Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi Parotitis

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular


dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit
gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun
(sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi
kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf
pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang
beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang
menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon
kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh
(Sumarmo,2008)
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat
ditularkan melalui:
1. Kontak langsung

2. Percikan ludah (droplet)

3. Muntahan

4. Bisa pula melalui air kencing


Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-
40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat
menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit.
Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari.

B. Etiologi Parotitis

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok


paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300
mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus
Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus
mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan
perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada
suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30
detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada
mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti
viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium,
pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat
melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran
virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,
otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum
onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008).
C. Klasifikasi Parotitis

1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara
1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah
terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

2. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah
yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut,
khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan
dehidrasi.

D. Manifestasi Klinis Parotitis

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami


keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata
17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala:
demam (suhu badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot,
kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah
dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga
(parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar
kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian
berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria
dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena
penyebaran melalui aliran darah.

E. Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah

2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

3. Muntahan

4. Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada
kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara
bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan
virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia
selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor.
Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
F. Pathway

(Terlampir)

G. Komplikasi klinis

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi


fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan
disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan
meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan
nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika
infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis : Penderita mula-mula menunjukan gejala
nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah
dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan
komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian : Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral
walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab
utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
3. Orkitis : Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah
sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi
kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil
mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis.
4. Ensefalitis atau Meningitis : Peradangan otak atau selaput otak.
Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau
kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan
sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis
cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Ooforitis : Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar
7% pada penderita wanita pasca pubertas.
6. Pankreatitis : kelainan berat tetapi jarang terjadi. Pankreatitis
dapat terjadi karena infeksi virus parotitis yang menyebabkan jejas primer
sel asiner dan terjadi efek destruktif enim-enim pankreas yang dilepas
oleh sel asiner sehingga leukosit akan meleppaskan sitokin pro
inflamatorik yang menyebabkan terjadinya inflamasi lokal dam edema
pada pankreas
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
7. Nefritis : Kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap
penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal
pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14
hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
8. Miokarditis : Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi,
tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang
diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada
parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi
segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan
takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
9. Artritis : Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2
minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit
dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun
komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

2. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
3. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
a. Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat
dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
b. Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan
imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
c. Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa
infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai
titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang
rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis
standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu
setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
4. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus
dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi
dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang
diberi serum hiperimun.

I. Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena
mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
 istrahat yang cukup
 pemberian analgetik
 sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam,
peroral, selama 2-4 hari
J. Pencegahan
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini
tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus
dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan
bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili,
Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.
Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu
vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang
diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam
akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-
obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan
setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
“Mumps” dalam situasi ini

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, suku / bangsa, agama, pendidikan,
alamat.
2. Keluhan Utama
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan demam,
nyeri di bawah telinga, bengkak, nafsu makan menurun, sakit kepala,
muntah, nyeri otot dan sulit menelan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada
belakang telinga dan pipi. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan
kemerahan kemudian menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun,
adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala
yang sama.
b. Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit
alergi.
c. Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Measles,
Rubela).
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Biasanya semua anggota keluarga sudah pernah mengalami gejala yang
sama dan kemungkinan bisa tertular
6. Pemeriksaan Fisik:
a. B1 (breathing) : Takipnea
b. B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
c. B3 (brain) : compos mentis, mengalami kecemasan dan terus
menerus gelisah akibat manifestasi klinis
dari parotitis, sakit kepala dan kaku leher
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : sulit menelan → nafsu makan menurun → BB
menurun
f.B6 (bone) : kelemahan otot, malaise
7. Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia ringan dengan
limfositosis relative.
b. Kadar leukosit < 4 x 109/L darah.
c. Pemeriksaan kadar amilase dalam serum naik >137 U/L darah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat kesulitan
menelan
2. Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme: proses inflamasi
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang diderita.
4. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit
(perubahan fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
6. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan
gangguan orofaring (parotitis)

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat kesulitan menelan
Domain 2: Nutrition
Class 1. Ingestion
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam pemenuhan intake
nutrisi klien dapat tercukupi
Kriteria hasil: berat badan dalam batas normal & kebutuhan nutrisi adekuat

NOC NIC
Domain II Physiologic Health Class K Nutrition Therapy (1120)
Digestion & Nutrition 1) Monitor intake makanan dan cairan serta
Nutritional Status (1004) hitung kalori harian yang dibutuhkan
Intake nutrisi (100401) 2) Ajarkan pasien untuk memilih makanan
Intake makanan (100402) halus, lunak dan tidak mengandung asam
Intake cairan (100408) 3) Dorong pasien untuk memilih makanan
Hydrasi (100411) yang lunak untuk memudahkan proses
menelan
4) Instruksikan pasien dan keluarga tentang
diet yang diresepkan
Diagnosa 2 : Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme:
proses inflamasi
Domain 11: Safety/Protection
Class 6. Thermoregulation
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan
suhu tubuh klien (suhu tubuh klien kembali dalam batas normal)
Kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal
NOC NIC
Domain-Physiologic Health (II) Vital Sign Monitoring (6680)
Class-Metabolic Regulation (I) 1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
Thermoregulation (0800) RR
Respiratory rate (080013) 2) Monitor gejala hipertermi
Temperature kulit naik (080001) 3) Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
4) Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda – tanda vital
5) Monitor adanya sianosis
Diagnosa 3 : Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang diderita
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien menunjukkan
nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : nyeri berkurang sampai dengan hilang
NOC NIC
Domain IV Health Knowledge & Pain Management (1400)
Behavior 1) Mengobservasi rasa nyeri termasuk
Class Q Health Behavior lokasi, karakteristik, surasi, frekuensim dan
Pain Control (1605) intensitas nyeri dan factor pencetus
Mengenali timbulnya nyeri (160502) 2) Mengamati tanda nonverbal dari nyeri
Mendiskripsikan penyebab nyeri (160501) 3) Menggunakan analgesic yang sesuai
Melaporkan tanda perubahan nyeri pada 4) Mempertimbangkan jenis dana sumber
professional kesehatan (160513) nyeri untuk memilih strategi penanganan nyeri
Melaporkan control nyeri (160522) 5) Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti
hipnotis, relaksasi, terapi music
6) Hilangkan factor presipitasi atau yang
menimbulkan nyeri
Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien menunjukkan
dapat kembali beraktivitas seperti biasa
Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas seperti biasa tanpa bantuan orang lain

NOC NIC
Domain-Functional Health (I) Activity Therapy (4310)
Class-Energy Maintenance (A) 1) Membantu klien untuk focus pada
Activity Tolerance (0005) kemampuan, dari pada kekurangan
Mudah melakukan aktivitas sehari-hari 2) Membantu klien untuk mengidentifikasi
(ADL) (000518) aktivitas yang bermanfaat
3) Membantu klien untuk memilih aktivitas
dan pencapaian tujuan untuk aktivitas yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis,
dan sosial
Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit (perubahan
fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
Domain 6: Self-Perception
Class 3. Body Image
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien menunjukkan
citra tubuh yang positif / kembali normal
Kriteria hasil : citra tubuh klien positif / kembali normal
NOC NIC
Domain-Psychosocial Health (III) Body Image Enhancement (5220)
Class-Psychological Well-being (M) 1) Menentukan harapan citra tubuh klien
Body Image (1200) berdasarkan pada tingkat perkembangan
Gambaran internal diri (120001) 2) Membantu klien untuk mendiskusikan
Deskripsi pengaruh bagian tubuh (120003) stressor yang mempengaruhi citra tubuh
Kepuasan penampilan tubuh (120005) akibat penyakit
Penyesuaian diri terhadap perubahan
penampilan fisik (120007)
Penyesuaian diri terhadap perubahan status
kesehatan (120009)
Diagnosa 6 : Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan gangguan
orofaring (parotitis)
Domain 5: Perception/Cognition
Class 5. Communication
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam komunikasi verbal
klien kembali normal
Kriteria hasil : komunikasi verbal klien kembali normal

NOC NIC
Domain-Physiologic Health (II) Communication Enhancement: Speech Deficit
Class-Neurocognitive (J) (4967)
Communication (0902) 1) Monitor kecepatan, tekanan, pengucapan
Menggunakan bahasa lisan (090202) (bolak-balik), kuantitas, volume dan artikulasi
Pertukaran pesan secara akurat dengan dari kemampuan bicara
yang lain (090208) 2) Menginstruksikan klien / keluarga pada
kognitif, anatomis, fiiologis yang melibatkan
diri dalam kemampuan bicara
3) Menginstruksikan klien untuk berbicara
dengan pelan
4) Mengulang apa yang klien katakan untuk
memastikan keakuratan

D.Evaluasi Tindakan
Memastikan kriteria hasil yang di inginkan dapat tercapai, seperti:
1. Klien menunjukkan nyeri yang berkurang
2. Klien dapat melakukan distraksi positif ketika nyeri
3. Klien mempunyai masukan nutrisi yang adekuat
4. Klien menunjukkan suhu tubuh dan TTV dalam rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford:
Wiley Blackwell
Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC):
measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America:
Mosby Elsevier
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Muttaqin, A dan Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan perioperatif Konsep, Proses,
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Soemarmo.2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta:Penerbit
IDAI

Anda mungkin juga menyukai