Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS KANDUNGAN HIDROKUINON PADA KOSMETIK

LOTION DAN SERUM PEMUTIH WAJAH YANG


MENGANDUNG ARBUTIN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh:

PAULINA ALFIANI ARWIBIYANTARI

D1A140948

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS KANDUNGAN HIDROKUINON PADA


KOSMETIK LOTION DAN SERUM PEMUTIH WAJAH
YANG MENGANDUNG ARBUTIN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENYUSUN : PAULINA ALFIANI ARWIBIYANTARI

NIM : DIA140948

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi
persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Agustus 2018

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ginayanti Hadisoebroto M.Si., Apt. Lisna Dewi, M.Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Kandungan Hidrokuinon pada Kosmetik Lotion dan Serum

Pemutih Wajah yang Mengandung Arbutin dengan Metode

Spektrofotometri UV-Vis” tepat pada waktu yang telah ditentukan walaupun

tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh penulis.

Penulis menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan dalam penulisan

dan penyusunan, baik dari segi materi dan mungkin juga segi bahasa serta

penyajiannya. Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa

bantuan pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si., selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas

Al-Ghifari Bandung.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto M.Si., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi

Universitas Al-Ghifari, seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Farmasi

Universitas Al-Ghifari Bandung.

4. Ibu Ginayanti Hadisoebroto M.Si., Apt. selaku pembimbing I dan Ibu Lisna

Dewi, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan

bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

i
5. Suamiku tersayang Raymond yang mendukung baik moril maupun materil

untuk pendidikan istri yang setiap saat selalu memberi dukungan, semangat,

doa yang tulus selama penyusun skripsi berlangsung dengan penuh kesabaran

dan ketulusan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Agustinus Forestijanto dan Ibu Margaretha

Rubinem (†), adik-adikku tersayang Maria Lintang Kristiani dan Wilfridus

Aria Caecariyanto, serta keluarga besarku tercinta terutama kepada Bude

Ning Gerald yang setiap saat selalu memberi dukungan baik moril maupun

materil, semangat dan doa yang tulus selama penyusun skripsi berlangsung

dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti bagi penulis.

7. Semua teman kelas A10B non Reg serta kepada semua pihak yang tidak bisa

penulis sebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung

terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan

dan kekurangan, karenanya kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

ii
ABSTRAK

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia. Salah satu produk kosmetik yang banyak digunakan
adalah pemutih wajah yang mengandung senyawa aktif arbutin. Arbutin adalah
senyawa yang dapat terdegradasi menjadi hidrokuinon yang mempunyai struktur
molekul C12H16O7. Hidrokuinon hanya diperbolehkan digunakan untuk kosmetik
sediaan kuku artifisial dengan kadar maximum 0,02% sehingga hidrokuinon
termasuk bahan yang dilarang untuk sediaan selain kuku. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisa senyawa hidrokuinon yang mungkin terdapat dalam lima
sampel kosmetik lotion dan serum pemutih wajah yang mengandung arbutin yang
beredar di pasaran, dengan cara menyimpan di dalam dua kondisi yang berbeda
yaitu suhu 40oC dan di bawah sinar matahari selama 28 hari. Analisis kualitatif
dilakukan dengan cara identifikasi warna menggunakan reagen Benedict dan
FeCl3, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode spektrofotometri
UV-Vis menggunakan pereaksi Floroglusin dan NaOH. Hasil analisis
menunjukkan sampel kosmetik lotion dan serum pemutih wajah tersebut positif
mengandung hidrokuinon. Kadar hidrokuinon pada penyimpanan suhu 40oC lebih
besar dibandingkan dengan penyimpanan di bawah sinar matahari. Sampel yang
terbukti mengandung hidrokuinon terbesar adalah sampel A dengan total 0,271%
pada suhu 40oC dan terkecil adalah sampel E dengan total 0,129% pada suhu di
bawah sinar matahari. Dari uji verifikasi diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
metode tersebut memenuhi persyaratan dengan nilai linieritas r = 0,98920, nilai
presisi RSD = 1,21%, dan nilai akurasi hasil % perolehan kembali sebesar 90,5%-
108,8%.

Kata Kunci : Hidrokuinon, arbutin, kosmetik, reaksi warna, spektrofotometri UV-


Vis.

iii
ABSTRACT

Cosmetics are ingredients or preparations intended to be used on the outside of


the human body. One cosmetic product that is widely used is face whitening which
contains active compounds arbutin. Arbutin is a compound that can be degraded
to hydroquinone which has a molecular structure of C12H16O7. Hydroquinone is
only allowed to be used for artificial nail preparation cosmetics with a maximum
level of 0.02% so that hydroquinone is an ingredient that is prohibited for
preparations other than nails. This study was conducted to analyze the
hydroquinone compounds that may be present in five samples of cosmetic lotions
and facial whitening serum containing arbutin on the market, by storing in two
different conditions, namely 40oC and in the sun for 28 days. Qualitative analysis
was carried out by means of color identification using reagents Benedict and
FeCl3, while quantitative analysis was carried out using spectrophotometry UV-
Vis method using Floroglusin and NaOH reagents. The results of the analysis
showed that the cosmetic lotion and facial whitening samples were positively
containing hydroquinone. Hydroquinone levels at 40oC are greater than storage
in the sun. The samples that were proven to contain the largest hydroquinone
were sample A with a total of 0.271% at 40oC and the smallest was sample E with
a total of 0.129% in the temperature in the sun. From the verification test, the
results show that the method meets the requirements with linearity values r =
0.98920, RSD precision values = 1.21%, and the results of accuracy results%
recovery is 90.5% -108.8%.

Keywords: Hydroquinone, arbutin, cosmetics, color reaction, spectrophotometry


UV-Vis.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ............................................................................. viii
BAB I 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 5
2.1 Kulit ......................................................................................................................... 5
2.2 Melanin ................................................................................................................... 6
2.3 Kosmetik Pemutih................................................................................................... 7
2.4 Lotion ...................................................................................................................... 8
2.5 Serum...................................................................................................................... 8
2.6 Arbutin .................................................................................................................... 9
2.7 Hidrokuinon .......................................................................................................... 10
2.8 Spektrofotometri UV-Vis ...................................................................................... 11
2.9 Uji Verifikasi .......................................................................................................... 13
2.9.1 Linearitas....................................................................................................... 13

2.9.2 Presisi (Ketelitian) ......................................................................................... 14

2.9.3 Akurasi (ketepatan)....................................................................................... 15

BAB III 16
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................ 16

v
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................................... 16
3.2 Subjek Penelitian .................................................................................................. 16
3.3 Analisis Kualitatif Metode Reaksi Warna.............................................................. 17
3.4 Analisis Kuantitatif ................................................................................................ 17
3.4.1 Pembuatan Larutan Baku 1000 ppm Hidrokuinon ....................................... 17

3.4.2 Pembuatan Seri Larutan Baku Hidrokuinon ................................................. 17


3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Hidrokuinon ........................... 18

3.4.4 Pembuatan Kurva Baku Hidrokuinon............................................................ 18

3.4.5 Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel .............................................. 19

3.5 Uji Verifikasi .......................................................................................................... 19


3.5.1 Linearitas....................................................................................................... 19

3.5.2 Presisi ............................................................................................................ 20

3.5.3 Akurasi .......................................................................................................... 20

BAB IV 21
4.1 Pengambilan Sampel ............................................................................................ 21
4.2 Hasil Analisis Kualitatif Metode Reaksi Warna ..................................................... 22
4.3 Hasil Analisis Kuantitatif ....................................................................................... 23
4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar Hidrokuinon. 23

4.3.2 Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Larutan Standar Hidrokuinon .................. 24

4.4 Hasil Uji Verifikasi ................................................................................................. 25


4.4.1 Hasil Uji Linearitas......................................................................................... 25

4.4.2 Hasil Uji Presisi .............................................................................................. 26

4.4.3 Hasil Uji Akurasi ............................................................................................ 27

4.5 Hasil Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel ............................................. 28


BAB V 31
5.1 Simpulan ............................................................................................................... 31
5.2 Saran ..................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan RSD ................................................................................ 14

Tabel 4.1 Kode, bentuk, dan warna sampel ....................................................... 21

Tabel 4.2 Hasil uji analisis kualitatif reaksi warna mengunakan reagen

Benedict ............................................................................................ 22

Tabel 4.3 Hasil uji analisis kualitatif reaksi warna mengunakan FeCl3............. 23

Tabel 4.4 Hasil SD dan rata-rata ........................................................................ 26

Tabel 4.5 Hasil % perolehan kembali ................................................................ 27

Tabel 4.6 Hasil perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel ........................ 28

Tabel 4.7 Hasil kadar hidrokuinon dalam persen .............................................. 30

vii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Struktur arbutin ................................................................................ 9

Gambar 2.2 Struktur hidrokuinon ...................................................................... 10

Gambar 2.3 Mekanisme kerja spektrofotometri UV-Vis ................................... 11

Gambar 4.1 Reaksi warna dalam plat tetes ........................................................ 22

Gambar 4.2 Panjang gelombang maksimum larutan hidrokuinon ..................... 23

Gambar 4.3 Hasil spektrum baku hidrokuinon .................................................. 24

Gambar 4.4 Hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon .............................. 24

Gambar 4.5 Kurva kalibrasi larutan standar hidrokuinon .................................. 25

Gambar 4.6 Hasil uji verifikasi linearitas .......................................................... 25

Gambar 4.7 Hasil uji verifikasi presisi 8 ppm ................................................... 26

Gambar 4.8 Hasil uji verifikasi akurasi 6, 8, dan 10 ppm.................................. 27

Gambar 4.9 Grafik penetapan kadar hidrokuinon suhu 40oC ............................ 29

Gambar 4.10 Grafik penetapan kadar hidrokuinon sinar matahari .................... 29

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011).

Kosmetik pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang

dapat menekan atau menghambat melanin yang sudah terbentuk, sehingga akan

memberikan warna kulit yang lebih putih. Prinsip kerja kosmetik pemutih adalah

menghambat enzim trikinase pada pembentukan melanin. Beberapa zat aktif yang

sering dijadikan sebagai bahan kosmetik pemutih herbal yang aman digunakan

meliputi asburtin, green tree extract, dan lainnya. Sedangkan jenis bahan yang

dilarang penggunaannya sebagai zat pemutih adalah merkuri, hidrokuinon, dan

kombinasi keduanya. Pemakaian kadar pemutih pada kosmetik harus digunakan

sesuai dengan aturan dan kadar yang telah diberlakukan oleh BPOM.

Arbutin adalah turunan hidrokuinon yang mempunyai struktur molekul

C12H16O7. Arbutin alami merupakan metabolit sekunder yang termasuk golongan

glikosida fenolik. Saat ini kegunaan arbutin sebagai zat pemutih pada produk-

produk kosmetik (Pyka, et al, 2007). Arbutin merupakan senyawa biosintesis yang

1
2

murni dan mudah larut dalam air, mempunyai peran sebagai ingredient yang

berfungsi untuk lightening dan lebih aman dibandingkan senyawa hidrokuinon

serta merkuri. Dalam peraturan kepala BPOM nomor 18 tahun 2015 tentang

persyaratan teknis bahan kosmetik hidrokuinon hanya diperbolehkan digunakan

untuk kosmetika sediaan kuku artifisial dengan kadar maximum 0,02% sehingga

hidrokuinon termasuk bahan yang dilarang untuk sediaan selain kuku.

Hidrokuinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi

pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi dan menghambat

pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan

warna gelap kecoklatan, sehingga muncul semacam bercak coklat atau hitam pada

kulit, sehingga banyak memproduksi melanin menyebabkan hiperpigmentasi.

Hidrokuinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat

bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. Hidrokuinon sebaiknya tidak

digunakan pada kulit sedang terbakar sinar matahari, kulit iritasi, kulit terbakar,

dan kulit pecah (Asih, 2006).

Terdapat beberapa metode penetapan kadar hidrokuinon yang dapat

digunakan, diantaranya dengan titrasi redoks (Depkes, 1995), spektrofotometri

UV-Vis (Pedro et al., 2007), kolometri (Ibrahim et al., 2004), thin layer

chromatography (Siddique et al, 2012), High Perform Liquid Chromatography

(HPLC) (BPOM, 2005), Gas Chromatography Mass Spectrofotometry (GC MS)

(Salto et al., 1994), miselar electrochromatography (Jangseokim dan Youngseong

kim, 2006), dan capillary electrochromatography (Desiderio et al., 2000). Metode

Spektrofotmetri UV-Vis ini adalah metode yang sederhana untuk menetapkan


3

kuantitas zat yang sangat kecil, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka

yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka

digital ataupun grafik yang sudah diregresikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi

masalah yaitu:

1. Apakah terdapat senyawa hidrokuinon pada kosmetik sediaan lotion dan

serum pemutih wajah yang mengandung arbutin?

2. Apakah kosmetik sediaan lotion dan serum pemutih wajah berbahan

dasar arbutin stabil pada penyimpanan suhu tertentu?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat senyawa hidrokuinon pada kosmetik

sediaan lotion dan serum pemutih wajah yang mengandung arbutin.

2. Untuk mengetahui stabilitas kosmetik sediaan lotion dan serum pemutih

wajah berbahan dasar arbutin.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi stabilitas

kosmetik sediaan lotion dan serum berbahan dasar arbutin.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi benar atau tidak

arbutin pada kosmetik sediaan lotion dan serum pemutih wajah dapat

terdegradasi menjadi hidrokuinon.


4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2018 di

Laboratorium Fitokimia, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Al-Ghifari, Bandung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit adalah jaringan yang meliputi permukaan tubuh yang terdiri dari

epidermis dan korium. Kulit merupakan salah satu alat tubuh manusia yang

terpenting, yang paling luas, dan terletak paling luar (I.S. Tranggono, 1992:4).

Kulit memiliki beberapa lapisan jaringan ektodermal dan penjaga otot-otot yang

mendasarinya, tulang, ligamen dan organ internal. Kulit manusia sama dengan

mamalia lainnya, tetapi tidak dilindungi oleh bulu. Meskipun hampir semua kulit

manusia ditutupi dengan folikel rambut, tampak tak berbulu. Ada dua jenis umum

dari kulit, kulit berbulu dan tidak berbulu.

Karena antarmuka dengan lingkungan, kulit memainkan peran penting

dalam melindungi tubuh terhadap patogen dan kehilangan air yang

berlebihan. Fungsi lainnya adalah isolasi, pengaturan suhu, sensasi, sintesis

vitamin D dan perlindungan vitamin B folates. Kulit yang rusak parah akan

mencoba untuk menyembuhkan dengan membentuk jaringan parut yang

menyebabkan kulit sering berubah warna dan depigmentasi. Pada manusia,

pigmentasi kulit bervariasi antar populasi dan jenis kulit dapat berkisar dari kering

ke berminyak. Variasi kulit seperti menyediakan habitat yang kaya dan beragam

untuk beberapa bakteri yang kira-kira 1000 spesies dari 19 filum.

5
6

Kulit memiliki sel mesodermal, pigmentasi, atau melanin yang disediakan

oleh melanosit, yang menyerap sebagian radiasi ultraviolet. Hal ini juga

mengandung enzim perbaikan DNA yang membantu mengurangi efek rusak

karena ultraviolet, dan orang-orang yang tidak memiliki gen enzim ini berpotensi

tinggi mengalami kanker kulit. Pigmentasi kulit manusia bervariasi antara

populasi secara mencolok. Hal ini telah menyebabkan klasifikasi orang atas dasar

warna kulit.

Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Untuk manusia dewasa

rata-rata, kulit memiliki luas permukaan antara 1,5-2,0 meter persegi (16,1-21,5 sq

ft), sebagian besar tebalnya antara 2-3 mm (0,10 inci). Rata-rata 1 inci persegi (6,5

cm²) dari kulit memegang 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000

melanosit, dan lebih dari 1.000 ujung saraf.

2.2 Melanin

Melanin adalah pigmen penting sebagai pelindung kulit dari sinar

ultraviolet. Sel-sel pigmen bernama melanosit memproduksi melanin di

lapisan kulit luar. Semua melanosit memproduksi melanin, tetapi sel-sel pada

orang berkulit gelap menghasilkan lebih banyak melanin per sel.

Warna kulit merupakan karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain yaitu gen, gizi, dan faktor lingkungan. Salah satu komponen yang

paling penting dari kulit yang memberikan kontribusi untuk kulit merupakan

pigmen yang dikenal sebagai melanin. Melanin adalah pigmen yang diproduksi

oleh sel yang dikenal sebagai melanosit pada kulit kebanyakan hewan termasuk

manusia. Pigmen ini hadir dalam nuansa yang berbeda, tergantung pada genetik
7

yang membuat dari individu. Melanin datang dalam dua bentuk dasar dan dapat

berkisar dari kekuningan-merah ke coklat gelap. Eumelanin adalah bentuk paling

umum dari melanin dan berwarna kecokelatan. Bentuk dasar lainnya

disebut pheomelanin, yang menghasilkan warna coklat kemerahan yang sering

dikaitkan dengan bintik-bintik dan rambut merah. Produksi melanin pada individu

tersebut ditentukan oleh beberapa faktor.

2.3 Kosmetik Pemutih

Kosmetik pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetik yang

mengandung zat aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan

melanin atau menghilangkan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan

memberikan warna kulit yang lebih putih. Dampak positif yang dapat diperoleh

dari pemakaian kosmetik pemutih adalah kulit menjadi lebih putih dan bersinar.

Keterbatasan pengetahuan tentang berbagai produk kosmetik pemutih banyak

yang tidak tahu dampak negatif yang timbul jika tidak berhati-hati. Kesalahan

yang dilakukan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan kulit.

Penggunaan kosmetik khususnya pemutih secara berlebihan dapat membahayakan

kesehatan kulit. Kosmetik pemutih biasanya mengandung zat aktif pemutih seperti

hidrokuinon (Dwikarya, 2002).

Hidrokuinon yang banyak dipakai sebagai penghambat pembentukan

melanin yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi, padahal melanin berfungsi

sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet, sehingga terhindar dari resiko

terkena kanker kulit.


8

2.4 Lotion

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air

lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab

bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat

tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah

dioleskan. Sediaan lotion merupakan sistem dispersi semisolid yang termasuk

emulsi, yaitu sistem dispersi antara air dan minyak. Proses pembuatan lotion

disebut emulsifikasi dimana fase air dan emulgator dihomogenkan kemudian

ditambah fase minyak/lemak, bahan-bahan tersebut adalah bahan basis lotion,

sedangkan bahan tambahannya dapat berupa zat aktif (vitamin, ekstrak, whitening,

dsb) dan atau parfum, pewarna, dan pengawet.

Lotion digunakan sebagai pelindung untuk pemakaian luar kulit.

Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan

merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering

setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit

(Lachman et al., 1994)

2.5 Serum

Serum merupakan zat cair yang formulanya terdiri dari asam amino, air,

dan emulsi (air di dalam minyak atau minyak di dalam air), biasanya di dalamnya

tentu akan terdapat berbagai macam formula pendukung sehinga serum dapat

meresap ke dalam lapisan terdalam kulit, molekul dari formula zat tersebut

merupakan partikel kecil dan cara kerjanya akan jauh lebih tinggi 10x lipat
9

dari krim wajah biasa tentu hal ini akan tampak wajar bahwa serum biasanya

didapat dalam harga yang relatif lebih tinggi.

Serum wajah adalah sebotol kecil gel eliksir berwarna jernih, bertekstur

ringan, dan bebas minyak. Sebotol serum mengandung sejumlah bahan aktif, dari

mulai vitamin hingga antioksidan, yang bertujuan untuk menembus ke bagian

terdalam kulit lebih cepat, mudah, dan merata dari pada pelembab wajah biasa.

Eliksir kecantikan ini khusus menargetkan isu-isu kulit yang lebih spesifik,

misalnya mendorong regenerasi kulit, mencerahkan, melawan keriput,

jerawat, noda hitam dan hiperpigmentasi, atau rona wajah yang tidak merata.

2.6 Arbutin

Gambar 2.1 Struktur arbutin


Arbutin adalah glikosida hidrokuinon glikosilasi diekstrak dari tanaman

bearberry di genus Arctostaphylos diantara banyak tanaman obat lainnya,

terutama dalam keluarga Ericaceae. Arbutin diterapkan secara topical

menghambat tirosinase dan mencegah pembentukan melanin. Oleh karena itu

arbutin digunakan sebagai agen pencerah kulit. Arbutin adalah kristal putih

berbentuk jarum atau bubuk, diekstrak dari daun bearberry, bisa mempercepat

dekomposisi dan ekskresi melanin, sehingga mengurangi pigmentasi kulit dan

menghilangkan bintik-bintik hitam dan pigmentasi kulit, bahkan memiliki efek


10

sterilisasi dan anti-inflamasi. Arbutin, juga dikenal sebagai b-arbutin, terjadi

secara alami dalam beberapa spesies tanaman yang berbeda. Arbutin dalam

jumlah sangat sedikit ditemukan pada gandum, kulit buah pir, dan beberapa

makanan lainnya (Carmen, 2009). Bearberry yang mengandung arbutin dapat

digunakan untuk pengobatan tradisional infeksi saluran kemih (Garrett, 2003).

Ekstrak Bearberry digunakan dalam perawatan pencerah kulit yang dirancang

untuk penggunaan jangka panjang dengan harga lebih mahal dari pada bahan

pencerah kulit tradisional seperti hidrokuinon, yang sekarang dilarang di banyak

negara.

2.7 Hidrokuinon

Gambar 2.2 Struktur hidrokuinon ( Departemen Kesehatan RI, 1995)

Hidrokuinon atau p-dihidroksibenzen memiliki nama lain yaitu IUPAC 1,4-

benzenediol, yang memiliki rumus molekul C6H6O2 dengan berat molekul 110,1

g/mol (Departemen Kesehatan RI, 1995). Pemerian berbentuk jarum halus, putih,

mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Hidrokuinon mudah larut

dalam air, dalam metanol, dan dalam eter (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Hidrokuinon merupakan salah satu senyawa golongan fenol. Fenol merupakan

senyawa yang mudah dioksidasi. Fenol yang dibiarkan di udara terbuka cepat

berubah warna karena pembentukan hasil-hasil oksidasi. Hidrokuinon (1,4-


11

dihidroksibenzena), reaksinya mudah dikendalikan dan menghasilkan 1,4-

benzokuinon sering dinamakan kuinon (Hart, 1983).

2.8 Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 2.3 Mekanisme kerja spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan

untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan

atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi

dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.

Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar, 2007).

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi

cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002).

Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan

sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran


12

spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi

elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga

spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif

dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran

secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan

mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban

dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :

– Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

– Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama

– Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang

lain dalam larutan tersebut

– Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

– Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak,

sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang

(λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang

(Dachriyanus, 2004).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel dan blangko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
13

pembanding (Khopkar, 2003). Alat ini didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya

yang diserap analit. Prinsipnya adalah seberkas sinar dilewatkan pada analit,

setelah melewati analit, intensitas cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya

molekul analit yang menyerap cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah

melewati bahan diukur dan dari situ dapat ditentukan jumlah bahan yang

bersangkutan (Harjadi, 1993).

2.9 Uji Verifikasi

2.9.1 Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk

menunjukkan hubungan secara langsung atau proporsional antara respon

detektor dengan perubahan konsentrasi analit. Diuji secara statistik, yaitu

Linear Regression (y = a + bx) dimana b adalah kemiringan slope garis

regresi dan a adalah perpotongan dengan sumbu y. x adalah pengukuran

individual dalam N pengukuran x (bar) adalah nilai rata-rata pengukuran;

y adalah nilai individual sebenarnya dalam N nilai sebenarnya dan y (bar)

adalah nilai rata-rata sebenarnya. Pengujian dilakukan paling tidak dengan

menggunakan lima kadar yang berbeda, kemudian dapat dilihat respons

yang diberikan linear atau tidak, linear ditunjukkan dengan nilai r

mendekati 1.
14

2.9.2 Presisi (Ketelitian)

Presisi merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk

menunjukkan kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari

sampel yang homogen. Terdapat 3 kategori pengujian presisi, yaitu :

1. Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan

minimum 9 penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis

tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi).

2. Presisi antara, yaitu perbedaan antar operator/analis dengan sumber

reagensia dan hari yang berbeda.

3. Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa laboratorium

untuk validasi metode analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan

yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.

Presisi dinyatakan dalam bentuk RSD (relative standart deviation)

atau SRB (sebaran baku relatif) . Persyaratan RSD sebagai berikut :

Persyaratan RSD
No Tipe Metode Analisis
(misal)

1 Prosedur penetapan kadar bahan aktif obat tidak lebih dari 2%


2 Metode analisis untuk penetapan kadar impuritas
Batas Impuritas : 1-10% tidak lebih dari 2%
0,01% tidak lebih dari 10%
1 ppm tidak lebih dari 20%

Tabel 2.1 Persyaratan RSD


15

2.9.3 Akurasi (ketepatan)

Akurasi merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk

memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran). Akurasi

dinyatakan sebagai presentase (%) perolehan kembali (recovery). Akurasi

dinilai dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan dengan sedikitnya 3

tingkat konsentrasi dalam rentang pengujian metode analisis tersebut

(misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi untuk tiap prosedur analisis lengkap).

Ketepatan metode analisa dihitung dari besarnya rata-rata (mean, x) kadar

yang diperoleh dari serangkaian pengukuran dibandingkan dengan kadar

sebenarnya.

Hasil analisis

歘epnp g2
교g2Ϝ 齀npōl 2gp
kad 匸 歘epnp x 100%
g2
娨gpō n교g lp娨g

Nilai sebenarnya

Syarat recovery : 90 – 110 %


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu timbangan analitik, lampu UV

254, termometer digital, spektrofotometri UV-Vis (Merk SHIMADZU Type

1800), timbangan analitik, termometer raksa, kertas saring, dan alat gelas untuk

laboratorium.

Bahan yang dibutuhkan dalam uji penelitian yaitu etanol 70% (C2H5OH),

hidrokuinon (C6H6O2), aquadestilata, reagen Benedict, FeCl3, floroglusin, NaOH,

sampel lotion dan serum pemutih wajah yang diambil dari beberapa online shop

yang sudah dipertimbangkan untuk mewakili lotion dan serum pemutih wajah

yang telah beredar di pasaran dan baku pembanding hidrokuinon.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang

berbentuk kosmetik lotion dan serum yang diperoleh dari beberapa online shop

dan supermarket produk dalam dan luar negeri baik yang tidak teregistrasi BPOM

dan yang teregistrasi BPOM. Dalam penelitian disiapkan 5 sampel A, B, C, D, E

yang diambil 3 sampel berupa lotion dan 2 sampel berupa serum.

16
17

3.3 Analisis Kualitatif Metode Reaksi Warna

Diambil hidrokuinon murni dan sampel, diletakkan pada plat tetes.

Masing-masing sampel direaksikan dengan reagen Benedict dan dengan

FeCl3. Hasil identifikasi positif apabila dengan reagen Benedict akan

menghasilkan warna merah bata dan dengan FeCl3 akan menghasilkan

warna hijau.

3.4 Analisis Kuantitatif

3.4.1 Pembuatan Larutan Baku 1000 ppm Hidrokuinon

Hidrokuinon murni ditimbang sebanyak 100 mg dan dilarutkan

dengan etanol 70% ke dalam beaker glass. Kemudian dipindahkan ke dalam

labu ukur 100 mL ditambahkan etanol 70% sampai volume tepat 100 mL.

Larutan dikocok sampai homogen (Katya, 2014).

3.4.2 Pembuatan Seri Larutan Baku Hidrokuinon

Diambil larutan baku hidrokuinon 1000 ppm sebanyak 10 mL

dengan pipet volume 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

ditambahkan dengan etanol 70% hingga volume tepat 100 mL. Diperoleh

larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 100 ppm. Dibuat larutan baku

hidrokuinon seri konsentrasi 5, 6, 8, 10, 12, dan 16 ppm dengan cara

diambil 0,5; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,6 mL, kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 10 mL, lalu ditambahkan etanol 70% hingga volume tepat 10 mL

(Depkes, 1995).
18

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Hidrokuinon

Larutan baku hidrokuinon 10 ppm diambil sebanyak 5 mL,

dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 1 mL pereaksi

floroglusin 1% dan 1 mL NaOH 0,5 N, dipanaskan dalam penangas air pada

suhu 70°C selama 50 menit, larutan didinginkan pada 25°C. Ditambahkan

dengan etanol 70% hingga volumenya 10 mL di dalam labu ukur. Larutan

dikocok hingga tercampur sempurna. Kemudian dibaca absorbansi larutan

pada panjang gelombang 400-800 nm sehingga diperoleh panjang

gelombang maksimum (Katya, 2014).

3.4.4 Pembuatan Kurva Baku Hidrokuinon

Diambil larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 5, 6, 8, 10,

12, dan 16 ppm masing-masing sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan dengan 1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL

larutan NaOH 0,5 N. Dipanaskan pada suhu 70°C selama 50 menit. Larutan

didinginkan sampai suhunya menjadi 25°C. Campuran larutan ditambahkan

etanol 70% hingga volumenya 10 mL dalam labu ukur. Selanjutnya masing-

masing larutan dibaca absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Hasil

absorbansi yang diperoleh pada masing-masing konsentrasi diplotkan ke

dalam regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva baku yaitu Y = bx

+ a (Katya, 2014).
19

3.4.5 Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel

Ditimbang 2 gram sampel lotion dan serum A, B, C, D, E, dilarutkan

dalam 15 mL etanol 70%, saring dengan kertas saring ke dalam labu ukur

25 mL. Ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas. Diambil sebanyak 5

mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL pereaksi

floroglusin 1% dan 1 mL larutan NaOH 0,5 N. Dipanaskan pada suhu 70°C

selama 30 menit. Larutan didinginkan sampai 25°C. Dibaca absorbansinya

dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.

Pengukuran sampel dilakukan triplo (Katya, 2014).

3.5 Uji Verifikasi

Uji verifikasi merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian

laboratorium untuk membuktikan bahwa karakteristik kinerja metode itu

memenuhi persyaratan aplikasi analitik yang dimaksudkan (BPOM, 2003).

3.5.1 Linearitas

Pengujian linieritas dilakukan dengan mengukur absorbansi

hidrokuinon konsentrasi 5, 6, 8, 10, 12, 16 ppm. Dengan rumus y = bx + a.

Hasil koefisien yang memenuhi syarat linieritas adalah koefisien kolerasi (r)

mendekati 1 (Miller, 2005).


20

3.5.2 Presisi

Pengujian presisi dilakukan dengan mengukur absorban hidrokuinon

癈6
sebanyak 7 kali pada konsentrasi 8 ppm. Dengan rumus 彠 5匸 x 00%

dilihat nilai perolehan kembali dan kriteria koefisien variasi < 2 % (Miller,

2005).

3.5.3 Akurasi

Pengujian akurasi dilakukan dengan mengukur absorbansi

hidrokuinon konsentrasi 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm, masing-masing

sebanyak tiga kali (triplo). Dengan rumus : konsenrasi/ ppm yang di uji x

100 % (Miller, 2005).


21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan Sampel

Tabel 4.1 kode, bentuk dan warna sampel

SAMPEL ID BENTUK WARNA

Hidrokuinon Hablur Putih


A Lotion Wajah Kental Putih
B Lotion Wajah Kental Putih
C Lotion Wajah Cair Bening
D Serum Wajah Cair Kuning
E Serum Wajah Kental Kuning Transparan

Sebanyak 5 sampel yang dibeli dari online shop, semua sampel diberi kode

A, B, C, D, E. Sampel yang diambil telah mewakili kosmetik lotion dan serum

wajah yang beredar di Indonesia dengan expired date panjang dan masing-masing

sampel disimpan pada suhu 40oC dan suhu matahari pada rentan waktu jam 11.00

– 14.00 WIB.
22

4.2 Hasil Analisis Kualitatif Metode Reaksi Warna

Hasil uji analisis kualitatif metode reaksi warna dari kelima sampel

kosmetik lotion dan serum pemutih wajah dapat dilihat pada Gambar 4.1,

Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.1 Reaksi warna dalam plat tetes

Tabel 4.2 Hasil uji analisis kualitatif reaksi warna mengunakan reagen
Benedict

SAMPEL WARNA
HARI O
ID 40 C MATAHARI
Hidrokuinon Biru
A Biru Biru
B Biru Biru
Pertama
C Biru Biru
D Biru kehijauan Biru kehijauan
E Biru Biru
Hidrokuinon Biru
A Biru Biru
B Biru Biru
Terakhir
C Biru Biru
D Biru kehijauan Biru kehijauan
E Biru Biru
23

Tabel 4.3 Hasil uji analisis kualitatif reaksi warna mengunakan FeCl3

SAMPEL WARNA
HARI O
ID 40 C MATAHARI
Hidrokuinon Kuning kecoklatan
A Kuning Kuning
B Kuning Kuning
Pertama
C Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
D Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
E Kuning Kuning
Hidrokuinon Kuning kecoklatan
A Kuning Kuning
B Kuning Kuning
Terakhir
C Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
D Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
E Kuning Kuning

4.3 Hasil Analisis Kuantitatif

4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar

Hidrokuinon

Gambar 4.2 Panjang gelombang maksimum larutan hidrokuinon

Hasil spektrum baku hidrokuinon 10 ppm diamati menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis diukur pada absorban 400–800 nm dan hasil

panjang gelombang maksimum larutan standar hidrokuinon yang diperoleh

λ sebesar 527 nm.


24

Hasil spektrum baku hidrokuinon bisa dilihat pada Gambar 4.3 di

bawah ini:

Gambar 4.3. Hasil spektrum baku hidrokuinon

4.3.2 Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Hidrokuinon

Data hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon dapat dilihat pada

Gambar 4.4 di bawah ini:

Gambar 4.4 Hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon

Berdasarkan data hasil pengukuran larutan standar hidrokuinon di

atas dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar maka

nilai absorbannya juga akan semakin besar. Kemudian dibuat kurva

kalibrasi konsentrasi absorbannya sebagai berikut:


25

Gambar 4.5 Kurva kalibrasi larutan standar hidrokuinon


Berdasarkan grafik di atas diperoleh persamaan garis linear y = b x +

a, yaitu y = 0,05062x -0,04580 dan r = 0,98920 dimana y adalah absorban,

dan x adalah konsentrasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,98920. Hasil

koefisien yang memenuhi syarat linieritas adalah r < 1.

4.4 Hasil Uji Verifikasi

4.4.1 Hasil Uji Linearitas

Gambar 4.6. Hasil uji verifikasi linieritas

Berdasarkan grafik di atas diperoleh persamaan garis linear y = b x +

a, yaitu y = 0,05062x-0,04580 dan r = 0,98920 dimana y adalah absorban,

dan x adalah konsentrasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,98920. Hasil

koefisien yang memenuhi syarat linieritas adalah koefisien kolerasi (r)

mendekati 1.
26

4.4.2 Hasil Uji Presisi

Gambar 4.7. Hasil uji verifikasi presisi 8 ppm

癈6
彠 5匸 x 00% dilihat nilai perolehan kembali dan kriteria

koefisien variasi < 2 %.

Tabel 4.4. Hasil SD dan rata-rata

Konsentrasi
No Absorban
(ppm)

1 7,640 0,341
2 7,658 0,342
3 7,662 0,342
4 7,686 0,343
5 7,727 0,345
6 7,804 0,349
7 7,895 0,354
SD 0,09340567
X 7,725

, so
彠 5匸 x 00%= 1,209134887%
,
27

4.4.3 Hasil Uji Akurasi

Gambar 4.8. Hasil uji verifikasi akurasi 6, 8, dan 10 ppm

Akurasi = konsentrasi / ppm x 100% ( 90 – 110%)

Tabel 4.5 Hasil % perolehan kembali

Sampel ID Konsentrasi (ppm) % Perolehan kembali

6,384 106,4%
6 ppm 6,491 108,2%
6,529 108,8%
7,461 93,3%
8 ppm 7,479 93,5%
7,560 94,5%
9,046 90,5%
10 ppm 9,061 90,6%
9,102 91,0%

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diperoleh hasil % perolehan kembali

sebesar 90,5-108,8%. Hasil ini memenuhi syarat % perolehan kembali yaitu

sebesar 90-110%. Hal ini menunjukan bahwa metode yang digunakan

mempunyai akurasi baik karena hasil % perolehan kembali mendekati nilai

yang sesungguhnya.
28

4.5 Hasil Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel

Untuk mengetahui kadar hidrokuinon dalam krim digunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 527 nm dan masing-masing

sampel diukur sebanyak tiga kali (triplo) dengan tujuan agar mendapatkan hasil

yang lebih akurat, kemudian hasil perhitungan kadar hidrokuinon sampel yang

telah terbukti mengandung hidrokuinon dapat ditunjukan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel

Konsentrasi Konsentrasi
Sampel ID Hari ke-
suhu 40oC matahari

7 1,809 1,888
14 3,006 1,994
A
21 3,803 2,241
28 5,877 3,066
7 1,661 1,580
14 1,580 1,744
B
21 3,103 2,717
28 4,397 2,948
7 1,732 1,534
14 1,584 1,748
C
21 2,275 1,787
28 4,117 2,651
7 1,516 1,561
14 1,877 1,670
D
21 1,849 1,620
28 2,572 2,682
7 1,552 1,482
14 1,855 1,525
E
21 1,707 1,698
28 2,265 2,195
29

K Grafik penetapan kadar hidrokuinon suhu 40oC


O
N 25.000
S
E
20.000 E
N 15.000 D
T
R
10.000
A 5.000 C
S
I
0 B
hari ke 7 hari ke 14 hari ke 21 hari ke 28 A
(ppm)

Grafik 4.9. Grafik penetapan kadar hidrokuinon suhu 40oC

Dari grafik penetapan kadar hidrokuinon suhu 40oC di atas dapat dilihat

rata-rata konsentrasi naik setiap minggunya, ini menunjukkan bahwa sampel

kosmetik lotion dan serum pada suhu 40oC mengalami ketidakstabilan karena

pemanasan yang dipercepat menggunakan alat bantu lampu UV 254 dengan suhu

stabil.

K
Grafik penetapan kadar hidrokuinon sinar matahari
O
N
15.000
S
E
E 10.000
N D
T 5.000 C
R
A
S
0 B
I hari ke 7 hari ke 14 hari ke 21 hari ke 28
A
(ppm)

Grafik 4.10. Grafik penetapan kadar hidrokuinon sinar matahari

Dari grafik penetapan kadar hidrokuinon sinar matahari di atas dapat

dilihat rata-rata konsentrasi naik setiap minggunya, ini menunjukkan bahwa

sampel kosmetik lotion dan serum di bawah sinar matahari pada pukul 11.00-

14.00 WIB mengalami ketidakstabilan karena pemanasan yang dipercepat.


30

Tabel 4.7. Hasil kadar hidrokuinon dalam persen

Kadar Kadar
Sampel Rata-rata
Suhu hidrokuinon hidrokuinon
ID konsentrasi
(mg) (%)
40oC 3,623 5,434 0,271
A
Matahari 2,297 3,445 0,172
40oC 2,685 4,833 0,241
B
Matahari 2,247 3,370 0,168
40oC 2,427 3,640 0,182
C
Matahari 1,930 2,895 0,144
40oC 1,953 2,929 0,146
D
Matahari 1,883 2,824 0,141
40oC 1,844 2,766 0,138
E
Matahari 1,725 2,587 0,129

Menurut Tabel 4.7 di atas dapat disimpukan bahwa pada suhu 40oC kadar

hidrokuinon dalam sampel lebih besar dibandingkan dengan suhu matahari yang

berkisar pada jam 11.00-14.00 WIB selama 28 hari penelitian. Sampel yang

terbukti mengandung hidrokuinon terbesar adalah sampel A dengan total 0,271%

pada suhu 40oC dan terkecil adalah sampel E dengan total 0,129% pada suhu di

bawah sinar matahari. Penelitian menggunakan kedua suhu ini bertujuan untuk

mempercepat stabilitas sampel kosmetik lotion dan serum pemutih wajah.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Hasil uji pada semua sampel kosmetik sediaan lotion dan serum pemutih

wajah yang mengandung arbutin, menunjukkan adanya kandungan

hidrokuinon dalam sampel. Kadar hidrokuinon pada semua sampel

kosmetik sediaan lotion dan serum pemutih wajah yang mengandung

arbutin dari online shop tersebut melebihi batas kadar hidrokuinon yang

telah ditetapkan oleh BPOM. Sampel yang terbukti mengandung

hidrokuinon terbesar adalah sampel A dengan total 0,271% pada suhu

40oC dan terkecil adalah sampel E dengan total 0,129% pada suhu di

bawah sinar matahari.

2. Senyawa arbutin dalam semua sampel tidak stabil pada penyimpanan

dengan kondisi suhu 40oC dan di bawah sinar matahari langsung.

5.2 Saran

Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain

misalnya High Perform Liquid Chromatography (HPLC) dengan terlebih dahulu

melakukan penetepan kadar arbutin dalam sampel.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997., Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.,


Gajah Mada University Press., Jogjakarta., Hal 1-7.

Ansel HC, 1989., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi., Universitas Indonesia


Press., Jakarta., Hal 551.

Asih, S. B. 2006., Dampak Pengguna Kosmetika Pemutih terhadap


Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di RW II Desa Limpung Kecamatan
Limpung Kabupaten Batang Jawa., Skripsi. Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang.
Badan POM RI. 2007., Kenalilah Kosmetika Anda, Sebelum
Menggunakannya. In: Info POM, Vol.VII1 No.4. Edisi Juli 2007. Jakarta.
Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya dalam Kosmetik. IN: Kosmetik
Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol.II1 No. 8.Edisi Agustus 2008.
Jakarta.

Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang
Metode Analisis Kosmetika. Jakarta.

Carmen Pop; Laurian Vlase; Mircea Tamas (2009). "Natural Resources


Containing Arbutin. Determination of Arbutin in the Leaves of Bergenia
crassifolia (L.) Fritsch. acclimated in Romania". Not. Bot. Hort.
Agrobot. Cluj. 37 (1): 129–132. Archived from the original on 2011-08-23.
Dachriyanus, Dr., 2004., Analisis Struktur Senyawa Organik Secara
Spektroskopi., Padang., Andalas University Press.
Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Depkes, RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed 4. Dirjen POM. Jakarta.

Direktorat jendral POM RI. 2009. Public Warning/Peringatan tentang


Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya/Bahan Dilarang. Jakarta.

Direktorat jendral POM RI. 2001. Metode Analisis PPOMN. Jakarta.

Ditjen POM. 1980. Kodeks Kosmetika Indonesia. vol.1. DepKes RI. Jakarta.
Hal 130– 132.

Dwikarya, Maria,. 2002. Perawatan Kulit dan Wajah. Cet.1,. Penerbit Kawan
Pustaka. Jakarta. Hal 4-5.

32
33

Gandjar, Ibnu Gholib., 2007., Kimia Farmasi Analisis., Jogjakarta., Pustaka


Pelajar.
Garrett, J. T. (2003). The Cherokee Herbal: Native Plant Medicine from the
Four Directions. Bear & Company. p. 209. ISBN 1879181967.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan Kosasih Padmawinata.
Bandung. Penerbit ITB. Hanik, C. 2013. Laporan Penentuan Kadar
Asam Amino. Surabaya.

Harjadi, W., 1993., Ilmu Kimia Analitik Dasar., Jakarta., PT Gramedia Pustaka
Utama,.
Hart, H. 1983. Kimia Organik Houngton Mifflin CO. Michigan State
University.USA. Alih bahasa Dr. Suminar Achmasi Ph. D Erlangga.
Jakarta.

Katya, W. (2014). Analisis Hidrokuinon Dalam Sediaan Krim Malam “CW1”


dan “CW2” Dari Klinik Kecantikan “N” dan “E” di Kabupaten
Sidoarjo. Surabaya. Jurnal Calyptra Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya , Vol.3 No.2.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Kustantinah. 2011. Metode Analisis Kosmetika. Peraturan Kepala BPOM RI.
Jakarta.

Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri, jilid II, edisi III, Universitas Indonesia. hal. 1119.

Miller, J. Ermer and J. H. McB. 2005. Method Validation in Pharmaceutical


Analysis. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.

Nakayama K, Ebihara T, Jinnai T, 2000. Depigmentation Agents Cosmeceuticals


Drug vs Cosmetics. New York.

Ningsih. 2009. Identifikasi Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Selebritis


Night Cream dengan Metode KLT. Medan.

Pamudji, J. S., Slamet, I., Suciati, T., dan Rahmat, M. 2000. Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif Senyawa Hidrokuinon dan Raksa dalam Krim
Pemutih yang Beredar di Indonesia. Hasil Penelitian dan Kerja Sama
Farmasi. FMIPA ITB dengan YLKI. Bandung.

Prabawati DA, Fatimawali, Yudistira A. 2010. Analisis Zat Hidrokuinon pada


Krim Pemutih wajah yang Beredar di Kota Manado. UNSRAT
Manado.
34

Pyka A., Bober K., Stolarczyk A.. Densitometric determination of arbutin


cowberry leaves (Vaccinium vitis idaeae). Acta Poloniae
Pharmaceutican Drug Research. 2007. Prieiga internet: http://ptf.content-
manager.pl/pub/File/Acta_Poloniae/2007/5/395.pdf di akses juli 2018
Rohman, Abdul., 2007., Kimia Farmasi Analisis., Jogjakarta., Pustaka Pelajar.
Tranggono RI & Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Gramedia, Jakarta, 11-15.

Westerhof W, Kooyers TJ. 2005. Hidroquinone and Its analogues in


Dermatology-A Potential HealthRisk. Journal of Cosmetic Dermatology.

Wibowo DS. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo. Jakarta. Hal 15-25.

Anda mungkin juga menyukai