Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.

2 April 2022 | Page 686

Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi


Adaptif Dengan Metode Ppdioo Untuk
Mendukung Implementasi Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas
Studi Kasus : Puskesmas Jatilawang

1st Sahrial Hasan Wicaksana 2nd Rd. Rohmat Saedudin 3rd Muhammad Fathinuddin
S1 Sistem Informasi S1 Sistem Informasi S1 Sistem Informasi
Fakultas Rekayasa Industri Fakultas Rekayasa Industri Fakultas Rekayasa Industri
Universitas Telkom Universitas Telkom Universitas Telkom
Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia
hasansahrial@telkomuniversity.ac.id rdrohmat@telkomuniversity.ac.id muhammadfathinuddin@telkomunivers
ity.ac.id

Abstrak Abstract
Puskesmas sebagai salah satu ujung tombak pelayanan Puskesmas as one of the spearheads of health services, in
kesehatan, di era sekarang ini memerlukan bantuan this current era requires technological assistance to facilitate
teknologi untuk memperlancar proses pelayanan dan input the service process and input medical record data. In addition,
data rekam medis. Selain itu, penggunaan teknologi juga the use of technology also makes it easier for officers in the
memudahkan petugas dalam proses pelaporan dan process of reporting and managing patient data. One of the
pengelolaan data pasien. Salah satu teknologi yang digunakan technologies used is the Puskesmas Management Information
adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau System or SIMPUS. However, to support the information
SIMPUS. Namun untuk menopang sistem informasi tersebut system, an IT infrastructure is needed. This study aims to design
diperlukan sebuah infrastruktur TI. Penelitian ini bertujuan an adaptive IT Infrastructure to support such information
untuk merancang sebuah Infrastruktur TI yang adaptif systems and similar applications in the future. The
untuk menopang sistem informasi tersebut dan aplikasi infrastructure was designed using the PPDIOO method but only
sejenisnya di masa yang akan datang. Infrastruktur tersebut carried out until the design stage. The result of this research is
dirancang menggunakan PPDIOO method namun an adaptive IT infrastructure design.
dilaksanakan hingga tahap design saja. Hasil dari penelitian Keywords: SIMPUS,Adaptive IT Infrastructure, PPDIOO
ini adalah sebuah rancangan infrastruktur TI yang adaptif Method.

Kata Kunci : SIMPUS,Infrastruktur TI Adaptif, PPDIOO


Method.

I. PENDAHULUAN kesehatan menjadi cepat dan akurat serta dapat


menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah-ubah.
Perkembangan teknologi informasi (Information Faktor yang menjadi penghambat alur informasi menjadi
Technology) yang semakin pesat seiring perkembangan lambat adalah infrastruktur TI yang masih belum tertata
jaman membantu berbagai sektor kehidupan. Baik dengan baik dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan
pemerintahan, bisnis dan pendidikan hingga pada sektor perubahan yang ada (tidak fleksibel). Penelitian Christanti
kesehatan telah merasakan dampak dari perkembangan dan Pratiwi (2016), proses penerimaan pasien secara
teknologi tersebut. Sehingga sektor-sektor tersebut manual juga memperlambat suatu proses pelayanan di
memerlukan infrastruktur untuk memaksimalkan puskesmas. Hal tersebut juga dikarenakan kurangnya
kinerjanya. Salah satu infrastruktur teknologi yang akan dukungan perangkat teknologi informasi. Sehingga
dibahas adalah Adaptive Information Technology diperlukan suatu infrastruktur teknologi informasi yang
Infrastructure. adaptif. Puskesmas Jatilawang selaku ujung tombak
Penelitian ini mengarah pada sektor kesehatan yang pelayanan kesehatan membutuhkan bantuan teknologi
memerlukan alur informasi yang baik agar pelayanan untuk memperlancar proses pelayanan dan penginputan
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 687

data rekam medis pasien. Berdasarkan observasi yang dari model hierarkis tiga tingkat (CISCO, Small Enterprise
dilakukan, saat ini kondisi infrastruktur TI di Puskesmas Design Refference Guide,2013). Berikut merupakan layer
Jatilawang belum cukup optimal untuk membantu dari collapsed core network design :
kinerjanya. Topologi yang digunakan juga masih
sederhana. Untuk itu perlu dirancang sebuah infrastruktur
teknologi informasi yang adaptif. Penelitian ini dilakukan
dengan metode PPDIOO sehingga menghasilkan sebuah
rancangan infrastruktur TI yang adaptif.

II. KAJIAN TEORI

Penelitian Hernikawati (2008)pada Badan Tenaga


GAMBAR 1 Collapsed Core Network
Nuklir Nasional (BATAN) membuat sebuah infrastruktur
teknologi informasi adaptif berupa integrasi antar aplikasi
C. Quality of Service
dan pengusulan DRC atau Disaster Recovery Center.
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan sebuah
Kemudian penelitian Isdianto(2014) pada industri banking
jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik lagi
bertujuan untuk membuat infrastruktur teknologi informasi
bagi layanan trafik yang melewatinya. QoS digunakan
adaptif untuk menopang perubahan paket aplikasi. Serta
untuk mengukur tingkat kualitas koneksi jaringan TCP/IP
Kustiyatiningsih(2013) juga membuat rancang bangun
internet atau intranet.(ningsih ,2004) adapun menurut
arsitektur sistem informasi dengan metode TOGAF ADM
(iwan,hidayat.2015) parameter QoS adalah sebagai
di R.S Dr.Soegiri Lamongan.
berikut:
III. METODE
a) Throughput
Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket
A. Adaptive IT Infrastructure yang sukses yang diamati pada destination selama interval
Robertson and Sribar (2001) infrastruktur teknologi waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
informasi adaptif menggunakan pola tertentu dalam Throughput merupakan kemampuan sebenarnya suatu
penyusunannya dan dapat diterapkan dengan mudah, jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya
sesuai dengan kondisi. Adapun manfaat dari infrastruktur
throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth karena
teknologi adaptif adalah : Efficiency (ketersediaan dan throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth
kemampuan komponen yang dapat digunakan dalam dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat
infrastruktur), Effectiveness (kemudahan dalam fix sementara throughput sifatnya adalah dinamis
melakukan integrasi antar komponen dan sistem dalam tergantung trafik yang sedang terjadi.
infrastruktur) , Agility (kemudahan dalam melakukan
perubahan,peningkatan perangkat atau upgrade,
b) Packet Loss
pergantian perangkat atau replacement). Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi
Sedangkan tolak ukur sebuah infrastruktur adaptif paket IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut
adalah : mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh beberapa
a) time to market kemungkinkan, diantaranya yaitu:
kecepatan dalam melakukan instalasi atau penerapan a. Terjadinya overload trafik didalam jaringan.
infrastruktur baru. b. Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
b) scalability c. Error yang terjadi pada media fisik.
kemudahan dalam peningkatan skala infrastruktur atau d. Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara
penambahan beban kerja. lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi
c) complexity partitioning pada buffer.
terdapat pembagian komponen atau beban kerja setiap
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai paket loss ini
perangkat dalam infrastruktur. diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum
d) Reusability terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan
Penggunaan kembali perangkat yang telah ada berdasarkan nilai packet loss yaitu seperti tampak pada
sebelumnya tabel berikut:
B. Collapsed Core Network TABEL3.1 Kategori Packet Loss.
Desain hierarkis tiga tingkat memaksimalkan kinerja,
ketersediaan jaringan, dan kemampuan untuk menskalakan Kategori Packet Loss Indeks
desain jaringan. Sebagian besar kampus/perusahaan kecil
Degredasi
tidak tumbuh secara signifikan lebih besar dari waktu ke
waktu, dan sebagian besar kampus/perusahaan kecil cukup Sangat Baik 0% - 2% 4
untuk dilayani dengan baik oleh desain hierarkis dua Bagus 3% - 14% 3
tingkat, di mana lapisan core dan distribution Sedang 15% - 24% 2
diciutkan(collapsed) menjadi satu lapisan. Motivasi utama Buruk >25% 1
untuk desain collapsed core adalah mengurangi biaya
jaringan, sambil mempertahankan sebagian besar manfaat
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 688

c) Delay a) Prepare
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan Pada tahapan ini diawali dengan mencari kebutuhan
oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang keseluruhan dari sistem layanan jaringan akan dibangun.
menjadi tujuannya. Berikut merupakan kategori delay: b) Plan
Melakukan analisis kebutuhan dari perangkat hardware
TABEL3.2 Kategori Delay dan perangkat software yang akan digunakan dalam
Kategori Latensi Besar Delay Indeks perancangan penerapan layanan.
Sangat Bagus < 150ms 4 c) Design
Bagus 150 ms/d 300 ms 3 Dalam tahapan ini adalah mengubah semua hasil analisis
dari tahapan plan kedalam bentuk rancangan jaringan yang
Sedang 300 ms s/d 450 ms 2 akan dibangun.
Buruk >450 ms 1 d) Implement
Pada tahapan ini merupakan bentuk implementasi dari
d) Jitter layanan yang akan dibangun.
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi e) Operate
pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat Tahapan ini merupakan tahap operasi dari sebuah sistem
dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya jaringan yang telah dibangun sesuai dengan tahapan design
tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam untuk melihat kinerja dan deteksi kesalahan dari layanan.
jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan f) Optimize
akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya Selama tahapan operation, pada tahapan ini untuk melihat
congestion dengan demikian nilai jitter akan semakin setiap deteksi kesalahan yang terjadi pada jaringan dengan
besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai melakukan perbaikan dan pengujian kembali terhadap
QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS sistem layanan.
jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum
mungkin. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TABEL3.3 Kategori Jitter. A. Kondisi Existing Infrastruktur TI Puskesmas


Jatilawang
Kategori Degradasi Peak Jitter Indeks Infrastruktur TI yang digunakan oleh Puskesmas
Sangat Bagus 0 ms 4 Jatilawang menggunakan topologi jaringan komputer LAN
Bagus 1 ms s/d 75 ms 3 yang terdiri dari server yang terhubung dengan ISP dengan
bantuan Switch untuk menghubungkan ke komputer client
Sedang 76 ms s/d 125 ms 2
sehingga bisa saling terkoneksi. Kebutuhan akan jaringan
Buruk >225 ms 1 komputer pada Puskesmas Jatilawang digunakan untuk
berbagai fungsi, diantaranya adalah:

D. PPDIOO a. Akses internet


b. Pertukaran informasi
Metode penelitian PPDIOO dikembangkan oleh cisco c. Mempermudah pengawasan terhadap pemakaian
dalam desain sistem jaringan. Adapun fase-fase yang ada data- data penting
dalam metode PPDIOO adalah Prepare, Plan, d. Penginputan data Rekam Medis Pasien melalui
Design,Implement, Operate dan Optimize (cisco, 2005), aplikasi SIMPUS dari Dinas Kesehatan dan
berikut adalah tahapan dalam metode PPDIOO : aplikasi Primary Care (pcare) dari BPJS
Kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Karena begitu pentingnya proses penginputan data


Rekam medis pasien, maka diperlukan koneksifitas yang
mendukung demi kelancaran proses pelayanan yang ada di
Puskesmas Jatilawang, dengan terhubungnya semua
komponen jaringan maka proses pelayanan dan
penginputan data pasien dapat dibuka disemua unit layanan
dari mulai loket pendaftaran, poli layanan dan unit
kefarmasian, topologi yang ada di Puskesmas Jatilawang
berbentuk LAN dengan topologi Star.

B. Desain Jaringan Puskesmas Jatilawang Saat Ini


GAMBAR 3.2 Tahapan PPDIOO Berikut merupakan gambar topologi jaringan
puskesmas jatilawang saat ini.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 689

GAMBAR 3.3 Topologi Saat Ini.

C. Skenario Uji Existing


Proses uji ini dilakukan untuk mengetahui performa
dari kondisi infrastruktur saat ini. Pengujian ini dilakukan
menggunakan metode QoS atau Quality of Service dengan
Berdasarkan tabel diatas, diusulkan
parameter throughput,packet loss dan delay. proses uji ini
penggantian(replace) model topologi menggunakan model
dilakukan dengan melakukan video streaming pada
collapsed core network. Serta upgrade processor pada pc
komputer server yang kemudian akan diakses oleh client.
yang masih menggunakan celeron processor ke tingkatan
Lalu dilakukan proses packet capture menggunakan
diatasnya seperti core series atau yang sejenisnya.
wireshark.
Kemudian switch dan access point dipilih untuk
dipertahankan(retain) karena dianggap masih bisa
D. Hasil Pengujian
digunakan serta untuk meminimalkan biaya. Serta
Berikut ini merupakan hasil uji akses video streaming
diusulkan penambahan(add) multilayer switch yang
pada server :
berfungsi sebagai core/distribution tier pada topologi
collapsed core network. Selain itu juga ditambahkan
backup link jika di masa mendatang terdapat kerusakan
pada link penghubung.

F. Desain Topologi Jaringan Usulan


Bagian ini merupakan tahap design pada tahapan
PPDIOO life-cycle. Desain jaringan usulan yang akan
disarankan menggunakan model Two Tier
Model(Collapsed Core Network) yang terdiri dari
core/distribution tier dan access tier. Alasan model
GAMBAR 3.4 Hasil Packet Capture Existing. tersebut dipilih karena jaringan yang akan dibangun adalah
jaringan berskala kecil hingga menengah. Selain itu, model
Collapsed Core Network juga memiliki model yang
sederhana guna meminimalkan biaya serta mempermudah
Berikut merupakan hasil perhitungan dengan metode dalam proses pengawasan. Berikut ini adalah model usulan
QoS berdasarkan packet yang telah dicapture sebelumnya: topologi pada Puskesmas Jatilawang.
Througput = 4918756 Bytes :93.059 s
= 4919 Kb : 93.059
= 52.85 Kbps
Packet Loss =(4579-4576):4579x100%
= 0,1 %
Delay = 93,054492 / 4578
= 0.020 s
Berdasarkan hasil penggujian dengan parameter QoS
pada topologi saat ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi
infrastruktur pada Puskesmas Jatilawang sudah cukup baik
namun belum optimal untuk mendukung kinerjanya.
Apalagi jika terdapat penambahan node maka beban kerja
jaringan akan lebih berat dan menyebabkan performa
jaringan menurun. GAMBAR 5.1 Topologi Usulan.

E. Portofolio Infrastruktur IT usulan Berikut ini merupakan rancangan topologi usulan yang
Berdasarkan identifikasi perangkat jaringan yang ada di rancang menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer
saat ini dan penggunaannya sebagai penopang aplikasi yang akan digunakan untuk simulasi pada GNS3.
yang akan diterapkan, maka usulan perangkat yang akan
digunakan adalah sebagai berikut

TABEL 5.1 Portofolio Infrastruktur Usulan


ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 690

GAMBAR 5.2 Topologi Simulasi.


I. Skenario Uji Topologi Usulan
G. Analisis Desain Topologi Jaringan Usulan Setelah desain topologi usulan dibuat pada tahap
Desain topologi usulan pada puskesmas jatilawang design, kemudian dilakukan pengujian topologi
menggunakan model Collapsed Core Network Model yang menggunakan GNS3 dengan metode QoS yang memiliki
memiliki 2 tier. tier pertama adalah core/distribution tier, parameter throughput,packet loss dan delay. Pengujian ini
merupakan sebuah ISP yang menyalurkan internet, dilakukan dengan video streaming oleh server yang
kemudian diteruskan oleh multilayer switch ke access tier kemudian diakses oleh client. Kemudian akan dilakukan
yang terdapat switch untuk masing-masing lantai. proses packet capture untuk analisis.
Berikut merupakan deskripsi dari masing-masing tier :
J. Hasil Pengujian
a. Core/Distribution tier Berikut merupakan hasil pengujian akses video
Core/Distribution tier merupakan tier utama streaming pada server yang berhasil di capture
infrastruktur jaringan pada Puskesmas Jatilawang. Dalam menggunakan software wireshark :
tier ini terdapat sebuah multilayer switch yang berfungsi
untuk mengirim paket dari ISP yang kemudian diteruskan
oleh access tier. Jenis perangkat yang diusulkan untuk
digunakan adalah Cisco Catalyst 9404R yang merupakan
switch modular dengan kecepatan akses tinggi serta di
klaim memiliki High Avaialbility seperti Cisco StackWise.

b. Access Tier
Pada layer ini menggunakan 2 buah switch yang
dimiliki oleh Puskesmas Jatilawang (re-use) sehingga
memperkecil biaya pengadaan perangkat baru. Karena
perangkat sebelumnya sudah cukup mumpuni untuk
meneruskan akses dari core/distribution tier ke setiap GAMBAR 5.3 Hasil Packet Capture Usulan.
client di Puskesmas Jatilawang.
Berikut merupakan hasil perhitungan QoS berdasarkan
H. Analisis Perangkat Jaringan Usulan hasil dari packet yang telah dicapture sebelumnya :
Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan melalui Throughput = 5373731 Bytes : 230.313
observasi langsung, infrastruktur jaringan pada Puskesmas = 5374 Kb : 230.313 s
Jatilawang saat ini belum cukup optimal untuk mendukung = 23.33 Kbps
kinerjanya. Untuk mengurangi beban kerja perangkat dan Packet Loss =0%
mempermudah proses routing maka diperlukan sebuah Delay = 90,931311 / 4705
multilayer switch. Berikut spesifikasi perangkat yang = 0.019 s
disarankan:
K. Perbandingan Hasil Pengujian Topologi.
a. Core/Distribution Berdasarkan hasil pengujian topologi usulan dengan
Pada core/distribution tier, perangkat yang disarankan topologi saat ini, berikut merupakan tabel perbandingan
adalah MikroTik CRS112-8G-4S-IN. Kelebihan switch ini hasil pengujian topologi saaat ini dengan topologi usulan
adalah smart switch dengan SFP port berkecepatan akses pada Puskesmas Jatilawang.
tinggi dengan harga yang terjangkau. Spesifikasinya dapat
diuraikan sebagai berikut : TABEL 5.3 Perbandingan Hasil Uji Existing dan Usulan.
Parameter QoS Topologi saat Topologi
TABEL 5.2 Spesifikasi Perangkat Usulan. ini Usulan
Throughput 52.85 Kbps 23.33 Kbps
Packet Loss 0.1% 0%
Delay 0.020 s 0.019 s
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 691

belum memiliki pembagian tugas serta tier


Throughput(Kbps) sesuai dengan standar Collapsed Core Network
80 Model.
60 b) Infrastruktur jaringan pada Puskesmas
40 Jatilawang masih menggunakan single link.
20
0 c) Hasil pengujian pada topologi existing
Topologi Topologi menghasilkan :
saat ini Usulan a. Throughput senilai 53,35 Kbps.
b. Packet Loss senilai 0,10 %.
Topologi saat ini Topologi usulan c. Delay senilai 0,20 s.

GAMBAR 5.4 Hasil Perhitungan Throughput Dalam Diagram. B. Rancangan Infrastruktur TI adaptif pada Puskesmas
Jatilawang adalah sebagai berikut
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa a) Topologi jaringan pada Puskesmas Jatilawang
throughput pada topologi saat ini dengan topologi usulan menggunakan standar Collapsed Core Network
mengalami penurunan. Model untuk memudahkan proses pengelolaan
serta meminimalkan biaya penambahan
Packet Loss (%) perangkat.(Effectiveness).
0.15 b) Penambahan router yang berfungsi untuk
melakukan routing dan memiliki fungsi sesuai
0.1
layer. (Effectiveness).
0.05 c) Mengurangi beban kerja switch (efficiency).
0 d) Mempermudah penerapan infrastruktur baru
Topologi Topologi karena tidak banyak mengubah infrastruktur
saat ini Usulan yang sudah ada (Agility).
e) Hasil infrastruktur jaringan usulan sudah
Topologi saat ini Topologi usulan menggunakan backup link.
f) Hasil pengujian pada topologi usulan
GAMBAR 5.5 Hasil Perhitungan Packet Loss Dalam Diagram.
menghasilkan :
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa a) Penurunan nilai throughput menjadi
hasil uji topologi usulan tidak memiliki packet loss. 23,35 Kbps.
b) Tidak adanya packet yang loss.
Delay (s) c) Penurunan nilai delay menjadi 0,19 s
yang menunjukan paket lebih cepat
0.021
sampai.
0.020
0.019
0.018 REFERENSI
Topologi Topologi
saat ini Usulan Robertson, B., & Sribar, V. (2001). The Adaptive
Enterprise : IT Infrastructure Strategies to Manage Change
Topologi saat ini Topologi usulan and Enable Growth. Intel Press.
GAMBAR 5.6 Hasil Perhitungan Delay Dalam Diagram.
Binh V D N, Thanonchai W, Chengzhi P,Tsung-H
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan hasil uji W,(2018), Prototyping Adaptive Architecture : Balancing
topologi usulan memperoleh delay yang lebih kecil Flexibility of Folding Patterns and Adaptability of Micro-
dibandingkan topologi saat ini. Kinetic Movements, eCAADe Vol.2

Kustiyahningsih,(2013), Perencanaan Arsitektur


Enterprise Menggunakan Metode TOGAF ADM(Studi
Kasus : RSUD Dr.Soegiri LAMONGAN)
V. KESIMPULAN
Goldman,Rawles. (2001). Applied Data. Communications
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian A BusinessOriented Approach. Mishawaka, US
Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif
dengan metode PPDIOO yang dilakukan di Puskesmas Wibowo,Wijaya, (2018) Perencanaan Strategis SI/TI
Jatilawang adalah sebagai berikut : Menggunakan Metode Ward and Peppard (Studi Kasus
A. Hasil Identifikasi Infrastruktur TI di Puskesmas Sinode KGJ)
Jatilawang :
a) Topologi jaringan pada Puskesmas Jatilawang Ikhsan M I A,(2018) Analisis dan Perancangan Space
menggunakan topologi star sederhana dan Planning pada Data Center di Pemerintah Kabupaten
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.9, No.2 April 2022 | Page 692

Bandung Berdasarkan Standar ANSI/BICSI 002 dengan


Metode PPDIOO

Kurniawan,Wibowo,Guardin(2017) Perancangan
Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif untuk
Mendukung Kebutuhan Strategis Institusi Pendidikan
Tinggi: Studi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Cisco (2013) Small Enterprise Profile :Small Enterprise


Design Refference Guide.

Iwan,Hidayat (2015) Analisa Quality of Service (QoS)


Jaringan Internet Kampus (Studi Kasus: UIN Suska Riau)

Isdianto(2014) Perancangan Infrastruktur Teknologi


Informasi Adaptif Untuk Menopang Perubahan Paket
Aplikasi (Studi Kasus Bank XYZ)

Christianti,Pratiwi(2016) Analisis Penyebab Kegagalan


Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Simpus) dalam Penerimaan Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Adimulyo Kabupaten Kebumen.

Pratama(2020) Analisi dan Perancangan Network


Structure Berdasarkan Standar TIA-942 Menggunakan
PPDIOO Life Cycle Approach pada Data Center di
Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat.

Anda mungkin juga menyukai