Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER 04 DESEMBER 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

KERATITIS

OLEH :
Muhammad Farhan Irawan
111 2021 2148

PEMBIMBING :
dr. Ruslinah, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka laporan

kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga

selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti ajaran

beliau hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang berjudul “Keratitis” disusun sebagai

persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian. Penulis menyadari

bahwa laporan kasus ini belum sempurna, untuk saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penulisan laporan

kasus ini. Terakhir penulis berharap, semoga laporan kasus ini dapat

memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Makassar, 04 Desember 2023

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Muhammad Farhan Irawan

Stambuk : 111 2021 2148

Judul : Keratitis

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “Keratitis”

serta telah disetujui dan telah dibacakan di hadapan supervisor pembimbing

dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 04 Desember 2023


Menyetujui,

Dosen Pembimbing Klinik Penulis

dr. Ruslinah, Sp. M Muhammad Farhan Irawan

1
BAB I

PENDAHULUAN

Keratitis adalah suatu inflamasi pada komea yang dapat terjadi akibat

infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi karena proses

autoimun. Jika kornea mengalami luka akibat trauma, infeksi, atau inflamasi,

akan terjadi gangguan pada integritas jaringan komea sehingga terjadi

kekeruhan yang pada umumnya bersifat permanen. Keratitis dapat

mengancam penglihatan bahkan pada kasus yang berat dapat

mengakibatkan kehilangan bola mata.

Selain menjadi bagian sistem media refraksi, komea juga berperan

melindungi struktur segmen anterior mata dari kerusakan. Berbagai jenis

penyakit dapat menyebabkan perubahan spesifik atau nonspesifik pada

jaringan komea, termasuk inflamasi, infeksl degenerasi, kondisi herediter

dan neoplasma. Sebagian besar penyakit pada komea disebabkan oleh

proses inflamasi yang bermanifestasi sebagai keratitis.1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. H

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : BTN Pepabri

Pekerjaan : IRT

Suku : Bugis

Tanggal Masuk : 20 November 2023

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama

Mata Merah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan berusia 49 tahun datang ke rumah sakit dengan

keluhan mata merah (+) dan berair (+) pada mata kanan yang dirasakan

sejak beberapa hari yang lalu. Keluhan disertai penglihatan kabur (+), silau

(+), nyeri (+), rasa berpasir (+). Riwayat penggunaan kacamata baca (+),

riwayat penggunaan kontak lensa tidak ada, riwayat alergi tidak ada, riwayat

penyakit sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit keluarga tidak ada, riwayat

pengobatan tidak ada.

3
2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :

a. Keadaan Umum ։ Baik

b. Kesadaran ։ Compos Mentis, GCS E4M6V5

Tanda-tanda Vital : Dalam batas normal

Status Generalis
1. Kepala/Leher : Dalam Batas Normal

2. Toraks : Dalam Batas Normal

3. Abdomen : Dalam Batas Normal

4. Ekstremitas : Dalam Batas Normal

2.4. Status Oftalmologi

2.4.1. Pemeriksaan Visus


OD VISUS OS

0.3 Visus jauh tanpa koreksi 1.0

- Koreksi -

- Visus jauh dengan -


koreksi

- Visus dekat -

- Koreksi -

- Visus dekat dengan -


koreksi

4
2.4.2. Pemeriksaan Segmen Anterior
OD PEMERIKSAAN OS

Edema (-), hematom (-) Palpebra Edema (-), hematom (-)

Trikiasis(-), sekret(-) Silia Trikiasis(-), sekret(-)

Lakrimasi(-) Apparatur Lakrimalis Lakrimasi(-)

Hiperemis(+) Konjungtiva Hiperemis(-)

Infiltrat intrastromal (+) Kornea Jernih

Normal BMD Normal

Cokelat, kripte(+) Iris Cokelat, kripte(+)

Bulat, sentral, isokor Pupil Bulat, sentral, isokor

+/+ RCL dan RCTL +/+

- RAPD -

Jernih Lensa Jernih

2.4.3. Tes Kesejajaran Bola Mata

A. Cover Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

B. Uncover Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

C. Pergerakan Bola Mata : Tidak dilakukan


Pemeriksaan

2.4.4. Tes Lapangan Pandang

Tidak dilakukan pemeriksaan

5
2.4.5. Pemeriksaan Tekanan Intraokular
OD Metode Pemeriksaan OS

Tn Palpasi Tn

- Tonometri Non-Contact -

2.4.6. Pemeriksaan palpasi


OD Palpasi OS

- Nyeri Tekan -

- Massa Tumor -

- Glandula Preaurikular -

2.4.7. Tes Buta Warna (Ishiara)

Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4.8. Pemeriksaan Segmen Posterior

Tidak dilakukan pemeriksaan

2.5. Diagnosis

OD Keratitis

2.6. Tatalaksana

Cendo Posop ED 6 dd 1 gtt OD

Levofloxacin 0.5% ED 6 dd 1 gtt OD

Metilprednisolon tab 4 mg 3 dd 1

6
2.7. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad cometicam : bonam

2.8. Diagnosis Banding

1) Ulkus Kornea

2) Uveitis

3) Konjungtivitis

2.9. Dokumentasi

7
BAB III

PEMBAHASAN

Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan

kornea. Peradangan tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman,

stroma, membran Descemet, ataupun endotel. Peradangan juga dapat

melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola keratitis dapat dibagi menurut

distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan distribusinya, keratitis

dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan

kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, sub epitelial stromal, atau

endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di bagian sentral atau perifer kornea,

sedangkan berdasarkan bentuknya terdapat keratitis dendritik, disciform, dan

bentuk lainnya. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau dan

merasa kelilipan.

Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai

pertahanan imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula

pembuluh darah mengalami dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum dan

elemen darah yang meningkat dan masuk ke dalam ruang ekstraseluler.

Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf nuklear, limfosit, protein C-

reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh membentuk garis

pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi,

mekanisme kornea dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah,

8
sehingga sel-sel proinflamasi tersebut dapat merusak kornea. Rangsangan

untuk vaskularisasi timbul oleh adanya jaringan nekrosis yang dapat

dipengaruhi adanya toksin, protease atau mikroorganisme. Secara normal

kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe. Bila terjadi

vaskularisasi terjadi juga pertumbuhan pembuluh limfe dilapisi sel. Sehingga

kornea yang seharusnya avaskuler menjadi tervaskularisasi dan

menyebabkan kornea tidak jernih serta menggangu dalam pembiasan

cahaya. Pada keratitis herpetika yang kronik dan disertai dengan neo-

vaskularisasi akan timbul limfosit yang sensitif terhadap jaringan kornea.

Pada anamnesis pasien, bisa didapatkan beberapa gejala klinis pada

pasien yang terkait dengan perjalan penyakit keratitis pungtata superfisial.

Pasien dapat mengeluhkan adanya rasa nyeri, pengeluaran air mata

berlebihan, fotofobia, penurunan visus, sensasi benda asing, rasa panas,

iritasi okuler dan blefarospasme. Oleh karena korea memiliki banyak serat-

serat saraf, kebanyakan lesi kornea baik supervisial ataupun profunda, dapat

menyebabkan nyeri dan fotofobia. Nyeri pada keratitis di perparah degan

pergerakan dari palpebral (umunnya palpebral superior) terhadap kornea dan

biasanya menetap hingga terjadi penyembuhan karena kornea bersifat

sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi kornea sering kali

mengakibatkan penglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya berada

dibagian Sentral.

9
Penatalaksanaan pada ketratitis atau pun ulkus kornea pada prinsipnya

adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan

idoxuridine, trifluridin atau acyclovir. Untuk bakteri gram positif pilihan

pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram

negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian

antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan

adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu :

natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat yang dapat membantu

epitelisasi dapat diberikan. Namun selain terapi berdasarkan etiologi, pada

keratitis pungtata superfisial dan ulkus kornea sebaiknya juga diberikan terapi

simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi

keluhan-keluhan pasien. Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik dan

kortikosteroid. Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa

dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas,

dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Selain itu,

pemberian vitamin C dapat membantu reepitalisasi kornea dan mempercepat

penyembuhan. Pemberian tetes kortikosteroid pada keratitis dalam hal ini

keratitis pungtat superfisial ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan

dan mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga

menghilangkan keluhan subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada

pemberian steroid dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga

dapat memperpanjang infeksi dari virus jika memang etiologi dari KPS

10
tersebut adalah virus. Pemberian kortikosteroid pada ulkus kornea masih

menjadi kontraindikasi terutama pada kausa jamur karena dapat memperluas

infeksi dan semakin merusak kornea.

11

Anda mungkin juga menyukai