Anda di halaman 1dari 125

Mata Kuliah

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

Konsentrasi
MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA SUMBER DAYA
AIR

Oleh
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM.,MT., MH.

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER TEKNIK SIPIL
2022
Daftar Jurnal Pertemuan

No Jurnal Hal No Jurnal Hal


1 I 3-12 8 VIII 63-74
2 II 13-22 9 IX 75-81
3 III 23-31 10 X 82-92
4 IV 32-41 11 XI 93-103
5 V 42-49 12 XII 104-111
6 VI 50-61 13 XIII 112-123
7 VII 62 14 XIV 124
Jurnal 01
MINGGU KESATU
Pembahasan
BAGIAN I
PENGERTIAN DRAINASE

•1.1.Perkembangan Jalan
BAGIAN 1
PENGERTIAN DRAINASE

1.1. Pengertian Drainase


1. Drainase yang berarti mengeringkan atau mengalir
kan air adalah terminologi yang digunakan untuk
menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan
penanganan masalah kelebihan air baik diatas tanah
maupun dibawah tanah baik yang terbentuk secara
alami maupun yang dibuat oleh manusia,
2. Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk meng
alirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
pemanfaatan tertentu,
3. Drainase dapat diartikan sebagai usaha untuk me
ngontrol kualitas air tanah, sehingga drainase
menyangkut air permukaan dan juga menyangkut air
tanah,
4. Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan
maka pada waktu hujan air yang mengalir dipermuka
an diusahakan secepatnya dibuang agar tidak akan
menimbulkan genangan yang dapat mengganggu
aktivitas orang dan bahkan akan dapat menimbulkan
kerugian,
5. Bangunan-bangnan sistem drainase umumnya terdiri
dari saluran penerima (interceptor drain), saluran
pengumpul (collector drain), saluran pembawa
(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan
badan air penerima (receiving waters)
6. Drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat (kota) dalam
rangka menuju kehidupan yang aman, nyaman dan
bersih, serta sehat
7. Prasarana drainase berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air atau sumber air dibawah
permukaaan tanah dan/atau bangunan resapan,
8. Drainase berfungsi sebagai pengendali air permu
kaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air dan banjir,
9. Kegunaan dengan adanya saluran drainase antara lain
adalah sebagaimana disebutkan dibawah ini:
(1). Mengeringkan daerah becek dan genangan air
sehingga tidak ada akumulasi air tanah yang ber
lebihan,
(2). Menurunkan air tanah pada tingkat yang sesuai
dan ideal,
(3). Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan, dan
bangunan lainnya yang ada,
(4). Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehing
ga tidak terjadi bencana banjir,
(5). Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan
perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal
dengan istilah drainase perkotaan / permukiman,
(6). Drainase juga di definisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga kawasan atau lahan yang ada dapat
difungsikan secara optimal sesuai peruntukannya,
1.2. Sistem jaringan drainase didalam wilayah kota
1. Sistem drainase mayor:
 Adalah sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air
hujan (catchment area). Biasanya sistem drainase
mayor ini juga disebut sebagai sistem saluran
pembuangan utama (major system) atau drainase
primer. Sistem drainase ini adalah menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase
primer, kanal-kanal atau sungai-sungai
 Sistem drainase mayor atau juga disebut sebagai
drainase makro umumnya dipakai untuk periode
ulang sampai 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun dan
tofografi yang ideal mutlak diperlukan dalam
perencanaan sistem drainase ini,
2. Sistem drainase minor:
 Adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari
daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar
didalam wilayah kota, seperti saluran atau selokan air
hujan di sekitar bangunan. Ditinjau dari segi
konstruksinya sistem ini dapat dibedakan menjadi
sistem saluran tertutup dan saluran terbuka,
2. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem
drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan disekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainase kota dan lainnya
dimana debit air yang dapat ditampung tidak terlalu
besar dan direncanakan dengan masa ulang 2 , 5 dan
10 tahun tergantung tata guna lahan,
1.3. Drainase di Kawasan Permukiman
1. Adalah perumahan/kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan huni
an yang dilengkapi prasarana dan sarana lingkungan,
2. SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan adalah panduan (dokumen nasional) yang
berfungsi sebagai kerangka acuan untuk suatu
perencanaan, perancangan, penaksiran biaya dan
kebutuhan ruang, serta pelaksanaan pembangunan
perumahan dan permukiman (SNI 2004),
3. Lingkungan permukiman harus dilengkapi jaringan
drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan dan perundangan yang
telah berlaku, terutama mengenai tata cara peren
canaan umum drainase lingkungan perumahan,
4. Salah satu ketentuan yang berlaku, dimana drainase
pada kawasan permukiman adalah SNI 02-2406-1991
tentang: Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Per
mukiman,
5. Sistem drainase pada permukiman berfungsi untuk
mengkoordinasikan sistem instalasi air dan juga
berfungsi sebagai pengendali keperluan air serta
berfungsi juga untuk mengontrol/mengendalikan
kualitas air tanah,
6. Drainase permukiman direncanakan untuk mengen
dalikan erosi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada bangunan serta mengendalikan air hujan yang
berlebihan atau untuk mengendalikan dan mencegah
adanya genangan air pada kawasan / areal rumah
tinggal,
Jurnal 02
MINGGU KEDUA
1.4. Sistem Saluran Drainase
 Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal,
 Bangunan sistem drainase secara berturutan mulai
dari hulu terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran
induk (main drain) dan badan air penerima (receiving
waters),
 Disepanjang sistem drainase tersebut akan sering
dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong,
jembatan-jembatan, talang dan saluran miring / got
miring ,
1. Sistem Saluran Drainase Buatan
 Sesuai dengan cara kerjanya jenis saluran drainase
buatan dapat dibedakan menjadi:
(1). Saluran Penerima (Interceptor drain): berfungsi
sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari
suatu daerah terhadap daerah lain yang dibawahnya.
Saluran ini biasanya dibangun dan diletakkan pada
daerah yang relatif sejajar dengan garis kontur, dan
outlet dari saluran ini biasanya terdapat di saluran
collector atau conveyor, atau di natural drainage /
sungai alam,
(2). Saluran pengumpul (collector drain): saluran ini
berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh
dari drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan
dibuang ke saluran pembawa (conveyor drain),
(3). Saluran pembawa (conveyor drain): saluran ini
berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu
daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus mem
bahayakan daerah yang dilalui,
2. Sistem Saluran Drainase berdasarkan fisiknya,
(1). Siatem Saluran primer: adalah saluran utama yg
menerima masukan aliran dari saluran sekunder dan
dimensi saluran ini relatif besar dan aliran air dari
saluran primer langsung dialirkan ke badan air,
(2). Saluran sekunder: adalah saluran terbuka atau
tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari
saluran tertier dan limpasan air dari permukaan
sekitarnya dan meneruskannya ke saluran primer,
dan dimensi dari saluran primer ini tergantung dari
debit yang dialirkan,
(3). Sistem Saluran Tertier: adalah saluran drainase
yang menerima air dari saluran drainase lokal,
dimana sistem saluran ini pada umumnya melayani
kawasan kota-kota tertentu seperti kompleks
perumahan, areal pasar, areal industri, dan kawasan
komersial,
(4). Sistem Drainase laut
3. Sistem Saluran Drainase Menurut Keberadaannya
(1). Drainase Alamiah (natural drainage): adalah
saluran yang terbentuk dari proses alamiah yang
terbentuk sejak bertahun-tahun mengikuti hukum
alam yang berlaku, yang pada kenyataannya sistem
drainase ini berupa sungai beserta anak-anak sungai
nya yang membentuk suatu jaringan alur aliran,
(2). Drainase Alamiah (artificial drainage): adalah
drainase yang dibuat oleh manusia sebagai upaya
penyempurnaan / melengkapi kekurangan-kekurang
an sistem drainase alamiah dalam fungsinya membu
ang kelebihan air yang mengganggu. Jika ditinjau dari
sisi fungsi kedua drainase alamiah dan buatan
mempunyai fungsi secara bersama-sama.
4. Sistem Saluran drainase menurut konstruksinya
(1). Drainase Saluran terbuka (open drainage): salur
an drainase primer biasanya berupa saluran terbuka,
berupa saluran tanah, pasangan batu kali atau beton,
(2). Drainase saluran tertutup (close drainage): salur
an ini digunakan air kotor pada kawasan perkotaan
padat penduduk berupa buis beton, plesteran, dan
beton bertulang, biasanya dengan bak kontrol,
5. Sistem Saluran drainase menurut fungsinya
(1). Saluran hanya satu guna (single purpose): adalah
saluran yang berfungsi untuk satu tujuan dan keguna
an dimana hanya berfungsi untuk mengalirkan satu
jenis air buangannya,
(2). Saluran multi guna (multi purpose): adalah saluran
yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis air
buangan, baik secara bercampur atau bergantian,
Saluran multi guna digunakan secara bercampur apa
bila air buangan yang akan ditampung cukup kecil
sehingga memungkinkan air buangan untuk dapat
dicampur menjadi satu, sedangkan air buangan yang
harus ditampung cukup banyak sedangkan bentuk
saluran multi guna yang akan dipakai adalah ber
ukuran kecil,
6. Sistem Saluran drainase menurut konsepnya
(1). Drainase konvensional: adalah upaya membuang
mengalirkan kelebihan secepatnya ke sungai terdekat
 Dalam konsep drainase konvensional seluruh air hujan
yang jatuh di suatu wilayah harus secepatnya dibuang
ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut,
 Jika hal ini dilakukan dalam kawasan akan memun
culkan berbagai masalah baik di daerah hulu, tengah
dan hilir,
 Dampak dari drainase konvensional tersebut dapat
dilihat sekarang ini yaitu kekeringan yang terjadi
dimana-mana, juga banjir, longsor dan pelumpuran,
 Kesalahan drainase konvensional yang paling pokok
adalah membuang genangan secepatnya ke sungai shg
menurunkan kesempatan air meresap kedalam tanah,
(2). Drainase ramah lingkungan: ialah sebagai upaya
mengelola air kelebihan dengan cara sebanyak-
banyaknya meresapkan air kedalam tanah secara
alamiah atau mengalirkan air ke sungai tanpa
melampaui kapasitas sungai sebelumnya,
 Dalam drainase ramah lingkungan justru air
kelebihan pada musim hujan harus dikelola shg ti-
dak mengalir secepatnya ke sungai, dan diusahakan
meresap kedalam tanah untuk meningkatkan kan-
dungan air tanah untuk cadangan musim kemarau,
 Beberapa metode drainase ramah lingkungan yang
dapat dipakai diantaranya adalah metode kolam
konservasi, metode sumur resapan, river side polder
method, metode pengembangan areal perlindungan
air tanah,
7. Sistem saluran drainase menurut letaknya
(1). Drainase permukaan tanah (surface drainase):
ialah saluran drainase yang berada diatas permukaan
tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan
permukaan, dan analisis alirannya merupakan
analisis open channel flow,
(2). Drainase bawah tanah (subsurface drainage):
ialah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan
air limpasan permukaan-permukaan melalui media
dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), karena alasan
tertentu,
 Alasan tsb diantaranya tuntutan artistik, tuntutan
fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan
adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan
sepak bola, lapangan terbang, taman-taman,
Jurnal 03
MINGGU KETIGA
8. Sistem Saluran menurut posisinya
(1). Saluran air terbuka: adalah merupakan saluran
yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas, hal ini dimaksudkan jika ada sampah yang
menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan,
tetapi bau yang ditimbulkan akan dapat mengurangi
kenyamanan, dan menurut asalnya saluran ini
dibedakan menjadi:
(i). Saluran alam (natural); meliputi selokan kecil,
sungai kecil, sungai besar dan saluran terbuka
alamiah,
(ii). Saluran buatan (artificial), meliputi saluran
pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan saluran
terbuka ini mempunyai istilah yang berbeda-beda an
tara lain:
(a). Saluran (canal): biasanya panjang, dan merupa
kan selokan landai yang dibuat ditanah, dapat
dilapisi pasangan batu atau tidak, beton, semen, kayu
maupun aspal,
(b) Talang (Flume): merupakan selokan dari kayu,
logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga atau
terletak diatas permukaan tanah, untuk mengalirkan
air berdasarkan perbedaan tinggi tekan,
(c). Got miring (chute): merupakan selokan miring
dalam kelandaian yang curam,
(d). Terjunan (drop): merupakan got miring tetapi
lebih curam dimana perubahan tinggi air terjadi
dalam jangka pendek,
(e). Gorong-gorong (culvert): merupakan saluran
tertutup yg pendek, yg menyalurkan air lewat jalan,
(f). Terowongan air terbuka (open flow tunnel):
merupakan saluran tertutup yang cukup panjang
digunakan untuk mengalirkan air yang menembus
bukit/gundukan tanah
(2). Saluran air tertutup: adalah merupakan saluran
yang tertutup dan dapat dibedakan menjadi:
(i). Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang
menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras
maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke
sebuah pipa keluar disisi tapak (saluran permukaan
atau sungai), ke sistem drainase kota
(ii). Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat
penampungan pada tapak, dimana drainase ini mam
pu menampung air limpasan dengan volume dan
kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi,
(3). Saluran air kombinasi: adalah merupakan kom
binasi antara saluran terbuka dan saluran tertutup
yang dikombinasikan dalam suatu konstruksi dalam
satu kesatuan sistem saluran drainase,
(i). Saluran drainase ini dimana limpasan air terbuka
dikumpulkan pada satu saluran drainase permukaan
sementara limpasan dari daerah saluran terbuka yang
diperkeras dikumpulkan pada saluran drainase
tertutup,
 (ii). Saluran drainase terbuka yang biasanya diperke
ras ini menggunakan bahan beton, pasangan batu
kali yang tujuan utamanya adalah supaya air yang
harus dimasukkan kedalam saluran drainase tertu
tup tidak merembes kemana-mana sehingga tujuan
tercapai shg seluruh air pembuangan dpt disalurkan,
9. Sistem Salutan drainase terbuka menurut bentuk
penampangnya
(1). Bentuk persegi: saluran ini terbuat dari pasangan
batu dan beton, dan bentuk ini tidak memerlukan
banyak ruang dan areal, tujuannya berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
serta air buangan domestik dengan debit yang besar,

.
(2). Bentuk trapesium: umumnya saluran ini terbuat
dari tanah tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat
dari pasangan batu dan beton. Saluran ini
memerlukan cukup ruang , dan tujuannya berfungsi
untuk menampung dan mengalirkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik debit besar,

.
(3). Bentuk segitiga: Saluran ini terbuat dari pasangan
batu dan beton dan bentuk saluran ini tidak makan
ruang dan juga saluran ini jarang digunakan tetapi
mungkin digunakan dalam kondisi tertentu saja,

.
(4). Bentuk Setengah lingkaran: Saluran ini terdiri
dari pasangan batu dan atau beton dengan cetakan
yang telah disediakan dan bentuk dari saluran ini
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan serta air buangan domestik de
ngan debit yang besar,

.
Jurnal 04
MINGGU KEEMPAT
1.5. Pola Jaringan Drainase
 Pola Jaringan drainase adalah perpaduan antara satu
saluran dengan saluran lainnya baik yang fungsinya
sama maupun berbeda dalam suatu kawasan
tertentu,
 Dalam perencanaan sistem drainase yang baik adalah
membuat dimensi saluran sesuai dan harus ada kerja
sama antara saluran shg pengaliran air lancar
 Beberapa model pola jaringan-jaringan yang dapat
diterapkan dalam perencanaan jaringan adalah:
1. Pola alamiah
 Pola alamiah lebih tepat direncanakan untuk beban
sungai dari cabang lebih besar oleh karena itu
saluran cabang dibuat membentuk sudut miring,
2. Pola siku
 Pola pembuatannya saluran cabang berada pada dae
rah yang mempunyai tofografi sedikit lebih tinggi
dari pada sungai, dimana sungai sebagai saluran
pembuang akhir berada ditengah kota
3. Pola paralel
 Saluran cabang terletak sejajar dengan saluran
utama, dengan saluran cabang yang banyak dan
pendek-pendek apabila terjadi perkembangan kota
saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri,
4. Pola grid iron
 Untuk daerah dimana sungainya terletak dipinggir
kota sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan
dulu pada sal;uran pengumpulan,
5. Pola Radial
 Pola ini lebih cocok untuk daerah bebukit sehingga
saluran direncanakan memencar ke segala arah, yang
terbagi sesuai dengan kebutuhan topografi dan
besarnya debit yang ada. Saluran ini sebelumnya
terpusat pada suatu titik (kolam) dari saluran utama
kemudian dari kolam disalurkan ke cabang-cabang
(sekunder),
6. Pola Jaring-jaring
 Pada umumnya saluran pembuang sejajar dengan
jalan atau bangunan pembatas lainnya. Pola saluran
ini cocok direalisasikan pada topografi yang datar,
dan saluran ini cocok untuk daerah permukiman di
perkotaan, dan untuk daerah berbukit adalah kurang
tepat, dan pola jaring-jaring ada 4 type:
(1). Pola perpendicular: adalah pola jaringan penyalur
an air buangan yang dapat digunakan untuk sistem
terpisah maupun sistem tercampur sehingga banyak
diperlukan bangunan pengolahan,
(2). Pola Interceeptor dan pola zone: adalah pola
jaringan air buangan yang digunakan untuk sistem
tercampur sehingga tidak banyak diperlukan bangun
an pengolahan,
(3). Pola fan: adalah pola jaringan dengan dua sam
bungan saluran/cabang yang lebih dari dua saluran
menjadi satu menuju ke bangunan pengolahan dan
biasanya digunakan untuk saluran terpisah,
• (4). Pola radial: adalah pola jaringan yg pengalirannya
menuju ke segala arah mulai dari tengah kota, shg
mungkin diperlukan banyak bangunan pengolahan,
Pola Siku
Pola Paralel
Pola Grid Iron
Pola Radial
Pola Jaring-jaring
Jurnal 05
MINGGU KELIMA
1.6. Sistem Drainase menurut bentukannya
1. Land grading and smoothing
 Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan)
dan land smoothing (penghalusan permukaan lahan)
diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemi
ringan yang sesuai secara sistematis yang dibutuhkan
untuk penerapan saluran drainase permukaan,
 Untuk efektivitas yang tinggi pekerjaan land grading
harus dilakukan secara teliti, sehingga ketidak
seragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang
memiliki cekungan merupakan tempat aliran
permukaan (runoff ) berkumpul harus dihilangkan,
 Pada tanah cekungan air yang tak berguna dialirkan
secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan drainase
acak, drainase paralel, drainase mole,
 Pada tanah cekungan air yang tak berguna dialirkan
secara sistematik melalui:
(1). Saluran parit (terbuka) yang disebut sebagai
saluran acak yang dangkal (shallow random field
drains)
(2) Dari shallow random field drains air dialirkan ke
lateral outlet ditch dimana lateral outlet ditch umum
nya dibuat 15-30 cm lebih dalam,
(3). Selanjutnya dari lateral outlet ditch diteruskan ke
saluran pembuangan utama (main outlet),
(4). Air dari saluran pembuangan lateral utama ini
dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi
dan apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus
dibuat bangunan pintu air, drop spillway atau pipa,
2. Drainase acak (random field drains)
 Drainase acak (random field drains) adalah kegiatan
untuk mengatasi cekungan-cekungan dan lobang-
lobang tempat berkumpulnya air genangan di
permukaan
 Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan
dengan kondisi tofografi lahan, dan kemiringannya
biasanya sedatar mungkin, hal ini untuk memu
dahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat
beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat.
 Kondisi erosi yang terjadi pada lahan yang menga
lami cekungan biasanya tidak menjadi masalah
karena kemiringan / kelandaiannya rendah (relatif
datar), dan tanah bekas galian disebarkan ke lobang-
lobang tanah untuk mengurangi kedalaman saluran,
3. Drainase Paralel (Paralel field drains)
 Saluran drainase Paralel (Paralel field drains) ini
tepat digunakan pada tanah yg relatif datar dengan
kemiringan kurang dari 1-2% ,
 Sistem ini dikenal dengan bedding system dimana
saluran dibuat paralel, yang kadang-kadang jaraknya
antara saluran tidak sama, hal ini tergantung dari
panjang barisan saluran drainase dan jenis tanah
pada lahan tersebut,
 Keuntungan dari drainase paralel dimana pada lahan
cukup banyak saluran drainase tegak lurus sehingga
jika dibandingkan dengan drainase land grading dan
smoothing, karena banyaknya alur tegak lurus
terhadap saluran drainase paralel ini akan saluran da
pat menjangkau seluruh areal,
 Penambahan jarak diantara saluran paralel akan
menimbulkan kerugian karena jarak yang lebar akan
menimbulkan kerugian pada sistem bedding, yang
mana akan membutuhkan saluran paralel yang lebih
lebar dan dalam,
 Pada sistem bedding yang lebar harus dibarengi
dengan pembuatan drainase land grading dan land
smoothing, terutama pada tanah gambut harus
dilengkapi dengan bangunan pompa dan/atau pintu
air yang tujuannya untuk mengalirkan air waktu
hujan supaya tidak banyak erosi,
 Pada daerah tertentu dibuat sistem khusus setiap
jarak paralel berkisar 5-15 m, dan hasil galian diletak
kan diantara kedua saluran yg dapat dimanfaatkan
sebagai jalan inspeksi, waktu pemeliharaan saluran
4. Drainase Mole
 Drainase mole biasa dengan lobang tikus, berupa
saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi
sama sekali dan pembuatannya tanpa menggali
tanah, cukup dengan menarik traktor, bentukan baja
bulat yang disebut mole, yang dipasang pada alat
seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedala
man yang dangkal,
 Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan
alat expander, manfaatnya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang,
 Tidak semua daerah memerlukan saluran irigasi, dan
biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian
dimana terdapat kombinasi dari keadaan-keadaan
berikut:
 (1). Curah hujan total yang terjadi sepanjang tahun
tidak cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan
tanaman pertanian/perkebunan yang sebenarnya
sangat membutuhkan banyak air untuk pertumbuh
an tanaman,
• (2). Meskipun curah hujan cukup berlimpah tetapi
sifatnya hanya sporadis / sebagian waktu sehingga
tidak terdistribusi sepanjang tahun, yang sebenarnya
sangat berlimpah air
• (3). Terdapat banyak keperluan untuk meningkatkan
terhadap kualitas dan kuantitas hasil terhadap
pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara
layak dilaksanakan dan berkecukupan baik ditinjau
dari segi teknis, ekonomi maupun sosial, dan lain-
lainnya,
Jurnal 06
MINGGU KEENAM
Pembahasan
BAGIAN II
DRAINASE PERKOTAAN

•1.1.Perkembangan Jalan
BAGIAN II
DRAINASE PERKOTAAN

2.1. Definisi
1. Drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan
yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
sosial-budaya yang ada di kawasan kota,
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan
dan pengaliran air dari wilayah perkotaan meliputi 7:
(1). Permukiman
(2). Kawasan Industri dan perdagangan,
(3). Kampus dan sekolah,
(4). Rumah sakit dan fasilitas umum
(5). Lapangan olah raga dan lapangan parkir
(6). Instalasi militer
(7). Pelabuhan udara
2.2. Sistem penyediaan jaringan drainase (4)
1. Sistem drainase utama
 Sistem drainase perkotaan yang melayani kepen-
tingan sebagian besar warga masyarakat kota. Pada
drainase ini hampir seluruh warga masyarakat kota
menggunakan drainase ini,
2. Sistem drainase lokal
 Sistem drainase perkotaan yang melayani kepen
tingan sebagian kecil warga masyarakat kota. Pada
drainase ini hanya sebagian warga masyarakat kota
menggunakan drainase ini berdimensi agak kecil,
3. Sistem Drainase terpisah
 Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air
limpasan. Masing-masing saluran pembuangan atau
air limpasan dilakukan secara terpisah, sehingga
dapat membedakan saluran untuk air genangan atau
air limpasan tersebut,
4. Sistem drainase gabungan
 Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama baik untuk air genangan atau
air limpasan yang telah diolah. Di jadikan satu untuk
saluran air genangan dan untuk saluran air limpasan
yang telah diolah, sehingga membutuhkan dimensi
dan debit yang besar unuk saluran air jenis ini,
2.3. Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengenda
lian banjir
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder
dan tertier melalui normalisasi maupun rehabilitasi
saluran guna menciptakan lingkungan yang aman
dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir
kiriman, maupun hujan lokal,
 Masing-masing jaringan dapat di definisikan adalah
sebagai berikut:
(1). Jaringan primer: adalah saluran yang meman
faatkan sungai dan anak sungai
(2). Jaringan sekunder: adalah saluran yang meng-
hubungkan saluran tertier dengan saluran-saluran
primer, dibangun dengan beton atau pasangan batu,
(3). Jaringan tertier: adalah saluran untuk mengalir
kan air limbah rumah tangga ke saluran sekunder
berupa plesteran, pipa dan tanah
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase
bagi kawasan hunian dan kota, dimana harus dapat
dijamin kebutuhan drainase sebagaimana yang diha
rapkan bersama,
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development
need) dalam menunjang terciptanya skenario
pengembangan kota untuk kawasan andalan dan
menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada
Rencana Umum Tata Ruang Kota,
 Arahan dalam pelaksanaannya adalah: (6)
(1). Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis
(2). Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak
sosial yang berat, dan tetap memperhatikan lingkung
an sekitarnya,
(3). Dapat dilaksanakan dengan teknologi yang seder
hana yang tetap diusahakan untuk menghasilkan
secara maksimal,
(4). Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran
yang ada, dimana saluran dimaksud harus telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan,
(5). Jaringan drainase harus mudah pengoperasian
nya, dengan tetap mempertahankan dan memperhati
kan kualitas drainase,
(6). Harus tetap mampu dapat mengendalikan debit
banjir yang ditampung sesuai dengan kualifikasi pada
saluran,
2.4. Bangunan-bangunan sistem drainase dan peleng-
kapnya
1. Bangunan-bangunan sistem saluran drainase adalah
bangunan-bangunan struktur dan bangunan-bangun
an nonstruktur
(1). Bangunan struktur: bangunan pasangan disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu
seperti bangunan rumah pompa, bangunan tembok
penahan tanah, bangunan terjunan yang cukup
tinggi, jembatan,
(2). Bangunan nonstruktur: bangunan pasangan atau
tanpa pasangan tidak disertai perhitungan-perhitung
an kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk, dan
siap pasangan seperti pasangan-pasangan konstruksi
pada kete rangan berikut ini:
(i). Dengan saluran cecil tertutup, tembok talud
saluran, manhole/bak control ususran cecil, street
inlet)
(ii). Tanpa pasangan seperti saluran tanah dan salur
an tanah berlapis rumput,
2. Bangunan pelengkap saluran drainase
 Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan
untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk tujuan
fungsi-fungsi tertentu, meliputi antara lain:
(1). Basin/watershed: adalah bangunan dimana air
masuk kedalam sistem saluran tertutup dan air
mengalir bebas diatas permukaan tanah menuju
catch basin, dan catch basin dibuat pada tiap persim
pangan jalan, dan pada tempat-tempat yang rendah,
serta tempat parkir,
(2). Inlet: adalah bangunan bila ada tempat terbuka
dimana pembuangannya akan dimasukkan kedalam
saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu
konstruksi khusus inlet, dimana inlet ini harus diberi
saringan agar sampah tdk masuk ke saluran tertutup,
(3). Headwall: adalah bangunan dengan konstruksi
khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong dimaksudkan untuk melindungi dari
pengaruh longsoran dan erosi,
(4). Siphon: adalah bangunan yang dibangun terta
nam jika ada persilangan antara saluran drainase
dengan sungai, karena tertanam didalam tanah maka
pada waktu pembuangannya harus dibuat kuat
sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan
konstruksi,
Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihin
darkan perencanaan dengan menggunakan siphon
dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi
tetap untuk dibuat siphon dan saluran drainasenya
dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong,
(5). Manhole: adalah bangunan yang dibangun untuk
keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase
tertutup, disetiap saluran dibuat manhole untuk
pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk
selokan pada setiap jarak 10-25 meter.
Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya
ekonomis, dibuat cukup, asal dapat dimasuki oleh
orang dewasa , dan biasanya lubang manhole dibuat φ
60 cm dengan tutup dari besi baja atau dari bahan
beton bertulang,
Jurnal 07
MINGGU KETUJUH
Jurnal 08
MINGGU KEDELAPAN
2.5. Fungsi dan Tujuan Drainase
1. Fungsi drainase
(1). Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawas
an atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan
secara maksimal,
(2). Sebagai pengendali air ke permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air/banjir
(3). Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal,
(4). Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan
bangunan yang ada,
(5). mengendalikan air hujan yang berlebihan sehing
ga tidak terjadi bencana banjir,
(6). Mengeringkan bagian wilayah kota yang mana
permukaan lahannya rendah dari genangan sehingga
tidak akan menimbulkan dampak negatif berupa
kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik
masyarakat,
(7). Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan
air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri
/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta
benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan,
(8). Mengendalikan sebagian air permukaan akibat
hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air
dan kehidupan akuatik,
(9). Meresapkan air permukaan untuk menjaga
kelestarian air tanah, agar senantiasa selalu tetap
berimbang,
(10). Mengeringkan daerah becek dan adanya
genangan air,
(11). Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan
yang berlebihan,
12). Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan
bangunan-bangunan,
2. Fungsi drainase terbuka
(1). Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
permukiman,
(2). Pengendalian kelebihan air permukaan dapat
dilakukan secara aman, lancar dan efisien serta
sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan
(3). Untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
(4). Dapat mengurangi / menghilangkan genangan-
genangan air yang dapat menyebabkan bersarangnya
nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain seperti
demam berdarah, disentri, serta penyakit lain yg di
sebabkan kurang sehatnya lingkungan permukim an,
(5). Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-
prasarana fisik lain seperti jalan, kawasan permukim
an, kawasan perdagangan dari kerusakan serta
gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana
drainase,
(6). Melindungi alam seperti tanah, kualitas udara,
dan kualitas air,
(7). Menghindari bahaya, kerusakan materiel, kerugi
an dan beban-beban lain yang di sebabkan oleh
amukan limpasan banjir,
(8). Memperbaiki kualitas lingkungan dan konservasi
SDA
2.6. Permasalahan dan Manfaat drainase
• Permasalahan drainase
(1). Peningkatan debit: manajemen sampah kurang
memberi kontribusi percepatan pendangkalan / pe-
nyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai d an
saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak
mampu menampung debit yang terjadi, air meluap
dan terjadilah genangan,
(2). Peningkatan jumlah penduduk: meningkatnya
jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat akibat
dari adanya pertumbuhan maupun urbanisasi.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahan infrastruktur perkotaan , disamping itu
peningkatan penduduk selalu diikuti oleh pening
katan limbah baik limbah cair maupun pada sampah,
(3). Amblesan tanah: disebabkan oleh pengambilan
air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa
bagian kota berada dibawah muka air laut pasang,
(4). Penyempitan dan pendangkalan sungai
(5). Reklamasi,
(6). Limbah sampah dan pasang surut,
2. Manfaat drainase
(1). Mengeringkan daerah becek dan genagan air
sehingga tidak ada akumulasi air tanah,
(2). Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal,
(3). Mengendalikan erosi tanah , kerusakan jalan dan
bangunanyang ada,
(4). Mengendalikan air hujan yang berlebihan
2.7. Konsep Perencanaan dan Penanganan drainase
1. Perencanaan drainase
(1). Sedapat mungkin memanfaatkan drainase alam
yang dimiliki oleh daerah rencana,
(2). Aliran limpasan harus dibatasi dengan prinsip:
(i). Limpasan air hujan selama masih belum berbaha
ya dihambat semaksimal mungkin agar ada kesem
patan untuk infiltrasi sehingga limpasan berkurang,
(ii). Kecepatan aliran dalam saluran tidak terlalu
tinggi sehingga tidak merusak konstruksi saluran
tetapi saluran tidak boleh terlalu rendah untuk
menghindari terjadinya penggerusan dinding saluran
akibat terlalu tingginya kecepatan dan tidak terjadi
pengendapan sepanjang saluran akibat aliran yang
terlalu rendah,
(iii). Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan
kemiringan kecil diusahakan mengikuti kemiringan
permukaan tanah, untuk kemiringan terjal
didasarkan pada kecepatan maksimum dan untuk
kemiringan dasar saluran didasarkan pada kecepatan
maksimum yang self cleaning (membersihkan diri),
(iv). Profil saluran harus optimal dan mampu
menampung debit maksimum (debit banjir),
(v). Air hujan harus sedapat mungkin mencapai
badan air penerima untuk menghindari terjadinya
genangan dan luapan.
(vi). Bagi daerah yang dapat menimbulkan genangan
atau pencemaran terhadap lingkungan aliran draina
senya tidak boleh bercampur dengan sungai atau iri
gasi,
(3). Panjang saluran drainase harus diupayakan sepen
dek mungkin jaraknya terhadap pembuangan akhir
(out fall) baik yang berupa sungai atau bangunan
penerima lainnya seperti tempat penampungan dan
lainnya,
(4). Bagian-bagian yang mengalami kesulitan dalam
melakukan operasional pemeliharaan harus diupaya
kan semaksimal mungkin terjadi seperti kemudahan
mencapai akses, ketersediaan peralatan pemelihara
an lainnya yang diperlukan,
(5). Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusaha
kan mudah ditangani dengan penambahan perleng
kapan saluran dan menggunakan fasilitas mutu yang
sebaik-baiknya agar dapat menjamin keawetan ba
nguna konstruksi saluran,
2. Penanganan drainase
(1). Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadar
an membuang sampah,
(2). Dibuat bak pengontrol serta saringan agar
sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang de-
ngan cepat agar tidak mengendap,
(3). Pemberian sanksi kepada siapapun yang melang
gar aturan terutama pembuangan sampah sembarang
an agar mengetahui penting nya melanggar drainase,
4). Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugi
an serta memperbaiki konservasi lingkungan,
(5). Mengelola limpasan dengan cara mengembang
kan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan
air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan
fasilitas resapan,
3. Penyebab turunnya Kapasitas layanan drainase
(1). Tingginya tingkat pengendapan sedimen pada
dasar saluran: hal ini mengurangi luas penampang
aliran didalam saluran, sehingga kapasitas saluran
drainase akan mengalami degradasi yang cukup signi
fikan.
(2). Kurangnya kepedulian masyarakat kota, teruta ma
dalam hal penanganan sampah, yang cukup banyak
mengalir kedalam saluran dan memicu dan
mempercepat proses pengendapan sedimen yang
terbawa oleh aliran pada saat terjadinya banjir,
(3). Kondisi saluran drainase yang umumnya dalam
bentuk tertutup: tepaksa dilakukan akibat desakan
kebutuhan ruang untuk pergerakan kendaraan dan
sehingga pemeliharaan drainase sulit dilakukan,
Jurnal 09
MINGGU KESEMBILAN
2.8. Penyebab Genangan dan Pemeliharaan Drainase
i. Penyebab genangan
(1). Dimensi Saluran drainase yang tidak sesuai,
(2). Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah
aliran sistem drainase,
(3). Elevasi saluran tidak memadai,
(4). Lokasi merupakan retensi air yang diubah
fungsinya misalnya menjadi permukiman. Ketika
berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan
belum dihuni adanya genangan tidak menjadi
masalah, dan masalah timbul ketika daerah tersebut
dihuni,
(5). Tanggul kurang tinggi,
(6). Kapasitas tampungan kurang besar,
(7). Dimensi gorong-gorong terlalu kecil,
(8). Adanya penyempitan saluran.
(9). Tersumbatnya saluran oleh endapan, sedimen tasi
atau timbunan sampah,
2. Konsep Pemeliharaan
(1). Tata guna lahan daerah perencanaan yang akan
berpengaruh terhadap kesediaan tanah dan
kepadatan lalu lintas,
(2). Kemampuan pengaliran air buangan dengan tetap
memperhatikan jenis bahan saluran yang
dipergunakan,
(3). Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan salur
an drainase,
2.9. Drainase pada beberapa bangunan Infrastruktur
1. Drainase Jalan
 Drainase jalan dibedakan untuk drainase perko taan
dan luar perkotaan dan umumnya di perkotaan dan
luar perkotaan drainase jalan menggunakan drainase
muka tanah (surface drainage),
 Drainase diperkotaan, saluran muka tanah ditutup
sebagai bahu jalan atau trotoar walaupun disebagian
luar perkotaan saluran muka tanah tidak ditutup (ter
buka) sehingga air masuk ke saluran dengan bebas,
 Drainase jalan di perkotaan elevasi atas selalu lebih
rendah dari sisi atas muka jalan sehingga air masuk
melalui inlet yang berupa inlet tegak maupun inlet
horisontal dimana air masuk ke inlet berdasarkan
keadaan dan posisi jalan,
 Pada jalan yang lurus letak saluran pada sisi kiri dan
kanan dan adanya jalan yang miring kekiri dan sesuai
dengan kondisi jalan maka saluran air mengarah
kebahu jalan atau ketepi jalan, sedangkan jika
kemiringan jalan kearah median jalan maka saluran
ditempatkan pada median jalan,
 Jika jalan tidak lurus, atau membelok / menikung
maka kemiringan jalan ke satu arah kebagian dalam
tikungan maka akah saluran hanya satu arah pada sisi
rendah atau air dialirkan kearah jalan tikungan
dalam,
 Pada pada kondisi jalan miring seperti ini maka pada
jarak tertentu saluran drainase direncanakan adanya
pipa nol yang terletak dibawah badan jalan dengan
tujuan untuk dapat mengalirkan air dari saluran,
2. Drainase Lapangan terbang
 Drainase lapangan terbang pembahasannya difokus
kan pada drybase area runway (pengeringan pada
landasan pacu) dan shoulder (bahu landasan pacu
karena runway dan shoulder merupakan area yang
sulit diresapi air, maka analisis kapasitas atau debit
hujan mempergunakan rumusan drainase muka
tanah atau surface drainage,
 Kemiringan keadaan melintang untuk runway
umumnya lebih kecil atau sama dengan (≤) 1,50%, dan
kemiringan shoulder ≤ 2,50%-5,00% dan kemiringan
memanjang ditentukan ≤ 0,10% (hampir rata sesuai
dengan ketentuan FAA AS, dengan tinggi genangan
maksimum 14 cm dan harus segera dapat dialirkan,
untuk itu diperlukan interception ditch,
3. Drainase lapangan Olah raga
 Drainase lapangan olah raga direncanakan berdasar
kan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan
tanah, tidak ada runoff (limpasan air) pada muka
tanah dan terjadi erosi sehingga diperlukan sub
surface drain (drainase bawah tanah),
 Kemiringan lapangan olah raga tidak boleh kurang
dari 0,007, dan rumput dilapangan seperti lapangan
sepak bola harus bisa tumbuh dan terpelihara dengan
baik,
 Disisi kiri kanan disekeliling lapangan olah raga
sepak bola tersebut harus dibangun dan dipasang
drainase kolektor (collector drain), yang tujuan
utamanya adalah supaya runoff dapat segera diatasi
dengan air secepatnya masuk ke collector drain,
Jurnal 10
MINGGU KESEPULUH
2.10. Saluran Drainase Terbuka dan drainase tertutup
 Sebelumnya telah disinggung sedikit tentang darinase
terbuka dan tertutup tetapi belum dibahas secara
rinci terhadap pilihan penggunaan drainase terbuka
dan drainase tertutup tersebut.
1. Saluran Drainase Terbuka
(1). Saluran drainase terbuka dikiri kanan jalan:
(i). Saluran drainase ini biasanya berfungsi untuk
menampung air hujan dari jalan, dan saluran ini
distandarisasikan dimana dimensinya tergantung dari
lebar jalan, kecuali ditujukan untuk menampung air
hujan dari lingkungan sekitarnya,
(ii). Dimensi dari saluran drainase ini tergantung dari
luas daerah tangkapan air (cathment area), return
period, dan bentuk daerah tangkapan air,
(2). Saluran Drainase terbuka dikawasan Permukiman
 Saluran drainase permukiman ini biasanya termasuk
juga drainase untuk perdagangan, drainase untuk
daerah industri, daerah perkantoran dan daerah-
daerah sejenis lainnya,
 Umumnya dimensi dari saluran drainase ini
cenderung ke debit dan dimensi yang besar karena
menyangkut cathment area yang luas,
 Karena besarnya debit air yang dialirkan dan dimensi
dari saluran drainase ini bentuknya berupa trapesium
dan segi empat dan demi keamanan lingkungan
permukiman dan lingkungan lainnya dan bangunan
maka umumnya talud saluran dibuat dari bangunan
terstruktur seperti pasangan batu, beton bertulang
serta box culvert,
2. Saluran Drainase Tertutup
(1). Saluran drainase tertutup merupakan bagian dari
sistem saluran drainase pada tempat tertentu, seper
ti kawasan pasar, perdagangan dan lain sejenisnya
yang tanah permukaannya tidak memungkinkan
untuk dibuat saluran terbuka,
(2). Saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2
macam:
(i). Awalnya saluran terbuka kemudian ditutup
dengan plat beton,
(ii). Direncanakan sebagai saluran tertutup, dengan
aliran bebas, dimana aliran air dapat mengalir
dengan bebas,
(iii). Direncanakan sebagai saluran tertutup dengan
aliran bertekanan,
3. Keuntungan dan kerugian saluran terbuka/tertutup
(1). Pada saluran tertutup bahwa Keuntungannya
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,
(2). Pada saluran tertutup bahwa keuntungannya
dapat memanfaatkan pada areal yang terbatas,
(3). Pada saluran tertutup bahwa keuntungannya
dapat mengesankan memperhatikan kebersihan, se
hingga saluran tertutup cocok untuk daerah perkota
an,
(4). Pada saluran tertutup bahwa kerugiannya bahwa
pemeliharannya jauh lebih sulit daripada saluran
drainase terbuka,
(5). Pada saluran tertutup bahwa kerugiannya
bahwafasilitas harus disediakan seperti adanya bak
kontrol, manhole, saringan sampah pd bagian hulu,
Pembahasan
BAGIAN III
PERENCANAAN DRAINASE
BAGIAN III
PERENCANAAN DRAINASE

3.1. Konsep dasar


 Konsep dasar perencanaan sistem drainase yang
direkomendasikan sebagai acuan adalah sebagai
berikut:
1. Sedapat mungkin memanfaatkan drainase alam yang
dimiliki oleh daerah rencana,
2. Aliran limpasan harus dibatasi dengan berprinsip
pada:
(1). Limpasan air hujan selama belum berbahaya,
dihambat semaksimal mungkin agar ada kesempatan
untuk infiltrasi, sehingga limpasan berkurang,
(2). Kecepatan aliran dalam saluran tidak terlalu
tinggi sehingga tidak merusak konstruksi saluran
tetapi tidak boleh terlalu rendah untuk menghindari
terjadinya penggerusan dinding saluran akibat terlalu
tingginya kecepatan dan tidak terjadi pengendapan
sepanjang saluran akibat aliran yang terlalu rendah,
(3). Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan
kemiringan kecil diusahakan mengikuti kemiringan
permukaan tanah, untuk kemiringan terjal didasar
kan pada kecepatan maksimum, dan untuk
kemiringan dasar saluran didasarkan pada kecepatan
maksimum yang self cleaning (membersihkan diri),
(4). Profil saluran harus optimal dan mampu menam
pung debit maksimum (debit banjir),
(5). Air hujan sedapat mungkin harus mencapai
badan air penerima untuk menghindari terjadinya
genangan atau luapan,
(6). Bagi daerah yang dapat menimbulkan genangan
atau pencemaran terhadap lingkungan aliran draina
senya tidak boleh bercampur sungai atau irigasi,
3. Saluran drainase harus sependek mungkin jaraknya
terhadap outfall (sungai atau badan penerima
lainnya),
4. Pada bagian - bagian yang sudah dalam operasional
pemeliharaan, diusahakan semaksimal mungkin
terjadi pemeliharaan yang memadai,
5. Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusaha
kan mudah ditangani dengan penambahan perleng
kapan saluran,
3.2. Landasan Normatif
 SNI 02-2406-1991, (atau SNI terbaru): Tata cara Peren
canaan Umum Perkotaan:
1. Landasan: didasarkan pada konsep kelestarian
lingkungan dan konservasi sumberdaya air yaitu
pengendalian air hujan agar lebih banyak meresap
kedalam tanah dan mengurangi aliran permukaan,
2. Tahapan: mengenai pembuatan rencana induk, studi
kelayakan, dan perencanaan detail, didasarkan pada
pertimbangan teknik , sosial ekonomi, finansial, dan
lingkungan, dilakukan dengan survei lokasi, topogra
fi, hidrologi, geoteknik tataguna lahan, institusi, pe
ran serta masyarakat, kependudukan, lingkungan
dan pembiayaan, penyediaan terhadap parameter
disain, penyiapan tanah, pelaksanaan drainase,
3. Data dan Persyaratan: data primer mencakup data
banjir meliputi luas, lama waktu, kedalaman rata-
rata, frequensi genangan keadaan fungsi, sistem,
geometri, dan dimensi saluran, daerah pengaliran
sungai, prasarana dan fasilitas kota yang sudah ada
dan yang akan direncanakan,
4. Kriteria: pertimbangan teknik ialah termasuk aspek
hidrologi, hidroulik, dan strktur, pertimbangan lain
meliputi biaya pemeliharaan,
5. Koordinasi dan tanggung jawab: pada seluruh penye
lenggara teknik pekerjaan dilaksanakan dibawah
seorang ahli yang berkompeten, dalam tim terpadu,
kemudian masalah yang tidak dapat diselesaikan
oleh pihak yang berwenang harus diselesaikan oleh
pihak berwenang diatasnya,
Jurnal 11
MINGGU KESEBELAS
3.3. Model Perhitungan drainase terbuka
1. Kecepatan saluran
 Untuk menghitung besarnya kapasitas saluran
digunakan persamaan kontinuitas dan dengan ru-
mus Manning:
Q = V.A
V = (R.2/3.S) : n
dimana
Q = debit pengaliran (m³/detik)
V = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
R = jari-jari (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
n = koefisien kekasaran dinding Manning,
2. Kecepatan aliran
 Penentuan kecepatan aliran dimana saluran yang
direncanakan didasarkan pada kecepatan minimum
yang diperbolehkan agar tetap aman,
(1). Kecepatan aliran maksimum yang diperbolehkan
adalah 3,0 m³/detik adalah merupakan kecepatan
aliran terbesar yang tidak akan mengakibatkan
penggerusan pada lahan saluran,
(2). Kecepatan aliran minimum yang diperbolehkan
adalah 6,0 m³ / detik yaitu merupakan kecepatan
aliran terendah dimana tidak terjadi pengendapan
pada saluran (yaitu saat tercapainya self cleaning)/
membersihkan diri, dan tidak mendorong terjadinya
pertumbuhan tanaman air dan ganggang, atau jenis
tanaman air lainnya,
3. Kemiringan dasar saluran dan talud saluran
 Kemiringan yang dimaksudkan adalah kemiringan
dasar saluran, sedangkan talud saluran adalah
kemiringan dinding saluran,
 Kemiringan dasar saluran direncanakan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan pengaliran secara
gravitasi, dengan batas kecepatan minimum sehing
ga tidak terjadi pengendapan-pengendapan di dasar
saluran,
 Kecepatan maksimum tidak boleh terjadi, sehingga
menimbulkan perusakan pada dasar saluran mau
pun pada dinding saluran, dengan maksud bahwa
daya aliran dapat membersihkan endapan sendiri
(self cleaning velocity),
4. Ambang batas ( free board)
 Ambang batas pada saluran dan perlengkapan adalah
jarak vertikal dari permukaan saluran /perlengkapan
saluran tertinggi terhadap permukaan air didalam
saluran / perlengkapan saluran tersebut,
 Ambang batas ini harus menjadi pedoman yang tidak
boleh dilanggar dengan maksud supaya air banjir
maksimum tidak meluap,
5. Penampungan Saluran
 Bentuk saluran yang umum yang akan digunakan
adalah dalam bentuk / penampang bulat (setengah
lingkaran), dan persegi empat, serta trapesium,
 Dalam keadaan khusus juga dapat digunakan penam
pang segitiga dan penampang lain jika dipandang
sangat diperlukan,
3.4. Langkah-langkah dan data yang diperlukan dalam
perencanaan (1).
1. Analisis Hujan
2. (1). Hujan merupakan komponen masukan yg paling
penting dalam proses analisis hidrologi, karena
kedalaman curah hujan (railfall depth) yang turun
dalam suatu DAS akan dialihgunakan menjadi aliran
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface
runoff, aliran antara (interflow, sub-surface runoff,
maupun sebagai aliran air tanah (ground water flow),
3. (2). Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat di
anggap sebagai kedalaman hujan, diperlukan sejum
lah statiun hujan dengan pola penyebaran oleh Word
Meteorogical Organization, dengan alat ukur hujan
biasa (manual rain gauge) dan automatic rain gauge,
3. Analisis Frequensi dan Probabilitas Hujan
(1). Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa
partikel-partikel air dengan φ 0,5 mm atau lebih. Jika
jatuhnya sampai ke tanah maka disebut hujan, tetapi
jika jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena
menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut kabut.
(2). Hujan juga disebut dan di definisikan dengan uap
yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam
rangkaian proses hidologi,
4. Analisis Intensitas Curah Hujan
Intensitas hujan adalah perbandingan antara
besarnya curah hujan dengan waktu (mm/jam), yang
kegunaannya adalah untuk perhitungan hidrograf
debit banjir rencana, (Rumus Mononobe)
4. Analisis Debit Limpasan
5. Salah satu penyebab terjadinya genangan-genangan
air hujan pada suatu kawasan adalah volume
limpasan air hujan tidak ditampung oleh saluran
drainase yang ada, atau intensitas curah hujan yang
terjadi melebihi dengan intensitas curah hujan yang
digunakan dalam perencanaan drainase yang ada
(Metode Rasional)
6. Analisis Hidrolika
7. Untuk mengetahui apakah saluran drainase yang ada
dimensinya sudah cukup untuk mengalirkan debit
hujan yang ada, maka perlu dilakukan perhitungan
dan model-model dilaboratiium terhadap kapasitas
saluran drainase existing, sebelum dilaksanakan di
lapangan,
3.5. Langkah-langkah dan data yang diperlukan dalam
perencanaan (2).
1. Perhitungan data curah hujan
 Cara yang dipakai dalam menghitung curah hujan
rata-rata adalah dengan rata-rata metode Thiesen,
biasa digunakan untuk daerah-daerah dimana titik
dari pengamat hujan tidak tersebar merata, dan
hasilnyapun lebih teliti.
(1). Stasiun pengamat digambar pada peta, dan ditarik
garis hubung masing-masing stasiun
(2). Garis bagi tegak lurus garis hubung tersebut
membentuk poligon-poligon mengelilingi tiap
stasiun, dan hindari bentuk poligon segitiga tumpul,
(3). Sisi setiap poligon merupakan batas-batas daerah
pengamat yang bersangkutan,
• (4). Hitung luas tiap poligon yang terdapat didalam
DAS dan luas DAS seluruhnya dengan planimetri dan
luas tiap poligon dinyatakan sebagai persentase dari
luas DAS seluruhnya, selain itu menghitung luas juga
bisa menggunakan kertas milimeter block,
2. Data Curah Hujan
(1). Dalam perencanaan drainase, komponen yang
paling pertama di data ialah komponen curah hujan,
dan hujan rencana yang dimaksud adalah hujan
harian maksimum yang akan digunakan untuk per
hitungan intensitas hujan, kemudian intensitas ini
digunakan untuk mengistimasi debit rencana,
(2). Untuk berbagai kepentingan perancangan draina
se, data hujan harian digunakan, tetapi juga distribu
si bisa jam, yg membawa konskuensi pemilihan data,
(3). Dalam perencanaan saluran drainase periode
ulang yang dipergunakan tergantung dari fungsi
saluran serta daerah tangkapan hujan yang akan
dikeringkan,
(4). Menurut pengalaman penggunaan periode ulang
untuk perencanaan (Wesley 2008)
1. Saluran kwarter : periode ulang 1 tahun
2. Saluran tertier : periode ulang 2 tahun
3. Saluran sekunder: periode ulang 5 tahun
4. Saluran primer : periode ulang 10 tahun
3. Analisis Curah Hujan Rerata Daerah
(1). Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui
profil muka air sungai dan rancangan suatu drainase
ialah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, yang disebut curah hujan wilayah,
Jurnal 12
MINGGU KEDUABELAS
3.6. Perencanaan Sistem Drainase berkelanjutan
1. Berkembangnya suatu wilayah dapat mengurangi
jumlah air hujan yang terserap ke dalam tanah dan hal
tersebut harus segera ditindak lanjuti untuk
mencegah terjadinya banjir,
2. Pada saat ini limpasan air permukaan dari daerah
yang diperkeras seperti lahan parkir, wilayah industri,
wilayah perkantoran dan jalan hanya untuk
dilimpaskan ke selokan sebelum akhirnya mengalir ke
sungai, dan jika hujan yang turun sangat deras saluran
drainase tidak dapat menampung limpasan dan
mengakibatkan banjir,
3. Sistem drainase berkelanjutan mengatur air hujan
yang jatuh disuatu wilayah DAS dengan menyerupai
apa yang terjadi secara alamidan ramah lingkungan,
4. Sistem ini mencegah banyak masalah dari limpasan
air permukaan dengan mengurangi dampak dari
kuantitas aliran air berlebih, dan manfaat lain dari
sistem ini adalah:
1. Menyediakan ketahanan lingkungan dengan cara
menjaga kualitas dan kuantitas air,
2. Mengurangi erosi dengan mengontrol frekuensi
dan volume limpasan air permukaan,
3. Mencegah dan memperbaiki polutan pada air
permukaan untuk menjaga kualitas lingkungan,
4. Menambah kapasitas cadangan sumber daya air,
5. Berikut ini Inggris dari banyak negara yang telah
berhasil mengembangkan sistem drainase berkelan
jutan dengan berbagai metode unggulannya:
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan

1 Green Roofs Taman diatas rumah tinggal

2 Living Walls Penanaman tumbuhan pada


dinding vertikal
3 Rain Gardens Taman dg tanah porous yg ber
fungsi sbg tangkapan air hujan
4 Permeable Surface Permukaan berpori yang dapat
dilalui air
5 Grass Grid Paving block berlubang yang
dapat ditumbuhi rumput
6 Filler Strips Penampung sementara limpas-
air permukaan yg jatuh pada
permukaan tanah yg tdk poros

.
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan

7 Sweles Saluran linier dgn dasar rata


yang bisa menampung limpas
an air permukaan dan menye
rap air kedalan tanah
8 Bio-retention Saluran penyerap air limpasan
pada permukaan yang diperke
ras dan ditumbuhi tumbuhan
9 Detention pools Kolam penampung sementara
dan penyerap air limpasan un
tuk waktu bbrp jam saja
10 Retention pools Kolam penyimpanan air limpas
. an yg sdh bersih dari polutan
dan penyerap air ke dlm tanah
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan

11 Pools Tempat penyedia air bersih yg


permanen atau semi-permanen
dan bebas dari polutan
12 Wetlands Tempat penyedia air bersih yg
sangat luas dengan volume air
bersih yg sangat banyak dan
merupakan tujuan akhir selain
danau dan sungai
13 Geo-celluler Plastik geo-membrane penya
ring polutan pada limpasan air
yg akan masuk kedalam tanah

.
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan

14 Crosswave Material plastik penyimpan res


apan air hujan yang disimpan
dibawah area terbuka sbg tem
pat jatuhnya air hujan
15 Up-Flo Filter Teknologi penyaring air limpa
san permukaan yg mengandung
banyak polutan dan disalurkan
ke kolam-kolam detensi atau
retensi
16 Flo-Well Tangki berlobang penampung
air limpasan hujan yg disimpan
di dlm tanah dan dilapisi kerikil
. guna menyaring polutan sebe
lum diserap tanah
6. Pengelolaan limpasan air permukaan harus
dilakukan dari skala terkecil seperti rumah tinggal
atau yg disebut source control berlanjut ke skala yg
lebih besar seperti kawasan dan wilayah kota atau yg
disebut site control dan regional control,
7. Pengelolaan air limpasan ini dapat mengurangi
potensi bencana banjir didaerah hulu karena dibagi
an hilir air limpasan sudah dikelola sebelumnya, dan
memperbanyak cadangan air tanah. Penentuan skala
pengelolaan limpasan permukaan ini dapat pula
mempermudah dalam melakukan perawaran dari
setiap metode,
8. Metode-metode sistem drainase berkelanjutan yang
diterapkan tsb dikelompokkan dlm 2 tipe fasilitas
penahan air hujan: Penyimpanan dan penyerapan
Jurnal 13
MINGGU KETIGABELAS
3.7. Dasar Kelayakan sistem Saluran Drainase
 Untuk menentukan kelayakan dalam menentukan
rencana pembuatan saluran drainase ditinjau dari
beberapa aspek:
1. Kelayakan Teknis
(1). Perhitungan hidrologi dilakukan untuk menda
patkan debit rencana dan perhitungan hidrolika un-
tuk mendapatkan dimensi saluran dengan memper
hatikan ketentuan:
(i). Tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari
permukaan air maksimum sampai ke permukaan
tanggul saluran atau muka tanah,
(ii). Debit maksimum bangunan perlintasan (gorong-
gorong) dihitung sebesar 1,1 sampai 1,5 kali debit
maksimum saluran,
(iii). Kecepatan maksimum ditentukan oleh kekasar
an dinding dari dasar saluran. Untuk saluran tanah V
= 0,7 m/det, pasangan batu kali V = 2 m/det, pasangan
beton V = 3 m/det. Kecepatan maksimum dan
minimum saluran juga ditentukan oleh kemiringan
talud saluran,
(iv). Kecepatan minimum yang diijinkan adalah
kecepatan yang paling rendah yang akan mencegah
pengendapan dan tidak menyebabkan berkembang
nya tanama-tanaman air.
(v). Bentuk saluran drainase umumnya trapesium,
segiempat, bulat, setengah lingkaran, segitiga atau
kombinasi dari masing-masing bentuk tersebut,
(vi). Kecepatan saluran rata-rata dihitung dengan
rumus Manning /Stricker/Chezy,
(vii). Apabila didalam saluran existing terdapat nilai
kekasaran dinding atau koefisien Manning yang
berbeda satu dengan lainnya, maka dicari nilai
kekasaran dinding ekuivalen,
(viii). Debit rencana drainase perkotaan dihitung
dengan metode rasional yang telah dimodifikasi dan
atau typical hydrogram for urban areas,
(ix). Debit rencana saluran primer dalam kota atau
yang melintasi kota dihitung dengan flood hydro
graph,
(x). Koefisien limpasan (runoff ) ditentukan berdasar
kan tata guna lahan daerah tangkapan,
2. Usulan pembangunan sistem drainase harus dibuat
minimal 2 alternatif dengan ketentuan sebagai beri
kut:
(i). Meminimalkan pembebasan tanah dengan cara
sebagai berikut:
(a). Untuk saluran baru dengan menggunakan
saluran profil ekonomis,
(b). Untuk saluran yang dinormalisasikan sebaiknya
menggunakan saluran profil ekonomis (jika kondisi
lapangan memungkinkan) atau profil tegak lurus,
(c). Untuk saluran rehabilitasi menggunakan profil
saluran sesuai rencana semula,
(ii). Semaksimal mungkin memakai sistem drainase
aliran gravitasi untuk hal-hal sebagai berikut:
(a). Untuk dataran rendah atau pantai sebagian
gravitasi sebagian polder, tergantung muara saluran,
sistem gravitasi lebih baik jika saluran lebih rendah,
(b). Pada dataran tinggi harus sistem gravitasi,
(iii). Kriteria Kelayakan teknis
(a). Memenuhi persyaratan kekuatan struktur dengan
analisis sebagai berikut:
1). Analisis kestabilan terhadap guling,
2). Analisis ketahanan terhadap geser,
3). Analisis kapasitas daya dukung tanah pada dasar
dinding penahan
.4). Analisis tegangan dalam dinding penahan tanah
(b). Memenuhi persyaratan hidrologi
1). Data curah hujan minimal 10 tahun terakhir untuk
masing-masing stasiun pengamat hujan yang ada
didalam daerah tersebut,
2). Debit banjir rencana sesuai dengan kala ulang
yang ditentukan,
3). Perhitungan debit saluran dengan menggunakan
rational method,
4). Perhitungan waduk dan pompa dengan menggu
nakan hydrograph satuan untuk daerah perkotaan
(iii). Memenuhi persyaratan hidrolika :
(a). Debit saluran memenuhi hukum kontinuitas,
(b). Perhitungan dimensi
Hn  Ho(a  b.Bn / Bo  c.Cn(Co saluran
d .Dn / Do  ...) menggunakan
formula Manning/Strikler/Chezy,
(c). Saluran sebaiknya terbuka kecuali dalam kondisi
khusus dapat tertutup,
(iv). Material yang dibutuhkan harus dapat diperoleh
dengan mudah dilokasi pekbangunan, sebaiknya
menggunakan material dalam negeri,
(v). Dapat dilaksanakan dengan kemampuan yg ada
(vi). Operasi/pemeliharaan dapat dengan mudah,
2. Kelayakan Ekonomi
 Analisis ekonomi dilakukan dengan memperhatikan
pengaruh langsung dan tidak langsung. Biaya pemba
ngunan, biaya operasi, dan biaya pemeliha raan,
(1). Manfaat proyek Saluran drainase dihitung dari
pengaruh / manfaat langsung,
(2). Biaya proyek saluran drainase dihitung dari biaya
pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan,
(3). Pengaruh manfaat langsung terdiri dari:
(i). Hitung pengurangan biaya untuk pembuatan dan
perbaikan sistem saluran drainase yang rusak,
(ii). Hitung pengurangan biaya untuk pembuatan dan
perbaikan prasarana dan sarana kota lainnya yang
rusak, seperti jalan, jaringan kabel bawah tanah,
(iii). Adanya pengurangan biaya untuk pembuatan
dan perbaikan bangunan dan rumah-rumah yang
rusak: rumah sakit, puskesmas, kantor pemerintah,
dan swasra, serta permukiman penduduk,
(iv). Adanya pengurangan biaya penanggulangan aki
bat genangan : jalan, taman kota, lapangan olah raga,
(v). Biaya harga tanah menjadi mahal,
(vi). Pengurangan risiko banjir,
(vii). Penurunan biaya produksi,
(4). Pengaruh/manfaat tidak langsung
(i). Pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir:
kesehatan pendidikan, lingkungan,
(ii). Pengurangan biaya ekonomiyang harus ditang
gung masyarakat akibat banjir: produktivitas, perda
gangan, jasa pelayanan
(iii) Kenaikan harga tanah,
(iv). Peningkatan kegiatan ekonomi,
(v). Peningkatan penerimaan pajak,
(vi). Peningkatan kegiatan sektor swasta,
(vii). Pengembangan wilayah yang bersangkutan,
(5). Usulan biaya pembangunan
(i). Biaya dasar konstruksi untuk pekerjaan baru ma
upun perbaikan,
(ii). Biaya engineering,
(iii). Biaya pembebasan tanah,
(iv). Biaya pembuatan rencana teknik pengawasan,
(v). Biaya administrasi,
(vi). Biaya hiang (sunk cost),
(vii). Biaya pajak,
(viii). Biaya penggantian (replacement),
(ix). Biaya tidak terduga dari 10% biaya konstruksi,
(6). Biaya operasi Pemeliharaan,
(i). Peralatan,
(ii). Upah,
(iii). Material,
(iv). Adminiatrasi dan Umum,
(v). Penyusutan,
(7). Kelayakan Ekonomi dan Keuangan,
(i). NPV > 0,
(ii). IRR> tingkat bunga yang berlaku
(iii). BCR > 1
3. Kelayakan lingkungan
(1). Kelayakan lingkungan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, yaitu Peraturan
Menteri Lingkungan hidup Nomor 13 tahun 2010
Tentang Upaya Pengendalian Lingkungan Hidup,
(2). ketentuan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri
Lingkungan hidup ketentuan yang berlaku, yaitu
Peraturan Menteri Lingkungan hidup yang terbaru,
(3). Surat keputusan-keputusan dibawahnya yang
merupakan turunan dari surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup,
(4). Surat pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
pemantauan Lingkungan Hidup
Jurnal 14
MINGGU KEEMPATBELAS
UAS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai