Referat 1 Dimas P 281121
Referat 1 Dimas P 281121
Oleh :
Dimas Priyantono, dr.
Pembimbing:
Dr. A.C. Romdhoni, dr., Sp.T.H.T.K.L (K), FICS
2021
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR LIMFATIK KEPALA DAN
LEHER
Dimas Priyantono
PENDAHULUAN
Pada tubuh manusia, terdapat dua sistem sirkulasi utama yaitu sistem
peredaran darah dan sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan sistem aliran satu
arah yang mengangkut cairan jaringan, sel, dan molekul ekstraseluler besar, yang
disebut sebagai limfe. Aliran limfe melalui pembuluh kapiler limfatik pada ruang
interstitial jaringan dan organ, ke pembuluh pengumpul limfe yang lebih besar,
menuju sirkulasi darah melalui duktus limfatikus yang bergabung dengan vena
subklavia.1
Pengetahuan mengenai fisiologi kelenjar limfatik dan drainase aliran limfatik
dari berbagai organ merupakan hal yang penting dalam penegakan diagnosis dan
penanganan berbagai penyakit termasuk kanker oleh karena kedekatan fisik sistem
limfatik dengan jaringan tubuh yang memungkinkannya membawa sel kanker ke
berbagai organ tubuh dalam proses yang disebut metastasis, bahkan jika nodus
limfatik tidak dapat menghancurkan sel kanker mereka akan menjadi lokasi tumor.2
Pada kondisi normal nodus limfatik tidak dapat dipalpasi. Infeksi atau
keganasan dari suatu area dialirkan oleh pembuluh limfe ke nodus tersebut sehingga
memungkinkan untuk dipalpasi.3 Pada sebagian besar kasus diagnosis dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik merupakan 2 indikator kuat dan dapat menjelaskan ada atau tidaknya
permasalahan di kelenjar getah bening.Pada orang normal, kelenjar getah bening
sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang sering terjadi
di ekstremitas bawah, dapat juga teraba di daerah leher (terutama daerah
submandibula) setelah infeksi daerah kepala dan leher. Ukuran dari kelenjar getah
bening juga ikut serta menentukan ringan dan beratnya suatu keganasan.3
1
2
Cairan limfe adalah suatu (clear water) merupakan cairan jaringan yang
memasuki kapiler limfe dan dibawa oleh pembuluh limfe. Biasanya bening, cair
dan kekuningan, memiliki komposisi yang mirip dengan plasma darah.7 Cairan
limfe terdiri dari protein, air, sel-sel ( sel darah merah, sel darah putih, limfosit), zat
sisa dan substansi asing lainnya.2
direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa
hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung
kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling
bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut
bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler.
Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna
membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.3
1.1.3 Duktus torasikus dan duktus limfatik kanan
Pembuluh limfe superfisial lebih banyak daripada pembuluh darah vena pada
jaringan subkutan dan beranastomosis secara bebas, berkumpul menuju dan
mengikuti aliran vena. Pembuluh ini akhirnya mengalir ke pembuluh limfe
profunda yang menyertai arteri dan juga menerima drainase dari organ dalam.
Kedua pembuluh limfe superfisial dan profunda melintasi nodus limfe (biasanya
beberapa set) saat mengarah ke proksimal, menjadi lebih besar karena bergabung
dengan pembuluh yang berdekatan. Pembuluh limfe yang lebih besar masuk ke
dalam pembuluh limfe pengumpul yang lebih besar yang disebut trunkus limfatik
yang bersatu membentuk duktus limfatik kanan atau duktus torasikus.7
Pembuluh limfatik yang terbesar pada tubuh manusia disebut duktus
torasikus, diameter kira-kira 2-5 mm dan panjang 40 cm, sejajar dengan tulang
belakang dari L2 sampai ke venous angle. Trunkus limfatik menembus diafragma
dan melewati dada sampai ke dasar leher, dan dibagi atas bagian abdominal, thorak,
dan servikal. Bagian abdominal dari duktus torasikus disebut cisterna chyli. 2
1.2 Jaringan limfoid
Jaringan limfoid adalah jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh
limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ
limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan padat.3 Limfosit merupakan
sel-sel yang bersirkulasi pada sistem imun yang bereaksi terhadap material asing.5
Jaringan limfoid merupakan massa kecil dari jaringan limfatik yang berada di
sepanjang pembuluh limfe, tempat cairan limfe yang menuju ke sistem vena
mengalami filtrasi. Limfosit merupakan sel-sel yang bersirkulasi pada sistem imun
yang bereaksi terhadap material asing.5
5
memegang peranan penting dalam pertahanan biologis dan sistem respon imun.
Limfosit yang terdapat pada limfe superfisial ditranspor dan akan
mempresentasikan antigen pada kelenjar limfe sehingga meningkatkan efisiensi
dan mempercepat respon imun terhadap antigen asing.6
Prinsip dasar hukum Starling pada proses filtrasi cairan adalah bahwa
tekanan hidrostatik merupakan kekuatan pendorong keluarnya cairan dari plasma,
dan gradien osmotik yang ditimbulkan oleh makromulekul, terutama albumin,
menetralkan kehilangan cairan dari pembuluh darah. Hukum Starling, meskipun
telah direvisi secara sederhana dari waktu ke waktu, menyatakan bahwa arteriol,
kapiler, dan venula berkontribusi pada filtrasi cairan dan protein plasma ditarik ke
interstisium selama proses filtrasi. Oleh karena itu venula tidak dapat menyerap
filtrat kapiler, sehingga pembuluh limfatik diperlukan untuk menyerap dan
mengembalikan sebagian besar filtrat kapiler ke aliran darah. Jika transportasi
limfatik terganggu, aliran cairan interstisial akan berkurang. Edema sangat terkait
dengan keseimbangan cairan dari plasma dan pengembalian cairan interstisial
melalui aksi limfatik. Meskipun laju rata-rata aliran interstisial adalah sekitar 0,2
µm/dtk, memungkinkan pembentukan gradien autologus yang dapat memandu
migrasi sel melalui kemampuannya untuk mempolarisasi sekresi protease atau
kemokin, yang sangat mempengaruhi perilaku sel. Gradien ini berorientasi pada
arah aliran ke arah pembuluh limfatik.8
2.2 Fungsi sistem limfatik
Fungsi dari sistem limfatik diantaranya : mengembalikan protein dan cairan
dari interstisium ke sistem kardiovaskuler; absorbsi dan transportasi lemak,
trigliserida rantai panjang, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak dan yang
diserap oleh usus melalui pembuluh limfatik khusus yang disebut lakteal, kemudian
dibawa menuju ke duktus torasikus dan ke sistem vena, membentuk mekanisme
pertahanan untuk tubuh ketika protein asing mengalir ke daerah yang terinfeksi,
mengenali dan merespon sel-sel asing, mikroba, dan sel kanker, membersihkan
debris yang dihasilkan dari dekomposit seluler dan infeksi.2,3,7
7
klavikula, Menurut Roezin sekitar 75 buah kelenjar imfe terdapat di setiap sisi leher
dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar
limfe yang selalu terlibat dalam metastais adalah kelenjar limfe di rangkaian
jugularis interna yang terbentang dari klavikula sampai dasar tengkorak.3,10
Kelenjar limfe di rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok
superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,
submandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis
asesorius,skalenus anterior, dan supraklavikula.3 Kelenjar limfe tidak ditemukan
pada scalp dan wajah, kecuali di regio parotis/bucal. Cairan limfe dari scalp, wajah,
dan leher mengalir ke dalam rantai superficial (pericervical collar) yang terdiri dari
kelenjar limfe submental, submandibula, parotis, mastoid, dan oksipital yang
terletak di persimpangan kepala dan leher. Pembuluh limfatik menyertai pembuluh
fasialis yang lain. Pembuluh limfe superfisial menyertai vena, dan pembuluh limfe
profunda menyertai arteri. Seluruh pembuluh limfatik dari kepala dan leher
mengalir secara langsung maupun tidak langsung ke dalam nodus limfe servikalis
profunda, sebuah rantai nodus yang terletak di sepanjang vena jugularis interna
pada leher. Limfe dari nodus profunda melewati trunkus limfatik jugularis, yang
bergabung pada duktus torasikus pada sisi kiri dan duktus limfatik kanan pada sisi
kanan.1,7
Nodus limfe servikalis profunda banyak dan menonjol, dan sebagian besar
memiliki ukuran yang besar. Nodus limfe ini membentuk rantai yang tertanam di
jaringan ikat selubung karotis. Sebagian besar berada di sarungnya di sekitar vena
jugularis interna, memanjang dari dasar tengkorak ke pangkal leher.5 Drainase
limfatik dari wajah dan scalp bagian lateral, termasuk kelopak mata, mengalir ke
nodus limfe parotis superfisial. Limfe dari bibir atas dan bibir bawah bagian lateral
mengalir ke nodus limfe submandibula. Limfe dari dagu dan bibir bawah bagian
tengah mengalir ke nodus limfe submental.7
10
Keterlibatan kelenjar limfe sangat jarang pada keganasan hidung dan sinus
paranasal dan jika terjadi umumnya pada tahap lanjut. Karsinoma nasofaring
seringkali muncul dengan adenopati servikal unilateral. Khususnya pembesaran
kelenjar di batas posterior atas m. Sternokleidomastoid (level II) bagian profunda,
bisa membesar cepat dan mengenai rantai spinal asesorius hingga ke jugularis
inferior dan supraklavikula.3
Limfatik pada laring dibagi menjadi superfisial (intramukosal) dan kelompok
profunda (submukosal). Limfatik profunda dibagi lagi menjadi kanan dan kiri,
dengan sedikit hubungan diantara keduanya. Dua bagian ini dapat dibagi lagi
menjadi supraglotis, glotis dan subglotis, dengan pertimbangan khusus pada daerah
ventrikel di wilayah supraglotis. Limfatik superficial daerah laring sangat kaya
anastomosis, yang penting dalam penyebaran keganasan. Drainase dari struktur
supraglotis mengikuti pembuluh laringeal superior dan tyroid superior. Jadi, aliran
limfatik dari sinus piriformis melalui membran thiroid dan berakhir di rantai
jugularis profunda di sekitar bifurkasi karotis. Struktur epiglotis berada di garis
tengah, dengan demikian, drainase limfatiknya bersifat bilateral. Subglotis
11
memiliki dua sistem drainase limfatik. Satu sistem mengikuti pembuluh tiroid
inferior dan berakhir di bagian bawah dari rantai jugularis profunda ( rantai
subklavia, paratrakeal dan trakeoesofagus). Sistem lainnya menembus membran
krikotiroid. Sistem ini tampaknya menerima limfatik dari kedua sisi laring dan
menyebar secara bilateral ke dalam nodus servikalis media profunda serta
prelaringeal.12
2.4.2 Pembagian kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher
Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi, antara lain klasifikasi
menurut Sloan Kettering Memorial Center Cancer Classification,3,8 klasifikasi
menurut Robbins dkk dari AAO-HNS tahun 1991 yang kemudian dimodifikasi dan
diperbarui pada tahun 2002 menjadi enam level.3,8 American Joint Comitee in
Cancer (AJCC) dan the American Academy of Head and Neck Surgery (AAO-
HNS) menambahkan klasifikasi letak kelenjar limfe daerah kepala dan leher dari
enam level menjadi tujuh level. Level pertama hingga level keenam sama dengan
pembagian dari AAO-HNS sebelumnya. Level I A merupakan kelenjar submental,
level I B merupakan kelenjar submandibula. Level II A merupakan sepertiga atas
vena jugular interna dan anterior dari saraf spinal asesoris. Level II B merupakan
sepertiga atas vena jugular interna dan posterior dari saraf spinal asesoris. Level III
terletak sepanjang rantai jugular tengah. Level IV sepanjang rantai jugular bawah.
Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B
dipisah oleh garis horizontal yang terletak di inferior kartilago krikoid. Level VI
merupakan kompartemen sentral berisi kelenjar paratrakea, retrosternal, prekrikoid,
dan pretiroid. Penambahan pembagian kelenjar limfe oleh AJCC dan AAO-HNS
adalah level VII yang berlokasi di atas mediastinum (Gambar 4).
12
Saat ini pengelompokan kelenjar limfe kepala leher yang terbaru adalah
berdasarkan nomenklatur yang diusulkan oleh American Head and Neck Society
dan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery tahun 2013,
sejalan dengan atlas TNM untuk kelenjar limfe di leher, sepuluh level didefinisikan
dengan deskripsi singkat dari batas-batas anatomi utamanya dan struktur normal
yang berkaitan (Tabel 1). Penekanan pada level-level tersebut yang tidak
dipertimbangkan sebelumnya adalah leher bagian bawah supraklavikula, kulit
kepala yaitu retroauricular dan occipital, dan wajah bukal dan parotid (Gambar 5).9
13
Gambar 5. Kelompok kelenjar limfe superfisial (atas) dan profunda (bawah), berdasarkan
modifikasi Robbins.9
14
RINGKASAN
Sistem limfatik pada dasarnya merupakan sistem penyaluran yang
membantu mengalirkan kelebihan cairan kembali ke sirkulasi darah, berfungsi
menjaga homeostasis dan berperan dalam respon imun. Sistem limfatik seluruh
tubuh secara anatomis terdiri dari sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ
limfoid.
Pembagian kelompok kelenjar limfe dan aliran limfatik daerah kepala leher
penting diketahui karena prinsip pembagian tersebut mempunyai kepentingan
klinis. Kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher diantaranya adalah
berdasarkan Sloan Kettering Cancer Center yang membagi menjadi lima
kelompok. Robbins dkk dari Committee for Head and Neck Surgery and Oncology
of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS)
membagi menjadi enam kelompok, lalu American Joint Comitee in Cancer (AJCC)
dan the American Academy of Head and Neck Surgery (AAO-HNS) menambahkan
menjadi tujuh level. Saat ini, pengelompokan kelenjar limfe kepala leher yang
terbaru adalah berdasarkan nomenklatur yang diusulkan oleh American Head and
Neck Society dan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
tahun 2013 yang membagi kelenjar limfe kepala leher menjadi sepuluh level.
15
DAFTAR PUSTAKA