49042-Article Text-230318-1-10-20230726
49042-Article Text-230318-1-10-20230726
Jurnal Teknologi Industri Pertanian 33 (2): x-xx, Agustus 2023 Terakreditasi Peringkat 2
Kristanti, Woro Setiaboma, Taufik Kurniawan, Ashri Pendidikan
SK Dirjen Indriati, Bekti Juliagani, Sri Endartini, Riuh Wardhani
Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
DOI: https://doi.org/10.24961/j.tek.ind.pert.2023.33.2.x
ISSN: 0216-3160 EISSN: 2252-3901 Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin
Aldicky F Amri1)*, Ade Chandra Iwansyah1), Yusuf Andriana1), Dini Ariani1), Ervika Rahayu N Herawati1), Ahmad
Iskandar S.1), Dita Kristanti1), Woro Setiaboma1), Taufik Kurniawan1), Ashri Indriati2), Bekti Juliagani1),
Sri Endartini1), Riuh Wardhani1,3)
1)Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset Inovasi Nasional.
Jl. Jogja Wonosari km. 31,5, Gading, Playen, Kab.Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
Email: aldi005@brin.go.id
2)Pusat Riset Teknologi Tepat Guna, Badan Riset Inovasi Nasional, Subang, Jawa Barat, Indonesia
3)Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, Makassar, Indonesia
Makalah: Diterima 15 Desember 2022; Diperbaiki 20 Juni 2023; Disetujui 09 Juli 2023
ABSTRACT
Consumers have an important role in the sustainability of a business. Producers who can meet the needs
and desires of consumers have a competitive attitude and will continue to survive. The involvement of consumers
as early as possible in product design can increase the suitability between the products produced and the needs of
consumers as users. This study aims to design the development of processed-grasshopper products in the form of
snack bars as local food wisdom in Gunungkidul Regency, DIY according to consumer preferences. The method
used in this research is Quality Function Deployment (QFD). Data were collected using a questionnaire on
consumers of grasshopper-processed products in Gunungkidul Regency, DIY. The method of sampling was using
a purposive sampling method. The results showed that in the development of grasshopper snack bar products, four
technical parameters that had a weight value of more than 10% were the type of main raw material, protein
content, mixed grasshopper flour content, and dough cutting size. The four technical parameters have a total
weight point of 54% which can be developed to satisfy consumers. The availability of quality raw materials (fresh
and containing high protein) is the main aspect that needs to be considered so that grasshopper processed products
in the form of snack bars can fulfill consumer demands also become new superior products that can support the
image of gastro tourism in Gunungkidul Regency.
Keywords: grasshopper, Gunungkidul, quality function deployment (QFD), snack bar
ABSTRAK
Konsumen memiliki peran penting dalam keberlangsungan sebuah usaha. Produsen yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen serta memiliki sikap kompetitif akan terus bertahan. Keterlibatan konsumen
sedini mungkin dalam merancang produk dapat meningkatkan kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan
kebutuhan konsumen sebagai pengguna. Studi ini bertujuan untuk merancang pengembangan produk olahan
belalang berupa snack bar sebagai kearifan pangan lokal di Kabupaten Gunungkidul, DIY sesuai dengan preferensi
konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quality Function Deployment (QFD). Data
dikumpulkan menggunakan kuesioner terhadap konsumen produk olahan belalang di Kabupaten Gunungkidul,
DIY. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dalam
pengembangan produk snack bar belalang, empat parameter teknis yang memiliki nilai bobot lebih dari 10%
adalah jenis bahan baku utama, kandungan protein, kadar campuran tepung belalang, dan ukuran pemotongan
adonan. Empat parameter teknis tersebut memiliki jumlah bobot sebesar 54% yang bisa dikembangkan untuk dapat
memuaskan konsumen. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas (segar dan memiliki kandungan protein tinggi)
menjadi aspek utama yang perlu diperhatikan agar produk olahan belalang dalam bentuk snack bar dapat
memenuhi keinginan konsumen serta menjadi produk unggulan baru yang dapat menunjang citra gastro tourism
Kabupaten Gunungkidul.
Kata kunci: belalang kayu, Gunungkidul, quality function deployment (QFD), snack bar
keputusan untuk membeli suatu produk atau jasa yang akan dipasarkan serta meningkatkan efisiensi
(Firmansyah, 2019). Respon positif dari konsumen, kebutuhan teknis dalam pembuatan produk tersebut.
akan diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk Apabila keselarasan tersebut sudah diperoleh maka
membeli suatu produk (Gharakhani dan Eslami, diharapkan akan dihasilkan produk baru yang sesuai
2012). dengan keinginan konsumen.
Indonesia merupakan salah satu negara yang Fokus pengembangan produk baru untuk
memiliki keunggulan kualitatif dan komparatif, meningkatkan citra wisata kuliner di Kabupaten
dimana produk olahan pangan sebagai kearifan local Gunungkidul adalah produk yang berbahan baku
sangat melimpah dengan ciri khas yang kuat di utama belalang kayu. Hingga saat ini, produk olahan
masing – masing daerah. Pada perkembangannya, belalang kayu yang dipasarkan berupa olahan
produk olahan pangan berkearifan lokal memerlukan sederhana seperti belalang goreng atau peyek
sentuhan teknologi dalam berbagai aspek seperti belalang. Menurut (Palupi et al., 2020), kandungan
untuk meningkatkan daya simpan, meningkatkan protein belalang (Vangala nigricornis Burm.) yang
brand image, atau dalam rangka pelestarian resep diteliti di Kabupaten Gunungkidul memiliki nilai
hasil kreasi leluhur agar olahan tersebut tidak punah. protein 19,31 ± 6,90 %wb dibandingkan dengan nilai
Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu wilayah protein telur yang dijadikan standar perbandingan.
yang memiliki olahan khas berupa pangan berbahan Aspek fungsional seperti kandungan protein atau
baku belalang memerlukan konsep serta praktik ketersediaan asam amino dari belalang sebagai bahan
pengembangan produk agar produk olahan khas baku utama bisa menjadi fitur keunggulan untuk
belalang tetap lestari, dan diterima oleh pasar. Selain meningkatkan brand image produk belalang, bahkan
itu, pengembangan gastro tourism berbasis olahan berpotensi untuk meningkatkan citra gastro tourism
belalang bisa menjadi fokus perkembangan praktik berbasis belalang khas Kabupaten Gunungkidul agar
ekonomi kuliner yang potensial bagi masyarakat semakin dikenal di masyarakat luas. Kabupaten
Gunungkidul. Hal tersebut ditunjang dengan kondisi Gunungkidul diharapkan menjadi salah satu destinasi
Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu destinasi wisata utama di bagian selatan pulau Jawa yang
wisata utama di Pulau Jawa. berperan sebagai area potensial dalam
Pada penelitian ini dilakukan langkah memperkenalkan produk olahan belalang kayu yang
pengembangan produk yang berbasis dengan dikembangkan.
keinginan dari konsuman menggunakan metode Pengembangan produk pangan menggunakan
Quality Function Deployment (QFD). Beberapa metode QFD telah banyak dilakukan, diantaranya
pengembangan produk kearifan lokal yang telah produk cookies ibu hamil (Andayani et al., 2015),
diteliti menggunakan metode QFD adalah produk produk organik (Cardoso et al., 2015), kerupuk ikan
andaliman dan turunannya yang berasal dari kawasan bandeng (Narto et al., 2019), susu pasteurisasi (Dewi
Sumatra Utara (Panjaitan dan Manik, 2019), produk et al., 2020) dan bubur instan rowe luwa (Indriati et
Rowe Luwa yang berasal dari kawasan Sumba al., 2021). Namun, penggunaan metode QFD dalam
(Indriati et al., 2021), dan produk turunan edamame pengembangan produk olahan belalang (kearifan
yang berasal dari kawasan Jember (Suryaningrat et lokal) masih terbatas. Tujuan dari penelitian ini
al., 2020). Sebagai contoh dalam produk andaliman adalah untuk mengetahui dan merancang
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan pengembangan produk olahan belalang berupa snack
menggunakan metode QFD, diperoleh bahwa salah bar sebagai kearifan pangan lokal di Kabupaten
satu produk turunan yang bisa dikembangkan dengan Gunungkidul, DIY yang sesuai dengan preferensi
bahan baku andaliman adalah balsam andaliman. konsumen.
Pada produk rowe luwa, melalu metode QFD
diperoleh rekomendasi – rekomendasi teknis proses METODE PENELITIAN
pembuatan agar dapat diperoleh produk rowe luwa
yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pada Kegiatan riset ini dilakukan di Kabupaten
produk pia edamame yang merupakan salah satu Gunungkidul, D.I. Yogyakarta dari bulan Juni –
produk oleh – oleh daerah Jember, hasil penerapan September 2022. Metode yang digunakan adalah
QFD menyatakan bahwa diperlukan perbaikan metode quality function deployment (QFD).
terhadap atribut kemasan serta variasi rasa dari Responden dari kegiatan riset ini sebanyak 124
produk edamame yang sudah beredar di pasar. Hal responden untuk voice of consumer (VoC) dan
tersebut diperlukan agar produk pia edamame dapat sebanyak 38 responden untuk mengkaji tingkat
tetap bersaing dan mampu menyesuaikan kebutuhan kepentingan konsumen berdasarkan jenis atribut
ceruk pasar oleh – oleh khas Jember. produk dari wisatawan yang pernah atau sedang
Pengembangan produk dengan metode berlibur ke objek wisata di Kab. Gunungkidul, D.I
Quality Function Deployment (QFD) bertujuan untuk Yogyakarta Pengambilan sampel dilakukan dengan
menyeleraskan keinginan konsumen dengan metode purposive sampling (Cochran, 1991).
kebutuhan teknis proses pembuatan produk yang Kegiatan riset ini telah mendapatkan persetujuan etik
dikembangkan. Keselarasan ini dibutuhkan untuk dari Komisi Etik Bidang Sosial Humaniora, Badan
meningkatkan efektifitas hasil pengembangan produk
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia “biasa saja”, angka 4 menunjukan “puas”, dan angka
(Nomor: 137/KE.01/SK/6/2022). 5 “sangat puas”. Analisis tingkat prioritas ini
Data yang digunakan merupakan data primer diperlukan untuk menentukan bobot kepuasan suatu
yang diperoleh langsung dari observasi, wawancara, atribut keinginan konsumen dalam proses pembuatan
dan penyebaran kuesioner di Kabupaten Gunungkidul HOQ.
dan data sekunder diperoleh dari jurnal dan sumber
lain yang relevan. Mengidentifikasi Rancangan Parameter Teknis
(How’s)
Tahapan Penelitian Identifikasi rancangan parameter teknis
Penelitian dilakukan menjadi empat tahapan, dilakukan dengan melakukan diskusi dengan pakar
yaitu: (1) pembuatan dan penyebaran kuesioner voice serta tim teknis pengembangan produk untuk
of consumer (VoC); (2) penyusunan atribut keinginan menentukan parameter teknis mana yang dapat
konsumen; (3) pembuatan dan penyebaran kuesioner dihubungkan untuk menterjemahkan keinginan
quality function deployment (QFD); dan (4) konsumen yang sudah terhimpun pada penyebaran
pembuatan house of quality (HoQ). kuisioner VoC.
maka instrumen penelitian dinyatakan valid dan dapat sekunder. Persyaratan konsumen primer diambil
dipakai untuk pengujian selanjutnya. Berdasarkan berdasarkan karakteristik dan sifat produk pada
hasil uji validitas dan reabilitas yang telah dilakukan umumnya, sedangkan persyaratan konsumen
dari kuisioner yang tersebar ke responden, diperoleh sekunder diperoleh dari penjelasan keinginan
24 butir pertanyaan yang valid serta reliabel. Butir konsumen secara rinci dan spesifik (Johan et al.,
pertanyaan yang memiliki tingkat korelasi tertingi 2012). Adapun persyaratan konsumen dapat dilihat
adalah pertanyaan mengenai rasa olahan belalang pada Tabel 3.
yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan butir Berdasarkan Tabel 3 maka arah
pertanyaan yang memiliki tingkat korelasi terendah pengembangan produk berbahan baku belalang
adalah jenis obyek wisata yang dikunjungi oleh difokuskan pada kategori snack bar. Fitur – fitur
responden di wilayah Kabupaten Gunungkidul. produk pengembangan akan disesuaikan dengan
Berdasarkan dari uji validitas dan reliabilitas keinginan konsumen sebagai acuannya. Selanjutnya,
kuesioner responden ini maka dapat disusun menjadi disebarkan kembali kuisioner untuk mengkaji tingkat
persyaratan konsumen terhadap produk kepentingan dan kesukaan konsumen berdasarkan
pengembangan snack bar belalang. jenis atribut produk. Responden yang bersedia
mengisi kuisioner sebanyak 38 orang. Kriteria
Atribut persyaratan konsumen (What). pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
Hasil penyebaran kuesioner dan wawancara, membandingkan r hitung dengan r tabel dimana
diperoleh informasi berupa persyaratan konsumen dengan jumlah sampel n = 38 maka nilai r tabel =
terhadap produk. Persyaratan konsumen 0,4026, sehingga jika r hitung > r tabel maka poin
dikelompokan menjadi dua yaitu persyaratan kuisioner tersebut dapat dinyatakan valid
konsumen primer dan persyaratan konsumen
Analisis Tingkat Prioritas Kepentingan dan konsumsi dan konteks sosial budaya. Maka dari itu,
Kesukaan Konsumen atribut persyaratan konsumen non sensoris seperti
Tingkat prioritas kepentingan berhubungan cara penyajian, jenis kemasan, ketersediaan informasi
dengan pertimbangan konsumen dalam memutuskan harga dan nilai gizi juga menjadi atribut persyaratan
pembelian produk (Andayani et al., 2015). Hasil konsumen yang perlu diperhatikan pada proses
penilaian yang diperoleh diolah dengan menghitung pengembangan snack bar belalang ini.
nilai rata-rata, kemudian mengurutkan dari nilai
tertinggi. Berdasarkan Tabel 4, rangking atribut Rancangan Parameter Teknis (HOWs)
persyaratan konsumen tertinggi adalah rasa enak. Marimin (2004) menyatakan bahwa parameter
Atribut persyaratan konsumen dengan rangking teknis (HOWs) merupakan karakteristik produk yang
terendah adalah keseimbangan porsi dengan harga. terstuktur dan relevan dengan kepentingan konsumen.
Berdasarkan Ttabel 4, dapat dinyatakan bahwa Pakar yang diwawancara dalam merancang parameter
karakteristik utama produk pengembangan snack bar teknis adalah tim yang berperan langsung dalam
belalang yang disyaratkan konsumen harus proses produksi snack bar belalang. Proses produksi
memenuhi kebutuhan sensoris konsumen. Hal ini sangat memengaruhi atribut-atribut yang dirasakan
dinyatakan dengan tiga peringkat tertinggi dari atribut oleh konsumen pada suatu produk (Cardoso, 2015).
persyaratan konsumen pada Ttabel 4 yaitu rasa enak, Parameter teknis primer dan parameter teknis
tekstur renyah, dan aroma khas belalang sedang. sekunder dapat dilihat pada Tabel 5. Terdapat empat
Menurut (Costell et al., 2009), proses penerimaan Parameter teknis primer yang tersusun berdasarkan
konsumen terhadap produk pangan tidak hanya hasil wawancara yaitu bahan baku, formulasi, proses
berfokus pada aspek sensoris produk pangan tersebut, pemasakan dan kandungan gizi snack bar.
akan tetapi informasi lain seperti pengalaman
Pada parameter teknis primer kandungan gizi dapat saling mempengaruhi (Jaiswal, 2012). Hasil
snack bar, ada dua parameter sekunder yang perlu penelitian menunjukkan dalam pengembangan
dijadikan sebagai karakteristik produk hasil produk snack bar belalang, parameter jenis bahan
pengembangan snack bar belalang yaitu kandungan baku dengan target indikator adalah tingkat kesegaran
protein dan kandungan asam amino. Kandungan bahan baku memiliki bobot tertinggi sebesar 19% dan
protein tersebut dipilih menyesuaikan dengan hasil waktu pencetakan adonan dengan target indikator
penelitian (Palupi et al., 2020) yang terkait dengan adalah kurang dari 10 menit memiliki bobot terendah
potensi kandungan protein belalang kayu (Vangala sebesar 1 %. Hasil peringkat dari parameter –
nigricornis Burm.) asal Kabupaten Gunungkidul. parameter yang perlu menjadi prioritas dalam
pengembangan produk snack bar belalang kayu dapat
House of Quality dilihat pada Tabel 6
Pembuatan HoQ dilakukan oleh tim pakar Empat parameter teknis yang memiliki nilai
produk serta tim teknis pengembangan produk. bobot lebih dari 10% adalah jenis bahan baku utama,
Pendapat tim tersebut diperlukan untuk kandungan protein, kadar campuran tepung belalang,
menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam dan ukuran pemotongan adonan. Empat parameter
kebutuhan teknis produk serta membantu dalam teknis tersebut memiliki jumlah bobot adalah 54%
menetapkan hubungan – hubungan antar atributnya. yang bisa dikembangkan untuk dapat memuaskan
Dalam house of quality (HoQ) terdapat matriks konsumen.
hubungan kepentingan konsumen dan parameter
teknis dan matriks interaksi antar parameter teknis. KESIMPULAN DAN SARAN
Hubungan antar aspek tersebut dinilai dan diberi
tanda ● dengan skor 9 yang berarti hubungan antar KESIMPULAN
aspek kuat; ○ dengan skor 3 yang berarti hubungan Terdapat 12 atribut persyaratan konsumen
antar aspek sedang; ∆ dengan skor 1 yang berarti dalam mengembangkan produk snack bar belalang
hubungan yang terjadi lemah; serta tidak diberi diantaranya rasa enak, aroma khas belalang sedang,
simbol apapun yang berarti tidak ada hubungan antar tekstur renyah, tanpa bahan pengawet, terdapat
aspek (Andayani et al., 2015). Pada matriks interaksi informasi gizi pada produk baru, harga kurang dari
antar parameter teknis, dinilai dengan kriteria Rp. 20.000,00-, porsi seimbang dengan harga, porsi
penilaian sebagai berikut: “+” untuk hubungan antar kurang dari 250 g per kemasan, cara penyajian
parameter teknis yang berkorelasi positif, ‘-‘ untuk praktis, bahan jenis kemasan alumunium foil,
hubungan antar parameter teknis yang berkorelasi penampilan kemasan menarik, dan berpotensi sebagai
negatif dan tidak diberi simbol apapun apabila tidak oleh-oleh. Selain itu, terdapat 13 parameter teknis
ada korelasi hubungan antar parameter teknis yang yang berpengaruh terhadap keinginan konsumen
dinilai. Adapun banyaknya hubungan kuat antara diantaranya warna tepung belalang, waktu
kepentingan persyaratan konsumen dan parameter penyimpanan tepung belalang, jenis bahan baku,
teknis dalam pengembangan produk berbahan dasar waktu pencetakan adonan, ukuran pemotongan
belalang dapat dilihat pada Gambar 1. adonan, kandungan protein, kandungan asam amino,
Pada Gambar 1 dapat dilihat banyaknya waktu pengeringan, waktu pendinginan, proses
hubungan kuat antara kepentingan persyaratan coating, suhu pengeringan, kualitas proses
konsumen dan parameter teknis. Hal tersebut sejalan pencampuran dan kadar campuran tepung belalang
antara kepentingan konsumen dan parameter teknis (rasio).
Tabel 6. Urutan tingkat parameter teknis produk pengembangan snack bar belalang
Target Indikator Nilai Bobot
Rangking Parameter Teknis
Parameter Teknis (%)
1 Jenis bahan baku utama (Belalang) Tingkat kesegaran 19
2 Kandungan protein > 30% 14
3 Kadar campuran tepung belalang 10 – 25 mg 12
4 Ukuran pemotongan adonan 5 cm per bar 10
5 Waktu pengeringan < 45 menit 9
6 Suhu pengeringan Maksimal 1200C 8
7 Kadar asam amino Asam amino essensial 7
8 Waktu penyimpanan tepung < 24 jam 6
belalang
9 Kualitas proses pencampuran Tercampur rata 5
10 Proses coating Terlapis rata 4
11 Warna tepung belalang Coklat kemerahan 3
11 Waktu pendinginan < 15 menit 3
12 Waktu pencetakan adonan < 10 menit 1
Sumber: House of Quality (HOQ) pengembangan produk snack bar belalang kayu