Anda di halaman 1dari 3

Dai Politik Oleh Syeikh Salim bin I'ed Al-Hilali ---------------------------------------------------------------------------Pengantar Syeikh Salim bin I'ed Al-Hilali: Metode

soal-jawab adalah metode ilmiah, metode yang diajarkan kepada kita oleh Rabb kita dan Rasulullah. 'Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui' (Surat An-Nahl: 43 dan Al-Anbiya':7) Allah menjelaskan bahwa obat kebodohan adalah bertanya. Oleh karenanya Nabi bersabda: 'Tidaklah mereka bertanya ketika mreeka tidak tahu, maka sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya' (HR. Abu Dawud dan lainnya). Rasulullah juga mempraktekkannya secara amalan, yaitu di saat Jibril bertanya kepada beliau, dan beliaupun menjawabnya. Yaitu di dalam hadits yang panjang, Jibril bertanya tentang Islam, Iman, Ihsan kiamat dan tanda-tanda kiamat. Sepantasnya bagi penanya, yang pertama hendaklah membaguskan pertanyaannya. Karena bagusnya pertanyaan akan membantu jawaban. Bahkan bagusnya pertanyaan merupakan separuh ilmu, sebagaimana dikatakan oleh imam Malik. Adapun bagi yang ditanya sepantasnya menjawab berdasarkan dalil. Jika dia tidak tahu, hendaklah mengatakan: 'Saya tidak tahu'. Karena (ketika ditanya tentang kapan datangnya kiamat) Rasulullah berkata kepada Jibril: Yang ditanya tidak lebih mengerti daripada yang bertanya' (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya). PERTANYAAN: Anda telah menyebutkan bahwa dakwah Salafiyah mendakwahkan Islam dengan keseluruhannya, mendakwahkan rukun Islam, jihad dan politik. Maka apakah kaidah untuk memasuki medan politik? Sifat-sifat apakah yang harus dipenuhi da'i sehingga dapat memasuki medan politik? Berilah jawaban kepada kami, semoga Allah memberkahi anda semua. JAWABAN: Aku katakan dengan memohon taufik kepada Allah, bahwa Islam adalah agama yang sempurna, Allah meridhainya untuk kita. Dia memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengannya. Allah berfirman: 'Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam' (QS. 3:19). Dia juga berfirman: 'Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk

orang-orang yang rugi' (QS. 3:85). Demikian juga Allah perinthakan kita untuk masuk islam secara keseluruhan, dengan firman-Nya: 'Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam silm (Islam) keseluruhannya' (QS. 2:208). Makna silm menurut Ibnu Abbas adalah Islam. Maka Allah memerintahkan kepada kita untuk memegangi Islam semuanya atau kita semua masuk ke dalam agama Allah. Kedua penafsiran terhadap ayat tersebut benar, dan saling tidak bertentangan. Sehingga semua kaum muslimin wajib masuk ke dalam Islam semuanya. Politik adalah Islam (Yakni perkara politik juga diatur oleh Islam). Karena politik (siyasah) artinya adalah memelihara urusan umat dengan peraturan yang tidak menyelisihi kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Sehingga memelihara urusan umat itu membutuhkan manhaj, membutuhkan agama. Manhaj dan agama yang khusus bagi manusia adalah Islam. Islam memiliki kitab-kitab khusus yang ditulis (para ulama) yang membahas politik. Seperti kitab Ahkam Sulthaniyah karya Al-Mawardi, Siyasah Syar'iyyah karya Ibnu Taimiyah, Ahkam Sulthaniyah karya Al-Maushuli, Thuruqul Hukmiyah karya Ibnu Qayyim dan lainnya yang menjelaskan hukum Islam yang mengatur umat. Rasulullah bersabda: 'Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para Nabi. Setiap seorang Nabi wafat, dia diganti Nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada Nabi sesetelah aku, tetapi akan ada khalifah-khalifah' (HR. Bukhari). Maka yang akan memimpin umat ini, setelah Rasulullah adalah ulil amri. Ulil amri adalah penguasa dan ulama. Kalau begitu, maka yang pantas memasuki medan memelihara urusan umat (politik) adalam para ulama' dan umara'. Umara' (memasuli politik/memelihara urusan umat) dengan melaksanakan syari'at Allah. Adapun ulama bertugas mengarahkan umat dan umara'. Sehingga syarat bagi orang yang akan memasuki medan ini, hendaklah dia seorang 'alim, yang banyak ilmu terhadap syari'at Allah. Karena memelihara urusan umat itu membutuhkan seluruh urusan agama. Adapun politk dengan makna modern, maka hal ini tidak dibenarkan oleh Islam, tidak dikenal oleh agama ini. Karena politik modern itu hanyalah kemampuan untuk berdebat, berdiskusi, berkelit, bersifat munafik, berubah-ubah (plin-plan) dan mengikuti setiap wadah yang politk diletakkan padanya. Maka politik dengan makna modern berlepas diri dari agama, agamapun berlepas diri darinya, karena tidak memelihara kemaslahatan umat, tidak membangkitkan agama di kalangan umat. Oleh karena itu kita harus membedakan antara siyasah syar'iyah (politik Islam) yang dikehendaki oleh Allah, yang Dia telah memilihkan agama ini untuk umat ini, dengan politik modern, yang berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai puncak kekuasaan. Seorang politikus akan menempuh berbagai jalan dan cara untuk itu. Dia berubah-ubah (plin-plan) bersama orang-orang yang berubah (plin-plan), dia ragu-ragu bersama orang-orang yang ragu-ragu dan bersifat munafik bersama orang-orang munafik. Kita memohon perlindungan kepada

Allah Rabbul 'alamin. Maka orang yang menggeluti siyasah syar'iyah adalah seorang 'alim rabbani. Allah berfirman: 'Akan tetapi (Nabi Allah mengatakan): 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya'' (QS. 3:79). Seorang 'alim rabbani adalah yang mengajarkan umat tentang ilmu-ilmu yang kecil sebelum ilmu-iolmu yang besar. Yakni dia mengetahui apa yang dibutuhkan umat, kemudian dia memerintahkan untuk beribadah (kepada Allah) dengan ibadah yang dibutuhkan pada waktu itu. lalu meningkat sedikit demi sedikit, sampai kesempurnaan yang disiapkan dengan idzin Allah. Al-hamdulillah Rabbil 'alamin. (Dari majalah As-Sunnah Edisi 03/VI/1423H/2002M, diangkat dari sebagian soal jawab kepada masyayikh murid-murid Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani pada daurah Surabaya (3 Muharram 1423H). Sumber : www.salafyoon.cjb.net

Anda mungkin juga menyukai