Rev 1 PROPOSAL CINDY
Rev 1 PROPOSAL CINDY
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
2023
A. JUDUL PENELITIAN
Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan diwilayah Sumber Jambe Kabupaten JEMBER, Jawa
Timur.
Penilitian ini bukan penelitian multi senter sehingga tidak memerlukan persetujuan
B. IDENTIFIKASI
2.1 CV Peneliti
DATA PRIBADI
1. Nama :
2. NIM :
4. Jenis Kelamin :
5. Agama :
6. Alamat :
7. No Telp/HP :
8. Pekerjaan :
9. Program Studi :
10. Fakultas :
11. Institusi :
12. Alamat Institusi :
Anggota Peneliti 1 :
Jenis Kelamin :
NIK :
Institusi :
No. Telp/Email :
Anggota Peneliti 2 :
Jenis Kelamin :
NIK :
Institusi :
No. Telp/Email :
Dalam penelitian ini tidak memiliki lembaga sponsor dan peneliti menggunakan biaya
pribadi.
C. PROTOKOL PENELITIAN
3.1 Ringkasan
usia dimana seseorang tersebut belum mencapai usia dewasa. Undang-undang tentang
perkawinan telah mengatur batas minimal usia perempuan dan laki-laki yang akan
pasal 7 menyatakan bahwa perkawinan hanya dizinkan bila pihak pria mencapai umur 19
tahun dan pihak perempan sudah mencapai usia 16 tahun (Haidar, 2019). Remaja yang
memutuskan untuk menikah pada usia dibawah 19 tahun dipengaruhi oleh beberapa
faktor, bisa dari diri pribadi maupun luar pribadi. Memutuskan suatu tindakan merupakan
sebuah perilaku dimana sebelumnya diawali dengan niat. Niat dapat diprediksi
Usia pernikahan yang kurang dari usia minimal menikah disebut dengan
pernikahan dini dengan kategori usia <19 tahun Berdasarkan data pernikahan di bawah
usia 18 tahun di berbagai negara seperti Amerika sebesar 90 %, Asia Timur sebesar 62%,
dan Pasifik sebesar 53 % (Arthur & Earle, 2018). Sedangkan pada rentang usia 15-19
yang telah menikah memiliki angka 11,7% jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
laki-laki muda berusia 15-19 tahun sejumlah 1,6 % (Hadi & Sunarko, 2017). Pada
pernikahan dini proporsi menikah sebelum umur 18 tahun pada 2020 di indonesia yaitu
10,35%, jawa timur dengan usia perempuan menikah sebelum usia 18 tahun pada 2020
sebesar 10,67 %. Sedangkan pada kabupaten jember tahun 2020, ada 600 dari sekitar
21.000 pernikahan di antaranya melibatkan anak perempuan di bawah 19 tahun selain itu,
400 pernikahan di antaranya melibatkan anak laki-laki di bawah 19 tahun. Di
Sumberjambe riwayat pernikahan usia dini pada tahun 2020 perkawinan anak usia.
angka pernikahan usia muda di pedesaan memang lebih besar dibandingkan di perkotaan.
Perbandingan yang didapatkan untuk kelompok yang menikah di usia muda (umur 15-19
tahun) sebanyak 5,28% terjadi di perkotaan dan 11,88% terjadi pedesaan. Pernikahan usia
dini yaitu pada saat kehamilan, dapat menjadi faktor penyebab terjadinya keguguran,
anemia, dan keracunan kehamilan. Pada saat persalinan dan nifas, dapat menyebabkan
terjadinya persalinan prematur dan mudah terjadi infeksi sedangkan dampak yang
ditimbulkan pada bayi yang dilahirkan, yaitu Bayi Berat 2 Lahir Rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan bahkan berisiko terjadinya kematian ibu dan kematian bayi. Risiko
terjadinya kematian ibu dan bayi pada perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun
50% lebih tinggi dibandingkan pada perempuan yang menikah diusia 20 tahun keatas
(Nainggolan, 2019).
faktor sikap, faktor norma subjektif, dan faktor kontrol perilaku pernikahan ini dilakukan
oleh perempuan dan laki-laki yang belum mencapai syarat ideal untuk melangsungkan
suatu pernikahan atau perkawinan. Adapun factor yang menjadi pendorong terjadinya
perkawinan dini yang sering ditemui di lingkungan masyarakat kita yakni factor ekonomi
(kemiskinan), factor pendidikan (putus sekolah), faktor orangtua (perjodohan), factor
media massa (situs dewasa/pergaulan bebas), dan factor adat/budaya (sudah baliqh
Hal ini diduga karena berbagai factor yang diantaranya yakni factor ekonomi,
sosial dan budaya. Alasan ekonomi yakni solusi paling cepat dengan menikahkan
anaknya, karena dengan adanya keluarga baru maka dihadapkan dapat membantu status
bahwa semakin cepat anak perempuan menikah maka semakin baik. Sedangkan alasan
budaya, yakni diduga masih ada beberapa daerah terpencil di Indonesia yang
melangsungkan pernikahan diusia muda dimana hal tersebut lumrah meskipun tidak
sesuai dengan ketetapan undangundang perkawinan tahun 1974 pasal 7 yakni seseorang
diperbolehkan menikah pada usia minimal 16 tahun bagi perempuan dan minimal 19
tahun bagi laki-laki. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka secara umum rumusan yang akan di teliti “Hubungan Norma
Bondowoso”.
Menurut peneliti, isu-isu etik dalam penelitian ini difasilitasi dengan Lembar
penelitian termasuk juga penjelasan tentang hak responden terkait Anatonimity dan
responden dalam penelitian. Confidentiality yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari
responden tetap dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dengan cara melampirkan data
E. KAJIAN PUSTAKA
perilaku manusia. Secara psikologis, sifat perilaku manusia dapat dipertimbangkan dan
keperilakuan lainnya. Theory of Planned Behavior merupakan teori perilaku yang dapat
mengenali bentuk keyakinan seseorang, terhadap kontrol atas sesuatu yang akan terjadi dari
hasil perilaku. Dari sinilah, perbedaan perilaku, antara seseorang yang berkehendak, dengan
yang tidak berkehendak, dapat dibedakan (Busia, 2015). Teori perilaku terencana
membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief) yaitu behavioral belief, normative belief,
dan control belief, dimana hal tersebut terkait dengan konstruksi sikap (attitude), norma
subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control)
Hal tersebut cukup bisa dikatakan bahwa semua keyakinan mengasosiasikan perilaku
menarik dengan atribut dari beberapa jenis, baik itu suatu hasil, harapan normatif, atau
sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku. Dengan demikian, mungkin untuk
ukuran keseluruhan perilaku disposisi. Keberatan utama untuk pendekatan seperti itu adalah
bahwa hal itu mengaburkan perbedaan yang menarik, baik dari teori dan dari sudut pandang
praktis. Secara teoritis, evaluasi pribadi dari perilaku (attitude), perilaku sosial yang
control) adalah konsep yang sangat berbeda masing-masing memiliki tempat yang penting
2.1.2 Sikap
Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku, yang mencerminkan
Kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan
berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya baik secara positif
konsekuensi dari suatu perilaku (behavioral beliefs), yang dilihat berdasarkan hasil evaluasi
dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan
tertentu. Norma subjektif diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik
menjadi acuan bagi seseorang untuk setuju atau tidak setuju dalam menampilkan suatu
juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia beranggapan bahwa orang yang dianggap penting baginya,
berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa
pasangan, sahabat, dokter dan sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan cara menanyai
responden untuk menilai apakah orang yang dianggap penting tadi cenderung akan setuju
atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud (Achmat, 2015).
kemudahan atau kesulitan yang akan dialaminya dalam melaksanakan perilaku. Control
perilaku merupakan control yang dimiliki oleh individu dalam berperilaku ketika individu
menilai kondisi eksternal. Dalam TPB, kontrol perilaku yang dirasakan merupakan sesuatu
yang menggambarkan tingkat kontrol kehendak internal yang paling rendah. Hal ini timbul
karena individu seringkali dipenngaruhi oleh tingkat keyakinan dirinya akan kemampuannya
individu dalam menganalisis ketersediaan sumber daya dan kesempatan yang mendukung
tidak jarang pula membutuhkan sumber daya yang minim. Selain itu kontrol perilaku juga
berhubungan dengan sesuatu yang dirasakan yang seringkali memiliki tingkat relativitas.
Sesuatu yang dirasakan sebagai sulit atau mudah berada dalam suatu batasan contimum yang
tidak stabil dan akan berubah sesuai dengan kondisi dan situasi. Dalam pemikiran umum,
dilanjutkan dengan masa remaja tengah usia 15-17 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun
(Hurlock, 2011). Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
seksual (Sarwono, 2011). Pada tahap tersebut remaja mengalami banyak perubahan baik
secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada
Tahapan remaja menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap, yaitu :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun, pada tahap ini remaja masih heran akan
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, ingin bebas, mulai berfikir abstrak dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti
membutuhkan teman-teman, remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya,
ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Pada fase remaja madya ini mulai timbul
keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual
c. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun merupakan tahap konsolidasi menuju periode
dewasa yang ditandai dengan pencapaian 4 hal, yaitu minat yang makin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelektual, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,
egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri, tumbuh “dinding” yang
Faktor yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja adalah adanya perubahan
a. Perkembangan fisik, pada remaja putri terdapat tampak perubahan bentuk tubuh seperti
tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan pada remaja
wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama (menarche), hal ini menunjukkan
bahwa remaja putri telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar
b. Perkembangan emosi, erat kaitannya dengan perkembangan hormone dan ditandai dengan
emosi yang sangat labil. Remaja ketika marah bisa meledak-ledak, jika sedang gembira
terlihat sangat ceria dan jika sedih bisa sangat depresif, ini adalah kondisi yang normal
masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis. Dalam menyelesaikan masalah, remaja
dapat mencari solusi dan jalan keluarnya secara efektif, remaja juga mampu berpikir secara
d. Perkembangan psikososial, pada masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis, minat
Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan
perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri.
Pernikahan usia dini (early mariage) merupakan suatu pernikahan formal atau tidak
formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun (UNICEF, 2018). Pernikahan usia dini adalah
pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita, yang umur keduanya
masih dibawah umur minimum yang diatur oleh undang-undang (Rohmah, 2019). Pernikahan
dini adalah pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia produktif yaitu kurang
dari 20 (dua puluh ) tahun pada wanita dan kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun pada pria.1
No.1/1974 sebagi hukum positif yang berlaku di Indonesia, menetapkan bahwa perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.2 jadi pernikahan dikatakan sebagai
pernikahan dini jika salah satu pasangan pernikahan usianya masih dibawah 19 (sembilan
belas) tahun.
Pernikahan dini merupakan perkawinan dibawah umur, dalam hal ini persiapan
seorang anak atau remaja belum sepenuhnya maksimal, baik dalam persiapan mental, psikis,
bahkan materinya. Ketika pernikahan dilakukan di usia dini, remaja belum cukup memiliki
konflik yang baik sehingga hal tersebut akan menimbulkan pertengkaran dalam keluargan dan
faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, budaya dan adat, kemauan sendiri, dan pergaulan
bebas. Secara lebih detail berikut penjelasan faktor-faktor pernikahan dini yaitu (Kusuma,
2018):
a) Faktor ekonomi
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan dini,
pada usia muda. Pernikahan ini merupakan solusi bagi kesulitan ekonomi keluarga,
akan sedikit dapat mengatasi kesulitan ekonomi. Disamping itu masalah ekonomi
yang rendah dan kemiskinan menyebabkan orang tua tidak mampu mencukupi
memutuskan untuk menikahkan anaknya dengan harapan lepas tanggung jawab untuk
b) Faktor pendidikan
Pendidikan remaja memiliki hubungan sebab akibat terhadap kejadian pernikahan
dini, semakin rendah pendidikan remaja maka semakin beresiko untuk melakukan
pernikahan usia dini karena kurangnya kegiatan atau aktifitas remaja sehari-hari
sehingga remaja memilih melakukan pernikahan usia dini. Begitu juga sebaliknya
semakin tinggi pendidikan remaja maka semakin lama untuk melakukan pernikahan,
sehingga remaja terhindar dari pernikahan usia dini. Jadi tingkat pendidikan yang
rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang remaja dapat mendorong
pernikahan dini. Misalnya keyakinan bahwa tidak boleh menolak pinangan seseorang
pada putrinya walaupun masih dibawah umur usia 18 (delapan belas) tahun, karena
hal tersebut akan dianggap menghina pihak yang melamar sehingga hal tersebut
menyebabkan orang tua menikahkan putrinya. Selain itu pada beberapa keluarga
tertentu, dapa dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan menikahkan anaknya
pada usia muda, dan hal ini berlangsung terus menerus, sehingga anak-anak yang ada
pada keluarga tersebut secara otomatis akan mengikuti tradisi tersebut. Jadi kebiasaan
di usia dini. alasan mereka menikah di usia dini agar tidak dikatakan perawan tua, dan
orang yang di lamar dilarang menolak karena bisa menimbulkan sulit mendapat
jodoh.
memperjelas status anak yang dikandung. Pernikahan ini memaksa mereka menikah
dan bertanggung jawab untuk berperan sebagai suami istri serta menjadi ayah dan
ibu, sehingga hal ini berdampak pada penuaan dini, karena mereka belum siap lahir
batin. Disamping itu, dengan kehamilan anak diluar nikah membuat ketakutan orang
tua, sehingga hal tersebut mendorong orang tua menikahkan anak pada usia muda.
Jadi hamil di luar nikah menjadi salah satu faktor anak menikah di usia muda, karena
orang tua khawatir terhadap persepsi masyarakat dilingkunganya dan hal tersebut
membuat orang tua menikahkan anaknya di usia dini, untuk menutupi aib keluarga.
e) Faktor orangtua
Pernikahan dini juga dapat disebabkan karena pengaruh bahkan paksaan orang tua.
Ada beberapa alasan orang tua menikahkan anaknya secara dini, karena khawatir
anaknya terjerumus dengan pergaulan bebas dan berakibat negatif, orang tua ingin
dengan anak saudara dengan alasannya agar harta yang dimiliki tidak jatuh ke orang
lain, tetapi tetap dipegang oleh keluarga. Faktor pendidikan orang tua juga sangat
berpengaruh dalam pernikahan dini, semakin rendah pendidikan orang tua maka
Menurut Indiasar (2019) setiap tindakan manusia pasti memiliki dampak positif
maupun dampak negatif. Seperti halnya pernikahan dini juga memiliki dampak positif
Anak remaja yang usianya dibawah 18 (delapan belas) tahun sering kali belum
mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan
mereka yang rendah. Hal tersebut menyebabkan anak yang sudah menikah masih
menjadi tanggung jawab keluarga khususnya orang tua dari pihak laki-laki (suami).
Akibatnya orang tua memiliki beban ganda, selain menghidupi keluarga, mereka
juga harus menghidupi anggota keluarga baru. Kondisi ini akan berlangsung secara
b) Dampak kesehatan
Menikah muda memiliki risiko tidak siap melahirkan dan merawat anak, dan
apabila mereka melakukan aborsi, maka berpotensi melakukan aborsi yang tidak
aman dan dapat membahayakan keselamatan bayi dan ibunya sampai kepada
kematian. Jadi pernikahan yang dilakukan di usia dini dapat menimbulkan bahaya
bagi wanita. Pada saat hamil dan melahirkan organ reproduksi belum siap. Sehingga
cukup besar
c) Dampak psikologis
Bagi pelaku pernikahan di bawah umur secara psikis mereka belum siap, karena
pada usia tersebut mereka pada dasarnya masih ingin bebas seperti teman-teman
yang lain, pergi sekolah dan bekerja tanpa tanggung jawab terhadap suami ataupun
anak. Mereka masih labil sehingga kadang merasa resah dan marah-marah tanpa
alasan. Pernikahan usia muda rentan terhadap perselisihan atau percekcokan karena
masing-masing ingin eksistensinya diakui pasangannya. Disamping itu masing-
masing ingin diperhatikan dan dimanja, ketika harapan itu tidak terpenuhi maka
jawab dan kesabaran, sebab permasalahan kecil dalam keluarga bisa menimbulkan
F. KONDISI LAPANGAN
Bondowoso, Jawa Timur. Dalam menjalankan kegiatannya, UPTD SPF SMP Negeri 1
6.2 Fasilitas
6.3 Demografis
G. DESAIN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis Hubungan Norma Subjektif Dengan
7.2 Hipotesis
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah ada Hubungan Norma Subjektif
orang/objek yang lain. Variabel meliputi ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh orang
atau objek yang membedakannya satu dan yang lainnya. Jenis variabelnya terdiri dari
variabel bebas, variabel terikat, dan variabel pengganggu (Masturoh & Anggita, 2018).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pernikahan dini, dan variabel terikat
dan pernyataan kepada responden kemudian untuk dijawab secara tertulis (Masturoh &
korelasi antara paparan atau faktor risiko dan akibat atau efek, penelitian dengan cara
pengambilan data variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan hanya
dengan satu kali pada saat itu. Semua variabel, baik independen maupun dependen,
diamati pada waktu yang bersamaan jadi tidak diperlukan adanya tindak lanjut (Syapitri
et al., 2021). Dalam penlitian ini mencari hubungan antara variabel independen yaitu
7.6 Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
paparan atau faktor risiko dan akibat atau efek, penelitian dengan cara pengambilan data
variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan hanya dengan satu kali pada
saat itu. Semua variabel, baik independen maupun dependen, diamati pada waktu yang
bersamaan jadi tidak diperlukan adanya tindak lanjut (Syapitri et al., 2021). Penelitian ini
akan melakkukan pengkajian penyebab dari berlangsungnya perniakhan dini yang terjadi
pada remaja. Teknik pengumpulan data untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres
dengan manajemen perawatan diri pada lansia dengan hipertensi yaitu menggunakan
kuesioner yang diberikan pada responden untuk diisi. Pengambilan data dilakukan melaului
proses :
a) Mengurus surat izin penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas dr.
Soebandi Jember
d) Surat yang didapatkan lalu diserahkan pada kepala sekolah SMPN 1 Sumber Kalong
Bondowoso
e) Setelah peneliti mendapatkan izin dari pihak SMAN 1 Sumber Kalong Bondowoso
f) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini kepada responden dan
h) Responden diminta mengisi kuesioner tentang hal dalam penelitian ini setelah
responden menandatangani lembar informed consent dan mengisi identitas pada lembar
i) Kuesioner yang telah diisi kemudian diserahkan responden kepada peneliti untuk
diperiksa kembali untuk memastikan setiap point yang terdapat pada instrumen telah
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh
siswa-siswi pada kelas 7 di SMAN 1 Sumber Kalong Bondowoso sejumlah 126 Siswi.
Sampel penelitian ini adalah unit terkecil dari sekelompok individu yang merupakan bagian
Rumus Slovin :
N
n=
1+ N ¿ ¿
126
n=
1+¿ ¿
126
n= =¿
1+(126 x 0 , 01)
126
n=
1+1 , 26
126
n= =55 , 77 ( 56 ) Responden
2 , 26
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus slovin didapat jumlah sampel yang
akan digunakan yaitu sebanyak 56 responden. Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Simple random
samplimg adalah metode pengambilan sampel secara acak sederhana dapat
Kriteria inklusi mempunyai ciri-ciri umum subjek penelitian suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti yaitu siswa yang bersedia menjadi responden
kriteria inklusi dan kemungkinan mengganggu pengukuran dan interpretasi hasil. Pada
penelitian ini yang menjadi kriteria eklusi yaitu Siswa yang tidak hadir saat dilakukan
penelitian
Penelitian ini tidak melibatkan anak anak atau orang dewasa yang rentan atau tidak
mampu memberikan persetujuan untuk meminimalisir bila terjadi reisko. Penelitian ini
melibatkan remaja yang merupakan kelompok rentan, akan tetapi penelitian ini bukan
penelitian intervensi, penelitian ini hanya mengambil data dengan cara mengisi kuisioner,
tentunya diawal sudah diberikan penjelasan terkait bagaimana penelitian ini akan dilakukan
untuk itu remaja mengisi persetujuan pada lembar informed consent sebagai ketersediaan
menjadi responden. Apabila lansia tidak bisa mengisi lembar informed consent sendiri,
J. MONITORING PENELITIAN
Tidak relevan. Pengambilan data dilakukan 1 kali pada saat selesai jam pelajaran,
tentunya ada petugas kesehatan yang mendampingi pada saat pengambilan data dilakukan.
Apabila ada remaja yang masuk kriteria inklusi tapi tidak dalam kondisi yang baik maka
Penelitian ini dihentikan apabila responden merasa tidak nyaman ataupun tidak
Penlitin ini merupakan penelitian korelasi tidak yang memberikan intervensi pada
ada hal yang tidak diinginkan dalam penelitian. Peneliti bertanggung jawab atas dampak
12.2 Resiko
M. PENANGANAN KOMPLIKASI
13.1 Penanganan
Penelitian ini bukan berupa intervensi, perlakuan atau pengobatan apapun,
sehingga tidak akan menimbulkan risiko cedera fisik atau bahkan kematian. Peneliti hanya
N. MANFAAT
pernikahan dini dan dampak yang terjadi pada kedua remaja yang melakukan pernikahan
dini. Dampak bukan hanya pada mereka sendiri tetapi dampak akibat yang terjadim pada
diharapkan dapat menjadi acuan dan peningkatan pengetahuan dalam upaya turut serta
berperan aktif dalam upaya pengendalian kejadian pernikahan dini pada remaja
b. Bagi Peneliti
peneliti pemula khususnya terkait dengan penanggulangan kejadian pernikahan dini pada
remaja
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pihak yang akan melakukan
15.1 Keberlanjutan
Penelitian ini bukan merupakan penelitian intervensi, apabila hasil penelitian ini
didapatkan bahwa bagi responden yang mempunyai rencana melakukan pernikahan dini
maka akan diberikan edukasi dampak dan akibat dari pernikahan dini.
15.2 Modalitas
Tidak relevan, penelitian ini tidak memberikan intervensi atau perlakuan pada
responden
Tidak relevan, penelitian ini tidak memberikan intervensi atau perlakuan pada
responden
Tidak relevan, penelitian ini tidak memberikan intervensi atau perlakuan pada
responden
P. INFORMED CONSENT
Peneliti akan membrikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur, dan risiko
penelitian. Responden berhak menerima ataupun menolak untuk tidak menjadi responden
Dalam penelitian ini yang menajdi subjek adalah remaja. penliti akan menjelaskan
terkait tujuan manfaat, prosedur dan risiko penelitian pada keluarga atau guru dari remaja
tersebut apabila remaja tidak bisa memberikan informed consent. Penelitian ini tidak
R. BUJUKAN
keikutsertaanya dalam penelitian berupa ATK seperti buku, pensil dan penghapus senilai
Rp. 10.000.
memberikan lembaran kertas hasil penelitian kepada pihak SMAN 1 Sumber Kalong
S. PENJAGAAN KERAHASIAAN
mendatangi responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Langkah atau upaya peneliti
dalam menjaga privasi dan kerahasiaan selama proses rekrutmen adalah dengan
dokumen yang berisi tentang informasi responden, serta responden dapat menghubungi
data mentah pada hasil penelitian. Peneliti hanya menyimpan sendiri hasil dari penelitian.
Informasi terkait responden disimpan sendiri oleh peneliti dan tidak ada pihak lain
yang mengetahuinya, dengan menyimpan file serta dokumen secara rapi dalam satu folder
Data dalam penelitian digunakan sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian.
T. RENCANA ANALISIS
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat dan Bivariat.
a) Analisis Univariat
variable (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran distribusi
frekuensi untuk norma subjektif dan pernikahan dini pada rremaja angka persentase
b)
P = Nilai f/ n x 100%
Keterangan :
c) Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menjelaskan hipotesis hubungan
variable bebas dengn variable terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini digunakan uji
dikumpulkan diolah melalui program softwer IBM SPSS (Statiscal Package For Sosial
Sciences) statistic 20. Uji Chi-Square adalah salah satu dari jenis uji korelasi yang
digunakan untuk mengetahui derat keeratan hubungan anatara variable independen dan
dependen. Dasar pengambilan keputusan hasil analisis uji statistik adalah terdapat
Sumber Kalong Bondowoso dan dengan p-value > 0,00 dan ≤α 0,05.
U. MONITOR KEAMANAN
Peneliti akan memaparkan hasil penelitian sesuai dengan data yang didapatkan.
responden. Jika memang pada pelaksanaanya terjadi konflik, maka oeneliti akan
W. MANFAAT SOSIAL
Penelitian ini tidak dilakukan pada setting sumberdaya lemah, namun peneliti juga
akan memfasilitasi responden jika memang nantinya ada yang berkonsultasi terkait dengan
topik penelitian dan masalah kesehatan yang dialami. Peneliti berharap dapat memberikan,
manfaat pada responden dan tempat penelitian dengan adanya penelitian ini.
Sumber Kalong Bondowoso hanya akan diberikan informasi terkait tujuan dan manfaat
Hak atas data murni milik peneliti. Hak publikasi hasil riset juga tentunya milik
peneliti. Ketua beserta anggota peneliti berkewajiban menyiapkan bersama terkait laporan
hasil penelitian.
Y. PUBLIKASI
Z. PENDANAAN
26.1 Pendanaan
Peneliti sebelumnya belum pernah mengajukan dan mendapatkan uji kelayakan etik .
Peneliti menyatakan jika ada bukti pemalsuan data maka akan ditangani sesuai