Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAD BEBERAPA TINDAK PIDANA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Hadis Ahkam

Ibnu Jazari , Drs , M.HI

Disusun Oleh :

1. Imaida Ayu Faradilla (22101012008)


2. Rizki Akbar (22101012

Program Studi Hukum Keluarga Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Malang
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas Kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai . Tidak lupa kami mengucapkan salam kepada
Nabi besar kita Nabi Agung Nabi Muhammad S.A.W yang mana dari beliau diturunkannya
sumber dari segala sumber hukum Islam yang terus di telaah yang di pelajari dari masa
sahabat sampai akhir zaman nanti .

Terima kasih Kepada Bapak Ibnu Jazari , Drs , M.HI , yang telah membimbing dan
mengarahkan kami , sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan benar . Dan
terima kasih juga kepada teman-teman kelompok atas kerja kerasnya dan kontribusi - nya
yang sangat berarti demi tersusunnya makalah ini tanpa suatu hambatan apa-pun .

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca , Bahkan kami harap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa menjadi bekal
untuk masa depan .

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................


B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Had Zina............................................................................................................
B. Had Pencurian...................................................................................................
C. Had Peminum Khamar....................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

A. Penutup..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Had yaitu tindak pidana yang mana sanksi pidananya sudah diatur sedemikian
rupa dalam Nash Al-Qur’an dan Al-Hadis. Had juga berarti hukuman – hukuman
kejahatan yang telah ditetapkan oleh Syara’ untuk mencegah terjerumusnya
seseorang kepada kejahatan yang sama dan menghapus dosa seseorang. Had juga
ada beberapa macam contohnya yaitu Zina , Qazaf , Mencuri , Hirabah , Murtad ,
Al-Bagyu , Dan Meminum minuman keras .
Kepada wali umur (Penguasa) untuk menerapkan kepada seluruh rakyatnya
berdasarkan dalil dari Al-Qur’an Sunnah & Ijma’ . Tidak ada yang menjamin
hudud kecuali imam , kepala negara , atau wakilnya (aparat pemerintah yang tugas
darinya) .

B. Rumusan Masalah
a) Apa Pengertian Had zina
b) Apa Pengertian Had Pencurian
c) Apa Pengertian Had Peminum Khamar

C. Tujuan
1) Dapat Mengetahui & Memahami apa itu Had zina
2) Dapat Mengetahui & Memahami apa itu Had Pencurian
3) Dapat Mengetahui & Memahami apa itu Had Peminum Khamar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Had Zina
Zina adalah dosa besar yang paling besar setelah pembunuhan . Ada dikatakan , Zina
lebih besar dosanya daripada pembunuhan . Sang Imam Atau Wakil Imam bukan
selainnya , lain halnya menurut Al-Qaffal Wajib menjilid (memukul , menyambuk)
orang lelaki mukalaf merdeka yang melakukan Perzinaan dengan memasukkan
Hasyafah (kepada dzakar) atau seukur Hasyafah bagi orang yang tidak punya
Hasyafah ke dalam farji orang hidup baik kubul atau dubur orang lelaki maupun
wanita , dalam keadaan mengetahui keharaman perbuatan itu . Maka tidak bisa
dikenakan hukuman Had lantaran melakukan Mufakhdzah (homo seksual =
menjepitkan dzakar pada dua paha orang lain) , Musahaqah (lesbian = memasukkan
tulang pinggul orang lain ke dalam farji) , dan beronami memakai tangan sendiri atau
tangan selain istrinya . Tetapi pelaku tersebut di kenakan Ta’zir .
Jika melakukan perzinaan dengan menduga kehalalan diperbuatnya , sebagaimana
dia mendakwakan kehalalannya serta baru saja mengenal Islam atau hidup terasing
jauh dari Ahli Agama Islam atau ada dikatakan halalnya oleh orang yang bisa dibilang
Ulama’ . Lain halnya (maksudnya tidak di kenakan Had) lantaran Kesyubhatan Wathi
oleh Ulama’ sekalipun ia tidak taqlid kepada Ulama’ ini , seperti diperbolehkannya
nikah tanpa wali seperti pada Mazhab Abu Hanifah atau nikah tanpa saksi seperti
Mazhab Malik. Lain halnya (berarti dikenakan Had) nikah tanpa Wali dan Saksi
sekalipun ada dinukil kebolehannya dari Dawud Adh-Dhahiriy . Dan (tidak dikenakan
Had) pada semacam nikah Mut’ah .
Demikian dikatakan oleh Al-Mawardiy adalah dikenakan hukuman Had (lantaran
menggauli) wanita yang disewa untuk di zinahi , karena tiada kesyubhatan lantaran
aqad yang batal seperti itu adalah tidak bisa teranggap (Shah Komplikasinya) dalam
satu wajah (manapaun) . Pendapat Abu Hanifah bahwa hal itu Syubhat adalah
disingkirkan oleh Ijma’ yang menyatakan bahwa hal itu (perzinaan dengan wanita
sewaan) tidak menetapkan adanya wanita Nasab. Berdasar Ijma’ itu maka dasar
pendapat abu Hanifah adalah lemah dan perselisihannya diabaikan . Demikian pula
dikenakan hukuman Had dalam (menggauli) wanita yang di Ibahahkan (dinyatakan
boleh untuk digauli) karena ibahah di sini adalah tidak menjadi .
Ada paun Had yang dikenakan pada budak Pezina Muhshan atau tidak Muhshan
atau masih Perawan atau Pejaka , sekalipun budak Muba’adl , maka adalah separuh
Had dan pengasingan orang Merdeka. Maka dijilid 50 kali pukulan dan diasingkan
setengah tahun. Pezina tidak boleh dijilid juga di rajam menurut Jumhur Ulama’
(Sunnah) ditawarkan kepada Pezina muhshan untuk bertaubat agar keadaan taubat itu
menjadi akhir hayatnya , dan diperintah menunaikan Shalat yang telah masuk
waktunya , dituruti permintaan minumnya bukan permintaan makan dan permintaan
Shalat dua raka’at .Muhshan adalah orang Mukalaf merdeka yang telah pernah wathi
atau di wathi pada kubul di dalam pernikahan yang sah , walaupun dalam keadaan
tengah haid. Maka kemusnahan tidak terjadi pada anak kecil , orang gila , budak yang
pernah wathi dalam pernikahan , dan pada orang yang telah pernah wathi pada budak
atau dalam pernikahan Fasid , kemudian melakukan Zina . Wajib pelaksanaan Rajam
sebagaimana pula Qawad ditunda demi (menantikan) kelahiran kandungannya dan
melepas anak susuannya.
Perzinaan bisa ditetapkan adanya Ikrar Hakiki yang terperinci dalam masalah
persaksian sekalipun dengan cara isyarat orang bisu jika setiap orang bisa
memahaminya atau sekalipun hanya dikatakan sekali . Hukuman Had menjadi gugur
apabila seseorang Ikrar bahwa telah melakukan Perzinaan lalu mencabut kembali
Ikrarnya itu sebelum dimulai pelaksanaan Had atau sesudah dimulai dengan semacam
katanya “saya berkata dusta” atau “saya tidak berzina” sekalipun setelah itu
mengatakan “saya dusta pencabutan kembali Ikrarku atau dengan katanya “adalah
saya bermufakhadzah lalu saya kira zina” sekalipun keadaan dirinya tampak berkata
bohong , menurut yang dianggap Dhahir oleh Guru kita .

B. Had Pencurian
Mencuri menurut bahasa adalah mengambil milik orang lain tanpa izin , sedangkan
menurut istilah mencuri adalah perbuatan orang mukalaf mengambil harta orang lain
secara sembunyi – sembunyi mencapai jumlah satu nisab dari tempat simpanannya
dan orang yang mengambil itu tidak memiliki andil kepemilikan terhadap barang
yang di ambil , mencuri hukumnya yaitu Haram .
Dalil Naqli tentang Mencuri

‫َو اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل َو ُتْد ُلوا ِبَها ِإَلى اْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلوا َفِريًقا ِم ْن َأْم َو اِل الَّناِس ِباِإْل ْثِم َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Yang artinya : “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
diantara kamu dengan jalan yang Bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim , supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa , padahal kamu mengetahui” ( Q.S Al-
Baqarah:188).
Mencuri termasuk salah satu dosa besar yang di haramkan oleh Allah , dalam
firmannya “ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah
tangan keduanya (sebagai) pemabalasan dari apa yang telah mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah , dan Allah maha Perkasa dan Maha Bijaksana”.
Mencuri dapat dibuktikan dengan salah satu dua pembuktian yaitu pengakuan
pelakunya yang disampaikan secara terang-terangan bahwa dirinya telah mencuri ,
dan pengakuan nya tersebut disampaikan tanpa adanya pemukulan atau ancaman ,
atau kesaksian dua yaitu dua orang saksi yang adil yang bersaksi bahwa tersangka
telah mencuri .
Adapaun yang dipotong adalah Pergelangan tangan kanan mulai dari persendian ,
karena Abdullah bin Mas’ud RA membacakan ayar Al-Qur’an “maka potonglah
tangan kanan keduanya” kemudian dicelupkan ke dalam minyak yang mendidih
untuk menutup lubang urat supaya darahnya berhenti mengalir. Potong tangan
tidak diperbolehkan pada pencurian harta yang tidak disimpan di tempat
penyimpanan , atau harta yang jumlahnya tidak mencapai seperempat dinar atau
buah-buahan yang ada diatas pohon , atau buah kurma yang masih ada di atas
pohon.

C. Had Peminum Khamar


Had minum minuman keras Sang Imam atau Wakil Imam (Wajib) Menjilid orang
Mukalaf yang bebas berbuat yang mengetahui keharaman Khamar yang minum
Khamar bukan untuk Pengobatan . Hakekat Khamar menurut sebagian besar para
Ash-Habuna adalah air hasil perasan anggur yang memabukkan walaupun tidak
tumpah dengan membuih. Maka keharaman selain Khamar (perasan air anggur)
adalah sebagai hukum Qiyasnya , dalam arti dipastikan tidak disebutkannya apa yang
akan dikemukakan di belakang (yaitu hadis riwayat Muslim).Dan menurut segolongan
kecil Ash-Habuna (hakekat Khamar) adalah setiap (cairan) yang memabukkan . Akan
tetapi orang yang menganggap halal terhadap minuman memabukkan yang terbikin
dari selain air anggur adalah tidak dihukumi kufur , sebab ada diperselisihkannya dari
segi jenisnya karena menurut pendapat segolongan Uama’ adalah halal jika hanya
sedikit .
Adapun minuman memabukkan dengan nyata maka adalah Haram Ijma’ Ulama’
sebagian yang di hikayatkan oleh Ulama’ Ulama’ bermadzhab Hanafi sebagai
kelebihan dari Ulama’ selain mereka . Lain halnya dengan orang yang menganggap
halalnya minuman memabukkan yang terbikin dari anggur yang murni serta sebelum
termasak sekalipun hanya satu tetes , karena yang akhir ini adalah disepakati Ulama’
(mengenai haramnya) secara pasti . tidak termasuk dalam batasan – batasan diatas
(mukalaf , bebas berbuat , tahu hukumnya , bukan untuk obat) , yaitu yang bertolak
belakang dengan batasan batasan tersebut . Maka hukuman Had tidak dikenakan atas
orang yang bersifat dengan hal hal yang bertolak belakang itu , berupa anak kecil ,
orang gila , orang terpaksa dan orang yang tidak mengetahui keharamannya atau tidak
mengetahui bahwa itu adalah yang namanya khamar , jika baru saja mengenal Islam
atau hidup terasing jauh dari Ulama’.
Faedah segala minuman yang bisa memabukkan dalam jumlah banyak baik itu
berupa Khamar atau bukan adalah diharamkan dalam jumlah sedikit maupun banyak
sebagai berdasarkan Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim : segala yang
memabukkan adalah haram , dan hadist riwayat Muslim : setiap yang memabukkan
ialah Khamar dan setiap Khamar adalah haram .
Had peminum Khamar adalah 40 kali jilidan jika peminum itu orang yang
merdeka . Maka ada disebut dalam riwayat Muslim dari Anas bin Malik , adalah Nabi
Saw , memukul 40 kali dalam (peminuman) Khamar memakai pelepah Kurma dan
beberapa sandal . Tidak termasuk orang merdeka yaitu Budak walaupun Muba’adl .
maka untuk budak dikenakan jilid 20 kali pukulan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Zina adalah dosa besar yang paling besar setelah pembunuhan . Ada dikatakan ,
Zina lebih besar dosanya daripada pembunuhan . Sang Imam Atau Wakil Imam
bukan selainnya , lain halnya menurut Al-Qaffal Wajib menjilid (memukul ,
menyambuk) orang lelaki mukalaf merdeka yang melakukan Perzinaan dengan
memasukkan Hasyafah (kepada dzakar) atau seukur Hasyafah bagi orang yang
tidak punya Hasyafah ke dalam farji orang hidup baik kubul atau dubur orang
lelaki maupun wanita , dalam keadaan mengetahui keharaman perbuatan itu .
Mencuri menurut bahasa adalah mengambil milik orang lain tanpa izin ,
sedangkan menurut istilah mencuri adalah perbuatan orang mukalaf mengambil
harta orang lain secara sembunyi – sembunyi mencapai jumlah satu nisab dari
tempat simpanannya dan orang yang mengambil itu tidak memiliki andil
kepemilikan terhadap barang yang di ambil , mencuri hukumnya yaitu Haram .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bin Ali bin Hajar a-Asgalani Fath Al-Bari

Anda mungkin juga menyukai