1 - Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
1 - Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk artikel
di jurnal ilmiah yang berjudul “Hubungan Insomnisa dengan Hipertensi (Analisis Data
Indonesia family Life Survey. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No. 1; 2021.
Hal 46-56, menerangkan bahwa:
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dimanfaatkan, terimakasih atas perhatiannya.
Hlm. 1-78
ISSN : 1410-2935
e-ISSN : 2354-8738
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN diterbitkan sejak 1994, dan sejak tahun 2006 terbit dengan frekuensi 4 kali setahun.
Redaksi menerima naskah ilmiah tentang hasil-hasil penelitian, survei, dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang
Sistem dan Kebijakan Kesehatan.
DAFTAR ISI
Relevansi, Efektivitas dan Sustainabilitas Model Pemberdayaan Paraji dan Kokolot dalam
Upaya Meningkatkan Persalinan di Fasilitas Kesehatan
Relevances, effectiveness, and sustainability of Paraji and Kokolot Empowerment Model in
Efforts to Increase Delivery in Health Care Facilities
Sri Handayani, Suharmiati, Karlina, Yurika Fauzia Wardhani ................................................ 1 - 10
Kemampuan Klinik Pratama Dalam Menangani 195 Diagnosis Di Kota Surabaya: Sebuah
Kajian Kebijakan
The Capability Of Primary Care Clinics In Handling Of 195 Diagnoses In Surabaya City: A Policy
Review
Eka Fitria Sari, Faihatul Mukhbitin, Ernawaty......................................................................... 11 - 19
Hubungan Paritas dan Karakteristik Individu terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi diantara
Wanita Usia Subur di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Relationship of Parity and Individual Characteristics on the Contraception Use among
Childbearing Age Women in the East Java Province in 2017
Ratna Dwi Wulandari , Agung Dwi Laksono ........................................................................... 20 - 30
Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji Dan Hipertensi: Sebuah Penelitian Berskala
Nasional Di Indonesia
Correlation Of Fast-Food Consumption And Hypertension: A Nationwide Study In Indonesia
Zulfaa Rif'at Fauziyyah dan Solikhah Solikhah ...................................................................... 31 - 37
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap Konsumsi Tembakau di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat
The Association Of Smoking With Knowledge, Attitude, And Practice (KAP) With Tobacco Use
In The Working Area Of Primary Healthcare Center Of Sungai Durian, Sintang District, West
Kalimantan Province
Maretalinia, Elvi Juliansyah, Suyitno, Aris Yulianto, Dyah Suryani ...................................... 38 - 45
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Analisis Data Indonesia Family Life Survey)
Association Of Insomnia With Hypertension (Analysis Of Indonesia Family Life Survey Data)
Hendrik Edison, Olwin Nainggolan........................................................................................ 46 - 56
Hubungan Konsumsi Alkohol Dengan Cedera Disebabkan Kecelakaan Lalu Lintas Di
Indonesia Tahun 2018 (Analisis Data Riskesdas 2018)
Alcohol Consumption and Injury Caused by Traffic Accident in Indonesia in 2018 (Analysis of
2018 Riskesdas Data)
Khairun Nisa'il Hulwah, Wahyu Pudji Nugraheni, Andi Sari Bunga, Kurnia Sari, Pujiyanto,
Budi Hidayat ............................................................................................................................. 57 - 67
Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional Pada Penduduk Lanjut Usia Di
Indonesia(Berdasarkan Data Riskesdas 2018)
Utilization of Traditional Health Services for Elderly In Indonesia (Based on 2018 Riskesdas
Data)
Rukmini, Lusi Kristiani............................................................................................................. 68 - 78
HUBUNGAN INSOMNIA DENGAN HIPERTENSI
(ANALISIS DATA INDONESIA FAMILY LIFE SURVEY)
Naskah masuk: 28 Juli 2020 Perbaikan: 31 Agustus 2020 Layak terbit: 1 Februari 2021
https://doi.org/10.22435/hsr.v24i1.3579
ABSTRAK
Insomnia dan hipertensi sangat umum dan sering kali berdampingan. Bukti menunjukkan bahwa peningkatan
prevalensi hipertensi dalam dekade terakhir kemungkinan terkait dengan peningkatan prevalensi insomnia dan
penurunan durasi tidur yang disebabkan oleh gaya hidup modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan dan besaran risiko insomnia terhadap hipertensi. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia
Family Life Survey tahun 2014 (IFLS5) dengan responden berumur ≥19 tahun. Kerangka konsep dengan pendekatan
model faktor risiko. Gangguan insomnia merupakan variabel independen utama, dan hipertensi adalah variabel
dependent utama. Variabel perancu adalah umur, kelebihan berat badan (overweight) serta jenis kelamin. Untuk melihat
hubungan gangguan insomnia dengan hipertensi menggunakan analisis regresi logistik berganda dengan kemaknaan P
value < 0,05. Prevalensi penderita insomnia umur ≥19 tahun di Indonesia berdasarkan data IFLS5 adalah sebesar
43,7%. Analisis ini menunjukkan bahwa insomnia tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi P>0,05; OR: 0,937
(95% CI 0,873-1,006). Variabel yang berhubungan dengan risiko hipertensi adalah umur ≥ 40 tahun dengan OR: 5,246
(95% CI 4,885-5,598) serta overweight dengan OR: 2,112 (95% CI 1,985-2,269). Pada penelitian ini umur dan
overweight memberikan kontribusi terhadap kejadian hipertensi sebesar 18,9%.
ABSTRACT
Insomnia and hypertension are very common and often coexist. There is evidence to suggest that the increase in the
prevalence of hypertension in the past decade may be related to an increase of the prevalence of insomnia and with a
decrease in sleep duration caused by modern lifestyles. The purpose of this study was to look at the association and
magnitude of risk of insomnia with hypertension. This study used secondary data from the 2014 Indonesia Family Life
Survey (IFLS5) with respondents ≥19 years old. Conceptual framework with a risk factor model approach. Insomnia
disorders are the main independent variable, and hypertension is the main dependent variable. Confounding variables
are age, overweight and sex. Association of insomnia disorders to hypertension was analyzed using multiple logistic
regression analysis with the significance of P value <0.05. The prevalence of insomnia sufferers aged ≥19 years old in
Indonesia based on IFLS5 data was 43.7%. This analysis showed that insomnia was not associated with the incidence of
hypertension P>0.05; OR: 0.937 (95% CI 0.873-1.006). The variables associated with the risk of hypertension were age
≥ 40 years old with OR: 5,246 (95% CI 4,885-5,598) and overweight with OR: 2,112 (95% CI 1,985-2,269). In this study,
age and overweight contributed 18.9% to the incidence of hypertension.
Korespondensi:
Hendrik Edison
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat - Badan Litbangkes
E - mail : hendriekedison3@gmail.com
46
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Hendrik Edison, dkk)
47
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 24 No. 1 Januari 2021: 46 - 56
darah pasien hipertensi di rumah sakit umum Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah sistolik
daerah Karanganyar (Asmarita, 2014) serta pola serta tekanan darah diastolik). Penelitian ini
tidur yang buruk meningkatkan risiko hipertensi di menggunakan pendekatan model faktor risiko di
poli umum Puskesmas Tanah Kalikedinding mana hipertensi sebagai variabel dependen utama,
Surabaya (Martini, Roshifanni and Marzela, 2018). dan insomnia sebagai variabel independen utama.
Bisa ditarik dari beberapa penelitian di Indonesia Variabel umur, overweight, dan jenis kelamin
adalah studi-studi yang dilakukan umumnya adalah diperlakukan sebagai variabel perancu. Analisis
pasien yang sedang dirawat di rumah sakit atau regresi logistik berganda digunakan untuk menilai
puskesmas dengan sampel kecil sehingga hubungan antara variabel independen utama dan
hasilnya tidak bisa diestimasi mewakili penduduk variabel dependen. Analisis regresi logistik yang
Indonesia secara keseluruhan. Analisis ini digunakan adalah regresi logistik mode complex
diharapkan mampu untuk mengestimasi prevalensi samples dengan mengikutsertakan variabel bobot
insomnia di Indonesia serta faktor risikonya. Selain yang sudah dirata-ratakan, Primary Sampling Unit
itu, analisis ini bertujuan untuk memberikan (PSU), serta Strata. Besar N yang dihasilkan
masukan tentang intervensi pada penderita menggunakan analisis complex samples disebut
gangguan tidur di Indonesia serta peningkatan dengan besar N tertimbang.
pelayanan kesehatan untuk hipertensi. Unit analisis penelitian ini adalah penduduk
Berdasar dari uraian di atas, artikel ini dewasa yang berumur ≥ 19 tahun. Instrumen
bertujuan menganalisis hubungan antara insomnia gangguan insomnia diadopsi dari PROMIS
dan pengaruhnya terhadap hipertensi. Hipotesis (Patient-Reported Outcomes Measurement
penelitian ini adalah kualitas tidur yang buruk dalam Information System), terdiri dari 10 (sepuluh)
hal ini insomnia mempunyai hubungan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas
risiko hipertensi. Kualitas tidur yang kurang, tidur, masing-masing dengan jawaban
berpengaruh terhadap rata-rata tekanan darah menggunakan skala likert untuk menilai gangguan
sistolik dan diastolik yang lebih tinggi jika tidur (kualitas) dan gangguan terkait tidur (sleep
dibandingkan dengan responden yang memiliki related impairment) selama tujuh hari terakhir
kualitas tidur yang lebih baik. (Strauss, Witoelar and Sikoki, 2016). Insomnia
diklasifikasikan menggunakan kriteria "Insomnia
Severity Index " (Morin et al., 2011). Insomnia
METODE
signifikan secara klinis memiliki cut off point
Indonesia Family Life Survey (IFLS) adalah menggunakan instrumen PROMIS ≥21-50
survei longitudinal yang mewakili 83% penduduk (Pengpid, Peltzer and Susilowati, 2019).
Indonesia dan berisi lebih dari 30.000 responden. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan sebanyak
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga kali sampai diperoleh rata-rata sistolik dan
data tahap kelima (IFLS-5) yang dilaksanakan pada diastolik. Setelah itu, dilakukan pengkategorian
2014-15 (Khalifany, 2017). Pelaksanaan hipertensi berdasarkan kategori JNC7 (US
pengumpulan data IFLS dilakukan di 13 provinsi Department of Health and Human Services, 2004).
yaitu empat provinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Jika rata-rata sistolik ≥140 mmHg dan atau rata-
Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung), rata diastolik ≥ 90 mmHg masuk kelompok
lima provinsi di pulau Jawa (DKI Jakarta, Jawa responden hipertensi. Variabel overweight
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa diperoleh jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25.
Timur) dan empat provinsi lainnya (Bali, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
HASIL
Selatan)
Pada tahap awal dilakukan analisis univariat Hasil analisis univariat pada tabel 1
untuk melihat sebaran rata-rata, nilai min, nilai memperlihatkan jumlah responden perempuan
maks serta standar deviasi semua variabel yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
diikutsertakan dalam analisis (skor PROMIS responden laki-laki. Dengan nilai rata-rata skor
(Patient Recorded Outcomes Measurement), umur,
48
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Hendrik Edison, dkk)
PROMIS gangguan tidur sebesar 20, hampir tidak dengan nilai IMT laki-laki, walau rata-rata IMT
ada perbedaan gangguan tidur insomnia laki-laki kedua jenis kelamin masih dianggap normal karena
maupun pada perempuan. Memberikan gambaran memiliki nilai rata-rata IMT <25. Dari pengukuran
penduduk Indonesia hampir mengalami gangguan nilai sistolik, laki-laki mempunyai rata-rata sistolik
tidur karena nyaris menyentuh nilai cut off point yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
PROMIS yaitu 21. Dari sisi umur, proporsi jenis sistolik perempuan. Sedangkan untuk pengukuran
kelamin perempuan berumur lebih tua, lebih diastolik, nilai diastolik pada laki-laki dan
banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki- perempuan nilainya yang hampir sama.
laki. IMT perempuan lebih tinggi dibandingkan
Dari tabel 2 terlihat bahwa prevalensi insomnia usia rendah (43,7%) dibandingkan dengan yang tidak
≥ 19 tahun di Indonesia adalah 43,7%. Responden menderita insomnia (56,3%). Responden umur
yang berumur ≥ 40 tahun lebih besar dibandingkan ≥40 tahun yang menderita hipertensi memiliki
dengan responden umur < 40 tahun. Responden proporsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan tubuh overweight sekitar 34,5% dan dengan kelompok umur < 40 Tahun. Juga terlihat
proporsi jenis kelamin perempuan sebanyak 52,8% bahwa penderita overweight yang menderita
dibandingkan dengan laki-laki 47,2%. Dari hasil uji hipertensi memiliki proporsi jauh lebih tinggi
tabulasi silang antara variabel insomnia dengan dibandingkan dengan responden tidak overweight.
hipertensi, terlihat bahwa penderita hipertensi yang Jenis kelamin perempuan menderita hipertensi
menderita insomnia memiliki proporsi yang lebih memiliki proporsi lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok jenis kelamin laki-laki.
49
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 24 No. 1 Januari 2021: 46 - 56
Tabel 3 dilakukan analisis model multivariat hipertensi setelah dikendalikan oleh variabel
awal, satu persatu dilakukan uji regresi logistik perancu. Dari variabel perancu jenis kelamin harus
sederhana, memperlihatkan variabel dependent dikeluarkan dari model sebab memiliki P value
utama yaitu insomnia mempunyai hubungan yang >0,05. Kemudian dilakukan analisis ulang kembali,
sangat signifikan dengan kejadian hipertensi. dengan variabel jenis kelamin tidak diikutsertakan,
Demikian juga dengan seluruh variabel perancu gangguan tidur insomnia tetap tidak memiliki
dalam hal ini adalah umur, overweight serta jenis hubungan yang bermakna dengan kejadian
kelamin, memiliki hubungan yang sangat bermakna hipertensi dengan kemaknaan P value > 0,05.
dengan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi Output SPSS tabel Pseudo R Square Nagelkerke
dengan P value < 0,05. Selanjutnya ketika semua sebesar 0,189 yang artinya kontribusi umur serta
variabel dimasukkan secara bersama-sama, terlihat overweight terhadap hipertensi pada penelitian ini
bahwa variabel independent utama gangguan tidur sebesar 18,9%, sisanya sebesar 81,1% merupakan
(insomnia) memiliki kemaknaan P value >0,05 kontribusi variabel lain yang tidak diteliti dalam
artinya tidak ada hubungan yang bermakna dengan penelitian ini.
50
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Hendrik Edison, dkk)
yang signifikan, misalnya, gangguan menunjukkan tidak ada perbedaan status hipertensi
kardiovaskular. Beberapa penelitian yang telah dan tidak ada hubungan yang signifikan dengan
melakukan mencari hubungan antara insomnia tekanan darah (Matthews et al., 2015). Penelitian
kronis dengan hipertensi, memang hanya yang dilakukan oleh Calhoun, dan Harding (2010)
melaporkan sedikit efek dan terkadang tidak menyatakan bahwa adanya korelasi yang kuat
konsisten dari yang sedikit pengaruh atau sama antara keparahan insomnia dengan keparahan
sekali tidak memiliki dampak klinis yang signifikan hipertensi (Calhoun and Harding, 2010). Studi lain
(Vgontzas et al., 2009). yang dilakukan oleh Gotlieb et al. (2011),
Pada sebuah studi prospektif berbasis menyatakan bahwa subjek yang tidur < 5 jam
populasi yang melibatkan 8.757 responden di setiap malam memiliki OR 1,66; (95% CI, 1,35-
Pennsylvania Amerika Serikat, prediksi risiko 2,04) dibandingkan dengan dengan responden
insomnia terhadap hipertensi relatif kecil dengan yang tidur > 7 jam, setelah dikontrol oleh beberapa
OR = 1,2 setelah dikendalikan variabel usia, jenis variabel perancu (Gottlieb et al., 2006). Sudi
kelamin, perilaku merokok, diabetes, kondisi Whitehall II yang dilakukan di London Inggris yang
depresi, dan komorbiditas lainnya. Studi meneliti hubungan prospektif antara durasi tidur
menunjukkan durasi tidur singkat, terutama dalam dengan kejadian hipertensi dalam kohort 10.308
bentuk ekstremnya ≤ 5 jam dikaitkan dengan risiko pegawai negeri Inggris, berusia 35 hingga 55
sederhana yang serupa (Phillips and Mannino, tahun, risiko kejadian hipertensi dengan OR, 1,42
2007). Gangwisch et al. (2006) melaporkan bahwa (95% CI 0,94-2,15) (Cappucci et al., 2007).
durasi tidur ≤5 jam per malam, terkait dengan Tidur mengubah fungsi sistem saraf otonom
peningkatan risiko hipertensi secara signifikan pada dan peristiwa fisiologis lainnya yang dapat
responden usia 32 hingga 59 tahun, tetapi tidak mempengaruhi tekanan darah. Gangguan tidur
pada responden berusia> 60 tahun setelah mengubah respons tekanan darah dan
dikontrol variabel perancu (Gangwisch et al., 2006). meningkatkan risiko hipertensi (Calhoun and
Penelitian pada 238 remaja usia 13 hingga 16 Harding, 2010). Kebiasaan tidur dengan durasi
tahun di Cleveland Amerika Serikat, peluang yang singkat dapat menyebabkan perkembangan
prehipertensi meningkat 2,5 kali lipat pada ke arah hipertensi melalui paparan yang
responden yang memiliki perilaku tidur pendek berkepanjangan terhadap peningkatan tekanan
(<6,5 jam) setelah dikontrol oleh variabel jenis darah dan detak jantung selama 24 jam,
kelamin, IMT, dan status sosial ekonomi(Javahari et peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik,
al., 2008). Namun, 3 (tiga) penelitian lain stressor fisik dan psikososial, dan peningkatan
melaporkan tidak ada hubungan antara durasi tidur retensi garam (Gangwisch et al., 2006). Penelitian
dengan tekanan darah pada kelompok umur yang Javaheri et al. (2008) menyatakan bahwa data
berbeda (3–10 tahun, 10–12 tahun, dan 16–19 mengenai hubungan antara peningkatan tekanan
tahun) (Wells et al., 2008; Bayer, Neuhauser and darah karena kualitas tidur pada orang dewasa
Von Kries, 2009; Shaikh, Patel and Singh, 2010) sudah banyak. Kualitas tidur adalah salah satu
yang mendasari hubungan antara durasi tidur dan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
hipertensi belum sepenuhnya dipahami. Sebuah kesehatan selain lifestyle, efisiensi tidur yang
penjelasan antara kurang tidur dan perubahan rendah diketahui berisiko terjadinya hipertensi,
metabolisme, seperti berkurangnya toleransi optimalisasi jam tidur dapat membantu untuk
glukosa, dipertimbangkan berperan penting dalam mencegah terjadinya hipertensi. Memantau kualitas
mekanisme rumit sehingga memunculkan dan kuantitas tidur sebagai upaya meningkatkan
hipertensi (Spiegel, Leproult and Van Cauter, 1999; kesehatan masyarakat sangat penting dilakukan
Scheer et al., 2004). Durasi tidur hanya dikaitkan (Javahari et al., 2008).
dengan risiko hipertensi yang lebih tinggi pada Menurut laporan Komisi Nasional Penelitian
kelompok anak laki-laki. Sebelumnya, durasi tidur Gangguan Tidur (National Commision on Sleep
pendek terkait dengan risiko hipertensi lebih tinggi Disorder Research) di Amerika Serikat, 30 juta
pada perempuan dewasa (Guo et al., 2011). orang dewasa dan remaja kurang tidur secara
Demikian juga dengan penelitian Mathews et al kronis (US Department of Health and Human
(2015) yang melakukan penelitian terhadap wanita Services, 1994). Penelitian lanjutan selama 9 tahun
paruh baya di beberapa negara dari berbagai ras. menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 6
Tim berhipotesis bahwa durasi tidur terkait dengan jam setiap malam mengalami pemburukan
peningkatan risiko hipertensi dan peningkatan kesehatan dan memiliki tingkat kematian 70% lebih
tekanan darah. Hasilnya analisis multivariat tinggi daripada mereka yang tidur sekitar 7 sampai
51
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 24 No. 1 Januari 2021: 46 - 56
8 jam setiap hari. Asosiasi ini tetap signifikan stres psikososial mengarah pada naiknya tekanan
setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, ras, darah yang lebih tinggi(Young et al., 2005; Steffen
kesehatan fisik, riwayat merokok, aktivitas fisik, et al., 2006).
konsumsi alkohol, dan dukungan sosial (Lusardi et Peningkatan tekanan darah dianggap sebagai
al., 1999). konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan di
Insomnia adalah keluhan tidur umum yang populasi, yang menyebabkan hipertensi pada
terjadi ketika seseorang memiliki satu atau lebih sebagian besar subjek lanjut usia. Dari data yang
masalah. Gejalanya dimulai dari kesulitan untuk diperoleh Framingham Heart Study, dengan
memulai tidur, kesulitan mempertahankan tetap mengikuti riwayat responden selama 30 tahun,
dalam kondisi tidur, sering terbangun di malam hari, menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik
cenderung bangun terlalu pagi dan tidak dapat meningkat secara kontinyu yang dimulai dari usia
kembali tidur serta tidur tidak restoratif. Gejala- 30 tahun hingga usia 84 tahun atau bahkan
gejala insomnia ini dapat disebabkan oleh berbagai lebih(Pinto, 2007). Peningkatan tekanan darah
macam faktor biologis, psikologis serta faktor seiring bertambahnya usia, sebagian besar terkait
sosial. Perilaku insomnia paling sering dengan terjadinya perubahan struktural di arteri dan
menghasilkan durasi tidur yang tidak memadai, terutama dengan kekakuan pada dinding arteri.
meskipun penderita memiliki kesempatan untuk Pada usia lanjut, prediktor risiko yang paling kuat
tidur malam sebelumnya. Insomnia berbeda dari adalah peningkatan tekanan darah sistolik
kurang tidur, yang terjadi ketika seseorang tidak (Chaudhry, Krumholz and Foody, 2010). Dalam
memiliki kesempatan untuk mendapatkan tidur beberapa kasus, tidak ada penyebab spesifik yang
malam yang cukup (American Academy of Sleep diketahui sebagai penyebab hipertensi dan faktor
Medicine, 2008). Insomnia dapat disebabkan oleh genetik disebutkan sebagai faktor utama
penyebab psikososial, gangguan medis komorbid, hipertensi, terutama jika terjadi pada orang usia di
penyalahgunaan alkohol atau zat lain. Hubungan bawah usia 40 tahun (WHO, 2013).
antara insomnia dan kondisi psikososial dan medis Proporsi responden yang terkena hipertensi
diyakini bersifat timbal balik, setiap kondisi dapat pada kelompok overweight (35,0%), jauh lebih
menyebabkan atau bahkan memperburuk kondisi tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak
lainnya (Souza Lopes, Rodrigues and Rotenberg, overweight yang hanya 19,2%. Hasil analisis
2012). menunjukkan bahwa kelebihan berat badan
Hasil analisis ini juga memperlihatkan proporsi sebagai faktor risiko tekanan darah lebih tinggi.
responden terkena hipertensi pada kelompok umur Banyak studi menyatakan bahwa peningkatan
≥40 Tahun sebesar 41,8%, lebih tinggi proporsi hipertensi ditemukan seiring dengan
dibandingkan dengan kelompok umur <40 tahun terjadinya peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT)
sebesar 11,6%. Analisis multivariat memperlihatkan (Raina and Jamwal, 2009). Meta Analisis yang
umur ≥40 Tahun sebagai faktor risiko terhadap dilakukan oleh Babu et al (2018) menunjukkan
kejadian hipertensi. Hasil ini sesuai dengan banyak bahwa obesitas secara signifikan dikaitkan dengan
penelitian sebelumnya antara lain yang dilakukan hipertensi setelah dikontrol variabel kovariat.
oleh Raina dan Jamwal (2019) di negara bagian Temuan ini juga sejalan dengan penelitian lain yang
Jammu India, prevalensi hipertensi meningkat menyatakan IMT sebagai faktor risiko yang sangat
seiring bertambahnya usia(Raina and Jamwal, penting untuk terjadinya hipertensi (Kannel, 2000).
2009). Peningkatan tekanan darah yang terkait Hal ini sesuai dengan hasil dari studi prevalensi
usia, dipandang sebagai fitur universal penuaan hipertensi di India yang dilakukan pada berbagai
pada manusia(O'Rourke and Nichols, 2005; Baksi kelompok risiko obesitas (Ghosh and
et al., 2009). Pada usia di atas 40 tahun, tekanan Bandyopadhyay, 2007; James, 2008; Gupta and
darah sistolik seseorang akan meningkat ≈7 mmHg Gupta, 2009; Basu and Millett, 2013). Studi meta-
per dekade(Wolf-Maier et al., 2003). Tekanan darah analisis yang dilakukan oleh Basu dan Millet (2013)
diastolik juga meningkat seiring bertambahnya pada enam negara berpenghasilan menengah
usia, tetapi pada tingkat yang lebih rendah (China, Ghana, India, Meksiko, Rusia dan Afrika
dibandingkan dengan tekanan darah sistolik. Selatan) dengan perkiraan Odds Ratio (OR: 3,7;
Tekanan darah diastolik bahkan bisa turun pada 95% CI: 2,1-6,8) obesitas terhadap hipertensi.
usia lanjut(Pinto, 2007). Meskipun demikian, hasil Kesamaan pada masing-masing negara adalah
dari banyak studi menunjukkan bahwa proses adanya peningkatan korelasi prevalensi obesitas
modernisasi menyebabkan perubahan gaya hidup dengan terjadinya hipertensi meskipun dengan
meliputi perilaku diet, adipositas, aktivitas, dan budaya yang dianggap memiliki banyak perbedaan
52
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Hendrik Edison, dkk)
(Basu and Millett, 2013). Bukti lain menunjukkan bertambahnya usia (Butlin and Avolio, 2015).
bahwa di antara penderita obesitas, perubahan Perubahan ini menyebabkan penurunan elastisitas
status gizi, mikrobiota usus, dan peningkatan aorta dan arteri besar serta peningkatan pada
aktivitas fisik, memiliki peran penting ada atau tekanan darah diastolik (Magder, 2018).
tidaknya hipertensi (Kotsis et al., 2015; Babu et al., Kemungkinan penyebab tidak adanya
2018). hubungan antara gangguan insomnia terhadap
Terkait adanya hubungan obesitas sebagai kejadian hipertensi bisa disebabkan oleh berbagai
faktor risiko hipertensi dalam penelitian ini faktor. Harus diakui bahwa analisis perilaku
diperlakukan sebagai variabel perancu, hasilnya gangguan insomnia terhadap kejadian hipertensi
sesuai dengan studi-studi yang telah dilakukan menggunakan data IFLS memiliki sejumlah
sebelumnya. Obesitas sering dianggap sebagai keterbatasan antara lain variabel insomnia berasal
akibat dari asupan makanan yang berlebihan atau dari instrumen PROMIS dengan 10 pertanyaannya
aktivitas fisik yang tidak mencukupi (Hill, Wyatt and dengan lima item jawaban berbentuk skala likert
Peters, 2013). Studi yang dilakukan di Kalimantan selama seminggu terakhir. Perilaku insomnia
Barat menyatakan bahwa responden dengan harusnya diukur dari durasi tidur untuk melihat
riwayat obesitas memiliki risiko hipertensi sebesar pola tidur. Berdasarkan temuan studi-studi
2,16 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya, pola tidur selalu berkaitan dengan
responden dengan berat badan normal (Natalia, hipertensi. Data tekanan darah responden IFLS
Hasibuan and Hendro, 2014). Pada penderita tidak diukur pada malam hari saat responden tidur,
obesitas terjadi peningkatan kerja jantung untuk akan tetapi diukur pada saat wawancara. Studi-
memompa darah. Semakin besar massa tubuh, studi menunjukkan bahwa durasi tidur pendek,
maka semakin banyak pula suplai darah yang terkait dengan peningkatan tekanan darah pada
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke malam hari (Matthews et al., 2015). Akhirnya,
jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume responden IFLS terdiri dari banyak kelompok etnis
darah yang beredar melalui pembuluh darah akan serta perilaku yang bermacam macam yang
meningkat, sehingga tekanan pada dinding arteri diketahui memiliki pola tidur yang berbeda yang
menjadi lebih besar (Ulumuddin and Yhuwono, berkontribusi terhadap hasil akhir penelitian ini
2018). (Rigaud and Forette, 2001).
Demikian juga dengan variabel perancu lain
yaitu umur, sangat berhubungan dengan kejadian
KESIMPULAN DAN SARAN
hipertensi. Penuaan adalah proses yang terus-
menerus dan progresif yang mengakibatkan
penurunan fungsi fisiologis di semua sistem organ Kesimpulan
(Franceschi et al., 2010). Penurunan fisiologis ini Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
menghasilkan peningkatan kerentanan terhadap insomnia tidak mempunyai hubungan yang
penyakit yang secara dramatis meningkatkan risiko bermakna terhadap kejadian hipertensi. Variabel
kematian (Buford, 2017). Peningkatan tekanan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
darah seiring bertambahnya usia sebagian besar adalah umur dan overweight. Kelompok umur ≥ 40
terkait dengan perubahan struktural pada arteri dan tahun dan berat badan dengan status overweight
terutama dengan kekakuan arteri yang besar. Baik adalah faktor yang berhubungan dengan risiko
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik hipertensi. Ketiga variabel memberikan kontribusi
meningkat seiring bertambahnya usia (Pinto, 2007). terhadap kejadian hipertensi sebesar 18,9%,
Perubahan ini menyebabkan terjadinya sedangkan variabel lainnya ada di luar variabel
pengerasan pada pembuluh darah dan penurunan yang tidak ikut diteliti.
elastisitas dinding arteri yang menyebabkan
peningkatan besar tekanan pada nadi (Avolio, Saran
2013). Tekanan nadi telah terbukti sebagai Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
prediktor perubahan struktural pada dinding arteri pengaruh durasi dan kualitas tidur terhadap
(Nyhan et al., 2011). Efek utama dari penuaan hipertensi dengan pengukuran pada saat
normal pada sistem kardiovaskular melibatkan responden sebelum tidur. Kebijakan kesehatan
perubahan pada aorta dan pembuluh darah masyarakat yang menargetkan kalangan usia ≥40
sistemik (Webb and Inscho, 2007). Ketebalan tahun melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
dinding aorta dan arteri besar meningkat dan mengurangi kelebihan berat badan dan obesitas.
elastisitas pembuluh darah menurun seiring Namun, karena usia adalah faktor yang tidak dapat
53
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 24 No. 1 Januari 2021: 46 - 56
54
Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Hendrik Edison, dkk)
55
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 24 No. 1 Januari 2021: 46 - 56
Rigaud, A.-S. and Forette, B. (2001) 'Hypertension in Ulumuddin, I. ' and Yhuwono, Y. (2018) 'Hubungan
older adults', Journal of Gerontology Medical Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada
Science, 56A(4), pp. M219–M225. https://doi.org/ Lansia Di Desa Pesucen, Banyuwangi', J. Kesehat.
10.1016/S1889-1837(18)30072-2. Masy. Indones, 13(1), p. 2018.
Roger, V. L. et al. (2011) 'Heart Disease and Stroke US Department of Health and Human Services (1994)
Statistics—2011 Update: A Report From the Report of the National Commission on Sleep
American Heart Association RD on behalf of the Disorders Research. Washington.
American Heart Association Statistics Committee and US Department of Health and Human Services (2004)
Stroke Statistics Subcommittee', Circulation, 123(4), The Seventh Report of the Joint National on:
pp. 18–209. https://doi.org/10.1161/CIR. Prevention , Detection , Evaluation , and Treatment of
0b013e3182009701. High Blood Pressure, National High Blood Pressure
Sabiq, A. and Fitriany, J. (2016) 'Hubungan Kualitas Tidur Education Program. https://doi.org/10.1161/01.
dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Remaja di HYP.0000107251.49515.c2.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Vgontzas, A. N. et al. (2009) 'Insomnia with objective
Lhokseumawe', pp. 1–15. short sleep duration is associated with a high risk for
Scheer, F. A. J. L. et al. (2004) 'Daily Nighttime Melatonin hypertension', Sleep, 32(4), pp. 491–497.
Reduces Blood Pressure in Male Patients with https://doi.org/10.1093/sleep/32.4.491.
Essential Hypertension', Hypertension, 43(2 I), pp. Wang, G., Grosse, S. D. and Schooley, M. W. (2017)
192–197. h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 11 6 1 / 0 1 . 'Conducting research on the economics of
HYP.0000113293.15186.3b. hypertension to improve cardiovascular health:
Shaikh, W. A., Patel, M. and Singh, S. K. (2010) defining and quantifying economic costs of
'Association of sleep duration with arterial blood hypertension', Am J Prev Med, 53(6), pp. S115–S117.
pressure profile of Gujarati Indian adolescents', https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.08.005.
Indian Journal of Community Medicine, 35(1), pp. Webb, R. C. and Inscho, E. W. (2007) 'Age-Related
125–129. https://doi.org/10.4103/0970-0218.62571. Changes in the Cardiovascular System',
Singareddy, R. et al. (2012) 'Risk factors for incident Hypertension in the Elderly, pp. 11–21.
chronic insomnia: A general population prospective https://doi.org/10.1007/978-1-59259-911-0_2.
study', Sleep Medicine. Elsevier B.V., 13(4), pp. Wells, J. C. K. et al. (2008) 'Sleep patterns and television
346–353. https://doi.org/10.1016/j.sleep.2011.10.033. viewing in relation to obesity and blood pressure:
de Souza e Silva, C., Franklin, B. and Araújo, C. (2016) Evidence from an adolescent Brazilian birth cohort',
'Influence of central obesity in estimating maximal International Journal of Obesity, 32(7), pp.
oxygen uptake', Clinical Science, 71(11), pp. 1042–1049. https://doi.org/10.1038/ijo.2008.37.
629–634. https://doi.org/10.6061/clinics/2016(11)02. WHO (2013) A global brief on hypertension:silent killer,
Souza Lopes, C. de, Rodrigues, J. and Rotenberg, L. global public health crisis. https://doi.org/10.
(2012) 'Epidemiology of Insomnia: Prevalence and 1136/bmj.1.4815.882-a.
Risk Factors', Intech open. https://doi.org/ WHO (2019a) Key Fact : Hypertension. Available at:
10.5772/32991. h t t p s : / / w w w. w h o . i n t / n e w s - r o o m / f a c t -
Spiegel, K., Leproult, R. and Van Cauter, E. (1999) sheets/detail/hypertension (Accessed: 27 May 2020).
'Impact of sleep debt on metabolic and endocrine WHO (2019b) World Hypertension Day 2019. Available
function', Lancet, 354(9188), pp. 1435–1439. at: https://www.who.int/cardiovascular_diseases/
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(99)01376-8. world-hypertension-day-2019/en/ (Accessed: 27 May
Steffen, P. R. et al. (2006) 'Acculturation to western 2020).
society as a risk factor for high blood pressure: A Wolf-Maier, K. et al. (2003) 'Hypertension Prevalence and
meta-analytic review', Psychosomatic Medicine, pp. Blood Pressure Levels in 6 European Countries,
386–397. h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 9 7 / 0 1 . p s y. Canada, and the United States', Journal of the
0000221255.48190.32. American Medical Association, 289(18), pp.
Strauss, J., Witoelar, F. and Sikoki, B. (2016) 'The Fifth 2363–2369. https://doi.org/10.1001/jama.
Wave of the Indonesia Family Life Survey: Overview 289.18.2363.
and Field Report: Volume 1', The Fifth Wave of the Young, J. H. et al. (2005) 'Differential susceptibility to
Indonesia Family Life Survey: Overview and Field hypertension is due to selection during the out-of-
Report: Volume 1, 1(March). https://doi.org/ Africa expansion', PLoS Genetics, 1(6), pp.
10.7249/wr1143.1. 0730–0738. https://doi.org/10.1371/journal.
pgen.0010082.
56
KATA PENGANTAR
Salam sehat!
Alhamdulillah edisi pertama tahun 2021 telah dapat hadir dihadapan pembaca yang budiman. Edisi
kali ini sekaligus menandai kepenguruan redaksi yang baru dari Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
ini. Formasi lama masih banyak yang bertahan, dengan tambahan beberapa mitra bestari baru. Hal
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan kepakaran yang diperlukan untuk mendapatkan artikel
yang berkualitas dalam jurnal ini.
Dalam volume 24 nomor 1 ini beberapa artikel ilmiah menarik disajikan setelah melalui proses
penyuntingan yang ketat. Setidaknya ada empat artikel yang memanfaatkan data besar dari survei
berskala nasional, kemudian beberapa artikel dalam skala regional (provinsi), dan beberapa lainnya
merupakan studi kualitatif dan riset operasional.
Menarik sekali menyimak artikel yang menganalisis lanjut hasil survei dengan data besar skala
nasional. Setidaknya ada tiga data survei besar yang dijadikan bahan analisis lanjut dalam edisi kali ini.
Tercatat ada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, Indonesia Family and Life Survey (IFLS)
tahun 2014, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017.
Dari Riskesdas 2018 ada dua artikel yang menarik. Pertama, artikel yang berjudul “Hubungan
konsumsi alkohol dengan cedera disebabkan kecelakaan lalu lintas di Indonesia tahun 2018”. Hasil uji
secara multivariat menemukan bahwa konsumsi alkohol berkaitan erat dengan cedera yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Kesimpulan ini didapatkan setelah dilakukan analisis dengan
kontrol beberap karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, wilayh tempat
tinggal, dan pulau domisili.
Kedua, artikel yang berjudul “Gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada
penduduk lanjut usia di Indonesia (berdasarkan data Riskesdas 2018)”. Fakta yang disajikan dalam
artikel ini cukup menarik, karena ternyata konsumen pelayanan kesehatan tradisional justru adalah
para lansia. Lebih lanjut, peneliti dalam studi ini merekomendasikan untuk memperbanyak layanan
kesehatan tradisional hingga ke Puskesmas. Hal ini diperlukan untuk dapat memperluas jangkauan
pelayanan untuk para lansia.
Survei besar lain yang dianalisis dalam artikel di edisi kali ini adalah IFLS. Artikel berjudul
“Hubungan Insomnia Dengan Hipertensi (Analisis Data Indonesia Family Life Survey)” ini ditujukan
untuk melihat hubungan dan besaran risiko insomnia terhadap hipertensi. Hasil analisis secara
multivariat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara insomnia dan hipertensi.
Sementara di sisi lain, umur dan overweight ditemukan memberi kontribusi terhadap kejadian
hipertensi.
SDKI adalah data survei besar ketiga yang dimanfaatkan sebagai bahan analisis dalam artikel edisi
kali ini. Artikel yang berjudul “ Hubungan paritas dan karakteristik individu terhadap pemakaian alat
kontrasepsi diantara wanita usia subur di Provinsi Jawa Timur tahun 2017” ini ditujukan untuk
menganalisis hubungan paritas terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada wanita usia subur. Hasilnya,
disimpulkan bahwa paritas berkaitan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, beberapa variabel
lain yang diikutkan dalam analisis multivariat juga ditemukan turut berkontribusi dalam pemakaian alat
kontrasepsi.
Pemanfaatan data sekunder dari survei besar sangat menarik. Karena selain kita bisa melakukan
estimasi sampai dengan tingkat nasional, analisis lanjut dengan mengolah data besar dapat
memangkas cukup banyak waktu untuk dapat melahirkan sebuah artikel ilmiah. Semoga review singkat
beberapa artikel yang memanfaatkan data besar kali ini dapat menginpirasi peneliti lain untuk
menganalisis dengan pola yang sama.
Wakil Ketua Dewan Redaksi