Mursalih FDK
Mursalih FDK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
Mursalih
NIM 101054022778
Dibawah Bimbingan
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
MURSALIH
NIM 101054022778
Skripsi berjudul Pendidikan Non Formal Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Anak
Jalanan Oleh Yayasan Pesantren Islam Boarding School of Cipete ( YPI BSC ) Al-
Futuwwah, Cipete Utara, Jakarta Selatan telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 01 Desember
2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Sidang Munaqasyah
Anggota,
Penguji I Penguji II
Pembimbing,
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 8
D. Ekonomi................................................................................. 32
36
E. Sumber Data........................................................................... 46
............................................................................................... 49
Futuwwah ......................................................................... 65
Non Formal....................................................................... 80
A. Kesimpulan ............................................................................ 85
B. Saran ...................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
masalah-masalah sosial.
perubahan sosial yaitu kehadiran anak jalanan yang pada umumnya tidak terdidik
dan tanpa keahlian tertentu. Pusat-pusat keramaian tidak luput dari anak jalanan,
dikunjungi masyarakat seperti mal, swalayan, perempatan jalan, tempat ibadah dan
lain-lain.
tumbuh subur bak jamur dimusim hujan terutama setelah Negara kita dilanda krisis
untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum
lainnya.1 Anak jalanan cenderung lepas dari pembinaan keluarga, sekolah dan
kesejahteraan sosial.2
Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda
dengan apa yang ada di lingkungan keluarga dan sekolah. Keberadaan yang tidak
pemandangan dan keindahan taman. Mereka berkerja apa saja asal menghasilkan
uang, seperti pengamen jalanan, tukang koran, semir sepatu, ojek payung sampai
pada pemulung.
telah menimbulkan persoalan lain dalam bentuk tidak adanya tempat tinggal
karena biaya kost rumah yang tidak mungkin mereka dapat untuk membayarnya,
Oleh karenanya harus ada keinginan yang kuat untuk mengembangkan sisi
positifnya yaitu mereka mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk berkerja
spiritual dan skill atau keterampilan yang pada akhirnya mereka dapat hidup layak
Sesuai dengan firman Allah yang dijelaskan dalam Al-qur’an bahwa nasib
seseorang pada hakikatnya adalah tergantung pada orang itu sendiri (sesuai dengan
Dalam rangka memenuhi kabutuhan hidup dan merbah nasib atau keadaan
maka setiap manusia diwajibkan untuk berusaha atau bekerja. Allah SWT telah
karena perubahan nasib seseorang tergantung dengan apa yang mereka usahakan.
Motivasi kerja yang tinggi pada kahirnya akan menimbulkan produktivitas kerja
yang tinggi adalah merupakan hal yang fitrah dalam diri manusia yang telah
3
Al – Qur’an dan Terjemah (Ayat pojok bergaris), Departemen Agama RI, Th. 1998 h. 199
9 40 5678 ! .1☺3 ,-./0"
?@.B0C0" :;10<⌧>
J"KL0 :MB0" ! DEFG☺HI 0"
1HRHI P1Q N;O
:X YZR8 STQU%VWI 0"
D.1☺G. G:[E:\ ☺
Artinya: Dan katakanlah: “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta oran-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dankamu akan
dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakanya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.
S. At – Taubah: 105).4
Dari ayat di atas dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam motivasi
kerja kepada seluruh umat manusia, agar manusia dapat menghasilkan sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkannya karena hanya dengan produktivitas yang
tinggi semua keinginan dapat diraih dan menghindari dari sifat bermalas-malasan
menangani dan mempunyai perhatian terhadap masalah tersebut. Dalam hal ini
masyarakat atau lebih dikenal dengan nama LSM. Pada umumnya LSM
mempunyai konsep dalam hal pemberdayaan anak jalanan. Konsep tersebut secara
4
Ibid, h. 162
melalui gerakan-gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam hal ini anak jalanan yang
keahlian dan keterampilan dan semua orang yang berada dalam lingkungan
masyarakat.7
Boarding School of Cipete (YPI BSC) Al-Futuwwah) adalah salah satu dari sekian
banyak LSM atau lembaga sosial yang mempunyai konsep atau orientasi program
dalam hal pemberdayaan anak jalanan yang dikemas dalam pendidikan non formal,
peningkatan taraf ekonomi mereka. Hal tersebut dapat meringankan beban hidup
mereka dan dapat hidup mandiri. Hal ini sejalan dengan GBHN 1988 yang
5
Isbandi Rukminto Adi, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada
Pemikiran dan Pendidikan Praktis. (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001), Cet ke I, h. 135
6
Didik J. Rachbini, Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Grafindo,
2001), Cet ke I h. 131.
7
Soekidjo Noto Atmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) cet
ke 2 h.1
8
Drs. Sudjatmo, Semangat Kerjasama dan Keterbukaan Itu Perlu, (LP3S: Prisma no. 4, 1998), h.
57
Ada beberapa hal yang menjadi alasan pengambilan YPI BSC Al–
kerja anak jalanan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dengan pola
anak jalanan yang dikemas dalam program pendidikan non formal yang dilakukan
keterampilan lainnya. Jika dipandang bahwa anak didik mereka sudah siap untuk
bekerja maka YPI BSC Al-Futuwwah siap untuk menyalurkan ke berbagai bidang
pekerjaan, ini dikarenakan sudah terjalinnya hubungan kerja sama antara YPI BSC
Al-Futuwwah dengan beberapa perusahaa dan juga memberikan modal usaha bagi
Kedua, selain itu YPI BSC Al–Futuwwah adalah lembaga yang menerima
bantuan tetapi menolak adanya intervensi dari pihak donatur dalam pengambilan
malam kamis yaitu pengajian al-qur’an dan tajwid serta qiyamul lail dan
muhasabah.9
harus berusaha dengan tangan sendiri dan tidak selalu bergantung pada pemberian
9
Wawancara pribadi dengan M. Sanwani Naim (Pimpinan Yayasan Pesantren Islam BSC Al –
Futuwwah), Jakarta Januari 2006
orang lain, maka lembaga ini cukup berhasil dalam membina anak jalanan menjadi
tenaga terampil yang terdidik dengan menciptakan unit–unit usaha mandiri sebagai
lembaga tersebut dengan berbagai program pendidikan non formal yang ada di
lembaga tersebut, maka dalam penelitian ini mengambil judul “Pendidikan Non
Jakarta Selatan”.
membatasi masalah ini pada peraan yang dilakukan oleh YPI BSC Al – Futuwwah
peningkatan taraf ekonomi anak jalanan yang dilaksanakan oleh YPI BSC Al-
Futuwwah?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam
C. Tujuan Penelitian
formal bagi anak jalanan sebagai upaya peningkatan taraf ekonomi anak
D. Manfaat Penelitian
3. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui masyarakat umum,
baik masyarakat yang ada disekitar YPI BSC Al-Futuwwah ataupun berbagai
kalangan yang tertarik dan peduli terhadap anak jalanan guna memberikan
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan
kategori anak jalanan dan faktor dan sebab-sebab lahirnya anak jalanan.
BAB III : Metodologi penelitian yang meliputi lokasi penelitian, model dan desain
BAB IV : Temuan lapangan dan analisa data. Temuan lapangan meliputi gambaran
umum YPI BCS Al-Futuwwah, latar belakang berdirinya, visi dan misi, letak
lapangan meliputi pelaksanaan program pendidikan non hormal oleh YPI BCS
TINJAUAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
dipertukarkan.10
memungkinkan. Awalan “em” berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang berarti
didalamnya, oleh karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri
manusia, suatu sumber kreativitas yang ada didalam setiap manusia yang secara
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan
10
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’I, Pengembangan Masyarakat Islam Dari
Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 41
keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan suatu proses yang relativ
baik, dari yang tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang
dimiliki tentunya dalam menentukan tingkatan kearah yang lebih baik lagi.12
sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat
dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Jakarta, Fakultas UI, 2000), Cet ke 1, h
12
Gunawan Sumadiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, Bina
Rena Pariwara, 1997), Cet ke 1, edisi II, h. 165
13
T. Hani Handoko, Manajemen, edisi II, (Yogyakarta, 1997), Cet ke XI, h. 337
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka, 1997), Cet ke 1, h. 667
15
Ibid, h. 42
Dengan paparan diatas, jelaslah bahwa proses pemberdayaan pada akhirnya
pilihan. Sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan dan
masalah ummah dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan dalam perspektif
Islam”. 16
2. Proses Pemberdayaan
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini
16
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di Tengah Era Reformasi Menuju Indonesia Baru dalam
Memasuki Abad 21, (Bandung, 1999), h. 9
17
Gunawan Sumadiningrat, Op Cit, h. 165
18
Ken Blanchad, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, Edisi II, (Yogyakarta : Amara
Book’s, 2002), Cet ke 1, h. 124
19
Gunawan Sumadiningrat, Op Cit, h. 165
Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan yang diperlukan.20
3. Strategi Pemberdayaan
rakyat.
20
Ken Blanchad, Op Cit, h. 124
21
Gunawan Sumadiningrat, Op Cit, h. 165
22
Ken Blanchad, Op Cit, h. 124
2) The Development Approach, terutama memusatkan pada pembangunan
ketidakberdayaannya.23
tiga tahap:
23
Ibid, h. 150
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas
yang lemah.24
4. Tujuan-tujuan Pemberdayaan
positif memperkembangkannya.
24
Ibid, h. 151
25
Prijono Onny S dan Pranarka A. M. W., pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi,
CSIS, (Jakarta: 19960, h. 106
derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tetap guna, informasi
advokasi atau pembelaan yang lemah terhadap yang kuat dan persaingan yang
pada pemberian, apa yang dinikmati harus dihasilkan oleh usaha sendiri, dengan
masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti petani,
kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang
didiskriminasikan.
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan hidup
26
I. Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 114
27
Ibid, h. 115
Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam Pendidikan Luar Sekolah
yang menjadi pedoman bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan ini.
1) Asas Inovasi
atau dibutuhkan.
28
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet.
Ke 1, h. 79
Berbicara tentang perumusan tujuan, berarti mempersoalkan tuntutan
layak.
Penentuan dan perumusan tujuan, tidak bisa dilepaskan dari: jenis dan
tentunya lebih baik dan lebih dapat diterima bila didalam lapangan
kemajuan.
Tugas ini tentunya sejalan dengan tugas yang telah digariskan dalam
pelajaran tertentu.
kecakapan.
melaksanakannya.
pembangunan masyarakat.29
praktisi pembangunan dan konsep para akademisi. Sedangkan istilah NGO muncul
Pemerintah atau terjemahan dari NGO. Penggantian istilah dari ORNOP ke LSM
dilakukan pada suatu lokakarya diselenggarakan oleh Bina Desa, April 1978.30
NGO itu mulai dapat kritikan dari beberapa aktivis LSM. Menurut mereka istilah
LSM sudah merupakan bentuk penjinakan terhadap NGO dan oleh karenanya
29
Ibid, h. 85
30
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelar , LSM dan Kebangnkitan Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1995), cet ke 1, h. 9
LSM sebagai terjemahan dari NGO karena didalamnya terkandung nilai swadaya
atau adanya prinsip “Self Determination” yang pada intinya mendorong LSM
untuk menentukan sendiri apa yang harus mereka lakukan dalam kaitannya dalam
dalam membentuk masa depan mereka. Dibandingkan dengan istilah ORNOP yang
Masyarakat ini bersifat secara swadaya, jadi tidak dibayar dan bekerja sesuai
dengan keinginannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain. Karena
Intruksi Mentri Dalam Negeri sebagaimana yang tertera diatas, almarhum Surino
Mangun Pranoto seorang tokoh Taman Siswa yang semasa hidupnya beliau banyak
31
Intruksi Mentri Dalam Negeri no. 8 tahun 1990, Tentang Pembinaan Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Lembaga Swadaya Masyarakat bukan hanya sebuah organisasi, melainkan
lebih bercermin pada gerakan kemanusiaan yang membina swadaya
masyarakat dengan pola dasar membangun sumber daya manusianya.32
Masyarakat bukan hanya sebuah organisasi sosial, melainkan lebh bercermin pada
2) Lembaga ini bersifat sosial, tidak mencari keuntungan, jadi tanpa ada
untuk berperan secara aktif turut serta ambil bagian dalam rangka
memajukan kehidupannya.
32
Abdullah Syarwani, LSM, Partisipasi Rakyat dan Usaha Menumbuhkan Keswadayaan, (Jakarta:
LP3S, 1992), Cet ke 1, h. 69
33
Soejipto Wirosarjono, Apa Yang Dapat Dilakukan LSM dibidang Kependudukan, (Jakarta, LP3S,
1990), Cet ke 1, h. 139
34
David Korten, Menuju abad 21, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001), Cet ke 1, h. vvii
Di Indonesia pergerakan NGO atau LSM dapat dilihat dari kemunculan
Boedi Oetomo yang merupakan organisasi pertama, yang lahir dari tangan-tangan
Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat dalam kurun waktu 1970-an
LSM atau NGO Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat sejak
era 1970-an, hal ini dapat dijelaskan seiring dengan dijalankannya pembangunan
berencana oleh pemerintah orde baru dengan maksud ikut serta melaksanakan
Pada era tersebut LSM lebih memilih untuk bekerja menggunakan teori
pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kebijakan pemerintah orde baru yang pada
saat itu menjadikan ekonomi sebagai “panglima” dan tidak satupun LSM ditahun
pembangunan yang diterapkan orde baru, karena anggapan atau persepsi dasar
berlindung terhadap penguasa orde baru dari pada benar-benar sebagai organisasi
35
Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi Masyarakat, (Yogyakarta, Tiara acana Yogya, 1995), Cet
ke 1, h. 37
36
Jhon Clark, NGO dan Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1995),
Cet ke 1, h. 37
Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat pada tahun 1985 yakni
jumlah LSM masih sekitar 3.225 organisasi. Tahun 1990 jumlah LSM meningkat
menjadi 8.720 organisasi yang tercatat sebagai LSM, itu baru yang tercatat dan
terdaftar, sementara LSM yag tidak mau mendaftarkan dirinya juga tidak sedikit.37
fenomena yang menarik untuk dicermati. Pertumbuhan LSM itu disatu sisi
sebagai salah satu bentuk organisasi masyarakat sipil. Hal ini senada dengan
37
Info Bisnis, Bisnis Miliaran LSM, Edisi 96, September 2001
38
Hamid Abidin, kritik dan Otokritik LSM (Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM
Indonesia, (Jakarta: Piramedia, 2004), Cet ke 1, h. 3
39
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial (Pergolakan Ideologi LSM
Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet ke III, h. 5
1) Organisasi dibentuk bukan atas inisiatif pemerintah (terkecuali LSM Merah
kegiatannya.
LSM yang terpusat pada pendidikan dan mobilisasi rakyat miskin sekitar human
rights.41
Hal lain yang menjadi ciri LSM adalah bahwa mereka bergerak erat
maupun partai politik, meskipun mereka ini juga memiliki karakter non
pemerintah.42
4. Klasifikasi LSM
40
Glen William, Community Participation and the Roe of Voluntary Agencies in Indonesia, (LP3S:
Prisma No. 4, 1998), h. 59
41
Mansour Faqih, Studi Lapangan LSM di Indonesia, (Bandung: Indecode De Unie,1993),h.1
42
Mansour Faqih, Op Cit, h. 1
Mengenai klasifikasi LSM menurut Jhon Clark, seperti tercermin dari
perkembangan sejarah mereka secara umum dapat dibedakan kedalam enam aliran
pemikiran yaitu:
pendekatan yang sudah ada dan cenderung untuk tetap mengkhususkan diri
pemerintah dan agen pemberi bantuan resmi, NGO ini dikontrak untuk
43
Jhon Clark, Op Cit, h. 43
Sedangkan menurut David Korten, identitas LSM tersebut dapat dilihat
misi sosial, terdorong oleh suatu komitmen kepada nilai-nilai yang sama.
kepantingan umum.
atau NGO) dibentuk oleh pemerintah dan berfungsi sebagai alat kebijakan
pemerintah.44
Pendapat lain yang dikemukakan oleh DR. Kartorus Sinaga dalam Info
1) LSM Plat Merah. LSM yang dibentuk pemerintah untuk menyerap dana dari
sangat rapi.
2) LSM Plat Kuning. LSM ini terlihat menjai kontraktor dari sosial development,
44
David Korten, Op Cit, h. 5
sebagainya. Biasanya mereka pintar berpikir dan mengembangankan proposal
tender.
3) LSM Plat Hitam. LSM ini kita katakan murni swasta seperti YLBHI, PHBI,
saja jumlah orang seperti ini sangat kecil dan dalam prakteknya mereka dijauhi
bahkan dicaci maki oleh pemerintah karena berseberangan terus dengan politik
pemerintah.45
D. Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat luas
studi ilmu ekonomi, define ilmu tersebut selalu dihubungkan kepada keadaan
barang dan jasa. Oleh sebab itu setiap individu, perusahaan atau masyarakat
45
Info Bisnis, Op Cit, h. 21
Nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1970 – memberikan definisi ilmu
untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa. Keinginan ini dapat
dibedakan kepada dua bentuk, yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan
untuk membeli barang dan jasa yang diingini dan keinginan yang tidak
barang dan jasa adalah jauh lebih rendah daripada jumlah keinginan di
masyarakat tersebut.48
46
Sadono Soekirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
Cet ke 16 h. 9
47 Ibid, h. 5
48
Ibid, h. 7
3. Penanggulangan Masalah Ekonomi
secara tidak langsung dalam upaya memerangi kemiskinan antara lain adalah,
Dibalik itu masih ada beberapa persoalan yang masih perlu mendapat
mereka dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia disekitar mereka. Salah
49 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, (Yagyakarta:
Selain itu perlu ada kebijakan realokasi dana yang dapat merangsang
perluas peluang kerja (aktivitas kerja). Untuk mencapai sasaran itu perlu ada
upaya mendekatkan penduduk miskin pada akses pasar dan pelayanan sarana
keuangan. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih menekankan
rakyat.
Salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa ini adalah tingkat
semakin tinggi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini telah dengan
sukses mengantar bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa miskin di dunia.
50 Ibid, h.266
kesenjangan dan kemiskinan kultural serta kesenjangan dan kemiskinan
struktural.
stuktural. Hal itu bisa dilakukan dengan cara memperkuat kedudukan dan
1) Pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada asset produksi. Di
sumber dana.
51 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sapai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet ke 1, h. 70.
5) Pemerataan pembangunan antar daerah. Untuk itu pemerintah haus secara
E. Anak Jalanan
Menurut Direktorat Bina Sosial DKI yang termasuk anak jalanan adalah:
anak yang berkeliaran di jalan raya sambil bekerja, mengemis atau menganggur.
Usianya berkisar dari bayi (dibawa orang tuanya mengemis) sampai batas usia
sebagian besar adalah anak yang mempunyai tempat tinggal tetap dan orang tua
tahun samapi 15 tahun, yang bekerja di jalan raya dan tempat-tempat umum
lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta
Demikian pula batas yang digunakan oleh Departemen Sosial dan United
52
Ibid, h. 71
53
Dirjen Bina Sosial, Diskusi Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Dep Sos, 1989)
54
A. Soedijar. Z. A. Profil Anak Jalanan di DKI, (Jakarta: media Informatika, 1989), h. 33
sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkeliaran
anak yang berusia 7 samapi 15 tahun yang bekerja di jalanan dan hidup terlantar
karena tidak memiliki tempat tinggal tetap dan orang tuanya tidak berada atau
keluarga, yaitu:
1) Anak yang hidup atau tinggal di jalanan, sudah putus sekolah dan tidak
3) Anak yang rentan menjadi anak jalanan, masih sekolah maupun sudah
putus sekolah dan masih berhungan teratur atau tinggal dengan orang
55
Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan, (Jakarta: YKAI, 1995)
56
Hasil Penelitian Dep Sos dan UNDP, (Jakarta: YKAI, 1996)
1) Setiap hari bertemu dengan orang tuanya
2) Berada di jalanan sekitar empat jam sampai enam jam untu bekerja
4) Masih sekolah
5) Pekerjaan anak adalah menjual koran, majalah, alat tulis, kantong plastik,
Adapun cirri-ciri fisik dan psikis anak jalanan pada umumnya yang
1) Ciri-ciri fisik:
b. Rambut kemerah-merahan
2) Ciri-ciri Psikis:
a. Mobilitas tinggi
c. Penuh curiga
d. Sangat sensitif
e. Berwatak keras
f. Kreatif
57
Arnetty Utsman, Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Anak Jalanan, Semi Lokakarya
penanganan anak Jalanan, (Jakarta: 20 April 2000)
i. Mandiri58
langsung antara anak dan keluarga. Pada anak jalanan murni (Children of
the Street), faktor ekonomi bukan merupakan hal yang utama. Anak
psikologis seperti tidak diterima keluarga atau orang tua, konflik dan
berhubungan dengan kelurga atau tetangga atau juga terpisah dari orang
tua.
ekonomi kelurga. Oleh karena itu anak-anak diajarkan bekerja dan jika
informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian yang besar.
58
Depsos RI, Modul Pelatihan Pelatih Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah,
(Kerjasama Depsos RI dengan YKAI dalam PKS Anak Jalanan, 1999), h. 16
Untuk memperoleh uang yang lebih banyak mereka harus lebih lama
59
Alva handayani, Melonjak Jumlah Anak Jalanan, (Jakarta: Pikiran Rakyat 10 Januari, 1999), h. 4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. YPI BSC AL-Futuwwah adalah salah satu
lembaga yang fokus pada pemberdayaan anak jalanan, adapun alasan pemilihan
dapat dengan mudah penyaluran tenaga kerja untuk anak jalanan yang
anak jalanan dalam bentuk pendidikan non formal, juga fokus dalam
Adapun desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain deskriptif analisis.
Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai
atau keterkaitan antar faktor tersebut. Baik yang mendukung atau menjadi
Dalam studi ini, peneliti berusaha untuk melihat dan menilai bagaimana
sampai terlaksananya program. Penelitian ini juga ingin melihat faktor-faktor apa
ini adalah dengan teknik pengambilan sampel teoritis. Maksud sampel teoritis
yang muncul dan berkembang sejalan dengan pengambilan data itu sendiri.
Penelitian kualitatif cenderung terbuka dalam desain dan metodenya, dalam arti
desain dan metode pengambilan data dapat dirubah dan disesuaikan dengan
60 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3S, UI,
1998), cet ke 1, h. 54
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung untuk
2. Observasi
Peneliti berada di lokasi 2 kali setiap satu minggu, atau sesuai dengan
3. Dokumentasi
61
Wandi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 72
62
E. Kristi Poerwandari, Op Cit, cet ke 1, h. 62
63 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), Cet ke 4, h. 110
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau
atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga yang terkait.
F. Fokus Penelitian
b. Pendidikan non formal lebih efektif dan lebih efisien untuk bidang-
relative singkat.
a. Tumbuhnya kesadaran
pada eksplorasi, penemuan dan logika induktif. Dikatakan induktif karena peneliti
tidak memaksa diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau
terperangkap pada pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin tidak sesuai
BAB IV
64 Op cit, h. 31
A. Temuan Lapangan / Gambaran Umum YPI BSC Al – Futuwwah
dalam tim sepakbola yang berdomisili di lingkungan sekitar Cipete. Yayasan ini
berdiri pada tanggal 2 Juli 2000 dan bersekretariat di rumah salah satu
pengurusnya.
kesadaran dalam diri para pemuda yang saat itu tergabung dalam tim sepakbola
yang mereka beri nama BSC (Batavia Sepakbola Club). Pada saat itu mereka
berpikir, kurang bermakna rasanya hidup mereka jika hanya nongkrong di suatu
bermain sepakbola.65
baik dan positif, dengan menggali semua potensi yang ada di dalam diri untuk
tujuan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang pemuda penerus tongkat estafet
Rasulullah SAW dan sebagai khalifah di muka bumi, tentu harus sudah memiliki
Atas dasar pemikiran dan kesadaran itulah, maka mereka mulai berbenah
diri. Pertemuan mereka yang tadinya hanya sekedar nongkrong dan bermain
sepakbola, setiap bulan sekali mereka sisipi dengan kegiatan pengajian dari rumah
ke rumah. Tema yang diangkat dalam pengajian adalah tema yang dekat dengan
65
Wawancara Pribadi dengan M. Sanwani Na’im, (Pimpinan YPI BSC Al-Futuwwah) Cipete,
Jakarta, 20 Mei 2008
kehidupan mereka sebagai pemuda dilihat dari kacamata Islam, tentunya dengan
gaya penyampaian dan pembahasan ala mereka, yaitu diskusi santai, tapi esensinya
tetap ada.
cukup besar. Jama’ah yang tadinya hanya mereka yang tergabung dalam Batavia
Sepakbola Club saja, mulai bertambah dengan turut bergabungnya pemuda dan
mereka bisa dibilang masih jarang, bahkan belum ada. Kalaupun ada, pengajian itu
umumnya dihadiri dan diperuntukkan bagi para orang tua atau majlis ta’lim ibu-
ibu. Metode yang digunakan umumnya adalah monolog atau ceramah, di mana
para jama’ah seperti didoktrin dan harus mengiyakan setiap apa yang disampaikan
oleh da’i.
Hal semacam ini tentunya tidak masuk untuk kalangan pemuda. Pikiran
mereka saat itu belum memikirkan masalah surga-neraka. Hanya yang ada di
benak mereka saat itu adalah hura-hura dan hal-hal kesenangan saja, sehingga
mereka beranggapan kalau belum saatnya untuk mereka datang ke acara pengajian-
mengekspresikan dan menggali potensi yang ada di dalam diri. Di sini mereka bisa
bebas berbicara dan menyampaikan apa yang ada di pikiran dan hati mereka. Tidak
melulu tentang surga dan neraka, wacana yang bertemakan sosiologi, psikologi,
juga antropologi pun tidak luput dari perhatian mereka, tentunya dengan tetap
diminati oleh para pemuda yang notabene mereka masih berada pada usia remaja.
pengajian pun ditambah dari sebulan sekali menjadi dua minggu sekali, bahkan
diperbanyak, ternyata tidak mengurangi jumlah jama’ah yang datang. Paling tidak
Usaha yang mereka lakukan tidak sia-sia. Pengajian yang diadakan setiap
arah yang positif yang mereka lakukan setelah sering kali mengikuti kegiatan ini.
Kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang kurang dan bahkan tidak bermanfaat mulai
mereka kurangi dan tinggalkan. Bahkan kini, mereka tanpa ragu dan takut lagi
Kondisi ini terus berjalan stabil sampai pada terjadinya suatu peristiwa
yang cukup membuat mereka geram dan seperti “kebakaran jenggot”. Adalah
peristiwa kristenisasi massal yang dilakukan oleh para misionaris gereja terhadap
warga sekitar terutama pada anak-anak di bawah umur. Modus para misionaris itu
adalah pemberian sembako dan beasiswa bagi anak-anak usia sekolah yang mau
66
Wawancara Pribadi dengan Fatulloh S.Pd, Sie. Bidang Pendidikan dan Dakwah YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 22 Mei 2008.
67
Wawancara Pribadi dengan M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC Al-Futuwwah, Cipete,
Jakarta, 20 Mei 2008
68
Wawancara Pribadi dengan Umar Kamal, Sekretaris YPI BSC Al-Futuwwah, Cipete Jakarta, 18
Mei 2008.
Kondisi masyarakat di sekitar YPI BSC Al-Futuwwah ini adalah mereka
yang termasuk dalam golongan menengah ke bawah. Secara sosial, mereka yang
tinggal di lingkungan sekitar yayasan adalah mereka yang biasa dipandang sebelah
mata oleh orang kebanyakan. Lingkungannya pun bukan lingkungan yang agamis.
kotor adalah hal yang biasa setiap hari yang kerap dijumpai bahkan peristiwa
Sedangkan dari sisi ekonomi, kehidupan mereka bisa dikatakan sangat jauh
dari pola kehidupan yang layak atau ideal. Tinggal di rumah petakan berukuran 3 x
4 m2 yang berdindingkan bilik dan triplek serta lantai tanpa ubin. Mata pencaharian
mereka umumnya sebagai pemulung, pembantu rumah tangga, supir, buruh dan
ketika para misionaris gereja datang dengan membawa sembako dan beasiswa bagi
anak-anak, langsung mereka sambut dengan hangat. Mereka dengan suka rela
menuruti saja apa yang dikatakan oleh para misionaris tersebut, asalkan mereka
mendapatkan imbalan.
Pikiran yang ada di benak mereka pada saat itu adalah bagaimana caranya
mereka bisa mencukupi kebutuhan pokok yang mereka butuhkan setiap harinya.
Maka ketika ada orang yang hendak membagi-bagikan apa yang mereka butuhkan
dengan cuma-cuma, mereka menganggap itu adalah hal yang luar biasa. Padahal
dibalik itu semua, ada misi terselubung yang diemban oleh para misionaris, yaitu
kristenisasi massa. Tapi umumnya mereka tidak memahami maksud dan tujuan itu.
Ini dapat dimaklumi karena kondisi sosial masyarakat pada saat itu, disamping
Peristiwa kristenisasi ini ternyata mengharuskan para remaja yang saat itu
sudah mulai aktif dengan kegiatan pengajiannya untuk “melek mata”. Mereka
Selain itu, mereka juga harus menyadari bahwa selain mereka, ada adik-adik
sedini mungkin, sehingga mereka tidak akan goyah bila ada ancaman datang yang
Dari sinilah maka para remaja tersebut mulai melirik dunia anak-anak
sebagai lahan dakwah mereka, dengan asumsi bila adik-adik mereka sedari kecil
sudah dibekali dengan pendidikan agama yang memadai dan keterampilan atau
remaja yang berjiwa dan berpola pikir Islami dan dapat hidupmandiri tanpa teru
pembinaan bagi adik-adik usia sekolah dasar yang dilakukan setiap hari dari pukul
04.30 WIB – 05.30 WIB ini, awalnya mendapat respon yang bermacam-macam
dari warga sekitar. Bukan hal yang mudah untuk bisa merealisasikan kegiatan ini,
mengingat pada jam-jam tersebut belum banyak anak-anak usia sekolah dasar yang
sudah bangun.
69
, Wawancara Pribadi dengan Fatulloh S.Pd, Sie. Bidang Pendidikan dan Dakwah YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 22 Mei 2008
Sekalipun mereka sudah bangun dan mau mengikuti kegiatan tersebut,
adalah menjadi kendala bagi orang tuanya untuk mengantarkan mereka sampai ke
tempat kegiatan, di mana tempat kegiatan tersebut berjarak sekitar 200 m dari
melewati lapangan yang pada jam-jam (waktu) itu masih sangat gelap. Kondisi
seperti ini dapat dijadikan alasan oleh para orang tua untuk melegitimasi
tantangan bagi para remaja untuk memutar otak, berpikir bagaimana caranya agar
sembako dan beasiswa, hasilnya bisa dibilang hampir mendekati kata sukses. Maka
tidak ada salahnya bila para remaja menggunakan teknik yang sama untuk
mendekati mereka, yaitu dengan pemberian beasiswa bagi santri yang rajin dan
tanpa absen datang ke kegiatan Pengkaderan Santri Shubuh dalam setiap bulannya.
iming beasiswa ternyata mampu memotivasi para orang tua untuk mengantarkan
anak-anaknya, walaupun di shubuh hari. Alasan mereka pada saat itu adalah bukan
karena anak mereka butuh akan pengetahuan agama, tetapi karena mereka butuh
beasiswanya. 70
Allah lah yang telah menyadarkan manusia semua dari kesalahan berpikir.
Dari yang semula hanya datang untuk mengantarkan anaknya mengaji guna
mendapatkan beasiswa, lambat laun mereka mulai berpikir, kalau ternyata mereka
pun membutuhkan ilmu agama seperti yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
70
Wawancara Pribadi dengan M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC Al-Futuwwah Cipete,
Jakarta, 20 Mei 2008
Rutinitas mengantarkan anaknya pada setiap shubuh, menimbulkan
kesadaran dalam diri orang tua. Kesadaran para orang tua tersebut direspon baik
oleh para pengurus YPI BSC Al-Futuwwah. Kini, selain memberikan binaan untuk
anak-anak usia sekolah dasar, mereka pun mempunyai lahan dakwah baru, yaitu
Sejak saat itu berarti yayasan telah mampu memasuki berbagai segmen
dakwah dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak, remaja sampai orang
tua, yang kesemuanya bergerak di bidang pendidikan dan penggalian potensi diri.
berinisiatif untuk mendirikan satu tempat ibadah sebagai fasilitas bagi mereka
Akhirnya, atas kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak serta atas izin
Allah SWT, pada pertengahan tahun 2003 berdirilah sebuah musholla yang sangat
minim luasnya dengan kondisi geografis yang sebenarnya kurang layak untuk
dijadikan sebuah tempat ibadah (karena kondisi awalnya musholla itu adalah
tempat pembuangan sampah warga sekitar yang berada di pinggir kali dan
berubah. Sejak saat itu pula lah, sekretariat yayasan yang tadinya ada di rumah
dari kantor Walikota Jakarta Selatan. Untuk menuju YPI BSC Al-Futuwwah
tersebut dapat menggunakan kendaraan seperti mobil umum ataupun yang lainnya,
tetapi untuk masuk kelokasi masih harus berjalan kaki sekitar ± 100 meter.
wakaf yang berukuran ± 120-150 m3 dan sekarang menampung 125 orang anak
Islam, maka visi, misi dan tujuan yang dibuat dan ditetapkannya pun tidak jauh
besar.
71
AD/ART YPI BSC Al-Futuwwah
5) Membiasakan dakwah pada tataran yang sederhana, dapat dilakukan oleh siapa
hari.
d. Dapat menjadi sarana atau wadah yang mampu memberi solusi atas segala
baik.73
menjadi seorang pmimpin agar dikemudian hari para santri yatim-piatu YPI
tidak terkontrol akan maraknya krisis moral, akan tetapi pelatihan ini juga
72
Ibid.,
73
AD/ART YPI BSC Al-Futuwwah
Hari : Setiap hari Rabu dan kamis
Sifat : Rutin
- Correl Draw
- Photo shop
- Steam Motor
b. Kursus-kursus meliputi kursus bahasa Inggris, bahasa jepang, dan bahasa arab.
Sifat : Rutin
Adalah kegiatan belajar baca – tulis al Qur’an bagi anak usia SD – SMP. Selain
belajar baca- tulis al-Qur’an, santri juga diberikan materi tambahan tentang
Sifat : Rutin
Hari : Rabu
Sifat : Rutin
Adalah salah satu bentuk ta’lim bagi para remaja yang pada setiap
74
Wawancara Pribadi dengan Taufk Rahman, Sei. Bidang Litbang YPI BSC Al-Futuwwah, dengan
Jakarta, 22 Desember 2007
mengerti oleh para jama’ahnya dengan sandaran pengkajian pada ayat-ayat al-
Qur’an.
Hari : Kamis
Sifat : Rutin
PKBM ini di peruntukkan bagi masyarakat umum usia sekolah yang tidak
pengajarnya adalah para pengurus yayasan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
Sifat : Rutin
75
Wawancara Pribadi dengan Farhanul Karim, Sie Bid Pengkaderan & Organisasi YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 22 Desember 2007
Sasaran : Masyarakat umum usia sekolah yang tidak bersekolah atau
putus sekolah
gilirannya nanti akan muncul SDM anak jalanan yang kompetitif dan
a. Pengajian-pengajian : Fathulloh
76
Wawancara Pribadi dengan Fatulloh S.P, Sie. Bidang Pendidikan dan Dakwah YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 1 Maret 2008
c. Sekolah Kejar Paket : Rizal Pahlevi
- Adi Damin
- Endang Pahlawi
c. Program : Mas’ud
PEMBINA PENGAWAS
KETUA UMUM
KETUA I
KETUA II
BENDAHARA SEKRETARIS
BIDANG - BIDANG
Futuwwah
merupakan satu program yang harus dijalankan mengingat masyarakat yang ada
terutama dalam hal pendidikan dan ekonomi. Dapat dilihat banyak sekali anak-
anak mereka yang putus sekolah baik ditingkat SD atau SMP sehingga mereka
menjadi anak jalanan yang semata-mata hanya untuk meringankan beban ekonomi
keluarga dan dalam hal ekonomi mata pencaharian masyrakat sekitar yayasan pada
umumnya adalah pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan ojek motor.
Proses merancang dan menerapkan pendidikan non formal sebagai bentuk
jalanan adalah suatu pilihan yang harus dilakukan, mengingat sebagai lembaga
pemberdayaan dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan agama. Dala hal ini terutama
membuka rumah singgah dan panti asuhan bagi anak jalanan dan yatim-piatu.77
Dan yang tidak kalah penting adalah Pendekatan hati nurani merupakan
pendekatan yang lebih menarik, tidak melukai perasaan dan mengutamakan sisi
kelebihan positif dan memperkecil ruang kesalahan yang negatif dalam setiap
pribadi anak. Memberikan pemahaman kepada mereka bahwa setiap manusia yang
hidup didunia ini haruslah berusaha, karena hanya dengan usahalah nasib
seseorang akan berubah ke arah yang lebih baik, artinya peningkatan tarap
77
M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC AL-FUTUWWAH, Wawancara Pribadi, Jakarta 6 Maret
2008
78
AlQur’an dan Terjemahannya, (Madinah : Mujamma’khadim Haramain asy Syarifah al Malik
Fadh I. thiba’at al Mush-af asy Syarif, 1411), h. 23
79
Ibid h. 133
ekonomi harus senantiasa dilakukan yang semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Adapun bentuk pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh YPI BSC AL-
membuat mereka lebih merasa berarti dan mempunyai sikap optimis dalam
service, pendidikan guru TPA/TK. Ini bertujuan agar mereka tidak lagi
dapat makan, tetapi merubah pandangan mereka agar mereka mau bekerja
ditempat-tempat dan pekerjaan yang lebih layak dan pada akhirnya mereka
Memberi motivasi tinggi kepada anak jalanan bahwa setiap dari mereka
berhak meraih cita-cita terbaik, mencapai prestasi dan hidup layak Pembekalan
pengetahuan dan ketrampilan sejak usia dini melalui program beasiswa prestasi,
aktivitas dimulai sejak mendirikan sholat subuh dan pembentukan karakter pribadi
anak jalanan yang kreatif dan inovatif adalah wujud kongkret pengembangan
sumber daya mereka. Pembiasaan yang berlangsung secara kontinue setiap hari
hari, minggu, bulan dan tahun demi tahun berhasil mencerahkan pandangan hidup
mereka, sehingga muncul keinginan besar menjadi orang yang dapat hidup
di YPI BSC AL-FUTUWWAH tidak hanya diperuntukkan untuk anak didik saja
tetapi juga ada pembekalan atau pendidikan untuk para tenaga pengajar yang
nantinya akan menjadi pemandu atau pendamping bagi anak jalanan. Program-
programnya meliputi
berupa dukungan moril maupun materil secara prinsip ikhlas penuh rasa
ketulusan dan kasih sayang. Disamping itu juga YPI BSC Al-Futuwwah
80
Wawancara Pribadi dengan M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC AL-FUTUWWAH, Cipete,
Jakarta 6 Mei 2008
beberapa perguruan tinggi dan lembaga pelatihan ketrampilan diantaranya
dicontoh oleh orang lain disekitar lingkungan yayasan .Budaya dan sikap
bebas dan moralitas akhlak yang rendah, menjadi ciri khusus dilingkungan
berjamaah serta mensyiarkan dakwah yang terus menerus tanpa kenal lelah
dan bertahan dari segala tantangan dan tekanan dari sebagian kelompok
masyarakat.
keserasian harapan yang akan diraih dan kenyataan yang diperoleh dalam
masuk kepada cara pandang positif untuk meraih masa depan yang lebih
yayasan.
spiritual.
kepada anak didik, perlahan namun pasti, jumlah jamaah di mulai dari sekitar 17
orang, akhirnya mencapai 80 orang santri dalam shubuh berjamaah setiap hari.
Kondisi dan keadaan yang ada pada diri manusia dapat diubah lebih baik
apabila ada kemauan yang besar dari tiap-tiap orang yang menginginkannya.
Begitu pula nasib yang menimpa anak jalanan adalah suatu proses yang
kesuksesan mesti diraih melalui kenyataan sebagai anak jalanan, perubahan besar
sudah harus dimulai dengan ikhtiar yang terus menerus, mengingat manusia
diwajibkan untuk berproses dalam usaha dan orientasi hasil mutlak kepunyaan
Allah SWT.
Dari hasil observasi penulis menilai bahwa telah terjadi proses
Jakarta.
sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat
dikatakan bahwa masyarkat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan
pilihan. Sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan dan
pengajian dan diskusi dari pada hanya sekedar nongkrong sambil merokok dan
Kegiatan pengajian dan diskusi yang dilakukan oleh YPI BSC Al-
81 T. Hani Handoko, Manajemen, edisi II, (Yogyakarta, 1997), Cet ke XI, h. 337
pemecahan masalah umat atau masyarakat, khususnya dalam bidang sosial dan
ekonomi
memang rawan terhadap kristenisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi para
YPI BSC Al – Futuwwah telah melakukan salah satu dari tiga strategi pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Elliot. Dalam hal ini YPI BSC
pemberian beasiswa bagi santri yang rajin dan tanpa absen datang mangikuti
anak jalanan yang dikemas dalam pendidikan non formal yang dilakukan oleh YPI
82 Ken Blanchad, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, Edisi II, (Yogyakarta: Amara Book’s,
2002), Cet ke 1, h. 150
Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat lapisan
melihat dan memilih sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya dan pada akhirnya
yang sudah dilakukan YPI BSC Al -Futuwwah pada awalnya mereka yang
tadinya suka mengamen dan mengemis dijalan kita ajak ke yayasan lalu
yang pada akhirnya mereka merasa nyaman berada di yayasan dalam kegiatan
pentingnya masa depan yang lebih baik dibandingkan hidup dijalanan yang liar
yang pada akhirnya timbul kesadaran pada diri mereka dan merasa kehidupan
mereka harus ditata lebih baik lagi, akhirnya mereka punya suatu konsep
bahwa hidup ini harus produktif, harus kreatif dan mereka mulai berbenah diri
83
I. Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 114
Dalam pelaksanaan pendidikan non formal kita memberikan pelatihan-
perbengkelan juga elektronik dan bagi anak jalanan yang masih usia sekolah
kita berikan bea siswa supaya mereka juga dapat mengikuti pendidikan yang
lebih baik dan meninggalkan kebiasaan mereka menjadi anak jalanan, yang
pada akhirnya lambat laun mereka mengikuti program pendidikan wajib belajar
maka setiap lembaga harus mejalin kerjasama dengan lemaga atau instansi lain.
dari pihak pihak lain. Seperti halnya masalah pendanaan yang merupakan
persyaratan mutlak yang harus ada, karena tanpa dana semua yang sudah
Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam waktu yang
singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama
untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.84
Dalam upaya penyaluran kerja bagi anak jalanan yang sudah mengikuti
program yang dilakukan yayasan, maka YPI BSC Al-Futuwwah bekerja sama
merupakan tempat penyaluran verja bagi anak didik. Diantaranya adalah RS.
84
. Soelaiman Yoesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara 1992), cet
ke 1, h. 85
Brawijaya (Women & Children Hospital) di daerah Cipete Utara, perusahaan di
membutuhkan tenaga kerja dari YPI BSC Al-Futuwwah, mulai dari Celeaning
Service, Office Boy, Perawat sampai tenaga administrasi dan bahkan ada yang
menjadi sekretaris diinstansi atau perusahaan swasta. Selain itu dalam hal
kejar paket.
yang sudah nenasuki usia diatas 15 tahun, ini dimaksudkan agar setelah selesai
BSC Al – Futuwwah ada batas waktu tertentu maksimal 3 tahun. Dan bagi
mereka yang sekolah formal seperti SMP setelah lulus kita sekolahkan sampai
SMA dan bagi yang telah lulus SMA langsung kita salurkan kerja ke tempat-
tempat tertentu yang memang kita sudah mengadakan kerja sama dan sesuai
dengan kemampuan anak jalanan dan itu sudah sebanyak 12 anak. Dan bagi
85
Ibid, 85
mereka yang putus sekolah kita haruskan masuk program wajib belajar kejar
paket A dan B.
4) Dana Operasional
Untuk dana operasional tidak diambil dari kas karena dana kas yang
ada kecil tapi yayasan ambil dari subsidi silang atau dari beberapa donator
yang masuk, lalu semua dana itu kita salurkan yang memang diperuntukkan
mengikuti program yayasan, selain itu juga pendanaan didapat dari Diknas
khususnya untuk kegiatan belajar kejar paket A dan B dan juga termasuk untuk
honor guru dan mereka semua (anak jalanan) digratiskan termauk buku-buku
dan subsidi yang semua itu untuk membantu kelancaran proses pendidikan
mereka.
mendapat ijazah kesetaraan dan bagi mereka yang ikut program pembinaan
disini mereka mendapat sertifikat dan garansi dari kita untuk melamar
pekerjaan diperusahaan, bahwa anak didik ini adalah hasil binaan dari YPI
etos kerja tinggi, jujur dan dan dapat menjaga nama baik yayasan dan
perusahaan dan mereka dapat diterima dibeberapa tempat yang memang sudah
mereka dapat perkejaan yang lebih baik dibanding sebelum mengikuti program
pendidikan non formal mereka hanya mengamen, ojek payung dan mengemis
tempat kerja yang memang sesuai dengan keahlian atau skill mereka,
diantaranya ada yang menjadi celeaning service, office boy dan perawat di RS.
Brawijaya dan ada juga sebagai pelayan dibeberapa rumah makan dan
Hasil atau out yang bagi yayasan adalah sebenarnya YPI BSC AL-
Futuwwah adalah bengkel atau dapur untuk pemberdayaan umat, jadi yayasan
tidak mengambil untung secara materi atau selisih dari penghasilan mereka,
tidak satu sen pun diambil. Yang yayasan lakukan adalah pembinaan secara
terus menerus dan lillahi ta’ala tanpa mengambil keuntungan tertentu tapi
Allah akan membalasnya dengan cara yang lain dan kenyataannya yayasan ini
percaya kepada kita, secara moril masyarakat melihat yayasan lebih konkrit
tidak segan untuk membantu kita di yayasan dan setiap waktu mereka siap kita
mudah maka habisnya pun akan cepat setiap hari. Dan setelah mereka ikut
program yayasan, tahu bagaimana sulitnya mencari uang dengan cara yang
benar dan mereka harus punya aktivitas dan harus membantu orang lain,
kepada masyarakat yang nantinya mereka mendapat upah, ternyata dari cara itu
mereka lebih dapat memaknai bahwa bekerja itu lebih mengasyikan dan juga
bagaimana caranya menata hidup yang lebih baik dengan cara bekerja yang
yang lebih layak dibanding harus mengamen atau mengemis dipinggir jalan.
BSC Al-Futuwwah
a. Faktor Pendukung
peningkatan ekonomi anak jalanan yang dilakukan oleh YPI BSC Al-
Futuwwah yaitu:
ikhlas penuh rasa ketulusan dan kasih sayang. Disamping itu juga YPI
ketrampilan diantaranya :
a. Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
hati, tapi hal tersebut dapat diatasi oleh YPI BSC dan mereka
dari orang yang tidak suka dan juga ada sebagian orang merasa tidak
biasanya gampang diatur atau dilecehkan oleh mereka dan setelah kita
bina dengan baik akhirnya anak jalanan itu susah lagi diajak untuk
berbuat salah seperti judi, mabuk, ini dikarenakan anak jalanan tersebut
kami arahkan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Secara garis besar
atau secara umum program-program ini diterima oleh masyarakat
sekitar yayasan.
paket A dan B dan ada juga materi-meteri yang dibuat sendiri oleh
service), out bond, alat-alat peraga untuk mengajar, dan juga bengkel
b. Faktor Penghambat
1) Kalau rintangan itu datangnya dari orang tua atau saudara dari anjal itu
terberat, tetapi kita trus mencoba menjadikan hidup mereka lebih tertata
laun kendala atau rintangan itu akhirnya bisa kita lewati dan anak
bahwa kita tidak hanya merubah mereka dalam hal mencari kerja
mereka memang harus kita berikan pencerahan terlebih dahulu, itu yang
untuk relajar hidup yang lebih baik ini dikarenakan mereka terbiasa
hidup liar, hidup dijalanan dan ketika mereka kita ajarkan untuk hidup
untuk membantu program pendidikan non formal ini bahwa kita punya
PENUTUP
A. Kesimpulan
tingkat kerberhasilan dan kegagalan pendidikan non formal yang telah dilakukan oleh
Yayasan pesantren BSC Al-Futuwah dalam upaya meningktkan ekonomi anak jalanan
seperti :
d. Penyaluran kerja bagi anak yang sudah lulus atau selesai mengikuti pendidikan
non formal.
Pelaksanaan program penddikan non formal yang dilakukan YPI BSC Al-
yang cukup besar, yaitu Pertama mereka dapat meninggalkan kebiasaan mereka
yang sebelumnya selalu berada dijalanan untuk mencari uang yang pada akhirnya
hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna bagi mereka, seperti berjudi,
mabuk dan lain-lain. Kedua setelah mereka mengikuti pendidikan non formal,
beribadah.
2. Keberhasilan yang lain adalah dapat dilihat bagaimana proses yang dilakukan oleh
BSC Al-Futuwwah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik untuk
mendukung pelaksanaan pendidikan ataupun dalam hal penyaluran kerja bagi anak
didik yang telah lulus. Ada beberapa perusahaan atau lembaga yang siap
menampung bagi anak jalanan yang telah mengikuti pendidikan non formal BSC
Disisi lain ada beberapa hal yang menjadi faktor kegagalan dari pelaksanaan
jalanan.
pendidikan non formal, dalam hal ini masih sedikit donatur yang memberikan
B. Saran-Saran
Untuk lebih meningkatkan efektifitas program pendidikan non formal di Yayasan
Pesatren Islam BSC Al-Futuwwah, Cipete Utara, peneliti mempunyai beberapa saran
sebagai berikut:
1. Lembaga
(TOT) bagi para tutor atau guru. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan
digarapkan nantinya melahirkan lulusan dari dari pendidikan non formal yang
diadakan oleh BSC al-Futuwwah dapat bersaing di dunia luar dalam hal ini
b. Fasilitas yang ada perlu ditambah jumlahnya mengingat semakin lama siswa
formal ini tidak hanya diperubtukkan untuk anak jalanan di sekitar yayasan
saja tetapi juga untuk masyarakat umum yang kurang mampu (dhuafa) yang
2. Perguruan Tinggi/Fakultas/Jurusan
tentang pemberdayaan anak jalanan dan pendidikan non formal. Selama ini buku
informasi.
setiap semester yang ditujukan untuk mahasiswa PMI. Sebagai contoh menjalin
kerjasama dengan LSM yang fokus pada hal pada hal pemberdayaan masyarakat
pemulung, anak jalanan, pengusaha kecil dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar
mahasiswa langsung dapar mempraktikan teori yang mereka dapat dibangku
perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di Tengah Era Reformai Menuju Idonesia Baru
Dalam Memasuki Abad 21, (Bandung, 1999).
David Korten, Menuju Abad 21, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), Cet ke I.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), Cet ke I.
Departemen Sosial RI, Modul Pelatih Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah
Singgah, (Kerjasama dengan YKAI dalam PKS Anak Jalanan, 1999).
Didik J. Rachbini, Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.
Grafindo, 2001), Cet ke I.
Dirjen Bina Sosial, Diskusi Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Dep – Sos,
1989).
Glen William, Community Participation and the Roe of Voluntary Agencies In Indonesia,
(Jakarta: LP3S Prisma No. 4, 1998).
Hamid Abidin, Kritik dan Otokritik LSM (Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM
Indonesia, (Jakarta: Piramedia, 2004), Cet ke I.
Intruksi Mentri Dalam Negeri No. 8, Tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat,
1990.
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta, Fakultas UI, 2000), Cet ke I.
Jhon Clark, NGO dan Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1995), Cet ke I.
Ken Blanchad, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, edisi II, (Yogyakarta: Amara
Book’s, 2002), Cet ke I.
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial (Pergolakan Ideologi LSM
Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet ke III.
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam Dari
Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001).
Sadono Soekirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), Cet ke XVI.
Soedijar Z. A., Profil Anak Jalanan di DKI, (Jakarta: Media Informatika, 1989).
Soekidjo Noto Atmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), Cet ke II.
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), Cet ke I.
Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan
Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan, (Jakarta: YKAI, 1995).
Hasil Wawancara Berkenaan Proses Prekrutan Anak Jalan untuk Mengikuti Program
Pedidikan Non Formal
Nama : M. Sanwani Na’im. S. Sos.
Jabatan : Pimpinan Yayasan
Tempat / Waktu : Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah / 05 July 2008
Kegiatan-kegiatan untuk non formal yang sudah dilakukan YPI BSC Al-Futuwwah
diantaranya mereka kita tarik yang tadinya suka mengamen dijalan, suka
mengemis dijalan kita tarik kedalam lalu kita adakan pengarahan-pengarahan,
ngobrol-ngobrol terus kita berikan suatu motivasi-motivasi yang pada akhirnya
mereka merasa nyaman berada dalam kegiatan kehidupan sehari-hari lalu setelah
itu mereka baru memahami akan pentingnya masa depan mereka yang lebih baik
dibandingkan mereka hidup dijalanan yang liar seperti itu. Akhirnya dengan cara
seperti itu mereka merasa kehidupan mereka harus ditata dan dengan cara ditata,
akhirnya mereka punya suatu konsep bahwa hidup ini harus produktif, harus
kreatif dan mereka merasa mulai berbenah diri dengan meningkatkan kemampuan-
kemampuan yang untuk menunjang masa depan mereka.
Yang kita klasifikasikan adalah jenjang pendidikan mereka yang terakhir, bagi
mereka yang jenjang pendidikannya lulus SD maka kita kelompokkan dengan
lulusan SD untuk ikut program kejar paket, begitupun dengan yang akhir
pendidikannya sampai jenjang SMP dan seterusnya. Dan bagi mereka yang putus
sekolah karena tidak punya biaya kita berikan beasiswa tapi mereka direkrut untuk
rajin dalam kegiatan-kegiatan kita, mereka boleh menerima beasiswa tetapi mereka
juga konsekuensinya harus benar-benar ikut program secara kesinambungan bukan
hanya sekolahnya saja tapi juga aktivitas sehari-hari, pembinaan sehari-hari bahkan
ibadah sehari-hari diawasi dan diarahkan semaksimal mungkin.
3. Berapa lama masa pendidikan non formal yang dilakukan oleh yayasan
pesantren BSC Al-Futuwwah?
Untuk anak jalanan, kita terus menerus tidak pernah ada kata berhenti, kalau masa
pendidikan mereka ada batas waktu tertentu maksimal 3 tahun. Bagi mereka yang
lulus SMP kita sekolahkan sampai SMA dan bagi yang telah lulus SMA langsung
kita salurkan ke tempat-tempat tertentu yang memang kita sudah mengadakan
kerja sama dan sesuai dengan kemampuan anak jalanan dan itu sudah sebanyak 12
anak. Dan bagi mereka yang putus sekolah kita haruskan masuk program wajib
belajar kejar paket A dan B.
4. Dalam rangka peningkatan taraf ekonomi anak jalanan, apakah YPI BSC Al-
Futuwwah bekerjasama dengan pihak lain? jika ya, dengan pihak mana? Sudah
berapa lama? Dalam bidang apa?
Ada beberapa perusahaan, instansi dan juga perumahan yang sudah terikat
kerjasama dengan kita dimana merupakan tempat penyaluran bagi anak didik kita
diantaranya didaerah bilangan Cipete seperti RS. Brawijaya (Women & Children
Hospital), perusahaan di daerah Mampang Prapatan, apartemen-apartemen dan
sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga kerja dari binaan BSC Al-Futuwwah
mulai dari Celeaning Service, Office Boy, Perawat sampai tenaga administrasi dan
bahkan ada yang menjadi sekretaris diinstansi atau perusahaan swasta. Selain itu
dalam hal pendidikan, kita juga kerjasama kita dengan kelompok belajar kejar
paket A dan B dan juga suku dinas pendidikan nasional
Persyaratan yang utama bagi anak jalanan adalah kemauan, karena ujung tombak
dari kesuksesan dari seseorang adalah kemauan, kalau anak itu sudah mempunyai
kemauan berarti sudah 50% keberhasilan sudah diraih dan anak itu akan lebih
mudah dibekali atau dididik dan dapat menerima bentuk binaan kita, tetapi kalau
anak itu pandai tetapi tidak mempunyai kemauan maka kepandaiannya akan sia-
sia.
Untuk dana operasional kita tidak ambil dari kas karena dana kas yang ada kecil
tapi kita ambil dari subsidi silang atau dari beberapa donator yang masuk lalu
semua dana itu kita salurkan yang memang diperuntukkan untuk memperkaya dan
meningkatkan keterampilan mereka, selain itu juga pendanaan didapat dari Diknas
khususnya untuk kegiatan belajar kejar paket A dan B dan juga termasuk untuk
honor guru dan mereka semua (anak jalanan) digratiskan termauk buku-buku dan
subsidi yang semua itu untuk membantu kelancaran proses pendidikan mereka
disamping itu juga untuk keterampilan-keterampilan, kursus-kursus juga kita
carikan donator untuk mereka.
Kendala utamanya adalah masalah budaya karena mentalitas budaya itu mereka
yang sudah terbiasa menganggur atau berada dijalanan, sehingga mereka memang
harus kita “poles” terlebih dahulu, itu yang menjadi kendala utamanya. Jadi kita
membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengembalikan kepercayaan diri,
semangat mereka itu yang paling sulit ini dikarenakan mereka terbiasa hidup liar,
terbiasa hidup dijalanan dan ketika mereka kita ajarkan untuk hidup teratut maka
membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu juga masalah dana, tetapi selama
mereka mempunyai kemauan dan keseriusan maka kitapun akan
mempresentasikan ke donator-donatur untuk membantu program Pormal Non
Formal bahwa kita punya anak didik yang mempunyai semangat hidup lebih baik.
9. Menurut anda, apa yang menjadi ancaman atau rintangan dalam menjalani
Pendidikan Non Formal bagi anak jalanan? bagaimana mengatasinya?
Kalau rintangan itu datangnya dari orang tua atau saudara dari anak jalanan itu
sendiri yang merasa sudah nyaman berada dilingkungan yang gampang mencari
uang dijalanan, karena penghasilan mereka lumayan besar, dengan cara mengemis,
mengamen atau meminta-minta mereka biasa mendapatkan 20ribu/hari. Masalah
inilah yang menjadi rintangan terberat, tetapi kita trus mencoba menjadikan hidup
mereka lebih tertata dan pada akhirnya menimbulkan perasaan yang
menyenangkan dari pihak orang tua dan keluarganya karena sebelumnya belum
terbuka bagaimana pentingnya seorang anak harus sekolah. Dan juga pada awalnya
rintangannya adalah harus membuka wawasan orang tua mereka juga karena kita
harus bersabar memberikan pemahaman kepada orang tuanya bagaimana
pentingnya belajar dan pentingnya anak-anak mereka diberikan keterampilan-
keterampilan dan lambat laun kendala atau rintangan itu akhirnya bisa kita lewati
dan anak mereka pun kita berikan pelajaran-pelajaran akhlaq yang menunjukan
bahwa kita tidak hanya merubah mereka dalam hal mencari kerja (ekonomi) tapi
juga mengenai akhlaq dan ilmu pengetahuan agama terus kita tanamkan dalam diri
mereka.
Ada beberapa kurikulum yang sudah disediakan oleh Dik-Nas khususnya untuk
program kejar paket A dan B dan ada juga materi-meteri yang kita buat sendiri
untuk memberikan pembekalan atau konsep diri karena mereka yang sebelumnya
merupakan anak-anak tertinggal maka kita memberikan motivasi-motivasi hidup,
pelatihan-pelatihan, life skill agar mereka siap menghadapi kehidupan dimasa
mendatang.
2. Apa saja sarana dan fasilitas yang digunakan oleh BSC untuk menunjang
pelaksanaan Pendidikan Non Formal?
Bagi Yayasan adalah YPI BSC Al-Futuwwah itu sebenarnya bengkel atau dapur
untuk pemberdayaan umat, jadi kita tidak mengambil untung secara materi atau
mungkin selisih dari penghasilan mereka, tidak satu sen pun kita ambil. Yang kita
lakukan adalah pembinaan secara terus menerus dan Lillahi ta’ala saja tanpa
mengambil keuntungan tertentu tapi pahala-pahala itulah yang kita harapkan,
dengan menolong mereka mungkin Allah akan mebalasnya dengan cara yang lain
dan kenyataannya tempat kita ini diperluas, mudah untuk dikembangkan dan
masyarakat juga lebih percaya kepada kita, secara moril masyarakat melihat kita
lebih konkrit karena mereka melihat ada hasilnya, Alhamdulillah mereka juga tidak
segan untuk membantu kita diyayasan dan setiap waktu mereka siap kita hubungi
untuk dapat diminta bantuannya.
4. Menurut anda apa yang menjadi indikator atau tolok ukur meningkatnya
taraf ekonomi anak jalanan?
Secara mentalitas atau budaya mereka dapat menghasilkan uang dengan mudah
maka habisnya pun akan cepat setiap hari. Dan setelah mereka ikut program kita,
tahu bagaimana sulitnya mancari uang dengan cara yang benar dan mereka harus
punya aktivitas dan harus membantu orang lain mereka sudah mulai biasa kreatif,
biasa memberikan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat yang nanti mereka
dapat upah, ternyata dari cara itu mereka lebih dapat memaknai bahwa bekerja itu
lebih mengasyikan dan juga lebih ibadah. Dan juga merubah paradigma mereka
yang tadinya hanya memikirkan bagaimana dengan instan mendapatkan uang
akhirnya mereka dapat berpikir bagaimana caranya menata hidup yang lebih baik.
Bagi yang masih ikut program di yayasan kita awasi dengan melalui shubuh
berjamaah dan juga kegiatan tiap hari, selain mereka diberikan keterampilan-
keterampilan, pembekalan hidup dan motivasi mereka juga diajari ilmu
pengetahuan agama seperti pengajian al-qur’an, diskusi masalah fiqh dan forum
malam ahad. Dan bagi mereka yang sudah bekerja kita mempunyai beberapa
informasi yang kita jadikan satu, diantaranya kita adakan forum diskusi yang dapat
kita tampung aspirasi atau ide mereka, bahkan mereka dapat membantu atau
meringankan pengeluaran-pengeluaran diyayasan ini dengan cara urunan mereka
dapat membayar rekening listrik, membeli fasilitas belajar mengajar dan lain-lain
Anggaran yang dikeluarkan tiap bulan untuk pelaksanaan program adalah 5 juta
rupiah, digunakan untuk honor volunteer atau guru, konsumsi (makan), disamping
itu juga ada beberapa program beasiswa dan pemberian perlengkapan sekolah.
Kalau sertfikat atau ijazah resmi tidak ada, tapi bagi mereka yang mengikuti
program kejar paket A dan B mereka mendapatkan ijazah kesetaraan dan bagi
mereka yang ikut program pembinaan disini mereka mendapat sertifikat dan
garansi dari kita untuk melamar pekerjaan diperusahaan, bahwa anak ini adalah
hasil binaan kita dengan jaminan mereka mempunyai semangat dan etos kerja
tinggi, jujur dan dan dapat menjaga nama baik yayasan dan perusahaan dan mereka
dapat diterima ditempat pekerjaan yang memang sudah bekerja sama dengan
yayasan kita.
Secara garis besar Insya Allah sudah karena banyak perubahan-perubahan besar
disamping mereka sudah dapat pekerjaan yang lebih layak, mereka juga sudah
dapat memperbaiki prilaku, pola berpikir, pergaulan dan juga secara ekonomi
mereka lebih berarti utuk keluarganya artinya mereka sudah dapat meringankan
beban orang tua dan juga membantu biaya sekolah adik-adik mereka.
Jumlah anak didik sebanyak 40 anak, 70% anak laki-laki dan 30% anak
perempuan. Dan yang sudah bekerja berjumlah 12 anak dibeberapa perusahaan.
10. Kapan mulai perekrutan anak jalanan untuk diikuti program PNF?
Perekrutan dimulai semenjak tahun 2000, tapi efektif program Pendidikan Non
Formal ini berjalan baru dimulai pada tahun 2002.
11. Apa saja hasil atau out put yang sudah didapat baik oleh yayasan ataupun
anak jalanan dari Pendidikan Non Formal yang telah dijalani khususnya
dalam bidang ekonomi?
Bagi anak jalanan, mereka dapat perkejaan yang lebih baik dibanding sebelum
mengikuti program Pendidikan Non Formal mereka hanya mengamen, ojek
payung dan mengemis tetapi setelah mengikuti Pendidikan Non Formal mereka
disalurkan ketempat-tempat kerja yang memang sesuai dengan keahlian atau basic
mereka, diantaranya ada yang mjdi celeaning service, office boy, perawat di RS.
Brawijaya dan ada juga sebagai pelayan dibeberapa rumah makan atau catering
dan beberapa dari mereka ada yang menjadi guru TK/TPA.
Lampiran
menjadi seorang pmimpin agar dikemudian hari para santri yatim-piatu YPI
tidak terkontrol akan maraknya krisis moral, akan tetapi pelatihan ini juga
dengan contoh :
Membuat sandal bakyak yang terbuat dari kayu dan kulit ban bekas
Sifat : Rutin
i. Kursus-kursus meliputi kursus bahasa Inggris, bahasa jepang, bahasa arab dan
Adalah kegiatan belajar baca – tulis al Qur’an bagi anak usia SD – SMP. Selain
belajar baca- tulis al-Qur’an, santri juga diberikan materi tambahan tentang
Sifat : Rutin
Hari : Rabu
Sifat : Rutin
86
Wawancara Pribadi dengan Taufk Rahman, Sei. Bidang Litbang YPI BSC Al-Futuwwah, dengan
Jakarta, 22 Desember 2007
Adalah salah satu bentuk ta’lim bagi para remaja yang pada setiap
mengerti oleh para jama’ahnya dengan sandaran pengkajian pada ayat-ayat al-
Qur’an.
Sifat : Rutin
Sasaran : Remaja
PKBM ini di peruntukkan bagi masyarakat umum usia sekolah yang tidak
pengajarnya adalah para pengurus yayasan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
87
Wawancara Pribadi dengan Farhanul Karim, Sie Bid Pengkaderan & Organisasi YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 22 Desember 2007
Waktu : 19.00 WIB – 22.00 WIB
Sifat : Rutin
putus sekolah
gilirannya nanti akan muncul SDM anak jalanan yang kompetitif dan
88
Wawancara Pribadi dengan Fatulloh S.P, Sie. Bidang Pendidikan dan Dakwah YPI BSC Al-
Futuwwah, Cipete, Jakarta, 1 Maret 2008
DAFTAR ANAK JALANAN
1. Nama : Nama : Ayu Wulandari
Alfin 6
TTL : Semarang, 12 September 1988 TTL : Semarang, 16 Oktober 1991
3. Nama : 8 Nama :
Ari Bowo Mulyono
TTL : Indramayu, 27 Mei 1990 TTL : Tegal, 1 Desember 1989
11 Nama : 17 Nama :
Astuti Dana Saputra
TTL : Surabaya, 10 April 1989 TTL : Solo, 24 Maret 1994
Pendidikan : MTS Tholibin/ Kelas I Pendidikan : SMPN 250/ Kelas I
14 Nama : 20 Nama :
Amanda Dian Wibisono
TTL : Jakarta, 12 Mei 2003 TTL : Jakarta, 9 Nopember 1999
15 Nama : 21 Nama :
Bagas Setiawan Dwi Damayanti
TTL : Jakarta, 6 Juni 1997 TTL : Jakarta, 1 Nopember 1996
35 Nama : Istiqomah
Ukuran Baju : 10
Ukuran Baju : 13
37. Nama :
Khoirul Anwar
TTL : Jakarta, 11 April 1998
Ukuran Baju : 9
38. Nama :
Kholillah
TTL : Jakarta, 20 September 1995
Ukuran Baju : 11
39. Nama :
Khoirudin
TTL : Jakarta, 28 Februari 1997
Ukuran Baju : 10
40. Nama :
Khoirullah
TTL : Jakarta, 5 maret 1994
Pendidikan : SMP 250/ Kelas III Pendidikan : SMP 12/ Kelas III
Pendidikan : Kejar Paket B BSC Al-Futuwwah Pendidikan : Kejar Paket A BSC AL-FUTUWWAH
85 Nama : 91 Nama :
Siti Mafpruhatunnisah Yeni Afriyani
TTL : Jakarta, 19 April 1998 TTL : Jakarta, 22 April 1997
86 Nama : 92 Nama :
Rizlyatul Qibtiah Yuni Shara
TTL : Jakarta, 9 Agustus 1999 TTL : Jakarta, 24 juli 1997
107 Nama :
Syaiful
TTL : Jakarta, 20 mei 2000
Ukuran Baju :
108 Nama :
Buchori
TTL : Jakarta, 10 Januari 1997
Ukuran Baju : 10
Ukuran Baju : 11