Anda di halaman 1dari 5

TUGAS EKOLOGI TANAMAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Dosen Pengampu : Dr. H. Cecep Hidayat, Ir., MP.

Disusun Oleh :
Alya Aghni Rahmawati (1207060007)
,

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG JATI BANDUNG
TAHUN 2021
Judul Jurnal Liquid organic fertilizer production for growing vegetables
under hydroponic condition
Nama Jurnal International Journal of Recycling of Organic Waste in Agriculture
Halaman 12
Tahun 2019
Penulis Thanaporn Phibunwatthanawong, Nuntavun Riddech
Pengantar Di Thailand, pupuk organik cair yang dihasilkan dari residu pertanian
dan limbah industri menjadi semakin populer. Pupuk ini diproduksi
dengan proses fermentasi sederhana menggunakan limbah organik
sebagai substrat karbon. Pupuk organik cair terdiri dari tanaman
esensial nutrisi dan mikroorganisme menguntungkan, yang mendaur
ulang bahan organik. Molase dan slop penyulingan adalah limbah kaya
karbon dari pabrik agroindustri. Akumulasi nitrat yang tinggi pada
tanaman dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan
tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik cair sebagai
pengganti atau suplemen pupuk kimia menjadi solusi yang menarik
untuk ditanam.
Bahan dan Metode  Persiapan pupuk organik cair
Substrat organik yang digunakan untuk produksi pupuk
organik cair yaitu tetes tebu, slop penyulingan, dan daun tebu
yang dikumpulkan dari pabrik agroindustri.
 Produksi pupuk organik cair
Pupuk organik cair dibuat dengan substrat slop penyulingan,
tetes tebu, dan daun tebu. Keenam formula pupuk organik cair
tersebut diproduksi dengan perbandingan substrat yang
berbeda. Campuran ditampung dalam kaleng plastik dan
diinkubasi pada suhu kamar selama 30 hari. Campuran diaduk
setiap 7 hari selama proses fermentasi.
 Pengukuran parameter kimia dan mikrobiologi dalam
pupuk organik cair
Untuk parameter kimia seperti pH dan konduktivitas listrik
dalam pupuk organik cair diukur dengan menggunakan pH
meter (OHAUS, starter 2100) dan EC meter (MET-TLER
TOLEDO, FiveEasy FE30-1). Total nitrogen ditentukan
dengan menggunakan metode Kjeldahl.
 Asam indol asetat (IAA)
Kandungan IAA dalam pupuk organik cair diukur
menggunakan metode modifikasi.
 Indeks perkecambahan
Pada penelitian ini benih sayuran ditumbuhkan dalam pupuk
organik cair yang diencerkan dengan aquades dengan berbagai
konsentrasi (non pengenceran, pengenceran 1:10 dan
pengenceran 1:100).
 Pertumbuhan Selada Green Cos dalam Budidaya
Hidroponik
Percobaan dilakukan antara Juni 2015 dan Januari 2016, di
rumah kaca dengan 45 blok di pabrik KSL Green Innovation
Public Company Limited (Khon Kaen, Thailand), Khon Kaen,
Thailand. Budidaya dilakukan dalam sistem hidroponik NFT.
 Analisis statistic
Analisis varians (ANOVA) dilakukan dengan menggunakan
STATISTIX 10. Signifikansi rata-rata dianalisis dengan
perbedaan nyata terkecil (LSD) antara rata-rata perlakuan pada
P < 0,05 dan P < 0,01.
Hasil dan Diskusi  Produksi pupuk organik cair
Nilai EC rata-rata molase dan slop penyulingan masing-masing
adalah 39,10 dan 32,86 dS/m. Nilai-nilai ini sangat tinggi,
menunjukkan kandungan garam yang besar. Formula pupuk
organik cair 1 (F1), 3 (F3) dan 5 (F5) terbukti paling cocok,
sedangkan F2, F4 dan F6 sedikit asam. Hasil ini mirip dengan
Saelee (2004 ), yang menemukan bahwa sebagian besar pupuk
organik cair yang cocok untuk produksi pertanian memiliki pH
dalam kisaran 3-5.
 Perubahan populasi mikroba dalam pupuk organik cair
selama fermentasi
Molase atau gula digunakan sebagai bahan baku fermentasi
pupuk organik cair dengan menggunakan proses plasmolisis.
Sel tumbuhan mengalami autolisis dalam kondisi ini dan
melepaskan bahan organik seperti asam amino, dan karbohidrat
di dalam sel. Zat-zat tersebut didegradasi oleh mikroorganisme
dengan kontaminan alami di dalam substrat, menghasilkan
asam amino, hormon, dan enzim. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman
(seperti bakteri pengikat nitrogen) hadir dalam sistem dan
menyebabkan peningkatan hasil biomassa. Bakteri pelarut
fosfat dan bakteri pelarut kalium juga hadir dalam pupuk.
Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman membantu pertumbuhan
tanaman, dan dimasukkannya bakteri tersebut ke dalam pupuk
organik cair dapat meningkatkan kandungan N dan nutrisi
organik.
 Asam indol asetat (IAA)
Pengujian asam indol asetat (IAA) dalam pupuk organik cair
menemukan bahwa semua formula mengandung IAA (Tabel
4 ). IAA pada pupuk organik cair berbeda nyata (P < 0,05).
Setelah 30 hari fermentasi, nilai kandungan IAA meningkat
pada semua pupuk organik cair.
 Indeks perkecambahan
Sampel pupuk organik cair, seperti yang tidak diencerkan dan
yang diencerkan dengan air suling dalam rasio 1:10,
menunjukkan nilai indeks perkecambahan yang lebih rendah
(data tidak ditampilkan), karena konsentrasi pupuk yang tinggi
memiliki efek negatif pada perkecambahan biji. Efek
penghambatan pupuk cair pada perkecambahan dan
pertumbuhan bibit muda mungkin karena kandungan EC dan
logam berat yang tinggi (Lwin et al.2012), dan senyawa
beracun lainnya seperti amonia (Ells et al. 1991), etilen oksida
(Wong et al. 1983) dan senyawa fenolik.
 Pertumbuhan Selada Green Cos dalam Budidaya
Hidroponik
Dalam percobaan ini, pupuk organik cair hanya mengandung
sejumlah kecil N dan P total, yang lebih rendah dari standar
pertanian Thailand. Namun, itu adalah sumber K total yang
kaya karena substrat yang digunakan dalam produksi. Selain
itu, pupuk organik cair mengandung unsur hara mikro dan
suplemen serta mikroorganisme yang bermanfaat seperti
rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR) yang tidak
terdapat pada pupuk kimia.
 Kandungan klorofil
Pengaruh pemberian pupuk kimia cair dan pupuk organik cair
terhadap kandungan klorofil selada Green Cos disajikan pada
Tabel8. Variasi kandungan klorofil ditemukan berbeda nyata
pada semua perlakuan. Klorofil a, klorofil b, dan klorofil total
tertinggi terdapat pada T6 yang mirip dengan T1. Kandungan
klorofil terendah ditemukan di T2.
Kesimpulan Dalam penelitian ini, residu organik dari pabrik agroindustri, slop
penyulingan dan tetes tebu, dan daun tebu digunakan sebagai substrat
untuk produksi pupuk organik cair setelah fermentasi 30 hari. Enam
formula (F1–F6) pupuk organik cair diproduksi dengan perbandingan
yang bervariasi dari ketiga substrat organik utama tersebut. Pupuk
organik cair memiliki kandungan IAA lebih besar dari 0,1 mg/l yang
merupakan tingkat standar pupuk Thailand. Pupuk organik cair yang
dihasilkan digunakan untuk menanam Selada Green Cos dalam sistem
hidroponik. Langkah terpenting dalam produksi pupuk organik adalah
memeriksa kematangan pupuk sebelum didistribusikan secara
komersial.

Anda mungkin juga menyukai