Anda di halaman 1dari 8

Rizki Monita Barkah

2006533660 – UAS FETEI


Jawaban No.1
a. Jelaskan esensi manusia sebagai makhluk spiritual! Jelaskan tingkatan-tingkatan jiwa
manusia dan urgensi tazkiyatun nafs!
Esensi manusia sebagai makhluk spiritual
➔ Sejatinya, manusia adalah makhluk yang sempurna, ciptaan terbaik dari Allah ta’ala (Q.S
At-Tin:4). Allah memberikan manusia akal untuk berpikir juga hati untuk menemukan
petunjuk wahyu Tuhan. Dimana manusia diperintahkan untuk tunduk terhadap wahyu,
dan tidak memperturutkan hawa nafsu semata (menuhankan akal).
➔ spiritual interest adalah tujuan utama dalam Islam, yakni kepatuhan terhadap perintah
Tuhan dalam kehidupan dunia sebagai bentuk penghambaan tertinggi.
➔ Manusia diciptakan sebagai ciptaan terbaik, hamba, dan khalifah. Untuk itu, aktivitas
yang dilakukannya senantiasa bersandarkan atas ibadah baik untuk kemaslahatan
dirinya maupun ummat.
Tigkatan-tingkatan jiwa manusia
Pada hakikatnya, Allah telah menciptakan manusia dengan sifat alamiyahnya (natural
behaviour) dengan sisi kejelekan dan kebaikan, akan tetapi manusia dilahirkan dengan jiwa
dan akal yang dengannya dapat memilih untuk kebaikan. Adapun tingkatan-tingkatan jiwa
manusia itu dapat terdiri dari:
➔ Tingkatan al-Nafs al-Ammarah bi Suu’, yaitu setiap jiwa pada dasarnya memiliki sifat
yang cenderung melakukan keburukan, dan hawa nafsu mendominasi (QS Yusuf: 53)
➔ Tingkatan Al-Nafs al-Lawwamah, yaitu jiwa menyesali keadaan diri karena merasa
kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal
ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu. (QS alQiyamah: 2).
➔ Tingkatan Al-Nafs al-Muthmainnah, yaitu jiwa yang merasa tenteram kepada Allah
SWT tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu
dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya (QS al-Fajr: 27-30).
Dengan tajkitun-nafs, manusia dapat mengendalikan dirinya dari hal-hal yang menimbulkan
mafsadat baik untuk dirinya maupun orang lain. Dengan tazkiyatun nafs, manusia manusia
akan jauh lebih bersyukur ketika diberikan nikmat, baik nikmat sehat ataupun sakit (as-
syakur). Dengan tazkiyatun nafs, manusi pula akan mengutamakan sabar dibanding amarah
yang mencelakakan (as-sabur). Dan ketika melakukan kekhilafan/kesalahan baik dirinya
ataupun ke orang lain senantiasa dia akan mengintropeksi diri dan meminta ampunan (at-
taubat). Ketika manusia memiliki tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), aktivitasnya baik itu

1
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
interkasi sosial ekonomi atau pun terhadap diri sendiri akan mengutamakan kejujuran dan
amanah.
b. Jelaskan proses tazkiyatun nafs sebagai proses transformasi menuju insan kamil! Jelaskan
relevansi tazkiyatun nafs untuk transformasi perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang
cenderung bersifat self-interest!
Manusia dari sifatnya yang al-Nafs alAmmarah bi Suu’, seperti Selalu
memperturutkan nafsu dan keinginan dan Orientasi pada kesenangan jasmani (syahwat)
ketika bertazkiyatun nafs akan mengintropeksi kekurang dirinya tersebut dan menjadi
pribai yang al-Nafs alLawamah dimana didalam dirinya muncul seperti Kesadaran diri dan
munculnya idealisme, melakukan kebaikan tetapi belum optimal, berusaha menjadi lebih
baik tetapi memiliki Ketidakmampuan melepaskan diri dari keburukan, dan mulai muncul
konflik abadi antara fujur dan taqwa. Ketika hal tersebut terus berlanjut, dengan
tazkiyatun nafs dirinya akan berusaha meperbaiki dan mencari kebenaran sehingga
berada dalam tingkatan al-Nafs alMuthmainnah, dimana di dalam dirinya memiliki
kesadaran Ketuhanan, kesempurnaan iman dan ketenangan jiwa, serta takwa dan
kebaikan hidup yang optimal.
Tazkiyatun nafs dapat menggiring manusia menuju transformasi insan kamil (individu
yang sempurna/baik). Begitupun dalam aktivitas ekonomi yang dilakukannya akan merujuk
pada kebaikan spiritualitas. Ketika tanpa tazkiyatun nafss, manusia adalah Homo
economicus, yaitu egois dan materialis untuk keuntungan yang memaksimumkan
kepuasannnya semata. Dengan tazkiyatun nafs, sifat ini dapat mendrong kepada Homo
ethicus, yakni mereka yang berkomitmen dan memiliki tujuan untuk kebaikan material
ekonomi. Dan pada tingkatan yang lebih baik, manusia dengan tazkiyatun nafs adalah
mereka yang memiliki konsep Isamic economicus, aktivitas berlandaskan takwa dan
melibatkan kebermanfaat/maslaha bersama berlandaskan god-interest untuk social, self,
dan ecologycal interest.

Jawaban No. 2
a. Jelaskan konsep istikhlaf dan implikasi konsep istikhlaf terhadap perilaku dari pelaku
ekonomi! Jelaskan sikap Islam tentang “memenuhi kebutuhan” dan “memperturutkan
keinginan”!

2
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
Konsep istikhlaf (perwakilan) terhadap harta kekayaan, adalah memahami bahwa
sejatinya harta kekayaan yang kita miliki merupakan milik Allah subhanahu waTa’ala
(pemilik absolut) dan kepemilikanNya ini merupakan konsekuensi dari penciptaan dan
penguasaan-Nya atas alam semesta. Oleh karena itu, harta seluruhnya adalah milik Allah,
dianugerahkan dan diberikannya pada hamba-hamba-Nya. Manusia bukan pemilik
absolut harta, hanya “wakil”-Nya saja. Aktivitas produksi oleh manusia hakikatnya
bukanlah menciptakan kekayaan, tetapi hanya mengolah materi yang telah Allah
ciptakan. Dengan demikian, harta adalah rezeki yang diberikan Allah kepada manusia
sebagai karunia dan nikmat dari-Nya.
Dari pemahaman konsep istikhlaf tersebut, dapat berimplikasi terhadap bagaiman
pelaku ekonomi berperilaku terhadap harta kekayaan dan material ekonomi. Dengan
konsep istikhlaf ini pelaku ekonomi dapat meredam gejolak nafsunya dan menghalangi
dirinya dari kejahatan harta, tidak tertipu dan tidak sombong karena kekayaan. Hal ini
juga akan memunculkan kepekaan sosial dengan tumbuhnya kedermawanan dari pemilik
harta, infak tidak lain hanyalah membelanjakan harta Allah untuk makhluk-Nya dan
agama-Nya.
b. Jelaskan penggolongan manusia berdasarkan orientasi hidup-nya! Jelaskan zuhud dan
istidraj sebagai sikap mental yang terpuji dan tercela terhadap kekayaan!
➔ Orientasi hidupnya ini dapat dilihat dari dua variabel, yakni aspirasi pemenuhan
kebutuhan hidup (x) dan aspirasi memperturutkan keinginan hidup (y). Misal, Ketika
variable x dan y nya rendah mereka adalah orang-orang yang dapat bertahan dari
gejolak pemenuhan ekonomi (Survival → misal dapat mau berusaha untuk
produktifitas rumah tangga dan memanfaatkannya tidak hanya untuk dirinya tetapi
juga untuk kemaslahatan ummat (zakat, infak, dan sedekah). Kategori ini adalah
kategori yang optimal.
➔ Adapun berdasarkan Q.S Al-Isra: 18-19, Manusia digolongkan menjadi dua fokus
orientasi: yakni mereka yang berorientasi dunia dan mereka yang berorientasi
akhirat. Mereka yang berorientasi dunia, baik diberi nimat kaya atau ujian kemiskinan
akan menimbulkan kekufuran (mengeluh, tidak ouas, serakah dll -> kufur nikmat).
Sedangkan mereka yang berorientasi akhirat, ketika diberi nikamat baik kaya ataupun
miskin condong akan berusaha bersyukur → berusaha/ikhtiar juga dist=yariatkan
untuk mengubah keadaan.

3
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
➔ Zuhud adalah salah satu kemampuan manusia untuk mengatasi syahwat kehidupan
dan gemerlapnya dunia, serta selalu mendahulukan akhirat daripada dunia. Dengan
sifat zuhud, manusia dapat lebih bijak dalam aktivitas ekonominya, seperti konsumsi
yang tidak berlebihan dan menghindari produksi yang eksesif.
➔ Istidraj adalah ketika kekayaan menjadi sarana penyiksa manusia, menjadi budak
harta, terbelenggu oleh ketamakan, tidak pernah merasa cukup dengan yang sedikit,
tidak pernah merasa kenyang dengan yang banyak. Istidraj ini adalah salah satu
konsekuensi dari kesombongan dengan meninggalakn wahyu dan memperturutkan
hawa nafsunya.

Jawaban No.3
a. Jelaskan maqashid al-syari’ah, definisi, komponen dan tingkatan prioritas-nya!
Definisi: Tujuan utama dari syari’ah Islam (maqâshid al-syari’ah) adalah merealisasikan
kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-’ibad) baik urusan dunia maupun urusan
akhirat mereka. Substansi dari maqasid syariah adalah Maslahah (menciptakan
kebermanfaatan dan menghindarkan mafsadat/kerusakan/kerugian)
Komponen dan Prioritasnya: Mashlahah tersebut dapat diwujudkan apabila lima unsur
pokok kehidupan (ushûl alkhamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu (dari
tingkatan yang lebih diprioritaskan):
(1) agama (din): syari’ah Islam menjaga kebebasan berkeyakinan dan beribadah, tidak
boleh ada tekanan dalam beragama.
(2) jiwa (nafs): Jaminan atas hak hidup setiap manusia dan Pemberlakuan hukum qishash
atas pembunuhan yang disengaja
(3) akal (‘aql): berupa penghargaan Islam terhadap orang yang berilmu, yang
mempergunakan akal-nya untuk memikirkan ayat-ayat Allah. Dalam syariah terdapat
celaan dan ancaman terhadap orang yang tidak mempergunakan akal-nya untuk
memahami tanda-tanda kekuasaan Allah.
(4) keturunan (nasl): Didalam syariah Islam terdapat pelarangan zina (hubungan seksual
di luar pernikahan) dengan sanksi pidana (had) yang sangat berat, yaitu
pencambukan, pengasingan dan rajam. Liwath (homoseks) dan qadzaf (tuduhan
seseorang melakukan zina tanpa bukti).

4
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
(5) dan harta (mal): Didalam syariah telah diatur dalam perihal kekayaan dengan aturan-
aturan, seperti larangan memakan harta orang lain dengan cara bathil, Larangan riba
dan anjuran memberi keringanan, bahkan sedekah, kepada orang yang kesulitan
mengembalikan utang, dan laranggan-larangan lainnya dalam praktik muamalah
yang diatur dalam alquran dan assunnah.
➔ Agama lebih diprioritaskan (mencakup tatanan syariat (jiwa, akal, perilaku,
keturunan, harta, dll telah diatur)
b. Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syari’ah terhadap alokasi sumber daya
dan struktur perekonomian Islam.
➔ Setiap usaha yang bertujuan melindungi 5 perkara (ushûl al-khamsah) maqâshid ini,
termasuk maslahah dan dikehendaki
➔ Urutan prioritas dalam maqâshid ini secara radikal juga berbeda dari ekonomi
konvensional yang hanya berfokus mengejar tujuan kekayaan material dan sama
sekali tidak memberi tempat untuk keimanan (agama), dan tidak memberi perhatian
yang memadai terhadap jiwa, akal, dan keturunan.
➔ Dalam Islam, pelaku ekonomi akan terdorong untuk memproduksi barang dan jasa
berbasis mashlahah dalam 3 tingkatan prioritas, yaitu: dharûriyyât (hal-hal yang
mendasar), hâjiyyât (segala kebutuhan yang melengkapi hal mendasar), tahsiniyyât
(segala hal yang memperbaiki atau memperindah hal mendasar).

Jawaban No.4
Urgensi mengapa indeks maqashid syariah diperlukan dalam mengukur kinerja lembaga
keuangan Islam maupun pada level negara.
➔ Mashlahah membawa ekonomi Islam pada konsep pemenuhan kebutuhan daripada
memuaskan keinginan.
➔ Dalam ekonomi Islam, permasalahan ekonomi tidak sekedar masalah pilihan individu
untuk memuaskan keinginan, namun bagaimana memenuhi kebutuhan individu dan
masyarakat.
➔ Pada tataran kebijakan publik, konsep mashlahah memberi basis untuk perbandingan
kebutuhan interpersonal, dan karenanya memberi basis untuk pengukuran
kesejahteraan sosial, sesuatu yang sulit dilakukan ekonomi konvensional yang
menghadapi masalah dalam komparasi utility interpersonal. Sehingga penerapan

5
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
tatanan kelola lemabaga keunagan maupun negara berdasarkan shraia-compliant
sebagai alternatif perlu diukur untuk mengetahui manfaatnya dibanding penerapan
aturan konvensional.
➔ Ideks maqasid syariah ini juga dapat dilihat dari social choice theorm, bagaimana
preferensi individu juga masyrakat terpenuhi.
➔ Mengapa penting, Indeks pengukuran maqasid syariah ini tentunya akan berimplikasi
pada evalausi sejauh mana implementasi maqasid syariah yang diterapkan oleh LKS
maupun negara telah tercapai dalam memenuhi lima komponen dasar bagi
masyarakatnya secara makro maupun mikro. Ketika kebijakan LKS memiliki indeks
kinerja yang buruk, semisal jam kerja yang tidak optimal, penerapan margin
keuntungan yang berlebih, ini dapat menjadi evaluasi LKS dalam sejauh mana
keberadaannya memberikan maslahah untuk ummat.

Jawaban No.5
a. Jelaskan konsep Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya
terhadap perekonomian.
Worldview membahas sifat dasar eksistensi dan bagaimana dunia tercipta, arti dan
tujuan hidup manusia, kepemilikan dan tujuan sumber daya terbatas yang dapat
digunakan manusia, dan hubungan manusia satu sama lain dan dengan lingkungannya.
Islamic Worldview berlandaskan pada pandangan hidup bahwa Tuhan menciptakan
manusia hanya untuk beribadah pada-Nya, mencakup seluruh tujuan dan aktivitas
manusia sebagai bagian dari bentuk ibadah (penghambaan diri).
➔ Peran: Dengan demikian, spiritual-interest adalah tujuan utama dalam Islam,
kepatuhan terhadap perintah Tuhan dalam kehidupan dunia sebagai bentuk
penghambaan tertinggi. Dengan Islamic worldview, dapat menjadi paradigma etika,
prilaku, dan aktivitas seseorang berorientasi pada usaha mencapai falah (kesenangan
di dunia dan akhirat).
➔ Implikasi terhadap perekonomian: Islamic worldview menawarkan perspektif yang
utuh dalam memandang permasalahan ekonomi, bukan pemisahan, antara hal
spiritual dan fisik, antara fenomena yang nyata dan yang gaib, antara tubuh dan jiwa,
antara hal material dengan makna, antara kehidupan dunia dan akhirat. Kembali lagi,
dengan Islamic worldview dapat menjadi landasan perilaku ekonomi yang beusaha

6
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
mencapai falah dengan menghindari hal-hal mafasadat (seperti konsumsi dan
produksi yang eksesif, ekploitasi sumber daya yang dibalut maximizing profit, dan
egoisme yang menyebabkan keserakahan) dan mengutamakan ketercapaian
maslahah.
b. Jelaskan pula bagaimana Islamic worldview membangun segitiga hubungan antara
Tuhan, Manusia dan Alam!

Tuhan

Manusia Alam

Dalam Islamic Worldview, Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan isinya, memiliki
kekuasaan tertinggi. Alam dan manusia sebagai ciptaanya diatur dalam berinteraksi
dengan-Nya (Habluminallah) dan denga sesama makhluk/manusia.
➔ Tuhan adalah fokus tertinggi dari seluruh perilaku manusia dan alam. Manusia dan
alam memiliki kedudukan yang setara sebagai makhluk Tuhan, yang memiliki tujuan
penciptaan untuk mengabdi kepadaNya. Hubungan tuan – hamba adalah refleksi atas
kekuasaan Allah yang mutlak, satu-satunya Tuhan semesta alam.
➔ Tuhan sebagai tujuan tertinggi manusia dalam kehidupan, dimana manusia yang
telah mencapai tingkatan ini telah mencapai kesempurnaan (insan al-kamil).
➔ Manusia dan alam memiliki hubungan yang sejajar dalam mengabdi kepada Allah.
Manusia dan alam sama-sama tunduk kepada Allah, namun dengan cara yang
berbeda. Manusia mengikuti ketentuan-ketentuan dalam kitab suci, alam berjalan
sesuai dengan ketentuan-Nya (sunnatullah).

7
Rizki Monita Barkah
2006533660 – UAS FETEI
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN KEJUJURAN AKADEMIK

Dalam ujian mata kuliah Filosofi, Etika, dan Tasawuf Islam ini,
Nama : Rizki Monita Barkah
NPM : 200653360
Saya menyatakan dengan sejujurnya bahwa:
1. Saya tidak menerima dan atau tidak memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada
mahasiswa lain dalam mengerjakan soal ujian.
2. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain dan mengakui nya sebagai
pekerjaan saya
3. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia

Depok, 17 Desember 2021

(Rizki Monita Barkah)

Anda mungkin juga menyukai