KATA PENGANTAR Ulumul Quran
KATA PENGANTAR Ulumul Quran
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekeurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat
berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada Umumnya, umat islam diwajibkan untuk selalu menjadikan kitab suci Al-
Quran sebagai landasan dalam hidup, untuk itu, pengetahuan sejarah perkembangan
maupun pengertian dari Al-Quran itu sendiri harus benar-benar dimengerti. Selain
merupakan sumber utama bagi ajaran islam, Al-qur’an juga sebagai pedoman, sumber
rujukan bagi umat islam yang universal, baik meyangkut kehidupan dunia maupun
akhirat.
Ulumul qur’an atau juga di sebut ilmu-ilmu Al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-
Quran maupun dari segi pemahaman terhadap apa yang terkandung di dalamnya. Dengan
demikian ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu asbabul nuzul dan ilmu-ilmu
yang berhubungan dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari Ulumul Qur’an.
Sebelum kita mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, ada baiknya kita mengerti
terlebih dahulu sejarah adanya ulumul Qur’an. Dengan adanya pokok pembahasan ini
diharapkan mahasiswa semakin mencintai sumber utama umat islam yaitu Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian ilmu, Al-Qur’an, dan Ulumul Qur’an ?
2) Apa saja yang merupakan ruang lingkup dari ilmu Al-Qur’an ?
3) Bagaimana cara pembukuan serta pembakuan dari ilmu-ilmu Al-qur’an ?
4) Bagaimana sejarah serta perkembangan Al-Qur’an?
C. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui pengertian ilmu, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an.
2) Untuk mengetahui ruanglingkup pembahasan ulumul Qur’an.
3) Untuk mengetahui betapa pentingnya mendalami ilmu Al-Qur’an.
4) Untuk mengetahui sejarah perkembangan Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
Alquran adalah mukjizat Islam yang abadi di mana semakin maju ilmu
pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT. membebaskan
manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi dan menurunkannya kepada
Nabi Muhammad SAW., demi membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah
menyampaikannya kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu
dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka
tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakannya kepada
Rasulullah.
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an
1. Arti Kata ‘Ulum
Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ‘ulum adalah bentuk jamak dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu .1 Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an
telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.
2. Arti Kata Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang maknanya
sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madhi
“qoro’a” yang artinya membaca. Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah
yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat Jibril, yang dimulai surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas, yang
dinukil dengan jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah.
Sedangkan ”al-Qur’an” menurut ulama ushul, fiqih, dan ulama bahasa adalah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafazh-lafazhnya
mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-
Nas, dengan demikian, secara bahasa, ’ulum al-Qur’an adalah ilmu-ilmu
(pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan al-Qur’an. 2
3. Arti Kata Ulumul Qur’an
1 Al-Quran dan Terjemahannya ( Cet.X Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2005), hal. 277
2 Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an I (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11
Kata ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan al-Qur’an, baik dari segi kberadaannya sebagai al-Qur’an maupun dari segi
pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah, para
ulama telah merumuskan berbagai defenisi Ulumul Qur’an.
B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
Mengingat luasnya ruang lingkup kajian Ulumul Qur’an sehingga sebagian ulama
menjadikannya seperti luas yang tak terbatas. Bahkan, menurut Abu Bakar Al-‘Arabi,
ilmu-ilmu Al Qur’an itu mencapai 77.450. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang
terdapat dalam Al Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam Al-Quran
mengandung makna zahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Hal ini didasarkan kepada
jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata
dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut
hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.
Firman Allah :
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.(Q.S. Al-Kahfi :109). 3
Namun demikian, Ash-Shiddieqi memandang segala macam pembahasan Ulumul Quran
itu kembali kepada bebrapa pokok persoalan saja sebagai berikut:
Pertama, persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut tiga hal, yaitu waktu dan
tempat turunnya Al Qur’an, sebab-sebab turunnya Al Quran, dan sejarah turunnya Al
quran.4
Kedua, persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad
yang mutawatir, yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat Nabi, para periwayatnya
dan para penghafal Al-Quran, dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
Ketiga, persoalan ada’ al qiroah (cara membaca al quran) hal ini menyangkut
waqof (cara berhenti), Ibtida’ (cara memulai) imalah, madd (bacaan yang dipanjangkan),
takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah) idghom ( memasukkan bunyi huruf yang
sakin kepada bunyi huruf sesudahnya)
Keempat, pembahasan yang menyangkut lafal al quran yaitu tentang yang ghorib
(pelik), mu’rob (menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak (lafal
16 Wahid, Ramli Abdul, Ulumul Quran, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 17.
17 Waki’ bin al-Jarrah bin Malih bin ‘Adi’. Nama panggilannya Abu Sufyanar-Ruwasi al-Kufi, dari
Tsauri. Hadis yang berasal darinya diketengahkan oleh ‘Abdullah bin al-Mubarrak, Yahya bin Adam,Ahmad bin
Hanbal dan ‘Ali bin al-Madani. Lahir 128 H. dan wafat 197 H. Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Mu’in
mengatakan: “Orang yang terpercaya di Iraq adalah Waki’”. (Lihat Tarikh Baghdad XIII, hlm. 466 – 481).
18 Al-Shalih, Shubhi, 1977, Op. Cit., hlm. 121-122.
penulisan mushhaf-mushhaf, jumlah surah, ayat, dan kata-kata Alquran. Abu al-Hasan
al-Asy’ari (w. 324 H.) mengarang al-Mukhtazan fi’ulum al-Qur’an (Yang Tersimpan di
Dalam Ilmu Alquran), kitab yang berukuran besar sekali.Abu Bakar al-Sijistani.
mengarang Grarib al-Qur’an; Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad Ibn Ali al-
Kharkhi (w. 360 H.) mengarang Nukat al-Qur’an al-Dallah ’ala al-Bayan fi Anwa’
al-‘Ulum wa al-Ahkam al-Munbiah ’an Ikhtilaf al-Anam(Titik-Titik Alquran
Menunjukkan Kejelasan Tentang Berbagai Ilmu dan Hukum yang Memberitakan
Perbedaan Pikiran Insani) dan Muhammad Ibn Ali al-Adfawi (w. 388 H.)
mengarang Al-istghna’ fi ’Ulum al-Qur’an (Kebutuhan Akan Ilmu Alquran). 19
19 Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Alquran, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 14.
24 Al-Suyuthi, Jalaluddin, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, I, Dar al-Fikr, Tanpa nama Kota, Tanpa Tahun,
hlm. 3.
25 Al-Zarqani, Muhammad Abd al-‘Azim, Op. Cit., hlm. 28.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Sejarah perkembangan Ulumul Quran dalam makalah ini dibagi kepada
tiga bagian yaitu, Perkembangan Ulumul Quran pada masa Rasulullah SAW.,
Perkembangan Ulumul Quran pada masa Khulafa al Rasyidin dan Perkembangan
Ulumul Quran pada masa Tadwin (Penulisan Ilmu).
Sebenarnya dalam penyampaian dalam memperdalam ulumul quran
sangatlah luas, dan banyak sekali manfaat dalam mempelajari ilmu al quran,
penulis makalah juga merasa betapa bodohnya kita setelah mempelajari ilmu
alquran bahwaanya wawasan serta ilmu yang di miliki tidak sebanding.
Dan ilmu al quran ini sejak zaman dahulu para ulama juga mempelajarinya
seperti halnya yang di katakan imam Al-Suyuthi bahwa pintu ilmu ini senantiasa
terbuka kepada setiap ulama yang datang kemudian untuk memasuki persoalan-
persoalan yang belum terjamah para ulama terdahulu karena faktor-faktor tertentu.
Dengan demikian ilmu ini dapat dibenahi dengan sebaik-baik perhiasan di akhir
masa. Al-Zarqani mengumpamakan Ulumul Quran sebagai anak kunci bagi para
mufassir.
B. SARAN
Saran dari penulis bahwasanya ilmu alquran sangatlah penting baik di dunia
utama di akherat karena al quran adalah pedoman hidup orang islam yang telah di
wahyukan kepada nabi muhammad saw oleh allah swt melalui malaikan jibril. Dan
sesungguhnya sumber dari segala sumber ilmu adalah al quran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya ( Cet.X Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2005)
Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an I (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997)
M.Yusuf, Studi Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2009)
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang,
Jakarta, 1972,
Al-Shadr, Muhammad Bakir, al-Madrasah al-Qur’aniyyah, Syariat, Iran, 1426 H
Al-Shalih, Shubhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, Dar al ‘Ilm Li al-Malayin, Beirut, 1977
Al-Shalih, Shubhi, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Mabahits fi Ulumil Qur’an), Cet. IX, Alih
bahasa; Tim Pustaka Firdaus, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1990
Al-Zarqany, Muhammad Abd al-Azhim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, Juz I, Isa al-Baby
al-Halaby wa Syirkah, Mesir, (tt),
Al-Shobuny, Mohammad Aly, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Alam al-Kitab, Beirut, (tt),
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Alquran, Bulan Bintang, Jakarta, 1973,
Al-Suyuthi, Jalaluddin, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, I, Dar al-Fikr, Tanpa nama Kota, Tanpa
Tahun,