Bab Iii
Bab Iii
Perumusan isu-isu strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan sebagai OPD,
dilakukan berdasarkan tugas dan fungsi sesuai dengan pelayanan yang diberikan menurut
peraturan perundang-undangan. Dinas Kesehatan merupakan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang memiliki fungsi operasional (Dinas Kesehatan) dan penunjang (Lembaga Teknis
Daerah). Dalam perumusan isu-isu tersebut akan dimulai dari tahapan identifikasi
permasalahan pelayanan tupoksi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, selanjutnya
dilakukan telaahan terhadap visi, misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
terpilih dalam RPJMD Kabupaten Aceh Selatan periode 2018-2023 sebagai dasar pelaksanaan
tugas Dinas Kesehatan kedepan, serta Telaahan terhadap instansi vertikal dalam hal ini
Kementeriaan Kesehatan RI yang memiliki tugas dan kewenangan yang sama sesuai sasaran
strategis Renstranya, yang selanjutnya akan menjadi dasar penetapan isu-isu strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan periode 2024-2026. Adapun penjelasan tahapan
perumusan isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi adalah sebagai berikut :
Permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi adalah sebagai berikut:
1. Status Kesehatan Masyarakat masih rendah ditandai dengan masih tingginya
jumlah kematian bayi dan jumlah kematian ibu;
2. Masih tingginya kasus stunting pada balita di Kabupaten Aceh Selatan;
3. Adanya disparitas kondisi status kesehatan, sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan, Sumberdaya Manusia ( SDM ) Kesehatan yang masih timpang antar
puskesmas dalam Kabupaten Aceh Selatan;
4. Angka kejadian kesakitan akibat infeksi penyakit menular langsung maupun melalui
binatang masih cukup tinggi, sementara pada saat bersamaan kejadian penyakit
degeneratif (hipertensi, jantung, diabetes melitus, dll) masih terjadi peningkatan;
5. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat yang ditandai diantaranya masih
rendahnya perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat, perilaku memberikan
ASI ekslusif, serta persalinan di fasilitas Kesehatan;
6. Belum optimalnya pelayanan kesehatan sesuai standar di fasilitas kesehatan
dasar maupun rujukan baik dari segi SDM, sarana dan prasarana, peralatan medik,
dan sistem rujukan.
25
Tabel 3.1
Identifikasi Permasalahan Pelayanan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi
No Aspek Permasalahan
1. Masih belum optimalnya pengendalian dampak lingkungan dan
manajemen faktor resiko lingkungan;
2. Belum optimalnya pengelolaan limbah medis (padat dan cair)
3. Belum optimalnya pengawasan tempat pengelolaan pestisida,
fasilitas makanan dan minuman;
4. Belum optimalnya pembinaan hygiene dan sanitasi terhadap
tempat-tempat umum;
5. Belum optimalnya pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat;
6. Belum optimalnya pembinaan upaya kesehatan olahraga;
Kesehatan 7. Belum optimalnya pembinaan upaya kesehatan kerja;
Masyarakat 8. Kurang optimalnya partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan
ibu dan anak, gizi dan lansia;
11. Masih rendahnya penjaringan kesehatan ibu, anak usia sekolah
dan lansia;
1
12. Belum optimalnya sistem rujukan kasus kebidanan dan neonatal;
13. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelayanan KIA dan
Gizi;
14. Masih tingginya kasus kehamilan yang anemia, kurang energi
kronis, berat bayi lahir rendah;
15. Masih tingginya kasus stunting;
16. Belum optimalnya pembinaan upaya kesehatan berbasis
masyarakat;
17. Belum optimalnya pembinaan pada desa siaga aktif;
Kesehatan
18. Belum optimalnya penerapan kawasan tanpa rokok di lima tatanan
Masyarakat
(kawasan pendidikan, kesehatan, tempat umum, tempat kerja,
tempat ibadah, tempat bermain anak, fasilitas kesehatan);
19. Belum optimalnya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat;
1. Masih kurangnya regulasi yang mengatur penanganan Orang
Dengan Gangguan Jiwa;
2. Belum optimalnya sistem rujukan;
3. Kurangnya kualitas pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit;
4. Masih belum optimalnya kualitas penanggulangan Orang Dengan
Gangguan Jiwa;
5. Belum optimalnya penjaringan kesehatan jiwa di masyarakat;
6. Belum optimalnya penjaringan faktor resiko penyakit tidak menular
di masyarakat usia 15 tahun ke ata;
Pencegahan dan 7. Belum optimalnya sarana pendukung sistem pencatatan dan
2 Pengendalian pelaporan program penyakit tidak menular dari klinik swasta;
Penyakit
8. Belum optimalnya penjaringan penyakit tidak menular berbasis
masyarakat;
9. Belum optimalnya pembinaan penyakit tidak menular berbasis
masyarakat;
10. Masih tingginya insiden rate DBD;
11. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana/KLB;
12. Tingginya potensi angka kecacingan (stunting-anemia);
13. Masih rendahnya angka kesembuhan atau cure rate penderita TB;
20. Masih rendahnya case notification rate (CNR TB);
26
No Aspek Permasalahan
21. Masih rendahnya persentase skrinning orang dengan resiko HIV;
22. Masih rendahnya persentase kasus HIV yang diobati;
23. Masih rendahnya persentase deteksi dini hepatitis B pada Bumil;
24. Masih rendahnya pengobatan diare dan pnemonia sesuai standar;
25. Masih tingginya proporsi penemuan kusta cacat tingkat 2;
27
No Aspek Permasalahan
10. Masih kurangnya penyebaran informasi pelaksanaan JKN;
28
3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kabupaten Aceh Selatan
3.2.1 Visi Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2018-2023
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan telah menetapkan visi dan misi
pembangunan jangka menengah daerah tahun 2018-2023 yang merupakan
penjabaran dari Visi Bupati Aceh Selatan yaitu: “Terwujudnya Aceh Selatan yang
berkeadilan secara sosial dan ekonomi”
Dalam visi tersebut mengandung dua kata kunci sebagai berikut :
(1)... berkeadilan secara sosial; dimana bermakna Pemerintah Kabupaten Aceh
Selatan menjamin terpenuhinya hak-hak dasar rakyat Aceh Selatan dalam
berbagai sendi kehidupan. Jaminan kesejahteraan diwujudkan dalam
kebijakan anggaran yang pro rakyat.
(2)… berkeadilan secara ekonomi; bermakna rakyat aceh selatan memiliki
akses yang sangat mudah terhadap pengembangan sumber-sumber
produksi masyarakat dalam rangka menjadikan rakyat Aceh Selatan
berdaya secara ekonomi.
29
7. Peningkatan ekonomi kerakyatan, perluasan lapangan kerja dari sektor
produksi dan jasa;
8. Penguatan basis produksi masyarakat dalam sektor pertanian, perkebunan
dan perikanan;
9. Mewujudkan terbangunnya sentra-sentra produksi, industri dan industri kreatif
yang kompetitif;
10. Pembangunan kawasan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Visi dan Misi Bupati Kabupaten Aceh Selatan 2018-2023 selanjutnya
menjadi pedoman Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dalam menyusun
tujuan dan sasaran Renstra Dinas Kesehatan periode 2018-2023 agar arah
kebijakan dan program pembangunan daerah dalam Renstra Dinas Kesehatan
periode 2018-2023 sinkron dan terintegrasi dengan RPJMD Kabupaten Aceh
Selatan 2018-2023. Adapun dalam misi tersebut, Dinas Kesehatan mengemban
misi nomor 3 (tiga) yakni Memastikan kemudahan akses pelayanan kesehatan
yang berkualitas serta santunan sosial secara terintegrasi; serta misi nomor 5
(lima) yakni : Penyederhanaan sistem pelayanan birokrasi pemerintahan.
3.3 Telaah Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan Aceh
3.3.1. Telaah Renstra Kementerian Kesehatan
Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, khususnya
dalam bidang kesehatan ditandai dengan :
30
3) Status kesehatan dan gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses
tumbuh kembang yang optimal, yang ditandai dengan meningkatnya Umur harapan
Hidup (UHH) dan Healthy Adjusted Life Expectancy (HALE).
31
A. Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:
1. Meningkatnya kesehatan masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%.
b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.
c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.
2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar
40%.
b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
tertentu sebesar 40%.
c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.
d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
32
c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56,910
orang.
6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan
kesehatan.
b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam
pelaksanaan SPM sebesar 80%.
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan
sebesar 20%.
b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan sebanyak 15.
c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang
diimplementasikan sebanyak 40.
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan
pemantauanevaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun
b. dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34
provinsi.
c. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100
rekomendasi.
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah.
b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan
kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan sebanyak 120 rekomendasi.
c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan
gizi masyarakat sebanyak 5 laporan.
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara ≤1% sebesar 100%.
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
33
a. Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.
b. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai
kinerja minimal baik sebesar 94%.
12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas
secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.
b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk
akses pelayanan e-health sebesar 50%.
B. Strategi
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:
1) Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut
usia yang berkualitas;
2) Mempercepat perbaikan gizi masyarakat;
3) Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
4) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas;
5) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas;
6) Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi
dan alat kesehatan;
7) Meningkatkan pengawasan obat dan makanan;
8) Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu SDM kesehatan;
9) Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
10) Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi;
11) Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang
kesehatan;
12) Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
C. Arah Kebijakan
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni:
1) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care);
2) Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care);
3) Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.
34
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi pembangunan jangka panjang
bidang kesehatan sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau;
4. Meningkatkan dan mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak
yaitu:
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi
73,7 tahun pada tahun 2025;
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025;
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025;
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi
9,5% pada tahun 2025.
Tujuan dan sasaran jangka menengah yang ingin diwujudkan Dinas Kesehatan
Aceh merujuk kepada tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Aceh (RPA) 2023-
2026 adalah Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Derajat Kesehatan
dengan Indikator tujuan adalah Indeks Pembangunan Manusia. Untuk tercapainya tujuan
tersebut, maka sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Aceh di akhir RPA adalah :
1. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat; dengan indikator kinerja :
a. Usia Harapan Hidup meningkat dari 69,69 tahun menjadi 70,1 tahun
b. Persentase balita stunting menurun dari 33,2 % menjadi 25 %
c. Angka Kematian Bayi menurun dari 11 menjadi 7 per 1000 kelahiran hidup
d. Angka Kematian Ibu menurun dari 223 menjadi 175 per 1000 kelahiran hidup
per 100.000 kelahiran hidup
35
Sedangkan strategi dan arah kebijakan yang dirumuskan Dinas Kesehatan Aceh
dalam upaya mencapaian tujuan dan sasaran di akhir RPA 2023-2026, yaitu :
1. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan strategi ;
a. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat;
b. Pemantapan pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Percepatan penurunan stuntung dan perbaikan gizi masyarakat
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan selaku satuan kerja perangkat
daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Semua kegiatan
perencanaan pembangunan yang diusulkan oleh Dinas/Instansi harus sesuai dengan
rencana pola ruang dan struktur ruang yang sudah ditetapkan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Selatan menunjukkan bahwa
pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan
strategis terutama Kawasan peruntukan Permukiman, yang rencana pengembangannya
dilakukan untuk menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam
serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan pembangunan
yang berkelanjutan. Distribusi dan kepadatan penduduk di kecamatan-kecamatan juga
menjadi pertimbangan dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan.
Sesuai dengan amanat Pasal 47 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 86 Tahun 2017, bahwa penyusunan rancangan awal RPJMD mencakup dokumen
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang merupakan rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dinas Kesehatan Aceh Selatan selaku
Perangkat Daerah yang menyelenggarakan fungsi menyusun dokumen RPJMD telah
menyelesaikan dokumen kajian KLHS dimaksud sebagai bahan penyusunan rancangan
awal RPJMD tahun 2018-2023.
36
Isu strategis adalah permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau
permasalahan yang belum dapat diselesaikan pada periode RPJMD sebelumnya dan
berdampak pada pelaksanaan pembangunan dalam jangka panjang, sehingga perlu
diatasi secara bertahap. Dari hasil analisis kinerja pelayanan 5 (lima) tahun yang lalu serta
telahaan visi dan misi Kepala daerah, Renstra Kementerian Kesehatan RI, Renstra Dinas
Kesehatan Aceh, RTRW dan kajian KLHS dapat diidentifikasi permasalahan dan isu-isu
strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan,
yang akan menjadi rumusan kebijakan serta penyusunan program prioritas Dinas
Kesehatan. Isu-isu strategis yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten
Aceh Selatan adalah sebagai berikut :
37
masih perlu ditingkatkan sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK), pemeliharaan dan Kalibrasi.
5. Alokasi Anggaran bidang kesehatan Kab/Kota masih belum sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disamping anggaran
tersebut lebih cenderung untuk upaya kuratif.
6. Masyarakat masih ditempatkan sebagai obyek dalam pembangunan kesehatan,
promosi kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pemanfaatan dan kualitas Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), seperti Posyandu dan Poskesdes masih
rendah. Upaya kesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau
perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat, yang mengakibatkan tingginya
angka kesakitan yang diderita oleh masyarakat.
38