Anda di halaman 1dari 15

PEMILU - Bisa Merubah Negeri ???

>From: "Agung NDP" <agung_ndp@pci.co.id> >Date: Tue, 29 Jul 2003 14:18:50 +0700 >Assalamu'alaikum warahmatulloohi wabarakatuhu >Bagaimana jika hasil pemilu nanti yang terpilih sebagai presiden adakah >orang kafir? apakah nanti kita menjadi bermukim di negeri kafir? bagaimana >sikap dan tindakan kita? Mohon pencerahan dari ikwan2 sekalian Waalaikumsalam warahamtaullahi wabarakatuhu. Mas Agung jangan terlalu khawatir dan dan berandai-andai...dengan presiden yang akan datang !! karena presiden bukanlah segala-galanya...! apalagi sampai merubah kehidupan kita. Justru kita lihat realita sekarang ini, dari hasil Demokrasi (Pemilu) di negeri kita (Indonesia) yang diikuti oleh banyak Partai termasuk Partai yang mengatasnamakan Islam, dan hasil dari demokrasi tersebut banyak melahirkan pejabat yang kebanyakan pejabat tersebut beragama Islam, mulai dari RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, DPR, MPR, Panglima ABRI, Presiden, dll. Apakah dengan banyaknya para pejabat negara yang beragama Islam (termasuk Presiden dan wakil Presiden) dengan sendirinya diberlakukan Syari'at Islam di Indonesia ..??? atau dengan kata lain bisa merubah struktur suatu negeri ..??? padahal menurut ukuran demokrasi pejabat yang beragama Islam adalah terbanyak ..??? Permasalahan tidak ikut pemilu, tidak perlu diherankan dan disayangkan...(dan memang kita perlu meninggalkannya) sebab dinegerinya pedagang dan pengagung demokrasi yaitu USA, tidak semua orang ikut partai atau ikut pemilihan presiden (dalam rangka pesta demokrasi) dan itu sudah biasa... (dan hal ini bisa kita jadikan sebagai bukti bahwa demokrasi bukanlah sebuah dagangan yang meyakinkan di negeri mereka sendiri). Jadi mengapa kita harus mengikutinya ? Mungkin kita masih ingat buku-buku pelajaran sekolah dulu, bahwa pada era sekitar tahun 1950 Komunisme adalah merupakan trend pada waktu itu, sehingga banyak negara yang menganut paham Komunisme, dan sekarang kita lihat bagaimana kelanjutannya ..? paham Komunisme hampir hancur ...! atau boleh dikatakan hancur sama sekali oleh para pembinanya atau propagandisnya. Dan yang ada sekarang hanyalah sebuah lempengan-lempengan atau pecahan-pecahan dari beberapa negeri yang berselimut Komunisme..!

Dan sekarang muncul dagangan baru, yaitu sebuah seruan kuat menuju Demokrasi dan Sekularisme dengan mengatasnamakan 'Tatanan Dunia Baru" yang memakai baju hak-hak azasi manusia, keadilan dan membela kezhaliman, akan tetapi pada hakekatnya untuk menghancurkan setiap yang berhubungan dengan Islam atau kaum Muslimin, lihatlah di Bosnia Herzegovina atau Somalia atau Republik-Republik Islam (yang dulu dibawah Uni Soviet). Lantas...masihkah kita mau ikut Demokrasi...? Bukan suatu hal yang tidak mungkin nasib Demokrasi akan sama dengan Komunisme...yaitu kehancuran. Allah yang telah meluluh lantakkan dan menghancurkan Kamunisme, juga akan meluluh-lantakkan dan membumi hanguskan Sekularisme. Dan Allah berkuasa atas segala urusanNya. Wallahu Musta'an. (*) Sebagian kalimat dikutip secara bebas dari kitab Tashfiyah & Tarbiyah, Syaikh Ali Hasan Al-Ahalabi Al-Atsari >----- Original Message ---->From: "RAHMAT" <rohmat.mulyono@hpsi-hitachi.com> > > BEBERAPA KERUSAKAN PEMILU >> > > Pemilu adalah pemilihan seorang pemimpin atau lainnya (wakil rakyat) >dengan > > cara mencatat nama calon atau mencoblos gambar yang mewakili calon >tersebut > > di secarik kertas atau dengan pemungutan suara (voting). Kata "pemilu" >ini > > walaupun mengandung makna pemilihan, tetapi tidak dipakai dalam syariat > > untuk memilih seorang pemimpin. >> > > Makna pemilu seringkali disamakan dengan syura (musyawarah). Karena > > "pemilihan umum" mengandung makna haq dan sekaligus makna bathil. >Apabila > > kaum Muslimin yang menggunakan kata tersebut, maka yang dimaksud adalah > > musyawarah. Walaupun masih tetap mengandung makna yang bathil. Adapun >mereka > > yang meletakkan kata tersebut (orang-orang kafir yang membuat sistem > > demokrasi, ed) sebagaimana telah jelas mereka memaksudkan dengannya >sesuatu > > yang menyelisihi syariat kita. Yaitu mengambil suara dari seluruh >rakyat,

> > termasuk mereka yang tidak pantas diambil suaranya, misalnya para >penjahat, > > ahli maksiat, orang-orang fasik, dan orang-orang kafir. Mereka tidak > > membedakan antara seorang yang berilmu dan seorang yang bodoh, dan > > seterusnya . . (Lihat Antara Syara dan Demokrasi). >> > > Maka semestinya kita tidak perlu memakai kalimat yang memiliki makna >ganda > > dalam perkara yang syar'i, karena di dalamnya mengandung tasyabuh > > (penyerupaan) dengan musuh-musuh Islam. Sebagaimana dicontohkan oleh > > Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ketika mengajarkan untuk >memakai > > istilah Shalat Isya', bukan attamah. Karena attamah mengandung makna >waktu > > memerah susu kambing. >> > > "Jangan kalian dikalahkan oleh orang-orang gunung (kampung) dalam nama > > shalat kalian Al Isya' karena sesungguhnya shalat tersebut dalam >Kitabullah > > adalah Al Isya' sedangkan mereka memerah susu kambing pada waktu >attamah." > > (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, An Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar > > radliyallahu 'anhu) >> > > Sistem pemilu sendiri memiliki banyak kerusakan dan penyimpangan kalau > > ditinjau dari sisi Dien. Berikut ini kita sarikan kerusakan-kerusakan >pemilu > > dari kitab Tanwirudz Dzulumat oleh Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Imam. >> > > Beberapa Kerusakan Pemilu >> > > Di antara kerusakan yang dibawa oleh pemilu (general election) atau yang > > dalam bahasa Arab bernama Al Intikhabat adalah : >> > > 1) Pemilu termasuk jenis kesyirikan kepada Allah karena ia merupakan > > syariat (aturan) yang dipakai oleh musuh-musuh Islam untuk menjauhkan >kaum > > Muslimin dari agama mereka. Pemilu ini merupakan bentuk penerapan >demokrasi > > yang pada hakikatnya adalah menentukan undang-undang dan aturan-aturan > > (syariat) sesuai dengan suara terbanyak. Dengan kata lain, yang berhak > > membuat syariat adalah rakyat. Padahal Allah berfirman : >> > > "Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang membuat syariat untuk mereka > > dalam Dien yang sama sekali tidak Allah ijinkan." (Asy Syura : 21) >>

> > Bahkan sebaliknya Allah katakan : >> > > "Jika engkau mengikuti kebanyakan orang, niscaya mereka akan menyesatkan > > kamu dari jalan Allah." (Al An'am : 116) >> > > 2) Pemilu merupakan jembatan untuk naik ke majelis wakil-wakil rakyat >yang > > prinsipnya menuhankan suara terbanyak. Menerima apa yang disepakati oleh > > suara terbanyak walaupun salah, menolak sesuatu meskipun sesuatu itu >jelas > > kebenarannya dalam Dien. Dengan demikian, ini merupakan pelimpahan hak >Allah > > kepada makhluk. Padahal Allah berfirman : >> > > "Allahlah yang menghukumi dan tidak ada yang dapat menentang hukum-Nya." >(Ar > > Ra'd : 41) >> > > 3) Orang-orang yang membolehkan pemilu dan aktif di dalamnya telah >berbuat > > jahat kepada Islam, karena mereka memberikan hak, kesempatan, dan sarana > > bagi musuh-musuh Islam untuk mencela dan menuduh Islam tidak mampu > > menjadikan masyarakat yang adil, makmur, aman, dan sentosa. Kalau saja > > mereka yakin tentang kesempurnaan Islam dari segala seginya, mengapa >mereka > > mengambil pendapat, suara, usulan, dan sebagainya dari orang-orang >non-Islam > > dalam pemilu tersebut? Allah berfirman : >> > > "Tidakkah cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al >Kitab > > (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka? Sesungguhnya yang demikian > > merupakan rahmat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Al >Ankabut > > : 51) >> > > Maka selain apa yang Allah tetapkan dari kebenaran adalah kebathilan. >> > > "Maka tidak ada setelah kebenaran itu kecuali kesesatan." (Yunus : 32) >> > > 4) Pemilu mengabaikan prinsip Al Wala' dan Al Bara'. Tidak samar bagi > > seorang Muslim yang telah merasakan lezatnya iman bahwa kecintaan >haruslah > > diberikan kepada Allah dan Rasul-Nya serta wali-wali-Nya dari kalangan >kaum > > Mukminin. Sedangkan permusuhan haruslah diberikan kepada musuh Allah dan

> > Rasul-Nya serta para wali-walinya dari kalangan orang-orang kafir. >> > > "Hanya saja wali kalian adalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang > > beriman, yang mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat serta mereka >ruku'. > > Barangsiapa yang berpaling dari Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang >yang > > beriman maka sesungguhnya partai Allah pasti akan menang." (Al Maidah : > > 55-56) >> > > Sedangkan dalam pemilu kaum Muslimin bersama orang-orang kafir, > > bermusyawarah, memilih, dan menentukan. Bahkan sebagian kaum Muslimin > > membentuk partai dan menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin atau > > staf-nya. >> > > 5) Telah diketahui bersama bahwasanya partai-partai Islam tidak >mungkin > > akan dapat ikut dalam pemilu kecuali setelah pengesahan dengan cara yang > > sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan oleh mereka sendiri. >Seringkali > > syarat tersebut mengandung perkara-perkara yang menyelisihi Islam. >Seperti > > salah satu syarat yang ada di Yaman, yaitu harus mengakui bahwa pendapat > > atau pemikiran Islam dan non-Islam adalah sama haknya, bisa diterima dan > > ditolak. Yang seperti ini jelas menyamakan hukum Allah dan hukum >manusia. >> > > 6) Pemilu ditegakkan dengan prinsip untung-untungan (spekulasi) dari >yang > > memilih dan yang dipilih. Apakah mereka memiliki jaminan akan berhasil? > > Tentu tidak. Kalaulah mereka tidak memiliki jaminan keberhasilan, >mengapa > > mereka berani melanggar batas-batas Allah? Ini berarti meninggalkan >perkara > > yang pasti benarnya untuk sesuatu yang masih berupa kemungkinan, rekaan, > > prasangka, dan dugaan yang tidak pasti. Allah berfirman : >> > > "Tidaklah mereka mengikuti kecuali mengikuti prasangka dan apa yang >dimaukan > > oleh hawa nafsu mereka." (An Najm : 23) >> > > Dan yang lebih dekat lagi dengan permasalahan kita adalah firman Allah > > sebagai berikut : >> > > "Jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi niscaya mereka >akan

> > menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti > > persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap > > Allah)." (Al An'am : 116) >> > > 7) Termasuk kerusakan pemilu adalah munculnya musuh-musuh Islam yang > > membuat partai-partai Islam sebagai jembatan untuk mewujudkan kehendak > > mereka. Dengan kata lain, mereka menipu kaum Muslimin untuk mendapatkan > > suara bagi mereka. Paling sedikitnya mereka (musuh-musuh Islam) telah > > berhasil membuat sebagian kaum Muslimin yakin bahwa demokrasi adalah > > satu-satunya cara memakmurkan bangsa. >> > > 8) Pemilu seringkali ditegakkan dengan dukungan materi dari luar >negeri, > > dari negara-negara Barat, Yahudi, dan Nashrani. Ini menunjukkan atas >perkara > > penting yaitu bahwa pemilu adalah untuk kepentingan mereka. Kalau bukan > > untuk kepentingan mereka niscaya mereka tidak akan mengeluarkan hartanya > > untuk mendukung pemilu. Allah berfirman : >> > > "Sesungguhnya orang-orang kafir mengeluarkan harta-harta mereka untuk > > menghalangi dari jalan Allah. Maka mereka menginfakkanya dan kemudian > > menjadi penyesalan atas mereka." (Al Anfal : 36) >> > > Dengan demikian berarti kita kaum Muslimin dalam pemilu ini sedang >berjalan > > di atas rencana mereka. >> > > 9) Pemilu menyelisihi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam > > menghadapi musuh-musuh Islam, di mana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa > > Sallam menghadapi mereka dengan sikap mukhalafah (penyelisihan) yang >sangat > > jelas, walaupun mereka banyak. Dan tidak mau bertasyabuh dengan mereka >sama > > sekali. >> > > Sebagai contoh, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak tenang > > beribadah dengan kiblat yang sama dengan Yahudi hingga ia berharap >kepada > > Allah untuk dipindahkan kiblat ke Ka'bah. >> > > "Kami telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke langit, maka Kami akan > > palingkan engkau ke kiblat yang kau ridlai. Palingkanlah wajahmu ke arah > > Masjidil Haram. Di mana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu ke sana." >(Al > > Baqarah : 144) >>

> > Demikian pula beliau tidak mau berpuasa pada saat yang bersamaan dengan > > Yahudi kecuali dengan menambahnya sehari sebelumnya atau sehari >sesudahnya. > > Seperti pada Puasa Asy Syura yaitu tanggal 10 Muharram yang bertepatan > > dengan puasanya Yahudi pada saat itu. Beliau bersabda : >> > > "Kalau aku hidup tahun depan, sungguh aku akan puasa tanggal >sembilannya." > > (HR. Muslim) >> > > Bahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : >> > > "Jangan kalian memulai salam pada Yahudi, jangan pula kepada Nashrani. >Jika > > kalian berpapasan dengan mereka di suatu jalan, maka paksalah mereka > > berjalan di tempat yang sempit (yakni jangan beri keluasan jalan untuk > > mereka)." (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad dari Abu Hurairah > > radliyallahu 'anhu) >> > > Di dalam permasalahan Dien, syariat-syariat agama, dan bentuk-bentuk > > peribadahan yang telah diajarkan oleh Allah, kita tidak boleh sama >sekali > > mencampurkannya dengan ajaran mereka sedikitpun. >> > > Katakanlah : "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang >kamu > > sembah. Dan kamu bukan penyembah Rabb yang aku sembah. Dan aku tidak >pernah > > menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) >menjadi > > penyembah Rabb yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah >agamaku." > > (Al Kafirun : 1-6) >> > > Inilah prinsip Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang Allah >ajarkan > > kepadanya. Sedangkan mereka yang meniru kaum Yahudi dan Nashrani berarti > > memang golongan mereka. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam >bersabda >: >> > > "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan > > mereka." (HR. Abu Dawud dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu dan Thabrani > > dalam Mu'jamul Ausath dari Hudzaifah radliyallahu 'anhu) >> > > 10) Bahwa di dalam pemilu terdapat praktek kaidah-kaidah Jahannamiyyah,

> > fremasonry, yaitu "tujuan menghalalkan segala cara". Inilah kaidah ahli > > Jahannam dari kalangan Yahudi. >> > > Berkata sekelompok ahli kitab : "Berimanlah kalian dengan apa-apa yang > > diturunkan kepada orang-orang Mukmin di awal siang, kemudian kafirlah di > > akhirnya. Semoga mereka akan kembali . ." (Ali Imran : 72) >> > > Sungguh inilah prinsip para politikus yang selalu bersandiwara dan > > berpura-pura agar dikira oleh semua golongan bahwa dirinya golongan >mereka > > dalam rangka mendapatkan suara terbanyak. >> > > Sedangkan taqiyah[1] (yaitu berpura-pura) hanya disyariatkan dalam >keadaan > > terpaksa. Allah berfirman : >> > > "Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir sebagai >wali-nya > > selain orang-orang Mukmin. Barangsiapa yang mengerjakan demikian maka > > tidaklah dari Allah sedikitpun, kecuali kalau kamu takut dari mereka." >(Ali > > Imran : 28) >> > > 11) Pemilu memiliki peranan besar dalam memecah-belah persatuan kaum > > Muslimin. Tidak kalah besarnya kerusakan pemilu ini dari penyakit >hizbiyyah > > yang telah memecah-belah kaum Muslimin dalam berbagai macam >aliran-aliran > > sesat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : >> > > "Jika datang kepada kalian seseorang sedangkan kalian dalam keadaan >dipimpin > > satu orang penguasa ingin memecah persatuan kalian maka bunuhlah dia. >Siapa > > pun orangnya." (HR. Muslim) >> > > Sedangkan kita tahu dalam pemilu tidak pernah lepas dari >bentrokan-bentrokan > > fisik atau hujatan-hujatan terhadap pemimpin, bahkan bisa jadi terjadi > > perang saudara sesama kaum Muslimin dalam partai yang berbada-beda. >> > > 12) Pemilu ditegakkan diatas ta'ashub (fanatik) terhadap golongan >(partai) > > dan pribadi-pribadi tertentu, sedangkan fanatik terhadap orang tertentu >atau > > golongan (partai) tertentu adalah haram kecuali fanatik terhadap

>Rasulullah > > Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Semangat yang timbul dari fanatik >terhadap > > golongan adalah semangat jahiliyyah. Allah berfirman : >> > > "Ketika orang-orang kafir menjadikan dalam hati-hati mereka semangat > > kefanatikan yaitu emosi jahiliyyah, Allah menurunkan kepada Rasul-Nya >dan > > orang-orang Mukmin ketentraman dan mengikatkan mereka dengan kalimat >takwa > > dan memang mereka yang paling berhak dengan kalimat tersebut dan memang > > golongannya." (Al Fath : 26) >> > > Arti hamiyah dalam ayat ini adalah semangat membela kebathilan, fanatik >buta > > terhadap golongannya. >> > > Demikian pula ta'ashub kepada kabilah-nya atau keluarganya. Rasulullah > > Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah menghinakan orang yang mengajak >untuk > > ber-ta'ashub dengan kabilahnya / sukunya dengan ucapannya : >> > > "Jika kalian melihat seseorang mengajak kepada ta'ashub jahiliyyah maka > > suruhlah ia menggigit kemaluan bapaknya[2]. Dan jangan pakai ungkapan >lain." > > (HR. Ahmad dan Tirmidzi) >> > > Dan dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam >bersabda >>: > > "Barangsiapa yang berperang di bawah bendera emosi, membela ashabiyyah, >dan > > marah karena ashabiyyah maka bangkainya adalah bangkai jahiliyyah." (HR. > > Muslim dan Nasa'i dari hadits Abu Hurairah radliyallahu 'anhu) >> > > 13) Dalam pemilu seseorang akan membela partainya masing-masing dan >memilih > > orang yang dicalonkan oleh partainya, bagaimana pun keadaan orang itu, > > bahkan mungkin memiliki berbagai macam penyimpangan akidah dan akhlak. >Ini > > termasuk salah satu akibat sistem kepartaian. Padahal yang demikian > > diharamkan dalam Islam sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dari Abu > > Hurairah radliyallahu 'anhu dia berkata : Datang seorang Arab Badui > > (kampung) kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam kemudian >bertanya > > : "Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi

>Wa > > Sallam bersabda : >> > > "Jika amanat telah diabaikan maka tunggukah hari kiamat." Kemudian >dikatakan > > kepada beliau : "Bagaimana mengabaikan amanat itu?" Beliau bersabda : >"Jika > > urusan telah diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah >hari > > kiamat." >> > > Makna memberikan urusan kepada orang yang bukan ahlinya adalah : >"Memberikan > > suatu amanat atau tanggung jawab kepada orang yang tidak mampu >memikulnya, > > seperti memberikan hak kepemimpinan kepada orang yang tidak memiliki > > keadilan, keberanian, dan keshalihan. Jika terjadi yang demikian, maka > > tunggulah saat kehancuran." >> > > 14) Keumuman orang dalam pemilu memberikan suaranya kepada calon yang > > memberikan harta terbanyak kepadanya (money politics) atau calon yang > > menjanjikan proyek-proyek besar. Atau paling tidak menjanjikan > > jabatan-jabatan tertentu dan seterusnya. Inilah kerusakan yang >berikutnya > > dari sistem pemilu. Perbuatan yang jelas dilarang oleh Allah Subhanahu >wa > > Ta'ala : >> > > "Sesungguhnya mereka yang menjual janji kepada Allah dan sumpah mereka > > dengan harga yang murah, mereka tidak akan mendapatkan bagian di akhirat >dan > > Allah tidak akan mengajak bicara mereka dan tidak akan melihat mereka di > > hari kiamat serta tidak mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang >pedih." > > (Ali Imran : 77) >> > > 15) Termasuk kerusakan pemilu, setiap calon akan berusaha mencari >keridlaan > > para pemilih atau keumuman rakyat. Akhirnya tekad mereka satu-satunya >adalah > > mendekati semua pihak dengan hak atau bathil, kepada orang Islam maupun > > orang kafir, kepada orang shalih maupun kepada orang fajir. Bahkan > > kadang-kadang para pemilih itu mensyaratkan kepada calon tersebut untuk > > melakukan perbuatan tertentu yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah, >bahkan > > merupakan sifatnya orang-orang munafiqin, sebagaimana Allah katakan :

>> > > "Mereka bersumpah dengan nama Allah terhadap kalian untuk membikin ridla > > kalian padahal Allah dan Rasul-Nya lebih berhak untuk mereka mencari > > keridlaannya kalau mereka benar-benar beriman." (At Taubah : 62) >> > > Dalam ayat lainnya Allah berfirman : >> > > "Mereka bersumpah terhadap kalian agar kalian ridla kepada mereka. Namun > > kalaupun kalian ridla kepada mereka maka sesungguhnya Allah tidak ridla > > kepada kaum yang fasiq." (At Taubah : 96) >> > > Sedangkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam >bersabda >: >> > > "Barangsiapa mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah > > akan murka kepadanya dan akan dijadikan manusia murka kepadanya. >Sebaliknya > > barangsiapa yang mencari keridlaan Allah dengan kemarahan manusia, maka > > Allah akan ridla kepadanya dan akan dijadikan manusia ridla kepadanya." >(HR. > > Tirmidzi dan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah) >> > > 16) Pemilu ditegakkan di atas kepalsuan, kedustaan, dan penipuan, >serta > > makar dan dusta yang perkara itu semua diharamkan. Rasulullah >Shallallahu > > 'Alaihi Wa Sallam bersabda : >> > > "Barangsiapa yang menipu kami maka bukan dari golongan kami. Tipu daya >dan > > makar tempatnya dalam neraka." (HR. Thabrani dan Abu Nu'aim dalam Al >Hilyah > > dari Ibnu Mas'ud) >> > > Dalam lafadz Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa > > Sallam pernah melewati pasar, kemudian memasukkan tangannya ke dalam >makanan > > yang dijual (dalam satu riwayat : Memasukkan tangannya ke dalam gandum >yang > > kering, ternyata di dalamnya basah), kemudian beliau bersabda : >> > > "Apa ini, wahai penjual makanan!? Mengapa tidak engkau jadikan dia di > > atasnya hingga manusia bisa melihatnya!? Siapa yang menipu kami, bukan >dari > > golongan kami."

>> > > Dalam Al Qur'an dijelaskan ciri-ciri seorang Mukmin, di antaranya adalah >: >> > > "Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu." (Al Furqan : >72) >> > > 17) Dalam sistem pemilu, manusia disibukkan dengan penjajaan partai. > > Hampir semua media cetak atau media elektronik, semuanya sibuk >membicarakan > > permasalahan ini. Jual-beli suara, perdagangan partai, iklan-iklan > > kepartaian, dan segala macam berita-berita politik yang berkaitan >dengannya. > > Para politikus itu sama sekali tidak menganggap adanya perkara haram >atau > > dusta. Semuanya dengan gaya bahasa diplomasi. Ini merupakan >penyia-nyiaan > > waktu dan menyibukkan kaum Muslimin di dalam dan luar negeri yang hampir > > tidak ada pembicaraan mereka kecuali permasalahan politik. Padahal >betapa > > berharganya waktu, betapa tingginya nilai kesempatan. Rasulullah >Shallallahu > > 'Alaihi Wa Sallam telah memperingatkan : >> > > "Manfaatkan lima sebelum lima : Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, >masa > > hidupmu sebelum datang matimu, waktu sehatmu sebelum datang masa >sakitmu, > > masa kayamu sebelum datang kemiskinanmu, dan waktu luangmu sebelum >datang > > kesibukanmu." (HR. Hakim dan Baihaqi dari hadits Ibnu Abbas) >> > > Demikianlah Rasulullah menjelaskan agar kita memanfaatkan waktu dengan > > sungguh-sungguh. Tentunya, manfaatkan waktu untuk Allah, yakni dalam >rangka > > beribadah menunaikan perintah-perintah Allah sesuai dengan petunjuk > > Rasulullah sehingga kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. >> > > 18) Di antara kerusakan pemilu adalah menggunakan harta tidak pada >tempat > > yang syar'i. Mereka menggunakannya untuk jual beli suara dan menipu para > > pemilih. Sungguh ini adalah kerusakan yang besar karena menggunakan >harta > > untuk mengeluarkan manusia dari kebenaran. Adapun seorang Mukmin yang >shalih > > dia akan meninggalkan penggunaan harta seperti itu, bahkan meninggalkan

> > urusan pemilu ini sama sekali karena para ulama telah memberikan fatwa > > haramnya masuk ke dalam sistem pemilu dan tidak ada faidah padanya. >Allah > > berfirman : >> > > "Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian memakan harta sesama >kalian > > dengan kebathilan kecuali kalau melalui perdagangan yang ada saling >ridla >di > > antara kalian." (An Nisa : 29) >> > > 19) Pemilu sangat erat kaitannya dengan thaghut hizbiyyah. Mereka para > > tokoh-tokoh partai hanya melihat kuantitas dan tidak melihat kualitas. > > Mereka hanya mementingkan jumlah pengikut dan tidak memperhatikan >keadaan > > mereka. Ini berarti manusia hanya mengikut dan menurut kepada suara > > terbanyak, siapa pun mereka. Aibatnya mereka akan tersesat. Allah >berfirman >>: >> > > "Jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi niscaya mereka >akan > > menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti > > persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap > > Allah)." (Al An'am : 116) >> > > Bahkan di dalam Al Qur'an Allah mengatakan tentang kebanyakan manusia >selalu > > dalam kejelekan seperti ucapan Allah : >> > > "Dan Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Al >A'raf > > : 102) >> > > Dalam ayat lain, Allah kisahkan ucapan Ibrahim 'Alaihis Salam : >> > > "Wahai Rabbku, sesungguhnya mereka telah menyesatkan kebanyakan >manusia." > > (Ibrahim : 36) >> > > Dalam ayat lain : >> > > "Dan kebanyakan mereka tidak menggunakan akalnya." >> > > "Dan kebanyakan mereka tidak beriman."

>> > > "Dan kebanyakan manusia tidak mengetahui." >> > > "Dan kebanyakan manusia tidak bersyukur." >> > > "Dan kebanyakan manusia orang-orang yang bodoh." >> > > Dan lain-lain dari ayat-ayat yang bernada seperti ini kurang lebih ada >33 > > ayat dalam Al Qur'an. >> > > Bahkan sebaliknya Allah menceritakan orang-orang Mukmin yang sedikit > > jumlahnya dan bersyukur. >> > > "Dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Saba' : 13) >> > > Dengan fenomena yang seperti ini maka sudah bisa dipastikan orang yang > > mengikuti kebanyakan manusia mesti akan tersesat. >> > > 20) Dalam sistem pemilu calon sangat terbuka untuk siapapun dengan >agama > > apapun. Maka muncullah di sana seorang Komunis, Nashrani, Marxis, >Sosialis, > > ataupun aliran-aliran kebathinan. Apakah dibolehkan yang demikian di >dalam > > Islam? Sungguh yang demikian dilarang dalam Islam! Ini hanyalah buatan > > tangan-tangan Barat yang mempengaruhi manusia dan mendidik >kader-kadernya > > untuk diletakkan di berbagai macam partai dalam upaya mengantisipasi > > pemerintah dan pimpinan "hijau". >> > > Allah telah berfirman di dalam surat Al Baqarah bahwa mereka-mereka yang > > kafir itu tidak pantas menjadi pemimpin walaupun keturunan Nabi : >> > > Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat > > (perintah dan larangan) lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : > > "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim > > berkata : "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman : > > "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dhalim." (Al Baqarah : >124) >> > > Dalam ayat lain lebih tegas Allah katakan : >> > > "Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir > > untuk berada di atas orang-orang yang beriman." (An Nisa : 141) >>

> > Dan ayat Allah : >> > > "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang >Yahudi > > dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah >pemimpin > > bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka >menjadi > > pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. >Sesungguhnya > > Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim." (Al Maidah >: > > 51) >> > > Dinukil secara ringkas dari kitab Tanwirudz Dzulumat bi Kasyfi Mafasid >wa > > Syubuhat Al Intikhabat oleh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Imam yang > > telah diperiksa dan diberi muqaddimah oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al >Wadi'i > > rahimahullah. >> >------------------------------------------------------------------------->-> > [1] Taqiyah yang dimaksud bukan taqiyah yang dianut oleh orang-orang >Syi'ah, > > karena mereka (Syi'ah) memakai taqiyah dalam segala keadaan, bahkan >terhadap > > kaum Muslimin sekalipun. Sedangkan taqiyah dalam ayat ini, dalam keadaan > > sangat terpaksa dalam menghadapi bahayanya orang-orang kafir. > > [2] Ungkapan penghinaan bagi orang yang membanggakan dan mengajak kepada >ta' > > ashub kepada keluarganya dan keturunannya dengan ta'ashub jahiliyyah. > > Ustadz Muhammad Umar As Sewwed [SALAFY XXX/1420/1999/MABHATS] >> >--------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai