Anda di halaman 1dari 2

Asma Nadia is a professional writer. She writes short stories, novels, and television scripts.

She also writes songs, some


of which have been recorded and sung by popular singing groups in Indonesia.

She has written since she was teenager, and published her first book just five years ago. She has published 40 books
since then, with more than 1000.000 copies distributed nationwide.

She is deeply concerned about social issues and she feels the need to speak out about them. She is passionate for writing
and she believes in the power it can bring to the human mind. That is why she thinks it is important not only to
encourage people to love reading, but also to love writing, especially for those with potential.

She is currently an active member of Forum Lingkar Pena, a writers’ organization she co-founded in 1997. With 5,000
members all over Indonesia, Forum Lingkar Pena has aims to help young Indonesian people to become writers.

In 2005 she received a prize from MASTERA (South East Asia Literary Council), as the best participant in 10 years of
MASTERA. In the same year, her play PREH (The Wait), published by The Jakarta Art Council, was honored as the best
script in Indonesian’s Women Playwrights.

Two years earlier she received the Mizan Award for the best fiction writer in 20 Years Mizan. Also in 2003, her short
story Cinta Begitu Senja (A Love in Twilight) was included in the anthology Kota Bernama dan Tak Bernama (Named
and Nameless City), published by The Jakarta Art Council.

Her profile was included in 100 Distinguished Women Publishers, Writers and Researchers in Indonesia (2001),
compiled by well-known literary critic Korrie Layun Rampan. Her books have won several Adikarya IKAPI (The
Indonesian Book Publishers Association) Award, i.e. Rembulan di Mata Ibu (The Moon in Mother’s Eyes) in 2001,
Dialog Dua Layar (Two Screen’s Dialogue) in 2002, and 101 Dating in 2005.

Her two short stories turned into movies (Emak Longs To Take The Hajj (2009)-6 awards including the best movie from
Bandung Film Festival, and Rara’s Window (the tittle of the movie: A house without a roof, 2010)

In 2006 she received an invitation to stay in Korea for Residency Exchange Programs for Asian Writers for six months.
During 2009 she was invited to stay in Geneve, Switzerland as one of Le Chateau De Lavigny writers in residence.

Presently, this author is campaigning for the “Indonesian Women Write” movement. Through
pembacaanadia@yahoogroups.com, a mailing list established since March 24, 2006, she has been able to encourage her
readers to join her in composing books.
The mailing list, which began as gathering forum for her readers, now serves as the medium to channel Asma Nadia’s
visions on literacy. Indeed, the campaign to write, which she often advocates through writing forums and talk shows has
found a more comfortable and well-oriented home.

Tangible results of this movement are several published books, which is co-authored by Asma Nadia and her friends
from the mailing list. When she is not working on her writing, she gives workshops in writing, and speak in various
writing conferences primarily in Indonesia but in other countries as well.

Asma Nadia merupakan salah satu penulis best seller wanita di Indonesia. Dalam waktu 10 tahun Nadia
telah menulis lebih dari 40 buku, dan menyusun puluhan antologi. Beberapa penghargaan nasional dan regional di
bidang kepenulisan yang pernah diraihnya al. Pengarang Terbaik Nasional penerima Adikarya Ikapi Award tahun 2000,
2001, dan 2005, peraih Penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) tahun 2005, Anugrah IBF Award
sebagai novelis islami terbaik (2008), Peserta terbaik lokakarya perempuan penulis naskah drama yang diadakan FIB
UI dan Dewan Kesenian Jakarta.
Melalui maling list pembacaasmanadia, ia berusaha memberdayakan pembacanya, yang sebagian besar perempuan
(sesama istri dan ibu rumah tangga) serta generasi muda untuk terlibat dalam kampanye Perempuan Indonesia
Menulis! Hasil dari gerakan itu adalah lahirnya puluhan antologi yang ditulisnya dengan pembaca dan diterbitkan
berbagai penerbit.

Dari milis pembacaasmanadia@yahoogroups.com perempuan kelahiran Jakarta 26 Maret ini, dibantu moderator milis
lain, berupaya menyemangati kaum perempuan untuk membaca, sehingga lahir klub buku AsmaNadia (KBA) di
berbagai kota di tanah air, sebagai kegiatan alternatif yang berisi, di mana setiap bulan anggota berkumpul dan
berdiskusi tentang buku yang telah mereka baca.
Kiprah penulis yang masa kecilnya dihabiskan di rumah kontrakan sederhana di pinggir rel kereta api ini juga
merambah ke dunia Internasional. Ia pernah diundang menghadiri acara kepenulisan di Singapura, Malaysia, dan
Brunei Darussalam. Tahun 2006 ia menjadi satu dari dua sastrawan muda Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh
pemerintah Korea Selatan selama 6 bulan. Undangan yang sama diperolehnya dari Le Chateau de Lavigny (2009) di
Switzerland.

Nadia juga pernah menjadi pembicara al. pada forum Seoul Young Writers Festival dan The 2nd Asia Literature Forum
di Gwangju, Public Reading di Jenewa, serta memberikan workshop kepenulisan di berbagai pelosok tanah air, juga
kepada pelajar Indonesia di Mesir, Switzerland, Inggris, Jerman, Roma dan Vatican, serta buruh migran di Hongkong
dan Malaysia.

Asma Nadia memang tidak memiliki gelar kesarjanaan, karena ketika kecil sakit-sakitan (jantung, paru-paru, gegar
otak, tumor) tetapi alhamdulillah, ia telah berbicara di hadapan banyak audience termasuk di berbagai universitas
ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, ITB, UNPAD, UGM, IPB, Unsyiah, Universitas Brawijaya, dan
perguruan tinggi ternama lainnya.

Salah satu cerpennya berjudul: Emak Ingin Naik Haji telah difilmkan dan mendapat anugrah film terpuji dalam Festival
Film Bandung. 100% royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji Alhamdulillah telah memberangkatkan Ustadz dan
Ustadzah yang kurang mampu ke tanah suci, mohon doa agar kebaikan lain terus bergulir dari buku ini, dengan lebih
banyaknya dukungan pembaca. Saat ini cerpen lain dalam buku Emak Ingin Naik Haji, berjudul Jendela Rara dalam
proses difilmkan oleh sutradara yang sama yang membesut Emak Ingin Naik Haji. Insya allah film drama anak musical
(Rumah Tanpa Jendela)
direncanakan tayang di tanah air tahun ini.

Diantara royalti dari buku-buku yang telah ditulisnya, sebagian bersama pengarang2 lain, dimanfaatkan untuk
mengembangkan RumahBaca AsmaNadia, perpustakaan dan tempat mengasah kreativitas bagi anak dan remaja
kurang mampu, yang tersebar di Jakarta: Penjaringan, Depok, Ciledug, Manggarai, Bekasi dan Pulau Lancang Besar
(kepulauan seribu), selain di Bogor-Cigombong, 3 lokasi di Cianjur, Gresik, Jogja, Kebumen, Purwakarta. Luar Jawa:
Balikpapan, Pekanbaru, Riau, Samarinda dan Tenggarong, dll.

Saat ini selain merupakan CEO AsmaNadia Publishing House, penerbitan yang didirikannya setahun lalu, Nadia sedang
giat menularkan semangat menulis kepada keluarga Indonesia- bersama suami, dan anak-anaknya yang juga telah
diajaknya ikut menulis. Suaminya: Isa Alamsyah telah menulis buku motivasi berjudul No Excuse! Sementara Putri
Salsa begin_of_the_skype_highlighting end_of_the_skype_highlighting (14 th), telah memiliki tujuh buku yang
diterbitkan sejak dia berusia 8 tahun, dan merupakan salah satu penulis cilik best seller saat ini. Sedangkan si bungsu
Adam Putra Firdaus
—–

Bagi pembaca buku-buku Asma Nadia, divisi penerbit AsmaNadia juga membantu pemesanan buku online, baik judul-
judul yang diterbitkan sendiri atau dari penerbit lain. Manfaatkan promo special yang berbeda setiap bulannya.

Selain buku, AsmaNadia Publishing House juga menyelenggarakan workshop-workshop pilihan dengan berbagai tema,
mulai dari seputar menulis (for kids, teens, dan adults), kepribadian muslimah, mendidik anak, dll. Juga melayani
pembelian buku online!

Anda mungkin juga menyukai