Sistem Dreinase
Sistem Dreinase
Konsentrasi
MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA SUMBER DAYA
AIR
Oleh
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM.,MT., MH.
•1.1.Perkembangan Jalan
BAGIAN 1
PENGERTIAN DRAINASE
.
(2). Bentuk trapesium: umumnya saluran ini terbuat
dari tanah tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat
dari pasangan batu dan beton. Saluran ini
memerlukan cukup ruang , dan tujuannya berfungsi
untuk menampung dan mengalirkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik debit besar,
.
(3). Bentuk segitiga: Saluran ini terbuat dari pasangan
batu dan beton dan bentuk saluran ini tidak makan
ruang dan juga saluran ini jarang digunakan tetapi
mungkin digunakan dalam kondisi tertentu saja,
.
(4). Bentuk Setengah lingkaran: Saluran ini terdiri
dari pasangan batu dan atau beton dengan cetakan
yang telah disediakan dan bentuk dari saluran ini
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan serta air buangan domestik de
ngan debit yang besar,
.
Jurnal 04
MINGGU KEEMPAT
1.5. Pola Jaringan Drainase
Pola Jaringan drainase adalah perpaduan antara satu
saluran dengan saluran lainnya baik yang fungsinya
sama maupun berbeda dalam suatu kawasan
tertentu,
Dalam perencanaan sistem drainase yang baik adalah
membuat dimensi saluran sesuai dan harus ada kerja
sama antara saluran shg pengaliran air lancar
Beberapa model pola jaringan-jaringan yang dapat
diterapkan dalam perencanaan jaringan adalah:
1. Pola alamiah
Pola alamiah lebih tepat direncanakan untuk beban
sungai dari cabang lebih besar oleh karena itu
saluran cabang dibuat membentuk sudut miring,
2. Pola siku
Pola pembuatannya saluran cabang berada pada dae
rah yang mempunyai tofografi sedikit lebih tinggi
dari pada sungai, dimana sungai sebagai saluran
pembuang akhir berada ditengah kota
3. Pola paralel
Saluran cabang terletak sejajar dengan saluran
utama, dengan saluran cabang yang banyak dan
pendek-pendek apabila terjadi perkembangan kota
saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri,
4. Pola grid iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak dipinggir
kota sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan
dulu pada sal;uran pengumpulan,
5. Pola Radial
Pola ini lebih cocok untuk daerah bebukit sehingga
saluran direncanakan memencar ke segala arah, yang
terbagi sesuai dengan kebutuhan topografi dan
besarnya debit yang ada. Saluran ini sebelumnya
terpusat pada suatu titik (kolam) dari saluran utama
kemudian dari kolam disalurkan ke cabang-cabang
(sekunder),
6. Pola Jaring-jaring
Pada umumnya saluran pembuang sejajar dengan
jalan atau bangunan pembatas lainnya. Pola saluran
ini cocok direalisasikan pada topografi yang datar,
dan saluran ini cocok untuk daerah permukiman di
perkotaan, dan untuk daerah berbukit adalah kurang
tepat, dan pola jaring-jaring ada 4 type:
(1). Pola perpendicular: adalah pola jaringan penyalur
an air buangan yang dapat digunakan untuk sistem
terpisah maupun sistem tercampur sehingga banyak
diperlukan bangunan pengolahan,
(2). Pola Interceeptor dan pola zone: adalah pola
jaringan air buangan yang digunakan untuk sistem
tercampur sehingga tidak banyak diperlukan bangun
an pengolahan,
(3). Pola fan: adalah pola jaringan dengan dua sam
bungan saluran/cabang yang lebih dari dua saluran
menjadi satu menuju ke bangunan pengolahan dan
biasanya digunakan untuk saluran terpisah,
• (4). Pola radial: adalah pola jaringan yg pengalirannya
menuju ke segala arah mulai dari tengah kota, shg
mungkin diperlukan banyak bangunan pengolahan,
Pola Siku
Pola Paralel
Pola Grid Iron
Pola Radial
Pola Jaring-jaring
Jurnal 05
MINGGU KELIMA
1.6. Sistem Drainase menurut bentukannya
1. Land grading and smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan)
dan land smoothing (penghalusan permukaan lahan)
diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemi
ringan yang sesuai secara sistematis yang dibutuhkan
untuk penerapan saluran drainase permukaan,
Untuk efektivitas yang tinggi pekerjaan land grading
harus dilakukan secara teliti, sehingga ketidak
seragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang
memiliki cekungan merupakan tempat aliran
permukaan (runoff ) berkumpul harus dihilangkan,
Pada tanah cekungan air yang tak berguna dialirkan
secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan drainase
acak, drainase paralel, drainase mole,
Pada tanah cekungan air yang tak berguna dialirkan
secara sistematik melalui:
(1). Saluran parit (terbuka) yang disebut sebagai
saluran acak yang dangkal (shallow random field
drains)
(2) Dari shallow random field drains air dialirkan ke
lateral outlet ditch dimana lateral outlet ditch umum
nya dibuat 15-30 cm lebih dalam,
(3). Selanjutnya dari lateral outlet ditch diteruskan ke
saluran pembuangan utama (main outlet),
(4). Air dari saluran pembuangan lateral utama ini
dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi
dan apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus
dibuat bangunan pintu air, drop spillway atau pipa,
2. Drainase acak (random field drains)
Drainase acak (random field drains) adalah kegiatan
untuk mengatasi cekungan-cekungan dan lobang-
lobang tempat berkumpulnya air genangan di
permukaan
Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan
dengan kondisi tofografi lahan, dan kemiringannya
biasanya sedatar mungkin, hal ini untuk memu
dahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat
beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat.
Kondisi erosi yang terjadi pada lahan yang menga
lami cekungan biasanya tidak menjadi masalah
karena kemiringan / kelandaiannya rendah (relatif
datar), dan tanah bekas galian disebarkan ke lobang-
lobang tanah untuk mengurangi kedalaman saluran,
3. Drainase Paralel (Paralel field drains)
Saluran drainase Paralel (Paralel field drains) ini
tepat digunakan pada tanah yg relatif datar dengan
kemiringan kurang dari 1-2% ,
Sistem ini dikenal dengan bedding system dimana
saluran dibuat paralel, yang kadang-kadang jaraknya
antara saluran tidak sama, hal ini tergantung dari
panjang barisan saluran drainase dan jenis tanah
pada lahan tersebut,
Keuntungan dari drainase paralel dimana pada lahan
cukup banyak saluran drainase tegak lurus sehingga
jika dibandingkan dengan drainase land grading dan
smoothing, karena banyaknya alur tegak lurus
terhadap saluran drainase paralel ini akan saluran da
pat menjangkau seluruh areal,
Penambahan jarak diantara saluran paralel akan
menimbulkan kerugian karena jarak yang lebar akan
menimbulkan kerugian pada sistem bedding, yang
mana akan membutuhkan saluran paralel yang lebih
lebar dan dalam,
Pada sistem bedding yang lebar harus dibarengi
dengan pembuatan drainase land grading dan land
smoothing, terutama pada tanah gambut harus
dilengkapi dengan bangunan pompa dan/atau pintu
air yang tujuannya untuk mengalirkan air waktu
hujan supaya tidak banyak erosi,
Pada daerah tertentu dibuat sistem khusus setiap
jarak paralel berkisar 5-15 m, dan hasil galian diletak
kan diantara kedua saluran yg dapat dimanfaatkan
sebagai jalan inspeksi, waktu pemeliharaan saluran
4. Drainase Mole
Drainase mole biasa dengan lobang tikus, berupa
saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi
sama sekali dan pembuatannya tanpa menggali
tanah, cukup dengan menarik traktor, bentukan baja
bulat yang disebut mole, yang dipasang pada alat
seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedala
man yang dangkal,
Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan
alat expander, manfaatnya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang,
Tidak semua daerah memerlukan saluran irigasi, dan
biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian
dimana terdapat kombinasi dari keadaan-keadaan
berikut:
(1). Curah hujan total yang terjadi sepanjang tahun
tidak cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan
tanaman pertanian/perkebunan yang sebenarnya
sangat membutuhkan banyak air untuk pertumbuh
an tanaman,
• (2). Meskipun curah hujan cukup berlimpah tetapi
sifatnya hanya sporadis / sebagian waktu sehingga
tidak terdistribusi sepanjang tahun, yang sebenarnya
sangat berlimpah air
• (3). Terdapat banyak keperluan untuk meningkatkan
terhadap kualitas dan kuantitas hasil terhadap
pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara
layak dilaksanakan dan berkecukupan baik ditinjau
dari segi teknis, ekonomi maupun sosial, dan lain-
lainnya,
Jurnal 06
MINGGU KEENAM
Pembahasan
BAGIAN II
DRAINASE PERKOTAAN
•1.1.Perkembangan Jalan
BAGIAN II
DRAINASE PERKOTAAN
2.1. Definisi
1. Drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan
yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
sosial-budaya yang ada di kawasan kota,
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan
dan pengaliran air dari wilayah perkotaan meliputi 7:
(1). Permukiman
(2). Kawasan Industri dan perdagangan,
(3). Kampus dan sekolah,
(4). Rumah sakit dan fasilitas umum
(5). Lapangan olah raga dan lapangan parkir
(6). Instalasi militer
(7). Pelabuhan udara
2.2. Sistem penyediaan jaringan drainase (4)
1. Sistem drainase utama
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepen-
tingan sebagian besar warga masyarakat kota. Pada
drainase ini hampir seluruh warga masyarakat kota
menggunakan drainase ini,
2. Sistem drainase lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepen
tingan sebagian kecil warga masyarakat kota. Pada
drainase ini hanya sebagian warga masyarakat kota
menggunakan drainase ini berdimensi agak kecil,
3. Sistem Drainase terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air
limpasan. Masing-masing saluran pembuangan atau
air limpasan dilakukan secara terpisah, sehingga
dapat membedakan saluran untuk air genangan atau
air limpasan tersebut,
4. Sistem drainase gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama baik untuk air genangan atau
air limpasan yang telah diolah. Di jadikan satu untuk
saluran air genangan dan untuk saluran air limpasan
yang telah diolah, sehingga membutuhkan dimensi
dan debit yang besar unuk saluran air jenis ini,
2.3. Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengenda
lian banjir
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder
dan tertier melalui normalisasi maupun rehabilitasi
saluran guna menciptakan lingkungan yang aman
dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir
kiriman, maupun hujan lokal,
Masing-masing jaringan dapat di definisikan adalah
sebagai berikut:
(1). Jaringan primer: adalah saluran yang meman
faatkan sungai dan anak sungai
(2). Jaringan sekunder: adalah saluran yang meng-
hubungkan saluran tertier dengan saluran-saluran
primer, dibangun dengan beton atau pasangan batu,
(3). Jaringan tertier: adalah saluran untuk mengalir
kan air limbah rumah tangga ke saluran sekunder
berupa plesteran, pipa dan tanah
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase
bagi kawasan hunian dan kota, dimana harus dapat
dijamin kebutuhan drainase sebagaimana yang diha
rapkan bersama,
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development
need) dalam menunjang terciptanya skenario
pengembangan kota untuk kawasan andalan dan
menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada
Rencana Umum Tata Ruang Kota,
Arahan dalam pelaksanaannya adalah: (6)
(1). Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis
(2). Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak
sosial yang berat, dan tetap memperhatikan lingkung
an sekitarnya,
(3). Dapat dilaksanakan dengan teknologi yang seder
hana yang tetap diusahakan untuk menghasilkan
secara maksimal,
(4). Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran
yang ada, dimana saluran dimaksud harus telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan,
(5). Jaringan drainase harus mudah pengoperasian
nya, dengan tetap mempertahankan dan memperhati
kan kualitas drainase,
(6). Harus tetap mampu dapat mengendalikan debit
banjir yang ditampung sesuai dengan kualifikasi pada
saluran,
2.4. Bangunan-bangunan sistem drainase dan peleng-
kapnya
1. Bangunan-bangunan sistem saluran drainase adalah
bangunan-bangunan struktur dan bangunan-bangun
an nonstruktur
(1). Bangunan struktur: bangunan pasangan disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu
seperti bangunan rumah pompa, bangunan tembok
penahan tanah, bangunan terjunan yang cukup
tinggi, jembatan,
(2). Bangunan nonstruktur: bangunan pasangan atau
tanpa pasangan tidak disertai perhitungan-perhitung
an kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk, dan
siap pasangan seperti pasangan-pasangan konstruksi
pada kete rangan berikut ini:
(i). Dengan saluran cecil tertutup, tembok talud
saluran, manhole/bak control ususran cecil, street
inlet)
(ii). Tanpa pasangan seperti saluran tanah dan salur
an tanah berlapis rumput,
2. Bangunan pelengkap saluran drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan
untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk tujuan
fungsi-fungsi tertentu, meliputi antara lain:
(1). Basin/watershed: adalah bangunan dimana air
masuk kedalam sistem saluran tertutup dan air
mengalir bebas diatas permukaan tanah menuju
catch basin, dan catch basin dibuat pada tiap persim
pangan jalan, dan pada tempat-tempat yang rendah,
serta tempat parkir,
(2). Inlet: adalah bangunan bila ada tempat terbuka
dimana pembuangannya akan dimasukkan kedalam
saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu
konstruksi khusus inlet, dimana inlet ini harus diberi
saringan agar sampah tdk masuk ke saluran tertutup,
(3). Headwall: adalah bangunan dengan konstruksi
khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong dimaksudkan untuk melindungi dari
pengaruh longsoran dan erosi,
(4). Siphon: adalah bangunan yang dibangun terta
nam jika ada persilangan antara saluran drainase
dengan sungai, karena tertanam didalam tanah maka
pada waktu pembuangannya harus dibuat kuat
sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan
konstruksi,
Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihin
darkan perencanaan dengan menggunakan siphon
dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi
tetap untuk dibuat siphon dan saluran drainasenya
dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong,
(5). Manhole: adalah bangunan yang dibangun untuk
keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase
tertutup, disetiap saluran dibuat manhole untuk
pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk
selokan pada setiap jarak 10-25 meter.
Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya
ekonomis, dibuat cukup, asal dapat dimasuki oleh
orang dewasa , dan biasanya lubang manhole dibuat φ
60 cm dengan tutup dari besi baja atau dari bahan
beton bertulang,
Jurnal 07
MINGGU KETUJUH
Jurnal 08
MINGGU KEDELAPAN
2.5. Fungsi dan Tujuan Drainase
1. Fungsi drainase
(1). Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawas
an atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan
secara maksimal,
(2). Sebagai pengendali air ke permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air/banjir
(3). Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal,
(4). Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan
bangunan yang ada,
(5). mengendalikan air hujan yang berlebihan sehing
ga tidak terjadi bencana banjir,
(6). Mengeringkan bagian wilayah kota yang mana
permukaan lahannya rendah dari genangan sehingga
tidak akan menimbulkan dampak negatif berupa
kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik
masyarakat,
(7). Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan
air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri
/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta
benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan,
(8). Mengendalikan sebagian air permukaan akibat
hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air
dan kehidupan akuatik,
(9). Meresapkan air permukaan untuk menjaga
kelestarian air tanah, agar senantiasa selalu tetap
berimbang,
(10). Mengeringkan daerah becek dan adanya
genangan air,
(11). Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan
yang berlebihan,
12). Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan
bangunan-bangunan,
2. Fungsi drainase terbuka
(1). Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
permukiman,
(2). Pengendalian kelebihan air permukaan dapat
dilakukan secara aman, lancar dan efisien serta
sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan
(3). Untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
(4). Dapat mengurangi / menghilangkan genangan-
genangan air yang dapat menyebabkan bersarangnya
nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain seperti
demam berdarah, disentri, serta penyakit lain yg di
sebabkan kurang sehatnya lingkungan permukim an,
(5). Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-
prasarana fisik lain seperti jalan, kawasan permukim
an, kawasan perdagangan dari kerusakan serta
gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana
drainase,
(6). Melindungi alam seperti tanah, kualitas udara,
dan kualitas air,
(7). Menghindari bahaya, kerusakan materiel, kerugi
an dan beban-beban lain yang di sebabkan oleh
amukan limpasan banjir,
(8). Memperbaiki kualitas lingkungan dan konservasi
SDA
2.6. Permasalahan dan Manfaat drainase
• Permasalahan drainase
(1). Peningkatan debit: manajemen sampah kurang
memberi kontribusi percepatan pendangkalan / pe-
nyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai d an
saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak
mampu menampung debit yang terjadi, air meluap
dan terjadilah genangan,
(2). Peningkatan jumlah penduduk: meningkatnya
jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat akibat
dari adanya pertumbuhan maupun urbanisasi.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahan infrastruktur perkotaan , disamping itu
peningkatan penduduk selalu diikuti oleh pening
katan limbah baik limbah cair maupun pada sampah,
(3). Amblesan tanah: disebabkan oleh pengambilan
air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa
bagian kota berada dibawah muka air laut pasang,
(4). Penyempitan dan pendangkalan sungai
(5). Reklamasi,
(6). Limbah sampah dan pasang surut,
2. Manfaat drainase
(1). Mengeringkan daerah becek dan genagan air
sehingga tidak ada akumulasi air tanah,
(2). Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal,
(3). Mengendalikan erosi tanah , kerusakan jalan dan
bangunanyang ada,
(4). Mengendalikan air hujan yang berlebihan
2.7. Konsep Perencanaan dan Penanganan drainase
1. Perencanaan drainase
(1). Sedapat mungkin memanfaatkan drainase alam
yang dimiliki oleh daerah rencana,
(2). Aliran limpasan harus dibatasi dengan prinsip:
(i). Limpasan air hujan selama masih belum berbaha
ya dihambat semaksimal mungkin agar ada kesem
patan untuk infiltrasi sehingga limpasan berkurang,
(ii). Kecepatan aliran dalam saluran tidak terlalu
tinggi sehingga tidak merusak konstruksi saluran
tetapi saluran tidak boleh terlalu rendah untuk
menghindari terjadinya penggerusan dinding saluran
akibat terlalu tingginya kecepatan dan tidak terjadi
pengendapan sepanjang saluran akibat aliran yang
terlalu rendah,
(iii). Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan
kemiringan kecil diusahakan mengikuti kemiringan
permukaan tanah, untuk kemiringan terjal
didasarkan pada kecepatan maksimum dan untuk
kemiringan dasar saluran didasarkan pada kecepatan
maksimum yang self cleaning (membersihkan diri),
(iv). Profil saluran harus optimal dan mampu
menampung debit maksimum (debit banjir),
(v). Air hujan harus sedapat mungkin mencapai
badan air penerima untuk menghindari terjadinya
genangan dan luapan.
(vi). Bagi daerah yang dapat menimbulkan genangan
atau pencemaran terhadap lingkungan aliran draina
senya tidak boleh bercampur dengan sungai atau iri
gasi,
(3). Panjang saluran drainase harus diupayakan sepen
dek mungkin jaraknya terhadap pembuangan akhir
(out fall) baik yang berupa sungai atau bangunan
penerima lainnya seperti tempat penampungan dan
lainnya,
(4). Bagian-bagian yang mengalami kesulitan dalam
melakukan operasional pemeliharaan harus diupaya
kan semaksimal mungkin terjadi seperti kemudahan
mencapai akses, ketersediaan peralatan pemelihara
an lainnya yang diperlukan,
(5). Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusaha
kan mudah ditangani dengan penambahan perleng
kapan saluran dan menggunakan fasilitas mutu yang
sebaik-baiknya agar dapat menjamin keawetan ba
nguna konstruksi saluran,
2. Penanganan drainase
(1). Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadar
an membuang sampah,
(2). Dibuat bak pengontrol serta saringan agar
sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang de-
ngan cepat agar tidak mengendap,
(3). Pemberian sanksi kepada siapapun yang melang
gar aturan terutama pembuangan sampah sembarang
an agar mengetahui penting nya melanggar drainase,
4). Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugi
an serta memperbaiki konservasi lingkungan,
(5). Mengelola limpasan dengan cara mengembang
kan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan
air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan
fasilitas resapan,
3. Penyebab turunnya Kapasitas layanan drainase
(1). Tingginya tingkat pengendapan sedimen pada
dasar saluran: hal ini mengurangi luas penampang
aliran didalam saluran, sehingga kapasitas saluran
drainase akan mengalami degradasi yang cukup signi
fikan.
(2). Kurangnya kepedulian masyarakat kota, teruta ma
dalam hal penanganan sampah, yang cukup banyak
mengalir kedalam saluran dan memicu dan
mempercepat proses pengendapan sedimen yang
terbawa oleh aliran pada saat terjadinya banjir,
(3). Kondisi saluran drainase yang umumnya dalam
bentuk tertutup: tepaksa dilakukan akibat desakan
kebutuhan ruang untuk pergerakan kendaraan dan
sehingga pemeliharaan drainase sulit dilakukan,
Jurnal 09
MINGGU KESEMBILAN
2.8. Penyebab Genangan dan Pemeliharaan Drainase
i. Penyebab genangan
(1). Dimensi Saluran drainase yang tidak sesuai,
(2). Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah
aliran sistem drainase,
(3). Elevasi saluran tidak memadai,
(4). Lokasi merupakan retensi air yang diubah
fungsinya misalnya menjadi permukiman. Ketika
berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan
belum dihuni adanya genangan tidak menjadi
masalah, dan masalah timbul ketika daerah tersebut
dihuni,
(5). Tanggul kurang tinggi,
(6). Kapasitas tampungan kurang besar,
(7). Dimensi gorong-gorong terlalu kecil,
(8). Adanya penyempitan saluran.
(9). Tersumbatnya saluran oleh endapan, sedimen tasi
atau timbunan sampah,
2. Konsep Pemeliharaan
(1). Tata guna lahan daerah perencanaan yang akan
berpengaruh terhadap kesediaan tanah dan
kepadatan lalu lintas,
(2). Kemampuan pengaliran air buangan dengan tetap
memperhatikan jenis bahan saluran yang
dipergunakan,
(3). Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan salur
an drainase,
2.9. Drainase pada beberapa bangunan Infrastruktur
1. Drainase Jalan
Drainase jalan dibedakan untuk drainase perko taan
dan luar perkotaan dan umumnya di perkotaan dan
luar perkotaan drainase jalan menggunakan drainase
muka tanah (surface drainage),
Drainase diperkotaan, saluran muka tanah ditutup
sebagai bahu jalan atau trotoar walaupun disebagian
luar perkotaan saluran muka tanah tidak ditutup (ter
buka) sehingga air masuk ke saluran dengan bebas,
Drainase jalan di perkotaan elevasi atas selalu lebih
rendah dari sisi atas muka jalan sehingga air masuk
melalui inlet yang berupa inlet tegak maupun inlet
horisontal dimana air masuk ke inlet berdasarkan
keadaan dan posisi jalan,
Pada jalan yang lurus letak saluran pada sisi kiri dan
kanan dan adanya jalan yang miring kekiri dan sesuai
dengan kondisi jalan maka saluran air mengarah
kebahu jalan atau ketepi jalan, sedangkan jika
kemiringan jalan kearah median jalan maka saluran
ditempatkan pada median jalan,
Jika jalan tidak lurus, atau membelok / menikung
maka kemiringan jalan ke satu arah kebagian dalam
tikungan maka akah saluran hanya satu arah pada sisi
rendah atau air dialirkan kearah jalan tikungan
dalam,
Pada pada kondisi jalan miring seperti ini maka pada
jarak tertentu saluran drainase direncanakan adanya
pipa nol yang terletak dibawah badan jalan dengan
tujuan untuk dapat mengalirkan air dari saluran,
2. Drainase Lapangan terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokus
kan pada drybase area runway (pengeringan pada
landasan pacu) dan shoulder (bahu landasan pacu
karena runway dan shoulder merupakan area yang
sulit diresapi air, maka analisis kapasitas atau debit
hujan mempergunakan rumusan drainase muka
tanah atau surface drainage,
Kemiringan keadaan melintang untuk runway
umumnya lebih kecil atau sama dengan (≤) 1,50%, dan
kemiringan shoulder ≤ 2,50%-5,00% dan kemiringan
memanjang ditentukan ≤ 0,10% (hampir rata sesuai
dengan ketentuan FAA AS, dengan tinggi genangan
maksimum 14 cm dan harus segera dapat dialirkan,
untuk itu diperlukan interception ditch,
3. Drainase lapangan Olah raga
Drainase lapangan olah raga direncanakan berdasar
kan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan
tanah, tidak ada runoff (limpasan air) pada muka
tanah dan terjadi erosi sehingga diperlukan sub
surface drain (drainase bawah tanah),
Kemiringan lapangan olah raga tidak boleh kurang
dari 0,007, dan rumput dilapangan seperti lapangan
sepak bola harus bisa tumbuh dan terpelihara dengan
baik,
Disisi kiri kanan disekeliling lapangan olah raga
sepak bola tersebut harus dibangun dan dipasang
drainase kolektor (collector drain), yang tujuan
utamanya adalah supaya runoff dapat segera diatasi
dengan air secepatnya masuk ke collector drain,
Jurnal 10
MINGGU KESEPULUH
2.10. Saluran Drainase Terbuka dan drainase tertutup
Sebelumnya telah disinggung sedikit tentang darinase
terbuka dan tertutup tetapi belum dibahas secara
rinci terhadap pilihan penggunaan drainase terbuka
dan drainase tertutup tersebut.
1. Saluran Drainase Terbuka
(1). Saluran drainase terbuka dikiri kanan jalan:
(i). Saluran drainase ini biasanya berfungsi untuk
menampung air hujan dari jalan, dan saluran ini
distandarisasikan dimana dimensinya tergantung dari
lebar jalan, kecuali ditujukan untuk menampung air
hujan dari lingkungan sekitarnya,
(ii). Dimensi dari saluran drainase ini tergantung dari
luas daerah tangkapan air (cathment area), return
period, dan bentuk daerah tangkapan air,
(2). Saluran Drainase terbuka dikawasan Permukiman
Saluran drainase permukiman ini biasanya termasuk
juga drainase untuk perdagangan, drainase untuk
daerah industri, daerah perkantoran dan daerah-
daerah sejenis lainnya,
Umumnya dimensi dari saluran drainase ini
cenderung ke debit dan dimensi yang besar karena
menyangkut cathment area yang luas,
Karena besarnya debit air yang dialirkan dan dimensi
dari saluran drainase ini bentuknya berupa trapesium
dan segi empat dan demi keamanan lingkungan
permukiman dan lingkungan lainnya dan bangunan
maka umumnya talud saluran dibuat dari bangunan
terstruktur seperti pasangan batu, beton bertulang
serta box culvert,
2. Saluran Drainase Tertutup
(1). Saluran drainase tertutup merupakan bagian dari
sistem saluran drainase pada tempat tertentu, seper
ti kawasan pasar, perdagangan dan lain sejenisnya
yang tanah permukaannya tidak memungkinkan
untuk dibuat saluran terbuka,
(2). Saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2
macam:
(i). Awalnya saluran terbuka kemudian ditutup
dengan plat beton,
(ii). Direncanakan sebagai saluran tertutup, dengan
aliran bebas, dimana aliran air dapat mengalir
dengan bebas,
(iii). Direncanakan sebagai saluran tertutup dengan
aliran bertekanan,
3. Keuntungan dan kerugian saluran terbuka/tertutup
(1). Pada saluran tertutup bahwa Keuntungannya
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,
(2). Pada saluran tertutup bahwa keuntungannya
dapat memanfaatkan pada areal yang terbatas,
(3). Pada saluran tertutup bahwa keuntungannya
dapat mengesankan memperhatikan kebersihan, se
hingga saluran tertutup cocok untuk daerah perkota
an,
(4). Pada saluran tertutup bahwa kerugiannya bahwa
pemeliharannya jauh lebih sulit daripada saluran
drainase terbuka,
(5). Pada saluran tertutup bahwa kerugiannya
bahwafasilitas harus disediakan seperti adanya bak
kontrol, manhole, saringan sampah pd bagian hulu,
Pembahasan
BAGIAN III
PERENCANAAN DRAINASE
BAGIAN III
PERENCANAAN DRAINASE
.
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan
.
Drainase berkelanjutan di negara Inggris (16)
No Metode Drainase Penjelasan