah direvisi secara sederhana dari waktu ke waktu, menyatakan bahwa arteriol,
kapiler, dan venula berkontribusi pada filtrasi cairan dan protein plasma ditarik ke
interstisium selama proses filtrasi. Oleh karena itu venula tidak dapat menyerap
filtrat kapiler, sehingga pembuluh limfatik diperlukan untuk menyerap dan
mengembalikan sebagian besar filtrat kapiler ke aliran darah. Jika transportasi
limfatik terganggu, aliran cairan interstisial akan berkurang. Edema sangat terkait
dengan keseimbangan cairan dari plasma dan pengembalian cairan interstisial
melalui aksi limfatik. Meskipun laju rata-rata aliran interstisial adalah sekitar 0,2
µm/dtk, memungkinkan pembentukan gradien autologus yang dapat memandu
migrasi sel melalui kemampuannya untuk mempolarisasi sekresi protease atau
kemokin, yang sangat mempengaruhi perilaku sel. Gradien ini berorientasi pada
arah aliran ke arah pembuluh limfatik.8
2.2 Fungsi sistem limfatik
Fungsi dari sistem limfatik diantaranya : mengembalikan protein dan cairan
dari interstisium ke sistem kardiovaskuler; absorbsi dan transportasi lemak,
trigliserida rantai panjang, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak dan yang
diserap oleh usus melalui pembuluh limfatik khusus yang disebut lakteal, kemudian
dibawa menuju ke duktus torasikus dan ke sistem vena, membentuk mekanisme
pertahanan untuk tubuh ketika protein asing mengalir ke daerah yang terinfeksi,
mengenali dan merespon sel-sel asing, mikroba, dan sel kanker, membersihkan
debris yang dihasilkan dari dekomposit seluler dan infeksi.2,3,7
7

2.3 Drainase sistem limfatik


Drainase limfe merupakan organisasi dua area drainase yang terpisah dan
tidak sama, yaitu area drainase kanan dan kiri. Secara normal aliran limfe tidak
akan melewati aliran drainase sisi yang berseberangan. Struktur – struktur dari
tiap area akan membawa limfe ke tujuan masing – masing dan kembali ke sistem
sirkulasi.3
2.3.1 Area drainase bagian kanan
Area drainase bagian kanan menerima aliran limfe dari sisi kanan kepala,
leher, bagian lengan kanan, serta bagian kuadran kanan atas tubuh. Aliran limfe dari
daerah-daerah tersebut akan mengalir ke duktus limfatikus kanan yang akan
mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia kanan.3,7 Duktus
limfatik kanan di dasar leher, memasuki persimpangan vena jugularis interna kanan
dan vena subclavia kanan yang disebut right venous angle.7
2.3.2 Area drainase bagian kiri
Area drainase kiri membawa limfe yang berasal dari sisi kiri daerah kepala,
leher, lengan kiri, dan kuadran kiri atas tubuh, tubuh bagian bawah serta kedua
tungkai.3 Duktus torasikus membawa limfe (dari sisa tubuh) 7 ke atas menuju duktus
limfatik kiri yang akan mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena
subklavia kiri.3 Trunkus limfatik bagian bawah tubuh bergabung di abdomen,
kadang membentuk kantung pengumpul yang melebar yang disebut cisterna chyli.
Cisterna chyli secara temporer menyimpan limfe saat mengalir ke atas dari bagian
bawah tubuh. Dari cisterna chyli , atau dari penggabungan trunkus, duktus torasikus
naik dan kemudian melalui thorak masuk ke left venous angle (persimpangan vena
jugularis interna kiri dan vena subclavia kiri).7
Meskipun ini adalah pola drainase khas dari kebanyakan kelenjar getah
bening, pembuluh limfe berhubungan dengan vena secara bebas di banyak bagian
dari tubuh. Akibatnya, ligasi trunkus limfatik atau bahkan duktus torasikus itu
sendiri mungkin hanya memiliki efek sementara karena pola drainase baru akan
dibentuk melalui lymphaticovenous perifer dan kemudian anastomosis
interlimfatik.7
8

Right and left venous angles:


1. 1a- Internal jugular veins
2. 2a- Subclavian veins
3. Superior vena cava
4. Thoracic duct
5. Right lymphatic duct

Gambar 2 . Right and left venous angles7

2.4 Sistem Limfatik Kepala dan Leher


Sistem limfatik leher terdiri dari banyak nodus limfatik yang saling
berhubungan satu sama lain melalui saluran limfatik dan berakhir pada duktus
torasikus dan duktus limfatik kanan.1
2.4.1 Kelenjar limfe kepala leher
Daerah kepala leher memiliki jaringan yang kaya drainase pembuluh limfatik
dari dasar tengkorak melalui nodus jugularis, nodus spinalis asesorius, dan nodus
servikalis transversal menuju ke vena jugularis-subklavia atau duktus torasikus
pada sisi kiri dan duktus limfatikus pada sisi kanan.9 Pada umumnya sistem limfatik
dari leher terkandung dalam jaringan selulo-adiposa yang terletak di atas
aponeurosis pembungkus otot, pembuluh darah dan saraf.2,9 Oleh karena itu nodus
limfoid pada leher tidak teraba. Nodus yang membesar dan mudah teraba selalu
mencurigakan.2
Biasanya, drainase limfatik tetap ipsilateral, tapi struktur seperti palatum
mole, tonsil, dasar lidah, dinding posterior faring dan terutama nasofaring memiliki
drainase bilateral. Sedangkan area seperti korda vokalis, sinus paranasal dan telinga
tengah hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki pembuluh limfatik.9 Terdapat
perbedaan perkiraan jumlah nodus limfoid pada kepala dan leher menurut para ahli.
Bailey dan Love melaporkan sejumlah 300 nodus terdapat di leher. Cummings Et
al melaporkan sepertiga dari lebih 500 kelenjar limfe di tubuh terletak di atas
9

klavikula, Menurut Roezin sekitar 75 buah kelenjar imfe terdapat di setiap sisi leher
dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar
limfe yang selalu terlibat dalam metastais adalah kelenjar limfe di rangkaian
jugularis interna yang terbentang dari klavikula sampai dasar tengkorak.3,10
Kelenjar limfe di rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok
superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,
submandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis
asesorius,skalenus anterior, dan supraklavikula.3 Kelenjar limfe tidak ditemukan
pada scalp dan wajah, kecuali di regio parotis/bucal. Cairan limfe dari scalp, wajah,
dan leher mengalir ke dalam rantai superficial (pericervical collar) yang terdiri dari
kelenjar limfe submental, submandibula, parotis, mastoid, dan oksipital yang
terletak di persimpangan kepala dan leher. Pembuluh limfatik menyertai pembuluh
fasialis yang lain. Pembuluh limfe superfisial menyertai vena, dan pembuluh limfe
profunda menyertai arteri. Seluruh pembuluh limfatik dari kepala dan leher
mengalir secara langsung maupun tidak langsung ke dalam nodus limfe servikalis
profunda, sebuah rantai nodus yang terletak di sepanjang vena jugularis interna
pada leher. Limfe dari nodus profunda melewati trunkus limfatik jugularis, yang
bergabung pada duktus torasikus pada sisi kiri dan duktus limfatik kanan pada sisi
kanan.1,7
Nodus limfe servikalis profunda banyak dan menonjol, dan sebagian besar
memiliki ukuran yang besar. Nodus limfe ini membentuk rantai yang tertanam di
jaringan ikat selubung karotis. Sebagian besar berada di sarungnya di sekitar vena
jugularis interna, memanjang dari dasar tengkorak ke pangkal leher.5 Drainase
limfatik dari wajah dan scalp bagian lateral, termasuk kelopak mata, mengalir ke
nodus limfe parotis superfisial. Limfe dari bibir atas dan bibir bawah bagian lateral
mengalir ke nodus limfe submandibula. Limfe dari dagu dan bibir bawah bagian
tengah mengalir ke nodus limfe submental.7
10

Gambar 3. Aliran limfe wajah dan kulit kepala.7

Keterlibatan kelenjar limfe sangat jarang pada keganasan hidung dan sinus
paranasal dan jika terjadi umumnya pada tahap lanjut. Karsinoma nasofaring
seringkali muncul dengan adenopati servikal unilateral. Khususnya pembesaran
kelenjar di batas posterior atas m. Sternokleidomastoid (level II) bagian profunda,
bisa membesar cepat dan mengenai rantai spinal asesorius hingga ke jugularis
inferior dan supraklavikula.3
Limfatik pada laring dibagi menjadi superfisial (intramukosal) dan kelompok
profunda (submukosal). Limfatik profunda dibagi lagi menjadi kanan dan kiri,
dengan sedikit hubungan diantara keduanya. Dua bagian ini dapat dibagi lagi
menjadi supraglotis, glotis dan subglotis, dengan pertimbangan khusus pada daerah
ventrikel di wilayah supraglotis. Limfatik superficial daerah laring sangat kaya
anastomosis, yang penting dalam penyebaran keganasan. Drainase dari struktur
supraglotis mengikuti pembuluh laringeal superior dan tyroid superior. Jadi, aliran
limfatik dari sinus piriformis melalui membran thiroid dan berakhir di rantai
jugularis profunda di sekitar bifurkasi karotis. Struktur epiglotis berada di garis
tengah, dengan demikian, drainase limfatiknya bersifat bilateral. Subglotis
11

memiliki dua sistem drainase limfatik. Satu sistem mengikuti pembuluh tiroid
inferior dan berakhir di bagian bawah dari rantai jugularis profunda ( rantai
subklavia, paratrakeal dan trakeoesofagus). Sistem lainnya menembus membran
krikotiroid. Sistem ini tampaknya menerima limfatik dari kedua sisi laring dan
menyebar secara bilateral ke dalam nodus servikalis media profunda serta
prelaringeal.12
2.4.2 Pembagian kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher
Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi, antara lain klasifikasi
menurut Sloan Kettering Memorial Center Cancer Classification,3,8 klasifikasi
menurut Robbins dkk dari AAO-HNS tahun 1991 yang kemudian dimodifikasi dan
diperbarui pada tahun 2002 menjadi enam level.3,8 American Joint Comitee in
Cancer (AJCC) dan the American Academy of Head and Neck Surgery (AAO-
HNS) menambahkan klasifikasi letak kelenjar limfe daerah kepala dan leher dari
enam level menjadi tujuh level. Level pertama hingga level keenam sama dengan
pembagian dari AAO-HNS sebelumnya. Level I A merupakan kelenjar submental,
level I B merupakan kelenjar submandibula. Level II A merupakan sepertiga atas
vena jugular interna dan anterior dari saraf spinal asesoris. Level II B merupakan
sepertiga atas vena jugular interna dan posterior dari saraf spinal asesoris. Level III
terletak sepanjang rantai jugular tengah. Level IV sepanjang rantai jugular bawah.
Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B
dipisah oleh garis horizontal yang terletak di inferior kartilago krikoid. Level VI
merupakan kompartemen sentral berisi kelenjar paratrakea, retrosternal, prekrikoid,
dan pretiroid. Penambahan pembagian kelenjar limfe oleh AJCC dan AAO-HNS
adalah level VII yang berlokasi di atas mediastinum (Gambar 4).
12

Gambar 4. Penyebaran kelompok kelenjar limfe menurut American Joint Comitee in


Cancer (AJCC) dan the American Academy of Head and Neck Surgery
(AAO-HNS).9

Saat ini pengelompokan kelenjar limfe kepala leher yang terbaru adalah
berdasarkan nomenklatur yang diusulkan oleh American Head and Neck Society
dan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery tahun 2013,
sejalan dengan atlas TNM untuk kelenjar limfe di leher, sepuluh level didefinisikan
dengan deskripsi singkat dari batas-batas anatomi utamanya dan struktur normal
yang berkaitan (Tabel 1). Penekanan pada level-level tersebut yang tidak
dipertimbangkan sebelumnya adalah leher bagian bawah supraklavikula, kulit
kepala yaitu retroauricular dan occipital, dan wajah bukal dan parotid (Gambar 5).9
13

Tabel 1. Pengelompokan kelenjar limfe kepala leher terbaru.14

Dari sekian banyak pembagian, di bawah ini merupakan kelompok


pembagian kelenjar limfe yang terbagi atas kelompok superfisial dan profunda.

Gambar 5. Kelompok kelenjar limfe superfisial (atas) dan profunda (bawah), berdasarkan
modifikasi Robbins.9
14

RINGKASAN
Sistem limfatik pada dasarnya merupakan sistem penyaluran yang
membantu mengalirkan kelebihan cairan kembali ke sirkulasi darah, berfungsi
menjaga homeostasis dan berperan dalam respon imun. Sistem limfatik seluruh
tubuh secara anatomis terdiri dari sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ
limfoid.

Pembagian kelompok kelenjar limfe dan aliran limfatik daerah kepala leher
penting diketahui karena prinsip pembagian tersebut mempunyai kepentingan
klinis. Kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher diantaranya adalah
berdasarkan Sloan Kettering Cancer Center yang membagi menjadi lima
kelompok. Robbins dkk dari Committee for Head and Neck Surgery and Oncology
of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS)
membagi menjadi enam kelompok, lalu American Joint Comitee in Cancer (AJCC)
dan the American Academy of Head and Neck Surgery (AAO-HNS) menambahkan
menjadi tujuh level. Saat ini, pengelompokan kelenjar limfe kepala leher yang
terbaru adalah berdasarkan nomenklatur yang diusulkan oleh American Head and
Neck Society dan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
tahun 2013 yang membagi kelenjar limfe kepala leher menjadi sepuluh level.
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Cheon CK. Practical approach to lymphadenopathy. European Journal of


Pediatrics 2011;39(9):314.
2. Kubik S, Kretz O. Anatomy of the lymphatic system and the terminal vascular
bed. In: Foldi M, Foldi E, eds. Foldi's textbook of lymphology. 3rd ed. New
York: Urban & Fischer; 2012. p.57-143.
3. Wardhani LK, Kentjono WA. Clinical aspects of the head and neck’s lymphatic
systems. Jurnal THT-KL 2011;4(1):33-51.
4. Oehadian A. Pendekatan diagnosis limfadenopati. 2013. Available from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209.html. Accessed March 5, 2021.
5. Maves MD. Surgical anatomy of the head and neck. In: Pitman KT, Johnson JT,
eds. Bailey’s head and neck surgery otolaryngology. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2014.p.16.
6. Indriaty T. Limfedema pada karsinoma nasofaring pascakemoradiasi. Jurnal
THT-KL 2016;1(1);1-19.
7. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Neck. In: Moore KL, Dalley AF, Agur
AMR, eds. Clinically oriented anatomy.7th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins,Wolters Kluwer business; 2014. p.43-5.
8. Randolph GJ, Ivanov S, Zinselmeyer BH, Scallan JP. The lymphatic system:
integral roles in immunity. Annu Rev Immunol. 2017. Available from:
http://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-immunol-041015-055354.
Accessed March 5, 2021.
9. Grégoire V, Coche E, Cosnard G, Hamoir M, Reychler, H. Selection and
delineation of lymph node target volumes in head and neck conformal
radiotherapy. Proposal for standardizing terminology and procedure based on
the surgical experience. Radiother Oncol 2000;177(8):410-23.
10. Mengko SK, Surarso B. Patogenesis limfoma non hodgkin ekstra nodal kepala
dan leher. Jurnal THT-KL 2009;2(1):32-47.
11. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of larynx and trachea. In: Dutta S, ed. Disease
of ear nose and throat & head and neck surgery.6th ed. Netherlands: Elsevier;
2014. p.286-307.
12. Sasaki CT, Kim YHLA, LeVay AJ. Development, anatomy and physiology of
the larynx. In: Snow JB, Wackym PA, eds. Ballenger's otolaryngology head and
neck surgery. 17th ed. Connecticut; 2009. p.874-5.
13. Franzmann E, Lilly S, Huang DTG. Oncology of head and neck tumors. In: Van
De Water TR, ed. Otolaryngology basic science and clinical review. New York:
Thieme; 2005. p.141.
14. Koroulakis A, Agarwal M. Anatomy head and neck lymph nodes. 2019.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513317/. Accessed
April 15, 2021.

Anda mungkin juga menyukai