Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK INDIVIDUAL DEMONSTRATION INTERVIEW DALAM

BAHASA IBU UNTUK MENGGALI MISKONSEPSI SISWA


TENTANG HUKUM NEWTON

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:
YESI ELISA
NIM F1051131004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
TEKNIK INDIVIDUAL DEMONSTRATION INTERVIEW DALAM BAHASA IBU
UNTUK MENGGALI MISKONSEPSI SISWA TENTANG HUKUM NEWTON DI
SMP NEGERI 1 KETAPANG

Yesi Elisa, Edy Tandililing, Erwina Oktavianty


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN Pontianak
Email: yesielisa26@gmail.com

Abstract
The aims of this study is to probe student’s misconceptions about Newton’s laws used
Individual Demonstration Interview (IDI) in mother tongue at SMP Negeri 1
Ketapang. This research formed as descriptive survey research that involving 15
studens as sample. Purposive sampling was used in this study, samples were selected
based on their learning acquisition that divided to be high, middle and low category.
The Individual Demonstraton Interview’s interview guidelines used Malay Dialect
Ketapang to describe student’s misconceptions. The analysis showed that students
thought static obejct doesn’t have force, if there’s no force so the force resultan is
nothing too, unmove object because of gravity and friction force, external force don’t
effect to force resultan, car’s accelaration were more small becauce force‘s more
small too, direction of friction force and tire’s car always opposite with car’s motion,
displacement as reaction force while walking. Futhermore total student’s
misconceptions on learning acquisition category high, middle and low is almost same.
This research is expected can be refference to probe student’s misconception in
mother tongue.
Keywords: Misconceptions, Newton’s Laws, Mother Tongue, Individual
Demonstration Interview (IDI)

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan Bidang fisika biasanya dibagi menjadi
hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan
serta gagasan dan konsep-konsep yang magnet, dan topik–topik modern seperti
terorganisasi tentang alam yang ada di sekitar relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika
dan diperoleh dari pengalaman melalui nuklir, partikel elementer dan astrofisika
serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain (Giancoli, 2001: 1). Setiap materi memiliki
penyelidikan, penyusunan dan penyajian deskripsi konsep masing-masing atau disebut
gagasan–gagasan. Dengan demikian, IPA konsepsi. Konsepsi ilmuwan merupakan
dipahami sebagai ilmu yang lahir dan konsepsi yang paling lengkap, paling masuk akal
berkembang lewat langkah–langkah observasi, dan paling banyak manfaat dibandingkan dengan
perumusan masalah, menyusun hipotesis, konsepsi lain (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, 2007).
penarikan kesimpulan dan penemuan teori dan Konsepsi-konsepsi lain yang tidak sesuai
konsep (Holyyah, 2013). Fisika adalah ilmu dengan konsepsi ilmuwan disebut miskonsepsi
pengetahuan yang paling mendasar karena (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007).
berhubungan dengan perilaku dan struktur benda Penyebab miskonsepsi dapat disebabkan oleh
(Giancoli, 2001: 1). beberapa sumber yaitu dari diri siswa sendiri,
guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara
mengajar dan buku teks (Suparno, 2005: 54). mengarah pada penggunaan teknik wawancara.
Miskonsepsi dari diri siswa dapat berupa Penelitian ini menggunakan teknik Individual
perbedaan pengalaman sehari-hari dengan Demonstration Interview (IDI). Individual
konsep ilmuwan, konsepsi awal siswa sebelum Demonstration Interview (IDI) dikembangkan
memperoleh pelajaran, bahkan minat siswa. pertama kali oleh Trowbridge dan McDermott
Pengalaman siswa dapat diperoleh dari kejadian- (1980). Gambar semi kuantitatif diserahkan
kejadian sehari-hari yang dialami siswa sehingga kepada siswa dan diminta mencermatinya,
berpengaruh pada konsepsi siswa tentang suatu kemudian wawancara berlangsung dengan
konsep. Selain itu, perbedaan bahasa yang tujuan melengkapi gambar yang belum tuntas.
digunakan sehari-hari (bahasa ibu) dengan Ucapan dan gambar itu dibuatnya, dianalisis
bahasa Nasional. Makna bahasa sehari-hari untuk menemukan konsepsi siswa tentang
siswa kadang berbeda dengan makna bahasa konsep-konsep yang tercakup dalam gambar
Indonesia yang dimaksud dalam buku teks. tersebut (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono,
Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa 2007).
ibu (bahasa daerah) merupakan negara dengan Berdasarkan penelitian sebelumnya di
bahasa ibu terbanyak di Asia. Bahasa Indonesia bidang mekanika, miskonsepsi terbanyak
juga bahasa yang digunakan pada semua level ditemukan di level SMP (Suparno, 2005: 138).
pendidikan di Indonesia. Pada prakteknya, Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan pada
bahasa ibu jarang digunakan di pendidikan siswa SMP Negeri 1 Ketapang tentang hukum
formal dalam pembelajaran sebagai bahasa Newton. Nursefriani, Marungkil dan
utama (UNESCO Bangkok, 2005: 9). Oleh Kamaluddin (2013) mengungkap miskonsepsi
karena itu, perlu dilakukan penggalian siswa tentang hukum Newton dan diperoleh
miskonsepsi dengan menggunakan bahasa ibu. sebesar 25% siswa memahami konsep; 28,56%
Bahasa ibu dalam penelitian ini adalah bahasa miskonsepsi dan 46,44% tidak mengetahui
Melayu dialek Ketapang. konsep.
Hukum III Newton yang menyatakan “gaya Hasil wawancara pada tanggal 30 Januari
aksi sama dengan negatif gaya reaksi, besar gaya 2017, siswa berinteraksi dengan teman dan guru-
reaksi sama dengan gaya aksi namun berlawanan guru di sekolah menggunakan bahasa Melayu
arah” memiliki makna sehari-hari yang berbeda dialek Ketapang. Bahkan saat pembelajaran
dengan konsep ilmuwan. Makna sehari-hari bagi berlangsung, siswa menggunakan bahasa ibu
siswa adalah jika suatu benda diberi gaya maka untuk bertanya dengan teman-teman. Dengan
benda akan bereaksi seperti bergerak. Namun demikian, penelitian ini diarahkan pada
dalam peristiwa mendorong atau memukul penggunaan teknik Individual Demonstration
tembok, siswa menganggap tidak ada reaksi dari Interview (IDI) untuk menggali miskonsepsi
tembok. Dalam bahasa Melayu dialek Ketapang siswa SMP tentang konsep-konsep hukum
biasa dinyatakan “kalok bende nyan ade gaya Newton dengan bahasa ibu.
pasti am ade reaksi dari tembok, ini te tembok
diam nol am gaya nyen.” Makna sehari-hari ini METODE PENELITIAN
bisa menimbulkan miskonsepsi. Bentuk penelitian adalah penelitian survei
Siswa dengan usia di atas 12 tahun sudah deskriptif sederhana dengan pendekatan
mengembangkan bahasa lain, dan siswa telah etnosains yang berfokus pada miskonsepsi siswa
menguasai bahasa ibu dengan baik. Hal ini SMP tentang hukum-hukum Newton. Populasi
merupakan dasar yang baik untuk menggunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
bahasa ibu dalam pembelajaran yang akan SMP Negeri 1 Ketapang dan siswa yang masih
mempermudah mereka mengembangkan menggunakan bahasa ibu dalam percakapan
pemikiran mereka dan sumber bahasa paling sehari-hari. Populasi penelitian juga telah
dipahami (UNESCO Bangkok, 2008: 13). mempelajari hukum Newton, delapan minggu
Dari 273 penelitian instrumen diagnostik sebelum penelitian. Sampel penelitian ini
yang telah dikembangkan, interview memiliki ditentukan dengan purposive sampling
persentase sebesar 53% sehingga penelitian ini (Sugiyono, 2015: 124). Sampel pada penelitian
ini terdiri dari 15 siswa kelas VIII SMP Negeri Melakukan konsultasi mengenai pedoman
1 Ketapang, sampel dipilih acak berdasarkan wawancara dengan dosen pembimbing; (c)
perolehan belajar siswa yang dilihat dari nilai Melakukan pengujian validitas instrumen; (d)
IPA pada materi hukum-hukum Newton dan Merevisi instrumen yang telah dilakukan
direkomendasikan guru IPA. Adapun pengujian validitas oleh validator; (e)
pembagiannya yaitu: lima siswa mewakili Melakukan uji coba instrumen yang telah
perolehan belajar tinggi, lima siswa mewakili divalidasi dan direvisi di SMP Negeri 1
perolehan belajar sedang dan lima siswa Ketapang pada siswa yang berbeda dari sampel
perolehan belajar rendah. (f) Melakukan pengujian reliabilitas instrumen.
Teknik pengumpul data pada penelitian ini Sedangkan tahap pelaksanaan antara lain: (a)
berupa wawancara, yaitu teknik Individual Melakukan wawancara dengan 15 siswa untuk
Demonstration Interview (IDI). Instrumen yang menggali miskonsepsi siswa; (b) Menganalisis
digunakan yaitu instrumen non tes berupa teks hasil wawancara (c) Membuat kesimpulan dari
wawancara menggunakan bahasa Melayu dialek hasil wawancara yang telah dilakukan.
Ketapang dan di samping teks bahasa ibu
terdapat teks bahasa Indonesia. Uji validitas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
untuk instrumen non tes penelitian ini adalah Hasil Penelitian
validitas konstruk. Tingkat validitas ditentukan Wawancara pada setiap siswa dilakukan
dengan meminta pendapat para ahli (expert dengan menggunakan bahasa Melayu dialek
judgement) (Hidayati, 2009: 508), pengujian Ketapang dan diawali dengan memberikan
validitas terbagi menjadi dua. Pertama, demonstrasi tentang kotak yang diam, dan mobil
kesesuaian penggunaan bahasa ibu dengan mainan yang dimainkan. Data yang diperoleh
bahasa Indonesia dalam pedoman wawancara berupa rekaman suara siswa, catatan siswa pada
divalidasi oleh satu guru SMP yang merupakan kertas yang disediakan, dan video. Hasil catatan
penutur asli bahasa Melayu dialek Ketapang, dan atau tulisan setiap siswa dianalisis dan
satu dosen bahasa Indonesia. Kedua, kesesuaian diinterpretasikan dalam bahasa Indonesia
indikator dengan pertanyaan-pertanyaan kemudian disalin ke transkrip jawaban siswa.
esensial dalam pedoman wawancara divalidasi Jawaban siswa dianalisis dengan
oleh satu dosen fisika FKIP UNTAN dan guru membandingkan konsepsi siswa dengan
IPA SMP bersangkutan. Sedangkan pengujian konsepsi ilmuwan. Bentuk miskonsepsi siswa
reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan dianalisis tiap indikator pertanyaan kemudian
mengulang kembali wawancara terhadap ditentukan siswa yang mengalami miskonsepsi
seminggu kemudian. pada indikator pertanyaan. Bentuk-bentuk
Prosedur penelitian ini terbagi menjadi dua miskonsepsi siswa pada tiap indikator
yaitu persiapan dan pelaksanaan. Tahap pertanyaan disajikan pada Tabel 1 berikut:
persiapan meliputi: (a) Menyiapkan instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara; (b)

Tabel 1 Bentuk Miskonsepsi Siswa Tiap Indikator Pertanyaan


Indikator Pertanyaan Bentuk Miskonsepsi Jumlah
Siswa
(1) Mengidentifikasi gaya yang bekerja Kotak diam di atas meja memiliki gaya
4
pada kotak diam. gravitasi dan gaya gesek.
Kotak diam di atas meja memiliki gaya
3
dorong, gaya gesek, dan gaya tarik.
Kotak diam tidak memiliki gaya. 7
Kotak diam memiliki gaya pegas. 1
(2) Mengidentifikasi resultan gaya Ada gaya tarik dan dorong pada kotak diam
1
pada kotak diam. sehingga resultan gaya pada kotak diam ada.
Indikator Pertanyaan Bentuk Miskonsepsi Jumlah
Siswa
Resultan gaya juga nol, karena tidak ada
7
gaya yang bekerja pada kotak diam.
Terdapat gaya dorong, sentuhan dan gaya
gesek yang bekerja pada kotak diam 1
sehingga resultan gaya tidak nol/ada.
(3) Menjelaskan konsep hukum I Kotak diam karena gaya gravitasi dan gaya
1
Newton pada kotak diam. gesek menahan meja.
Kotak tetap diam karena ada gravitasi bumi. 1
(4) Mengidentifikasi arah condong Posisi badan ke belakang dianggap upaya
3
badan anak sedang berlari ketika mempertahankan keadaan anak saat berlari.
tiba-tiba berhenti. Posisi badan terakhir merupakan upaya anak
mempertahankan keadaan saat tiba-tiba 1
berhenti.
(5) Mengidentifikasi gambar yang Gaya luar yang diberikan tidak
menunjukkan adanya resultan gaya. mempengaruhi besar resultan gaya. 14

Terdapat resultan gaya pada semua gambar


yang disajikan (anak berlari, kotak diam, 1
anak berjalan, dan anak berlari).
(6) Mengidentifikasi resultan gaya Perpindahan yang dialami mobil
2
pada gambar anak bermain mobil menyebabkan resultan gaya ada.
mainan. Resultan gaya pada mobil tidak sama dengan
1
nol karena ada aksi dan reaksi.
Resultan gaya sama dengan nol karena
1
terdapat gaya pegas dan gravitasi.
Resultan gaya sama dengan nol. 1
(7) Menjelaskan hubungan percepatan Percepatan mobil semakin kecil karena gaya
dan resultan gaya yang diberikan yang diberikan semakin kecil. 1
pada dua mobil.
Resultan gaya dan percepatan memiliki
1
besar yang sama.
Percepatan semakin kecil karena tidak ada
1
gaya tambahan.
Percepatan semakin kecil karena tidak ada
1
gaya tambahan.
Percepatan mobil stabil karena mobil tidak
1
bergerak.
Percepatan merupakan hasil kali antara
1
massa dan percepatan gravitasi bumi.
Percepatan mobil semakin kecil (alasan
1
tidak tahu).
Tidak bisa menjawab karena tidak tahu. 3
(8) Menunjukkan arah gaya gesek Arah gaya gesek berlawanan dengan arah
7
antara ban mobil mainan dan lantai. gerak mobil yaitu ke belakang.
Ada gaya gesek namun tidak tahu arah gaya
1
gesek antara ban dan lantai.
Arah gaya gesek searah dengan gerak mobil. 3
Indikator Pertanyaan Bentuk Miskonsepsi Jumlah
Siswa
Arah gaya gesek ke depan, karena ban
1
bersentuhan dengan permukaan.
Arah gaya gesek ke depan karena ban
1
memberikan gaya gesek ke lantai.
Arah gaya gesek antara ban dan lantai ke
1
lantai karena ban bergesekan dengan lantai.
Arah gaya gesek ke depan namun tidak tahu
1
alasannya.
(9) Menentukan percepatan dua mobil Massa kedua mobil tidak mempengaruhi
1
dengan gaya gesek yang diabaikan. kelajuan mobil.
Mobil bermassa kecil bergerak lebih laju
2
dibandingkan mobil bermassa besar.
Kedua mobil memiliki percepatan yang
sama, massa tidak mempengaruhi 2
percepatan mobil.
Mobil bermassa besar memiliki percepatan. 1
Tidak tahu jawaban. 2
(10) Menjelaskan hubungan antara Gaya mempengaruhi gerak mobil. 1
massa dan percepatan dua mobil. Semakin kecil mobil semakin kecil gaya
gesek ke belakang sehingga semakin cepat 1
mobil bergerak.
Massa yang kecil menyebabkan mobil
1
mudah bergerak, gayanya tidak tahu.
Semakin berat mobil semakin kecil gaya dan
1
percepatan mobil.
Semakin besar massa semakin besar
1
percepatan.
Kedua mobil memiliki gravitasi yang sama
1
sehingga ada aksi dan reaksi.
Semakin besar massa maka mobil akan
1
bergerak.
Tidak bisa menjawab hubungan antara
4
massa dan percepatan.
(11) Menyebutkan gaya aksi pada anak Badan yang bergerak ke depan dianggap
7
berjalan. sebagai gaya aksi saat berjalan.
Gaya kaki yang melangkah dianggap
2
sebagai gaya aksi saat berjalan.
Gaya kaki ke lantai yang
menempel/menekan dianggap sebagai gaya 2
aksi saat berjalan.
Gaya gesek kaki ke lantai dianggap sebagai
1
gaya aksi saat berjalan.
Gaya aksi berupa orang yang berjalan
melalui kaki kanan dan tangan melalui 1
tangan kiri menghadap arah depan.
Indikator Pertanyaan Bentuk Miskonsepsi Jumlah
Siswa
Ada gaya aksi saat berjalan namun tidak 2
tahu.
(12) Menunjukkan arah gaya aksi pada Arah gaya aksi ke depan, karena badan anak
11
anak berjalan. bergerak/ berpindah ke depan.
Kaki anak yang menekan ke lantai dianggap
2
arah gaya aksi.
Tidak tahu arah gaya aksi. 2
(13) Menyebutkan gaya reaksi saat Perpindahan/ pergerakan dianggap sebagai
4
berjalan. gaya reaksi saat berjalan.
Lantai yang tetap diam dianggap
1
memberikan gaya reaksi saat berjalan.
Gaya lantai ke kaki dianggap sebagai gaya
reaksi saat berjalan sehingga lantai 2
menempel pada kaki.
Gaya gesek kedua kaki dianggap sebagai
2
gaya reaksi saat berjalan.
Condong badan anak saat berhenti berjalan
1
dianggap sebagai gaya reaksi.
Tidak tahu gaya reaksi. 3
Tidak ada gaya reaksi antara kaki dan lantai
2
saat berjalan.

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir antara ban dan lantai berlawanan arah dengan
semua sampel mengalami miskonsepsi tiap gerak mobil, badan ke depan dan kaki ke depan
indikator pertanyaan. Bentuk miskonsepsi dianggap gaya dan arah gaya aksi saat berjalan
umum adalah tidak ada gaya yang bekerja pada dan perpindahan dianggap sebagai gaya reaksi
kotak diam, kotak diam karena gravitasi dan saat berjalan. Berikut Tabel 2 Rekapitulasi
gaya gesek, gaya luar tidak mempengaruhi jumlah miskonsepsi siswa berdasarkan
resultan gaya, percepatan semakin kecil karena perolehan belajar.
gaya dorong semakin kecil, arah gaya gesek

Tabel 2 Rekapitulasi Jumlah Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Perolehan Belajar


Tinggi Sedang Rendah
Kode Kode Kode
PB Σm PB Σm PB Σm
Siswa Siswa Siswa
IP 93,33 8 AM 80 10 NI 66,67 10
KY 86,67 8 MM 73,33 10 GP 60 7
KR 100 10 DS 73,33 8 AN 46,67 11
AI 93,33 11 EV 80 10 FN 53,33 7
MC 86,67 10 MF 73,33 8 DI 40 8
Keterangan:
PB= Perolehan Belajar
Σm= Jumlah Miskonsepsi

Berdasarkan Tabel 2, dapat dinyatakan relatif sama. Kategori perolehan belajar


jika jumlah miskonsepsi siswa pada yang tinggi juga memiliki miskonsepsi
perolehan belajar tinggi, sedang dan rendah yang terbanyak yaitu KR, AI, dan MC.
Namun siswa kategori perolehan belajar kotak diam, hanya dua siswa yang
rendah memiliki jumlah miskonsepsi paling miskonsepsi. Secara umum, bentuk
sedikit. miskonsepsi yaitu benda diam karena
gravitasi bumi dan gaya gesekan
Pembahasan Penelitian memberikan gaya ke meja (Widodo,
Wawancara dilakukan menggunakan Mintohari & Suryanti, 2013: 114). Siswa
bahasa Melayu dialek Ketapang dan setiap menganggap kotak tetap diam di atas meja
siswa memerlukan waktu sekitar 5-11 karena gaya gravitasi dan gaya gesek
menit. Konsep yang digali adalah hukum I menahan meja, sesuai penemuan Squires,
Newton, hukum II Newton, dan hukum III Rushworth & Robinson (1994) bahwa
Newton. Gambar yang disajikan berfungsi siswa berpikir tekanan udara, gravitasi atau
untuk mengilustrasikan fakta-fakta dan objek penghalang (misal meja) adalah cara
memperjelas konsep atau materi (Kholifah, benda mempertahankan keadaan.
2014: 8 dan Maslaah, 2016: 6). Kemudian Pada indikator pertanyaan
wawancara berlangsung untuk mengetahui mengidentifikasi condong badan berlari
konsepsi siswa tentang hukum-hukum yang tiba-tiba berhenti, bentuk umum
Newton. Siswa diminta menuliskan atau miskonsepsi siswa tersebut adalah
menggambarkan semua yang telah dijawab keadaan/posisi badan terakhir anak sebagai
saat wawancara, kemudian tulisan siswa upaya anak mempertahankan posisi ketika
dianalisis untuk mengetahui konsepsi dan tiba-tiba berhenti, sesuai penelitian Priyanti
miskonsepsi siswa. (2014: 60) untuk mempertahankan posisi
Hasil analisis menunjukkan bahwa benda dengan kecepatan kontan diperlukan
terdapat beberapa bentuk miskonsepsi yang gaya luar. Siswa menganggap gaya luar
sama pada beberapa siswa. Pada indikator berupa posisi terakhir anak, hal ini terjadi
pertanyaan mengidentifikasi gaya yang karena siswa menghubungkan pengalaman
bekerja pada kotak diam, sebanyak tujuh sehari-hari (Mustaqim, 2014: 17) atau
siswa menganggap kotak yang diam di atas kebiasaan dengan pertanyaan yang
meja tidak memiliki gaya (Ornay, 2017: diajukan.
21). Bentuk miskonsepsi lain delapan siswa Sedangkan pada indikator pertanyaan
menganggap gaya yang bekerja pada kotak gambar yang menunjukkan adanya resultan
diam diantaranya gaya gesek, gaya gaya, 14 siswa berpendapat gambar yang
gravitasi, gaya sentuh, gaya dorong, gaya menunjukkan resultan gaya adalah semua
tarik bahkan gaya pegas. Siswa yang gambar anak yang melakukan pergerakan
menganggap kotak diam memiliki gaya (selain kotak diam). Siswa menganggap
dorong dan gaya tarik, siswa menyatakan gaya luar yang diberikan pada saat berlari
pendapatnya sesuai dengan yang telah dan mobil dimainkan tidak mempengaruhi
dipelajari. besar resultan gaya. Bentuk miskonsepsi
Pada indikator pertanyaan juga ditemukan Hasnawiyah, Wahyono &
mengidentifikasi resultan gaya pada benda Darsikin (2012) bahwa siswa hanya melihat
diam, tujuh siswa menganggap resultan dari segi matematis jika resultan gaya nol
gaya sama dengan gaya yang bekerja pada maka benda diam dan sebaliknya.
kotak diam. Siswa menganggap benda diam Pada indikator pertanyaan
tidak memiliki gaya dan resultan gaya juga mengidentifikasi resultan gaya pada mobil
bernilai nol. Hal ini berkaitan dengan mainan anak, hanya lima siswa yang
pemahaman siswa tentang gaya yang miskonsepsi. Bentuk miskonsepsi yang
diartikan sebagai tarik dan dorongan dan umum adalah resultan gaya pada mobil
menyebabkan benda berpindah tempat mainan ada/tidak sama dengan nol karena
(Karim dkk, 2008). mobil mengalami perpindahan,
Namun pada indikator pertanyaan miskonsepsi ini didukung oleh penemuan
menjelaskan konsep hukum I Newton pada Lark (2006: 32) bahwa siswa mengaitkan
gaya dengan gerak bukan perubahan bergerak ke depan merupakan gaya aksi.
gerakan. Penemuan ini juga mirip dengan Pada indikator pertanyaan menunjukkan
penemuan Driver (1985) bahwa F= m.v arah gaya aksi saat berjalan, 11 siswa
(Lark, 2006: 32) dan istilah resultan gaya menganggap arah gaya aksi ke depan
diartikan sama dengan gaya. Satu siswa karena badan/anak berpindah ke depan. Hal
menganggap bahwa resultan gaya mobil ini dapat terjadi karena siswa hanya
mainan ada karena terdapat gaya pegas dan menggunakan pola pikir intuitif (akal
gravitasi, hal ini terjadi karena siswa tidak sehat) (Wiradana, 2012: 131), sehingga
bisa membedakan jenis-jenis gaya yang pengalaman sehari-hari siswa dijadikan
sesuai dengan keadaan benda. konsep alternatif.
Pada indikator pertanyaan Indikator pertanyaan terakhir yaitu
menjelaskan hubungan antara percepatan menyebutkan gaya reaksi saat berjalan,
dan resultan gaya pada mobil mainan, bentuk miskonsepsi yang umum adalah
bentuk miskonsepsi siswa tersebut adalah perpindahan/ pergerakan dianggap sebagai
percepatan mobil semakin kecil karena gaya reaksi saat berjalan, gaya lantai ke kaki
gaya yang diberikan anak semakin kecil dianggap sebagai gaya reaksi saat berjalan
sehingga mobil akan berhenti (Priyanti, sehingga lantai menempel pada kaki. Hal
2014: 62). Pada indikator pertanyaan ini sesuai dengan konsep gaya reaksi yang
menunjukkan arah gaya gesek antara ban siswa peroleh, gaya reaksi berlawanan arah
dan lantai, Sebagian besar siswa dengan gaya aksi dan bekerja pada titik
menganggap arah gaya gesek antara ban yang sama (Rahmi, 2013: 55).
dan mobil berlawanan dengan gerak mobil Persamaan jumlah miskonsepsi
(Maulana, 2015: 9). Jika mobil bergerak ke indikator pertanyaan terdapat pada tiap
depan maka arah gaya gesek ban dan mobil kategori perolehan belajar baik tinggi,
ke belakang begitu juga sebaliknya. Hal ini sedang dan rendah. Eryilmaz dan Tatli
sesuai dengan yang telah siswa peroleh, (dalam Termizkan, 2003) menemukan
bahwa arah gaya gesek selalu berlawanan siswa dengan hasil belajar tinggi memiliki
arah dengan arah gerak benda. miskonsepsi yang lebih sedikit, namun hasil
Indikator pertanyaan membandingkan penelitian ini berbanding terbalik.
percepatan mobil bermassa 1 kg dan 3 kg, Kemungkinan yang dapat terjadi adalah
bentuk miskonsepsi umum adalah siswa siswa dengan perolehan belajar tinggi
menyamakan antara kecepatan dan kelajuan hanya menghafal materi yang dipelajari, hal
(Ornay, 2017: 24). Dua siswa menyatakan ini sesuai dengan penelitian Hernawan
mobel yang kecik lebih laju dibandingkan (dalam Eis, Edy, dan Syukran: 2013) yang
mobel besak (Rahmi, 2013: 54), sedangkan menyatakan siswa hanya menghafal dan
siswa lain menyatakan dua mobil tetap mengenal kata-kata tanpa memahami
melaju (dua-duak nye tetap melaju am), artinya. Termizkan (2003: 71) juga
mobil bermassa besar memiki percepatan menemukan bahwa siswa kategori hasil
(mobel besak punye percepatan). Selain itu, belajar tinggi lebih baik pada pengetahuan
siswa berpendapat massa sebanding dengan rumus-rumus dibandingkan pengetahuan
percepatan mobil (Rahmi, 2013: 53), hal ini konseptual.
terjadi karena siswa memiliki konsepsi Termizkan (2003: 27-28) menyatakan
bahwa benda yang besar memerlukan gaya faktor-faktor yang berpengaruh pada fisika
yang besar sehingga percepatan akan besar. siswa berprestasi antara lain pengalaman
Konsep hukum III Newton yang digali sebelum pembelajaran, status sosial
yaitu gaya aksi dan arah gaya aksi, dan gaya ekonomi siswa, pembelajaran, konseptual
reaksi saat anak berjalan. Indikator dan perubahan kontekstual. Secara umum,
pertanyaan pertama yaitu menyebutkan miskonsepsi dapat disebabkan oleh
gaya aksi saat anak berjalan, bentuk beberapa faktor, Fensham, Gunstone &
miskonsepsi siswa adalah badan yang White (1994) mengungkap konsepsi awal
yang dibawa siswa sebelum pembelajaran ke depan sebagai gaya aksi saat berjalan,
IPA dapat berpengaruh pada konsepsi siswa arah gaya aksi saat berjalan searah dengan
dan dianggap sebagai pengetahuan valid gerakan (ke depan), perpindahan/ gerakan
(NAZ & Nasreen, 2013: 197-198). saat berjalan dianggap sebagai gaya reaksi.
Pengalaman yang dimiliki siswa sebelum Jumlah miskonsepsi siswa pada kategori
menerima pembelajaran berbeda-beda tinggi, sedang, dan rendah relatif sama,
sehingga saat penggabungan pengetahuan antara lain: siswa kategori tinggi juga
dengan materi yang disampaikan guru juga memiliki jumlah 10-11 miskonsepsi.
dapat berbeda. Selain itu, dapat juga Namun perolehan belajar rendah memiliki
dipengaruhi oleh teman diskusi siswa yang jumlah miskonsepsi paling sedikit yaitu 7
memiliki konsepsi yang salah (Suparno, indikator pertanyaan. Hal ini terjadi karena
2005), siswa dominan akan berbagi beberapa faktor, misal konsepsi awal siswa,
pengalaman dengan teman sebaya dan pengalaman sehari-hari siswa, konsepsi
konsepsi teman diskusi akan dianggap teman diskusi, perbedaan skema
konsepsi yang benar. pengetahuan bahkan penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa ibu juga ibu siswa.
berpengaruh pada miskonsepsi yang
dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan Saran
penelitian Luciana (2017) miskonsepsi dari Berdasarkan hasil penelitian dan
konteks secara khusus dapat berupa bahasa kesimpulan, penelitian lain disarankan
sehari-hari yang berbeda. Di sisi lain, mengatasi miskonsepsi siswa pada sekolah
bahasa ibu yang digunakan sebagai bersangkutan dalam bahasa ibu dan
pengantar dalam menjawab pertanyaan mengembangkan instrumen wawancara
wawancara juga mempermudah siswa dengan teknik Individual Demonstration
mengembangkan pendapat (UNESCO Interview (IDI) pada materi IPA lain.
Bangkok, 2008: 13). Siswa tidak merasakan
kesan formal selama proses wawancara DAFTAR RUJUKAN
berlangsung. Dengan demikian, Eis, Edy dan Syukran. (2013). Remediasi
penggunaan teknik IDI dalam bahasa ibu Miskonsepsi Siswa Menggunakan
dalam penelitian dapat dinyatakan dapat Mind-scaping tentang Kalor di SMP.
menggali miskonsepsi siswa tentang hukum (Online). (http://jurnal.untan.ac.id,
Newton. diakses tanggal 20 Mei 2017).
Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika Edisi
SIMPULAN DAN SARAN Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Simpulan Hasnawiyah, Wahyono U. & Darsikin.
Berdasarkan hasil penelitian dan (2012). Pemahaman Konsep
pembahasan, dapat disimpulkan teknik Hubungan antara Arah Gaya,
Individual Demosntration Interview (IDI) Kecepatan dan Percepatan dalam Satu
dalam bahasa ibu dapat menggali Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru
miskonsepsi siswa tentang hukum Newton FKIP Univeristas Tadulako. Jurnal
di SMP Negeri 1 Ketapang. Secara khusus Pendidikan Fisika Tadulako. 1 (3):
dapat disimpulkan, bentuk-bentuk 38-44.
miskonsepsi siswa tiap indikator Hidayati, Kana. (2009). Validitas
pertanyaan yaitu: tidak ada gaya yang Instrumen Non Tes dalam
bekerja pada kotak diam, benda diam tidak Penelitian Pendidikan Matematika.
memiliki gaya sehingga resultan gaya juga (Online). (http://eprints.uny.ac.id,
nol, benda diam karena gaya gravitasi dan diakses tanggal 27 Februari 2017).
gaya gesek, arah gaya gesek antara ban dan Hollyah, W. (2013). IPA, Hakikat IPA
mobil berlawanan dengan gerak mobil dan Pembelajaran IPA. (Online).
dengan gerak mobil, badan yang bergerak (http:digilib.uinsby.ac.id/10911/5/Bab
2.pdf/, diakses tanggal 13 Januari NE_INDEX_TERMODIFIKASI,
2017). diakses tanggal 21 Mei 2017).
Karim, S., Kaniawati, I., Fauziah, Y.N. dan Mustaqim, Tri Ade. (2014). Identifikasi
Sopandi, W. (2008). Belajar IPA Miskonsepsi Siswa dengan
Membuka Cakrawala Alam Sekitar Menggunakan Metode Certainty of
Untuk Kelas VIII Sekolah Respone Index (CRI) pada Konsep
Menengah Pertama/ Madrasah Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan.
Tsanawiyah. Jakarta:Pusat Perbukuan Skripsi. Universitas Islam Negeri
Department Pendidikan Nasional. Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kholifah, Siti. (2014). Meningkatkan NAZ, Anjum & Nsreen, Abida. (2013). An
Prestasi Belajar Siswa dengan Exploration of Student’s
Mengunakan Media Gambar pada Misconception about the Concept”s
Mata Pelajaran IPA Kelas 1 MI Imam Classification of Animals at Secondary
Puro Dadirejo Semester Genap Tahun Level and Effectiveness of Inquiry
Ajaran 2013/2014. Skripsi. Method for Concpetual Change.
Universitas Islam Negeri Sunan Journal of Faculty of Educational
Kalijaga, Yogyakarta. Sciences. 46 (2): 195-214.
Lark, Adam. (2007). Student Nursefrianni, Pasaribu M dan Kamaluddin.
Misconceptions in Newtonian (2013). Analisis Pemahaman Konsep
Mechanics. (Online). Siswa SMA Lab- School Palu Pada
(http://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file? Materi Hukum Newton. Jurnal
accesion=bgsu1174931800&dispositi Pendidikan Fisika Tadulako. 2 (4):
on=inline, diakses tanggal 26 Mei 36-41.
2017). Ornay, Anastasia J.D. (2017). Pemahaman
Luciana, Nur Asri. (2017). Analisis pada Miskonsepsi Tentang Konsep
Miskonsepsi Siswa dengan Gerak dan Gaya pada Siswa Kelas XI
Menggunakan Bagan Dikotomi pada IPA SMAN 1 TITEHENA. Skripsi.
Materi Pelajaran IPA Biologi Materi Universitas Sanata Dharma,
Fotosintesis Siswa Kelas VIII SMP Yogyakarta.
Negeri 26 Bandar Lampung. Skripsi. Priyanti, Katarina. (2014). Pemahaman dan
Institut Agama Islam Negeri Raden Miskonsepsi Konsep Gaya yang
Intan, Lampung. Terjadi pada Siswa Beberapa SMP di
Maaslah, Siti. (2016). Penggunaan Media Yogyakarta. Skripsi. Universitas
Gambar Untuk Meningkatkan Prestasi Sanata Dharma, Yogyakarta.
Belajar IPA Kelas V Sub Pokok Rahmi, Azizatur. (2013). Identifikasi
Bahasan Alat Peredaran Darah pada Miskonsepsi IPA/Fisika Berdasarkan
Manusia di MI Ma’arif Tamansari Jenjang Pendidikan (SD, SMP, SMA)
Karanglewas Banyumas Tahun Ajaran Menggunakan Tes Three-tier pada
2014/2015. Skripsi. Institu Agama Pokok Bahasan Gerak dan Gaya.
Islam Negeri, Purwokerto. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana, Lanang. (2015). Deskripsi Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Miskonsepsi Siswa pada Materi Squires, A., Rushworth, P. & Robinson,
Gaya Gesek dengan Certainty of Wood V. (1994). Misconceptions
Respone Index Termodifikasi. about Motion. (Online).
(Online). (http://physicsfirstmo.org/files/Misco
(http://www.academia.edu/DESKRIP nceptions.pdf, diakses tanggal 27 Mei
SI_MISKONSEPSI _SISWA- 2017).
PADA_MATERI_GAYA_GESEK_D Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
ENGAN_CERTAINTY_OF_RESPO Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D). Bandung: s/manuals/english/0101/firstlanguage
Alfabeta. First.pdf, diakses tanggal 21 Januari
Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan 2017).
Perubahan Konsep dalam UNESCO Bangkok. (2008). Improving
Pendidikan Fisika. Jakarta: Grafindo. The Quality of Mother Tongue-
Sutrisno, Leo, Hery Kresnadi dan Kartono. based Literacy and Learning.
(2007). Miskonsespi Siswa Dalam (Online).
IPA. (Online) . (http://unesdoc.unesco.org/image/001
(http://educloud.fkip.unika.ac.id/index 7/001777/177738e.pdf, diakses
.php/ilmu-pendidikan-guru-sekolah- tanggal 21 Januari 2017).
dasar-pengembangan-pembelejaran- Widodo, W., Mintohari & Suryanti. (2013).
ipa-sd, diakses tanggal 13 Januari Berbagai Contoh Miskonsepsi IPA
2017). SD dan Cara Mengatasinya.
Termizkan, Derya. (2003). The Effects of (Online).
Gender on Different Categories of (http:pjjpgsd.unesa.ac.id/6.suplemen-
Student’s Misconception About Force 6-
and Motion. Thesis. The Department ContohMiskonsepsidanRemediasi.pdf
of Secondary Science and , diakses tanggal 26 Mei 2017).
Mathematics Education, Turkey. Wiradana, I Wayan G. (2012). Pengubahan
UNESCO Bangkok. (2005). First Miskonsepsi Siswa SMP Melalui
Language First: Community-based Penciptaan Lingkungan Belajar
Literacy Programmes for Minority Konstruktivis Berbasis Masalah
Language Context in Asia. (Online). Nyata. Jurnal Pendidikan dan
(http://literacyportal.net/china/resurce Pengajaran. 3 (2): 130-140.

Anda mungkin juga menyukai