Anda di halaman 1dari 21

PEWARNAAN SEDERHANA, GRAM BAKTERI, KAPSUL, DAN

ENDOSPORA
JURNAL PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.
Dr. Hj. Peristiwati, M.Kes.

oleh:
Akmal Zaidan Gymnastiar
(2003432)
Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
I. JUDUL
Pewarnaan Sederhana, Gram Bakteri, Kapsul, dan Endospora

II. TUJUAN
Tujuan pada praktikum kali ini yaitu:

1. Mengetahui prosedur pewarnaan sederhana dan gram pada bakteri dari


kultur campuran.
2. Mengetahui larutan pewarna yang digunakan pada percobaan
pewarnaan sederhana dan gram
3. Mengetahui metode dalam pewarnaan kapsul dan endospora bakteri,
4. Mengetahui representasi dari hasil pewarnaan kapsul dan endospora
bakteri yang didapatkan.

III. PRINSIP DASAR


Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus,
spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi
beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal,
diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus,
diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua
yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri
ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998). Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah
adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif
dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa.
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan
karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel
bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel
bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada
tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua
yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti
Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu
pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik
adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang
dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion
tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna
yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion
positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang
mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna
negatif (Hadiutomo. 1990).
Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan
ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada
mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang
(basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan
bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah
anggur (stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari
4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang digunakan pada bakteri yang
sulit diwarnai, bakteri tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode
pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana
digunakan larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri
melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-
bentuk kosong tak berwarna (negatif) (Lay.1994). Prinsip pewarnaan negatif
yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat
warna yang tidak meresap kedalam sel bakteri melainkan ke dalam latar
belakangnya (Lay.1994). Pewarnaan negatif/pewarnaan tidak langsung dimana
salah satu pewarna nya yaitu asam (nigrosin) atau tinta cina/india. Karena daya
mewarnai pada zat ini berada pada ion negatif dan tidak bereaksi dengan ion
negatif lainnya dari sel bakteri, maka pewarna ini tidak mewarnai sel.
Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya,
melapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak, maka
disebut dengan kapsula. Pada beberapa jenis bakteri, adanya kapsula
menunjukkan sifat virulen. Kapsula bakteri tidak berwarna, sehingga perlu
dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan jelas (Hastuti, 2012).
Kapsul bukan organ yang penting untuk kehidupan sel, dan sel yang
tidak mampu untuk membentuk kapsul masih dapat tumbuh secara normal
dalam medium. Akan tetapi kapsul berperan dalam penyesuaian terhadap
lingkungan hidupnya. Misalnya kapsul berperan dalam mencegah terhadap
kekeringan, menghambat terjadinya pencantelan baketriofag, bersifat
antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri, atau kapsul
dapat juga berfungsi untuk alat menempelkan diri pada permukaaan seperti
yang dilakukan oleh Streptococcus mutans (Darkuni, 2001).
Endospora merupakan alat survival bagi bakteri tertentu untuk
`istirahat` (dorman) selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan atau
ekstrim. Endopora memiliki dinding yang sangat tebal dan kompleks hingga
resisten terhadap kondisi ekstrim lingkungan. Endospora mampu
`berkecambah` kembali menjadi sel vegetatif yang aktif bila kondisi lingkungan
telah kembali normal (Oktari, dkk., 2017).
Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya,
tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang
menjadi dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode
Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai dalam pengecatan endospra, endospora
diwarnai pertama dengan malachite green. Larutan ini merupakan pewarna
yang kuat yang dapat berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan
malachite green, biakan sel dicuci dengan air lalu ditutup dengan cat safranin.
Teknik ini akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan warna merah
muda pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003).
Menurut Hastuti (2008) ada 2 jenis pewarnaan bakteri yaitu:
1. Pewarnaan langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan memfiksasi
bakteri yang diamati. Pada pewarnaan ini ada dua zat warna yang digunakan
yaitu kristal violet yang berfungsi untuk mewarnai sel vegetatif bakteri dan
CuSO4 5H2O berfungsi untuk mendeteksi adanya kapsula. Apabila
disekeliling sel bakteri berwarna biru atau ungu terdapat bayangan biru
muda berarti sel bakteri tersebut mempunyai kapsula.
2. Pewarnaan tak langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan tidak
memfiksasi terlebih dahulu terhadap koloni bakteri yang diamati. Pada
pewarnaan ini digunakan zat warna yaitu tinta cina. Apabila
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang) dan nampak jelas
diantara medan yang gelap berarti sel bakteri tersebut tidak mengandung
kapsula.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum pewarnaan sederhana dan gram
bakteri adalah sebagai berikut:

A. Pewarnaan Sederhana
Tabel 4.1 Alat yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Sederhana

No. Alat Jumlah

1. Bunsen 1 unit

2. Jarum ose bulat 1 unit

3. Object glass 1 unit

4. Mikroskop 1 unit

5. Bak pewarnaan 1 unit

6. Pipet tetes 1 unit

Tabel 4.2 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Sederhana

No. Bahan Jumlah

1. Kultur bakteri (cawan petri) 1 unit

2. Methylen blue 2 tetes

3. Aquades Secukupnya
B. Pewarnaan Gram
Tabel 4.3 Alat yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Gram

No. Alat Jumlah

1. Bunsen 1 unit

2. Jarum ose bulat 1 unit

3. Object glass 1 unit

4. Mikroskop 1 unit

5. Bak pewarnaan 1 unit

6. Pipet tetes 3 unit

Tabel 4.4 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Gram

No. Bahan Jumlah

1. Kultur Bakteri (cawan petri) 1 unit

2. Kristal Violet 2 tetes

3. Lugol/Iodine 2 tetes

4. Safranin 2 tetes

5. Alkohol 96% Secukupnya

6. Aquades Secukupnya

C. Pewarnaan Negatif
Tabel 4.5 Alat yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Negatif
No. Bahan Jumlah
1 Jarum Inokulasi 1 unit
2 Korek Api 1 unit
3 Mikroskop 1 unit
4 Object Glass 2 unit
5 Pembakar Spiritus 1 unit
6 Pipet Tetes 1 unit
7 Rak Pewarna 1 unit

Tabel 4.6 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Negatif


No. Bahan Jumlah
1 Alkohol Secukupnya
2 Minyak Imersi Secukupnya
3 Nigrosin Secukupnya
4 Kultur Bakteri (di Cawan petri) 1 media

D. Pewarnaan Kapsul
Alat Jumlah
Pembakar spirtus 1 buah
Jarum inokulasi 1 buah
Bak pewarnaan 1 buah
Kertas hisap/bibulous 1 buah
Object glass 1 buah
Mikroskop 1 buah

Bahan Jumlah
Susu skim yang telah dikultur selama 3 loop
48 jam dengan Alcaligenes viscolactis,
Leuconostoc mesenteroides, dan
Enterobacter aerogenes
Crystal violet 1% 1-2 tetes
Tembaga sulfat (CuSO4 5H2O) 20% Secukupnya
E. Pewarnaan Endospora
Alat Bahan
Pembakar spirtus 1 buah
Hotplate 1 buah
Bak pewarnaan 1 buah
Jarum inokulasi 1 buah
Object glass 1 buah
Kertas hisap/bibulous 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Mikroskop 1 buah

Bahan Jumlah
Malachite green 1 tetes
Safranin 1 tetes
Agar miring berisi Bacillus cereus 1 loop
yang telah dikultur 48-72 jam
Kultur thioglycollate berisi 1 loop
Clostridium sporogenes
V. CARA KERJA

Object glass disterilisasi


Bunsen dinyalakan,
Meja dan tangan praktikan menggunakan alkohol
kemudian jarum ose ujung
disterilisasi dengan 70% sampai bersih dan
bulat dibakar hingga
alkohol 70%. tidak ada lemak/demu
menyala.
yang menempel.

Koloni tunggal bakteri


Label "sederhana" dan Aquades diteteskan
diambil dari kultur cawan
"gram" ditempelkan pada sebanyak satu tetes ke
petri menggunakan jarum
object glass. permukaan object glass.
ose.

Koloni bakteri Preparat koloni bakteri


Setelah koloni homogen,
dihomogenkan dengan didiamkan hingga
jarum ose dibakar kembali
aquades pada object glass mengering, kemudian
sampai menyala agar tetap
dengan gerakan melingkar dapat dilanjutkan ke
steril.
dari arah dalam ke luar. proses pewarnaan.

Diagram 4.1 Langkah Kerja Pembuatan Preparat Bakteri

Kemudian Methylen Methylen Blue


Preparat bakteri yang Blue diteteskan ke didiamkan selama 2-3
telah tersedia diletakkan permukaan object glass menit agar zat warna
pada bak pewarnaan. (koloni bakteri) dapat diserap oleh koloni
sebanyak 1-2 tetes. bakteri.

Sisa air pada preparat


Preparat diamati di
dihisap dengan tisu
Setelahnya preparat bawah mikroskop pada
bersih, kemudian
dibilas dengan aquades. perbesaran 10x100
preparat dibiarkan
dengan minyak imersi.
hingga kering.

Diagram 4.2 Langkah Kerja Pewarnaan Sederhana


Kemudian Kristal Violet
diteteskan ke permukaan
Preparat bakteri yang telah object glass (koloni
tersedia diletakkan pada bakteri) sebanyak 1-2
bak pewarnaan. tetes. Didiamkan 1 menit,
lalu dibilas dengan
aquades.

Lugol diteteskan ke
permukaan object glass Setelahnya preparat
(koloni bakteri) sebanyak ditetesi alkohol 96%
1-2 tetes. Didiamkan 1 selama 5 detik. Lalu
menit, lalu dibilas dengan dibilas dengan aquades.
aquades.

Safranin diteteskan ke
Preparat dibiarkan kering,
permukaan object glass
kemudian diamati di
(koloni bakteri) sebanyak
bawah mikroskop pada
1-2 tetes. Didiamkan 1
perbesaran 10x100 dengan
menit, lalu dibilas dengan
minyak imersi.
aquades.

Diagram 4.3 Langkah Kerja Pewarnaan Gram

Dengan menggunakan
teknik aseptik letakkan
Ditempatkan setetes
Preparat bakteri yang jarum inokulum dari
kecil nigrosin di dekat
telah tersedia diletakkan kultur bakteri (misal:
salah satu ujung dari
pada bak pewarnaan. Micrococcus luteus) di
gelas objek.
setetes nigrosin dan
diaduk perlahan

Ditempatkan kaca objek


lainnya diatas tetesan Preparat diamati di
nigrosin dengan sudut 45 bawah mikroskop pada
Ditunggu hingga kering.
derajat dan dibiarkan perbesaran 10x100
menyebar sepanjang tepi dengan minyak imersi.
kaca objek.

Diagram 4.4 Langkah Kerja Pewarnaan Negatif


Object glass Jarum inokulasi Kultur bakteri
Crystal violet
dibersihkan dipanaskan pada diambil
diteteskan pada
dengan alkohol pembakar spirtus menggunakan
object glass
96% hingga merah jarum inokulasi

Dioleskan dan Jarum inokulasi Diratakan hingga


dihomogenkan dipanaskan Pembakar spirtus tipis
dengan crystal violet kembali sebelum dimatikan menggunakan
pada object glass disimpan object glass lain

Dikeringkan Preparat dibilas Preparat Preparat ditetesi


dengan suhu dengan tembaga dikeringkan minyak imersi
ruang selama 5-7 sulfat diatas bak dengan kertas dan diamati pada
menit pewarnaan hisap/bibulous mikroskop

Diagram 4.5 Langkah Kerja Pewarnaan Kapsul

Object glass Jarum inokulasi Kultur bakteri


Air dipanaskan
dibersihkan dipanaskan pada diambil
pada beaker glass
dengan alkohol pembakar spirtus menggunakan
diatas hot plate
96% hingga merah jarum inokulasi

Kultur bakteri yang


Jarum inokulasi
telah diambil dioleskan Pembakar spirtus
dipanaskan kembali
pada object glass dan dimatikan
sebelum disimpan
ditutup paper towel

Paper towel pada Preparat diuapi dengan air Preparat diambil dari atas beaker
object glass mendidih dengan cara glass, didinginkan, lalu dibuka
ditetesi malachite disimpan diatas beaker paper towelnya dan dibilas
green glass tadi selama 2-3 menit menggunakan air selama 30 detik

Safranin diwarnai ulang Preparat Preparat ditetesi


selama 20 detik dengan dikeringkan minyak imersi
menggunakan safranin, dengan kertas dan diamati pada
lalu bilas dengan air hisap/bibulous mikroskop

Diagram 4.6 Langkah Kerja Pewarnaan Endospora


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan, maka didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pewarnaan Sederhana dan Gram Bakteri
Hasil Pengamatan
No. Asal Bakteri Keterangan
Pewarnaan Sederhana Pewarnaan Gram

- Pada gambar 1 dan 2


bakteri terlihat berbentuk
1. Bakteri Tangan kokus dan berantai
(Streptococcus)
- Gram negatif
Gambar 1. Bakteri Tangan Gambar 2. Bakteri Tangan
10 x 100 (immersion oil) 10 x 100 (immersion oil)
(Dok. Biologi C 2019, 2021) (Dok. Biologi C 2019, 2021)

- Pada gambar 3 dan 4


bakteri terlihat berbentuk
2. Bakteri Mulut basil/batang dan berantai
(Streptobacillus)
- Gram negatif
Gambar 3. Bakteri Mulut Gambar 4. Bakteri Mulut
10 x 100 (immersion oil) 10 x 100 (immersion oil)
(Dok. Biologi C 2019, 2021) (Dok. Biologi C 2019, 2021)
- Pada gambar 6 dan 7
bakteri terlihat berbentuk
Bakteri Udara
3. basil/batang dan berantai
Luar
(Streptobacillus)
- Gram negatif
Gambar 5. Bakteri Udara Gambar 6. Bakteri Udara
10 x 100 (immersion oil) 10 x 100 (immersion oil)
(Dok. Biologi C 2019, 2021) (Dok. Biologi C 2019, 2021)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pewarnaan Negatif


No Hasil Pengamatan Keterangan
1 Bakteri berbentuk Bacillus

Gambar 7. Pewarnaan Negatif


(Cappucino, 2019)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pewarnaan Kapsul dan Endospora
Jenis Pewarnaan Gambar Keterangan
Pewarnaan Kapsul Warna ungu: Sel bakteri
Tidak berwarna/warna biru muda: Kapsul

Gambar 3. Hasil Pewarnaan Kapsul


(Cappuccino dan Welsh, 2019)
Pewarnaan Endospora Warna merah: sel vegetatif
Warna hijau-biru: spora dan endospora

Gambar 4. Hasil Pewarnaan Endospora


(Cappuccino dan Welsh, 2019)
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan dua teknik pewarnaan preparat bakteri,
yaitu: pewarnaan sederhana dan pewarnaan gram. Tujuan dari pewarnaan Gram
ini yaitu untuk mempermudah melihat bakteri secara mikroskopik, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia khas dari bakteri dengan zat
warna. Dalam pewarnaan hasilnya berbeda berdasarkan kandungan pada dinding
sel bakterinya, bakteri Gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram
negatif berwarna merah (Bulele et al., 2019).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan 2 tipe bakteri yang
berantai, diantaranya: streptococcus (rantai bulat) dan streptobacillus (rantai
batang). Seluruh hasil menunjukan bakteri termasuk ke dalam bakteri gram negatif,
karena berwarna merah setelah dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram negatif
memiliki kandungan peptidoglikan yang sedikit, sehingga pada pewarnaan gram
tidak dapat mengikat kandungan kristal violet (ungu) dan hanya mampu mengikat
safronin (merah) yang lebih ringan.
Pewarnaan negatif menggunakan nigrosin sebagai pewarna latar belakangnya.
Nigrosin adalah campuran dari pewarna sintesis hitam. Dalam biologi, nigrosin
digunakan untuk pewarnaan negatif bakteri. Keuntungan dari menggunakan
metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen blue, atau carbol,
ialah bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol tidak diperlukan sehingga
organisme terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin dapat
mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan
metode biasa.
Pada proses pewarnaan diperlukan keterampilan dari praktikan agar bakteri
dapat terlihat dengan baik setelah pewarnaan. Pada saat pewarnaan seringkali
terjadi kesalahan, seperti: apusan bakteri yang terlalu tebal atau tidak merata,
hilangnya bakteri saat proses pembilasan warna, dan proses fiksasi yang kurang
sempurna sehingga bakteri belum mati semua dan ada yang masih bergerak.
G.1 Pewarnaan Kapsul
Pada beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru terdapat materi
berlendir dan lengket pada permukaan selnya yang melengkungi dinding
sel. Bila materi yang berlendir tersebut tampak sebagai suatu bentuk yang
pasti (bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila bentuknya tidak
teratur dan tidak menempel erat pada sel maka disebut selaput lendir.
Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat diluar dinding sel. Kapsul
pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Hadioetomo,1990). Kapsul
dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai
makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh
inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi.
Kapsul sulit diwarnai karena cukup tebal, oleh karena itu diperlukan
suatu pewarnaan khusus. Cara pewarnaannya yaitu dengan menggunakan
pewarna larutan formol-gentian violet Raebiger atau kristal violet dan
CuSO4. Kromogen kristal violet akan diserap oleh sel bakteri sehingga
menghasilkan preparat bakteri yang dilihat dari mikroskop berwarna ungu.
Namun, zat ini hanya melekat sementara tanpa diserap oleh kapsul karena
bukan bagian non-ionik. Sementara itu, CuSO4 berfungsi sebagai zat
pewarna yang akan menghasilkan warna biru cerah atau merah muda.
CuSO4 berfungsi untuk menghilangkan kromogen kristal violet yang
menempel dari kapsul. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri
adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak langsung). Kapsula
tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang yang tembus dengan
latar belakang yang berwarna.
Hasil pewarnaan dengan menggunakan cara pewarnaan negatif
menunjukkan bakteri berwarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai
daerah yang kosong di sekitar tubuh bakteri, dan latar belakang berwarna
gelap. Pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh
Tyler. Hasil dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul tampak berwarna
biru-ungu yang terletak disekitar tubuh bakteri, sedangkan bakterinya
sendiri berwarna biru kelam (Irianto, 2006). Hal ini karena mula-mula sel
diberi kristal violet yang kemudian menempel pada kapsul CuSO4
memiliki ion positif. Selanjutnya sel diberi CuSO4 yang memiliki ion
negatif. Maka, mengakibatkan keduanya saling tarik menarik dan
menghasilkan produk akhir sel yang berwarna ungu dengan kapsul warna
biru atau tidak berwarna.
G.2 Pewarnaan Endospora
Spesies bakteri yang termasuk dalam genera clostridium dan bacillus
memproduksi suatu struktur di dalam selnya yang disebut endospora. Jika
sel semakin tua maka sel vegetatif akan pecah sehingga endospora akan
terlepas menjadi spora bebas. Endospora merupakan sel-sel vegetatif yang
dibentuk secara endogenous di dalam sel, dan umumnya dihasilkan oleh
biakan-biakan tua (Gandjar, 2006). Fungsi endospora bagi bakteri adalah
sebagai survival structure (struktur dorman) yang memungkinkan bakteri
bertahan pada keadaan yang tidak menguntungkan seperti kondisi
lingkungan yang ekstrim (kekeringan, temperatur sangat rendah atau
sangat tinggi) atau kekurangan nutrisi (Karomah, 2017).
Letak endospora di dalam sel serta ukuran selama pembentukannya
tidak sama bagi setiap jenis Bacillus spp., artinya ada yang terletak di
sentral (di tengah sel), di terminal (di ujung sel) dan adapula yang
subterminal (di bagian dekat ujungsel). Diameter sporanya pun dapat lebih
besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya, oleh karena itu
terdapatnya endospora, letak endospora, dan ukuran endospora dapat
dipergunakan untuk mengindentifikasi marga Bacillus ini (Pelczar & Chan,
1986).
Berbeda dengan sel vegetatif maka spora akan lebih tahan lama dalam
keadaan lingkungan yang ekstrem, misalnya dalam keadaan kering, panas,
atau adanya bahan kimia yang beracun. Spora juga lebih tahan terhadap
pewarnaan, dan sekali berhasil diwarnai, spora sangat sukar untuk
melepaskan zat warna sehingga tidak dapat mengikat zat warna lainnya
yang diberikan kemudian (counterstain).
Prinsip pewarnaan ini digunakan untuk membedakan spora dari sel
vegetatif. Zat warna yang paling sering digunakan untuk mewarnai spora
adalah malachite green (Schaeffer dan Fulton) yang akan tetap diikat oleh
spora setelah pencucian dengan air, dan sebagai “counterstain” digunakan
safranin. Dengan cara ini, endospora yang masih terdapat di dalam sel
vegetatif maupun spora bebas akan berwarna hijau-biru, sedangkan sel
vegetatif akan berwarna merah sampai merah muda

VII. KESIMPULAN
Pewarnaan dilakukan dengan dua cara yaitu pewarnaan sederhana dan pewarnaan
gram. Pewarnaan dilakukan untuk melihat bentuk bakteri secara mikroskopik. Pada
praktikum kali ini ditemukan dua tipe bakteri, yaitu: streptococcus (rantai bulat) dan
streptobacillus (rantai batang). Hasil pewarnaan gram pada tiga sumber bakteri
semuanya berwarna merah, menunjukan bakteri termasuk bakteri gram negatif.
Bakteri gram negatif berwarna merah akibat kandungan peptidoglikan di dinding
selnya tipis sehingga tidak dapat menyerap warna ungu dari kristal violet. Pewarnaan
negatif digunakan pada bakteri yang sulit untuk diwarnai, sehingga untuk melihat
morfologi bakteri dengan cara mewarnai latar belakangnya. Bakteri akan tetap
transparan sehingga terlihat jelas perbedaan antara bakteri dengan latar belakangnya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Buchanan, R. E., dan Gibbons N. E. (2003). Bergey’s manual of determinative
bacteriology. USA: The William & Wilkins Company Baltimore.

Bulele, T., Rares, F. E., & Porotu'o, J. (2019). Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram
pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. eBiomedik, 7(1).

Cappuccino, J. G., dan C. Welsh. (2019). Microbiology: A laboratory manual. New York:
Pearson.

Darkuni, N. (2001). Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang: Djambatan

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi dasar dalam praktek. Jakarta: PT. Gramedia.

Hastuti, S. U. (2008). Petunjuk praktikum mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia.

Karomah, L. 2017. Endospora Bakteri – Struktur, Pembentukan, dan Fungsinya. Diakses secara
[On-line] dari https://mikrobio.net/mikrobiologi/bakteriologi/endospora-bakteri.html, pada
28 Februari 2022.

Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press

Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali

Oktari, A., dkk. (2017). The bacterial endospore stain on schaeffer fulton using variation of
methylene blue solution. Journal of Physics: Conference Series, 812.
Pelczar, M.J., and E.C.S. Chan. 1986. Microbiology, MC Graw Hill Book Company, New York
: 889 pp..

Anda mungkin juga menyukai