88-Khotbah Jumat 06 Rabiulawal 1445 H
88-Khotbah Jumat 06 Rabiulawal 1445 H
KHUTBAH PERTAMA
Jika belum, mungkin bukan saatnya lagi kita memposisikan diri sebagai orang-orang yang
lalai? Harusnya kita segera bangkit dan bertaubat, lalu memanfaatkan sisa-sisa umur dan
kehidupan kita pada amalan-amalan kebaikan, yang bisa meninggikan derajat kita di surga kelak.
Hendaknya kita berhenti dari semua jenis kemaksiatan. Karena, kebahagiaan yang kita
rasakan hanyalah kebahagiaan yang menipu, hakikatnya kita terjebak dalam kesesatan hingga
merasakan fatamorgana kebahagiaan sesaat. Saat kita tersadar dari fatamorgana itu, dari khayalan
kebahagiaan itu, ternyata kita dengan segala kemaksiatan dan kelalaian itu hampir saja sudah
berada tepi jurang api neraka, wal’iyadzu billah.
Maka, sebelum semuanya terlambat, ingatlah pesan Allah -Azza wajalla- di dalam al-
Qur’an:
َ ُ َ ُ َ َّ ُ ُ َ َ ۡ ُ ُ َ ۡ َ َ ۡ َ ُ َ ْ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َٰ ْ ٓ ُ َ َ
وأن ِيبوا إَِل ربِكم وأسل ِموا لۥ مِن قب ِل أن يأتِيكم ٱلعذاب ثم َل تنَصون
Terjemahnya: “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar ayat
54).
Ini adalah pesan indah dari Allah –Azza wajalla- kepada hamba-hamba-Nya. Pesan yang
seharusnya menjadi bahan renungan kita semua, saat kita duduk, berjalan atau dalam keadaan
berbaring. Pesan yang sebenarnya juga mengandung ancaman dari-Nya. Maka, sebelum semuanya
terlambat dan kita tidak dapat tertolong lagi, kembalilah sesegera mungkin, karena kematian tidak
menunggu taubat-taubat yang hendak kita lakukan.
Sebelum semua itu terjadi, sebelum kita semua ditanya oleh Allah Sang Pencipta alam
semesta, “Umurmu untuk apa kau habiskan, masa mudamu dengan apa engkau lalui, dan masa
sehatmu engkau gunakan untuk apa?”, serta berbagai pertanyaan lainnya yang begitu menakutkan,
saatnyalah kita bertaubat lalu memperbaiki diri. Berhenti dari segala jenis aktifitas maksiat kita
lalu membiasakan diri untuk tunduk dan bersimpuh sujud pada Sang Penguasa hari kemudian.
Karena pada hari itu, saat tidak ada lagi yang dapat menolong kecuali Dia Rabbul ‘Alamin,
saat harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, saat semua orang hanya sibuk memikirkan nasib
dirinya sendiri, hingga seseorang lari dan tidak peduli lagi pada saudaranya, ibunya, bapaknya,
anaknya dan seluruh kerabat-kerabatnya. Ia hanya memikirkan akhir dan hasil dari
penghisabannya. Memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya saat ia berdiri dalam keadaan
tidak mengenakan sehelai benangpun di hadapan Allah -Azza wajalla-, menunggu hasil dari apa
yang ia lakukan selama di dunia ini.
Benarlah apa yang dikatakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alaihi
wasallam-:
ي بّّه َ ت فَّإن
ٌّ َّك ََْم ّز ّ َ ت فَّإن
َ َو ْاع َم ْل َما شْئ،َُّك َم َفا ّرقُه َ َحبَـْب ْ َّحب
ْ ب َم ْن أ َ ت فَّإن
ٌ َّك َميّه
ْ َوأ،ت
ّ
َ ش َما شْئ
ّ
ْ ع،ََي ُُمَ َّم ُد
Artinya: “Wahai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, engkau pasti akan mati. Cintailah
manusia sesuka hatimu engkau pasti akan berpisah juga dengannya. Beramallah sesuka hatimu,
engkau pasti akan mendapatkan balasan darinya.” (HR. Hakim).
Sifat manusia memang lebih condong pada keinginan untuk mendapatkan nikmat yang
disegerakan. Hanya saja, sebagian manusia mudah mengabaikan nikmat yang ditunda
pemberiannya, lalu berfantasi dengan nikmat sesaat yang disegerakan itu. Allah –Ta’ala-
berfirman:
Oleh karenanya, agar kita tidak terlenakan oleh nikmat yang disegerakan berupa
kenikmatan kehidupan dunia, Allah -Azza wajalla- memberikan solusi agar kita selamat darinya.
Allah -Azza wajalla- berfirman:
َ َ ُۡ َ
ٞك َخ ۡۡي ۡ َ َ ۡ ُّ ٰ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ ٗ ٰ َ ۡ َ ٓ َ َ َ َ َّ َ َ
َوَل ت ُم َّدن ع ۡين ۡيك إ ِ َٰل َما َم َّت ۡع َنا بِهِۦ أزوجا مِنهم زهرة ٱۡليوة ِ ٱدلنيا ِلِ فتِنهم فِي ِۚهِ ورِزق ر ِب
ۡ ُ َ
َ
ٰ َ َوأ ۡب
ق
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji
mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha ayat
131)
Cara agar kita selamat dari ujian kehidupan dunia ini adalah tidak memandang takjub pada
keindahan dunia ini, karena hakikatnya ia hanyalah kenikmatan sementara dan keindahan yang
Dunia ini tidak lebih bernilai di sisi Allah -Azza wajalla- daripada sehelai sayap nyamuk.
Sekiranya, nilainyapun sama dengan sehelai sayap nyamuk itu, niscaya orang-orang kafir tidak
akan meneguk air walau setetes. Rasululullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
Artinya: “Sekiranya dunia ini nilainya seperti sebilah sayap nyamuk, niscaya seorang yang
kafir tidak akan minum darinya walaupun seteguk saja.” (HR. Tirmidzi)
Olehnya, jangan habiskan waktu kita untuk mencari kebahagiaan sesaat saja di dunia ini.
Pikirkanlah apa yang harus kita persembahkan esok di hadapan Allah –Azza wajalla-. Jangan kita
halalkan segala cara untuk meraih kenikmatan sesaat itu, hingga berani menerobos batas-batas
syariat yang dilarang oleh Allah –Azza wajalla-. Mari kita ingat kembali, bahwa Adam dan hawwa
dikeluarkan dari surga hanya karena kenimatan sesaat yang ingin mereka rasakan, mendekati
pohon yang dilarang oleh Allah, hingga pada saat mereka merasakan buahnya, Allah –Azza
wajala- mengeluarkan mereka dari surga-Nya.
Maka, sebelum semuanya terlambat, sebelum tiba saatnya ketika kita tidak mampu lagi
Kehidupan kita di dunia ini adalah untuk mencari bekal kehidupan akhirat, ia sangatlah
berpengaruh dengan posisi kita pada hari kiamat nanti. Maka jangan lalai, jangan terpedaya pada
janji-janji syaitan lalu melupakan janji Allah -Azza wajalla- yang tidak pernah mengingkari janji-
Nya. Allah -Azza wajalla- berfirman:
Semoga Allah karuniakan pada kita semua hidayah dan taufik-Nya, hingga kita semua
berpisah dari dunia ini dalam keadaan husnul khatimah. Aamin Allahumma Aamiin.
َستَـ ْغ ّف ُر ّ
ْ ت َما ََس ْعتُ ْم َوأ
ّ اْلّك ّ ّ ّّ ّ ّ ّ ُّ اب و
َ ْ السنَّة َونـَ َف َع ِّن َوإ ََي ُك ْم ِبَا فيه َما م َن الع ْل ّم َو
ُ قُـ ْل،ْمة ّ ّ
َ ََِب َرَك للاُ ِّل َولَ ُك ْم ِّف الكت
.الرّحْي ُم
َّ إّنَّهُ ُه َو الغَ ُف ْوُر،للاَ ِّل َولَ ُك ْم
اْلَ ْم ُد هللّ َعلَ ْى إّ ْح َساْنّّه َ ،والْ ُّشك ُْر لَهُ َعلَ ْى تَـ ْوفّْي ّق ّه َو ْامتّنَاْنّّه َ ،وأَ ْش َه ُد أَ ْن الَْ إّلَهَ إَّّالْ للاُ تَـ ْع ّظْي َماً لّ َشأْنّّه ،
ْ
خوانّّهصلَّى للا َعلّْي ّه و َعلَى آلّّه وأ ْ ّّ ّ َن ُُم َّم َداً عب ُده ورسولُه الْ َّداْ ّعي إّ ََل ّر ْ ّّ
َوأَ ْش َه ُد أ َّ َ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ
َص َحاْبه َوإ َ َ ْ َ ض َواْنه َ ُ ْ ْ
اْلُ ْم َع ّة فَـيا اَيـُّها النَّاس اّتـَّ ُقوا َاهلل تَـعاَل وذَروا الْ َفو ّ
احش ماظَهر وما بطَن ،وحافّ
اع ّة َو ُح ُ
ض ْوّر ْ لى الطَّ َ
َ ع
َ ا
و ْ ظ
ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ََُ َ ُ َ َ
اع ّة.
اْلَ َم َ
َو ْ
…Jamaah Jumat yang berbahagia
Di hari jumat yang mulia ini, marilah kita memperbanyak salawat dan salam kepada
baginda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Allah dan malaikat juga