Tugas Dokter Ilham
Tugas Dokter Ilham
NPM : 2306282455
1. Nutrisi laktasi
Protein g/100 mL
Total 1.1
Casein 0.3
Alfa-lactalbumin 0.3
Lactoferin 0.2
Karbohidrat g/100 mL
Laktosa 7
Oligosakarida 0.5
Mineral
Ca 28
Mg 3
Fe 40
Involusi uterus merujuk pada pengembalian uterus ke ukuran dan bentuk normalnya setelah
melahirkan. Menyusui dapat memengaruhi involusi uterus melalui beberapa mekanisme, di
antaranya:
1. Kontraksi Oksitosin-Induksi:
o Saat menyusui, stimulus fisik seperti bayi menyusu dapat merangsang
pelepasan hormon oksitosin dari kelenjar pituitari ibu.
o Oksitosin memiliki efek kontraksi pada otot-otot uterus. Kontraksi ini
membantu mengurangi ukuran dan membentuk kembali uterus setelah
persalinan.
2. Frekuensi Menyusui dan Pelepasan Oksitosin:
o Frekuensi menyusui dapat memengaruhi sejauh mana oksitosin dilepaskan.
Semakin sering bayi menyusu, semakin sering pula pelepasan oksitosin dan
kontraksi uterus terjadi.
o Kontraksi uterus membantu mengurangi perdarahan postpartum dan
mempercepat pemulihan bentuk uterus.
3. Peningkatan Prolaktin:
o Menyusui memicu pelepasan hormon prolaktin, yang berperan dalam produksi
dan pemeliharaan air susu ibu (ASI).
o Prolaktin juga dapat memberikan efek positif pada involusi uterus dengan
merangsang kontraksi otot-otot uterus.
4. Supresi Ovulasi dan Efek Hormon Laktasi:
o Menyusui eksklusif dapat menyebabkan penundaan ovulasi dan menstruasi,
yang disebut amenore laktasi. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar
prolaktin dan rendahnya hormon gonadotropin yang memengaruhi sumbu
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
o Supresi ovulasi dapat membantu menjaga kontraksi uterus dan mendukung
proses involusi.
5. Kehadiran Bayi dan Sentuhan Fisik:
o Kontak kulit dengan kulit dan sentuhan fisik antara ibu dan bayi selama
menyusui juga dapat merangsang pelepasan oksitosin dan membantu dalam
proses involusi.
6. Efek Jangka Panjang Menyusui:
o Menyusui secara eksklusif dan berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu
setelah melahirkan dapat memberikan efek jangka panjang pada involusi
uterus.
o Menyusui dengan frekuensi yang cukup dapat membantu menjaga kekuatan
kontraksi uterus dan mempercepat pemulihan.
Gambar 1 . Stimulasi reflex hisap bayi untuk pengeluaran oksitosin pada Ibu
Selama menyusui penelitian pada tikus, ekspresi mRNA Kiss1 sangat berkurang di kedua
bagian ARC dan AVPV. Administrasi sentral Kiss1 selama menyusui meningkatkan sekresi
LH, sementara antagonis kisspeptin memblokir secara signifikan pelepasan pulsatile LH pada
tikus. Diketahui bahwa penurunan ekspresi Kiss1, neuropeptida yang dianggap sebagai
penjaga utama sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium, terjadi selama amenore. Meskipun
mekanisme pasti dari perubahan sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium selama menyusui
masih belum jelas, teks menyajikan pandangan bahwa menyusui tetap menjadi stimulus
terpenting dalam mempertahankan efek supresi pada ovarium setelah kehamilan. Tingginya
kadar prolaktin selama menyusui menjadi faktor kunci, dan frekuensi serta durasi menyusui
yang cukup tinggi diperlukan agar fungsi menstruasi dapat kembali normal.
Hiperprolaktinemia menyebabkan penekanan pada neuron Kiss1 di hipotalamus yang
mengontrol pelepasan GnRH secara pulsatil. Gangguan dalam sekresi GnRH yang berdenyut
menghasilkan penurunan frekuensi denyut LH yang sesuai. Sekresi LH yang tidak memadai
dan kurangnya lonjakan pra-ovulasi menghambat perkembangan fase folikuler dalam siklus
menstruasi, yang dapat menyebabkan anovulasi dan amenore.