Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR


Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Jaya Putra Irawan, M.A

Di susun Oleh:
Octavian No Caesar ( 231710025 )

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
2023
A. PENDAHULUAN

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan


Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan
pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban
menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan
tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan
kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran
terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan,
nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir
(memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut,
dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta
yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu
‘anil munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran)
menempati kedudukan yang agung.

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran


merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman setiap kali Al
Qur’an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang
benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada
perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman
untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak
heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena kebaikan negara dan rakyat
tidak sempurna kecuali dengannya.

Al Qur’an al-karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang


menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah: “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma’ruf dan
nahi mungkar dalam masyarakat, yang jelas bahwa amar ma’ruf dan nahi
mungkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan orang-orang ahli
maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap
diam atau tidak peduli terhadap amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan
suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai orang-orang yang
bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang buruk,
yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik.

B. HADITS DAN TERJEMAHANNYA


1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa
semua masyarakat

‫َّلِذ‬ ‫ِذِه‬ ‫ِإ‬ ‫ِق‬


‫ {َيا َأُّيَه ا ا يَن‬:‫ َّنُك ْم َتْق َرُءوَن َه اآلَيَة‬، ‫ َأُّيَه ا الَّناُس‬: ‫َعْن َأيِب َبْك ٍر الِّص ِّدي َأَّنُه َقاَل‬
‫وَل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه‬ ‫ِإ ِمَس‬ ‫ِإ‬
‫َص ُه َع ْي‬ ‫آَم ُنوا َعَلْيُك ْم َأْنُف َس ُك ْم اَل َيُضُّرُك ْم َمْن َض َّل َذا اْه َتَد ْيُتْم } َو يِّن ْعُت َرُس‬
‫ِع ِم‬ ‫ِه‬
‫ ِإَّن الَّناَس ِإَذا َرَأُوا الَّظاَمِل َفَلْم َيْأُخ ُذ وا َعَلى َيَد ْي َأْو َشَك َأْن َيُعَّم ُه ُم الَّلُه ِب َق اٍب ْنُه‬: ‫َوَس َّلَم َيُقوُل‬
)‫( أخرجه الرتمذي يف كتاب الفنت‬

Artinya: “Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai


manusia, hendaklah kalian membaca ayat in : “Hai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan
sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :”
sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak
aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan
besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan
perbuatan tersebut.”
2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah
kemungkaran
‫َد َأ ِبا ْط ِة اْلِعيِد الَّص الِة اُن َق ا ِإَل ِه‬ ‫ِق ِش ٍب‬
‫َمْرَو َف َم ْي‬ ‫َقْبَل‬ ‫َعْن َطاِر ْبِن َه ا َقاَل َاْو ُل َمْن َب ُخْل َب َيْوَم‬
‫َرُج ٌل َفَق اَل الَّص الُة َقْبَل اُخلْطَبِة َفَق َل َقْد ُتِرَك َم ا ُه َناِلَك َفَق اَل َأُبو َس ِعيٍد َأَّم ا َه َذ ا َفَقْد َقَض ى َم ا‬
‫ِدِه‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِه ِمَس‬
‫َعَلْي ْعُت َرُس وَل الَّل َص َلى الَّله َعَلْي َوَس َّلَم َيُقوُل َمْن َرَأى ْنُك ْم ُمْنَك ًرا َفْلُيَغِّيْرُه ِبَي َفِإْن ْمَل‬
‫( أخر جه مسلم يف كتاب‬ ‫َيْس َتِط ْع َفِبِلَس اِنِه َفِإْن ْمَل َيْس َتِط ْع َفِبَق ْلِبِه َو َذ ِلَك َأْض َعُف االَميان‬

) ‫االميان‬

Artinya : Dari Thariq bin Syihab berkata: orang yang pertama


melakukan khutbah ied setelah sholat, Marwan berkata: seorang
lelaki berdiri kemudian berkata sholat sebelum khutbah, kemudian
berkata: perkara itu sudah ditinggalkan, kemudian Abu Sa’id
berkata: adapun ini, apa yang telah diwajibkan padanya telah
gugur. Saya mendengar langsung dari Rasulullah SAW: “Barang
siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah kemungkaran itu
dengan tangannya, ketika tidak mampu maka dengan lisan,
kemudian apabila masih tidak mampu maka dengan hatinya, maka
hal ini adalah paling lemahnya iman.”

C. PEMBAHASAN
1. Hadits Abi Bakar al-Shiddiq tentang penurunan azab menimpa
semua masyarakat

Di dalam hadits ini menerangkan bahwa orang-orang yang


menyaksikan perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang
mereka tidak berusaha mencegahnya, maka Allah akan memberikan
siksaan yang sama dengan orang yang melalukan penganiayaan itu.
Karena menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti kedzaliman
tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang melakukan perbuatan
tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena
pentingnya amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat
Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Ketika
kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-
orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat
dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma’ruf
dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada
umat itu. Ada beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah
kemungkaran, yaitu :
a. Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa
merubahnya, Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab
siksa-Nya secara merata.1 Apabila kemaksiatan telah merajalela
di tengah-tengah masyarakat, sedangkan orang-orang yang
shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung
kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat
maupun orang-orang yang shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw
“sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang
bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka
kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada
mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
Dan firman Allah Swt :
.‫ واعلموا ان اهلل شديد العقاب‬,‫واتقوا فتنة ال تصينب الذين ظلموامنكم خاصة‬

Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak


khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara
kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-
Nya.”(Al-Anfal : 25 )

b. Tidak dikabulkannya do’anya


Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf
dan nahi munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat
zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.

c. Berhak mendapatkan laknat


1 Ali Usman Dahlan. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim.(Bandung: CV.
Diponegoro). Hlm. 373
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar
ma’ruf dan nahi munkar adalah berhak mendapatkan laknat,
yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah
menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy
munkar. Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya
dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata:
Rasulullah bersabda: "Pertama kerusakan yang terjadi pada
Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang
berbuat kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada Allah
dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan
itu tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu
lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya,
bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-
duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka. Allah
berfirman :
‫ ذالك مبا عصوا‬,‫لعن الذين كفروامن بين اسرائيل على لسان داود وعيسى ابن مرمي‬

.‫ لبئس ماكانوا يفعلون‬,‫ كانو ال يتناهون عن منكر فعلوه‬.‫وما كانوا يعتدون‬

Artinya: “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil


dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. yang demikian
itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya
amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”( Al
Ma’idah : 78-79)

d. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang
paling berat dan dan paling keji dapat menjauhkan syari’at
Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi
dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak
mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling
melakukan pembunuhan dan menumpahkan darah.

e. Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad SAW,
Allah tidak memusnahkan umat beliau secara fisik
sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti
kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah
mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi
bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental.
Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam
keadaan hidup, sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang
menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan, namun walaupun
jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah
tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa
takut, serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang
diberitakan Rasulullah SAW. ketika umat ini takut mengatakan
yang hak dan tidak mencegah orang yang berbuat zalim.2

Secara empiris membuktikan bahwasanya jika


kemungkaran dibiarkan begitu saja dan tidak diubah, maka tidak
lama kemudian kemungkaran tersebut akan dianggap sesuatu yang
wajar dan di kerjakan oleh semua orang dewasa dan anak-anak.
Jika itu telah terjadi, maka kemungkaran tersebut sulit untuk di
hilangkan. Ketika itulah para pelakunya berhak mendapatkan
hukuman dari Allah SWT. Jika kemungkaran dalam masyarakat
muslim di biarkan begitu saja dan kebaikan tidak diperintahkan
kepada mereka, maka tidak lama berselang mereka berrohani buruk
atau orang-orang jahat, tidak menyuruh kepada kebaikan, dan tidak

2 Imam Ghazali. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin. (Surabaya: Terbit
Terang. 1990). Hlm. 86
melarang dalam kemungkaran. Dari hasil pengamatan sehari-hari
dapat kita jika jiwa manusia terbiasa dengan keburukan, maka
keburukan tersebut akan menjadi wataknya. Itulah kerja amar
ma’ruf nahi mungkar.3

Demikian besar keutamaan beramar ma’ruf sehingga Nabi


menyatakan bahwa pahala menyuruh kepada kebaikan itu sepadan
dengan pahala orang yang melakukannya. Demikian pula dalam
sabdanya yang lain, Nabi menegaskan bahwa pahala orang yang
memerintahkan kepada kejahatan juga sepadan dengan orang yang
melakukannya.4

2. Hadits Abi Said al-Khudri tentang perintah mencegah


kemungkaran

Muslim meriwayatkan dari Thariq bin Shihab, dia berkata,


orang yang pertama mengawalkan khutbah pada sholat Ied adalah
marwan kemudian laki-laki berdiri dan berkata,” Sholat khotbah .” dia
berkata, “ yang demikian itu telah ditinggalkan. “ Maka Abu Said
berkata , “Adapun ini, apa yang telah diwajibkan kepadanya telah
gugur.” Yaitu telah menunaikan kewajiban dengan menginkari
perbuatan yang menyalahi sunnah Rosulullah SAW- kemudian dia
berkata, “ saya mendegar .......”(al-hadist)

Dalam riwayat Al-Buhari dan Muslim, sesungguhnya Abu Said


RA. adalah orang yang menarik tanganya dan berkata apa yang
dikatakan kepadanya (Marwan). Maka Marwan menjawab seperti apa
yang disebutkan. Barangkali laki-laki itu mengingkari terlebih dahulu
dengan ucapanya, kemudian Abu Sa’id berusaha untuk mengubah
kemungkaran dengan tanganya.wallahu a’lam.5

3 Abu Bakr Al-jazairi. Minhajjul Muslim. ( Beirut: Darul Fikr, t.th). hlm. 88
4 Juwariyah. Hadis Tarbawi. (Yogyakarta: Sukses Offset. 2010). Hlm. 62-63
5 Mustafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin, Al wafi fi Syarah Arba’in Nawawi, (Beirut:
Muassasah Ulumil Qur’an, t.th), hlm. 316-317
Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak
persoalan) dan sangat penting untuk menjadi separuh dari agama
(syari’at), karena amalan – amalan syari’at terbagi menjadi dua: ma’ruf
(kebaikan) yang wajib diperintahkan dan dilaksanakan atau mungkar
(kemungkaran) yang wajib diingkari, maka dari sisi ini, hadits tersebut
adalah separuh dari syari’at. Hadits ini juga menjelaskan bahwa amar
ma’ruf nahi munkar merupakan karakter seorang yang beriman. Dalam
mengingkari kemunkaran tersebut ada tiga tingkatan :

a. Merubah dengan Tangan

Merubah kemungkaran dengan tangan dimaknai merubah


suatu kemungkaran dengan kekuatan atau kekuasaan yang
dimilikinya. Yakni melakukan menghentikan kemungkaran melalui
kekuasaan yang dimiliki seseorang. Misalnya polisi melakukan
pencabutan ijin usaha kepada perusahaan yang melakukan
pelanggaran hukum, etika, norma atau aturan agama. Kemudian
aparat polisi yang menghukum penjual miras, penjual
barang- barang hasil curian, dan barang-barang haram lainnya.
Seorang atasan memecat secara tidak hormat bawahannya yang
melakukan pelanggaran etika/moral keagamaan. Langkah perubahan
dengan tangan atau kekuasaan merupakan tingkatan upaya paling
tertinggi.

b. Merubah dengan Lisan

Langkah menghentikan kemungkaran dengan lisan dilakukan


apabila langkah pertama (menghentikan dengan kekuatan) tidak
dapat dilaksanakan,karena mungkin orang tersebut tidak memiliki
hak atau kekuasaan yang
memungkinkan ia untuk melakukan pencegahan dengan tangan.
Merubah kemungkaran dengan lisan dapat dilakukan dalam bentuk-
bentuk yang bemacam-macam, seperti dengan nasihat, mau'izah,
gertakan, ucapan, tulisan, pernyataan dan lain-lainnya. Melakukan
perubahan dengan cara lisan dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kepribadian dan kejiwaan mereka yang diajaknya.
Karenanya, mengajak berbuat ma'ruf atau menghentikan
kemungkaran harus dilakukan dengan kebijaksanaan, memberikan
nasihat yang baik atau berdiskusi secara sehat.

c. Merubah dengan Hati

Adapun tingkatan terakhir (merubah dengan hati) artinya


adalah membenci kemungkaran – kemungkaran tersebut, ini adalah
kewajiban yang tidak gugur atas setiap individu dalam setiap situasi
dan kondisi, oleh karena itu jika tidak mengingkari dengan hatinya,
maka ia akan binasa. Seseorang yang tidak mengingkari dengan
hatinya maka ia adalah orang yang mati dalam keadaan hidup.

Agama Islam adalah agama yang sangat menegakkan amar ma’ruf


nahi munkar. Amar ma’ruf akhlak yang mulia. Kewajiban menegakkan
kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya. Bahkan Allah SWT dan Rasul-Nya mengancam dengan
sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannnya, sementara ia
mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.6

Dengan demikian, amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibebankan


kepada setiap muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang
diperingatkan tidak melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah
terlepas dari celaan, sebab ia hanya diperintah untuk menjalankan amar
ma’ruf nahi munkar, tidak harus sampai bisa diterima oleh Allah SWT.

Ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf


nahi munkar, antara lain :

6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
2001). Hlm. 348
a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau
dinamakan karakter orang mukmin.
b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau
dinamakan karakter orang munafik.
c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan mungkar, dan melarang
sebagian yang ma’ruf dan mungkar. Ini adalah karakter orang yang
suka berbuat dosa dan maksiat.

Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin,


beliau menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar”
adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting,
dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas
‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama
menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri
akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.7

D. KESIMPULAN

Kemungkaran jika dibiarkan saja maka akan menjadi hal yang wajar,
dan jika itu terjadi maka semuanya akan mendapat siksa atau adzab dari
Allah apapun bentuk kemungkaran harus kita cegah, semampu kita. Baik
dengan perbuatan atau kekuasaan (tangan), dengan lisan (ucapan), ataupun
hanya sekedar dengan hati yaitu mengingkari perbuatan munkar tersebut.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah menyuruh apa yang diperintahkan oleh
syara’ dan dinilai baik oleh akal, dan mencegah apa yang dilarang syara’
dan dinilai buruk oleh akal. Namun apabila perbuatan itu dianggap baik
oleh akal sedangkan dianggap buruk oleh syara’ maka kita harus
meningalkannya.
Dalam menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus dengan
ilmu, kesabaran dan kelembutan. Kesesatan akan tersingkir jika setiap
umat dapat menjaga diri dengan petunjuk dari Allah.

7 Ahmad Abdurraziq al-Bakri. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali cetakan ke VI.
(Jakarta: Sahara Publishers. 2010). Hlm 246
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bakri, Ahmad Abdurraziq. 2010. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali


cetakan ke VI.
Jakarta: Sahara Publishers.
Al-Bugha, Mustafa Dieb dan Muhyidin. Al wafi fi Syarah Arba’in
Nawawi. Beirut: Muassasah
Ulumil Qur’an, t.th
Al-jazairi, Abu Bakr. Minhajjul Muslim. Beirut: Darul Fikr, t.th
Ash Shiddiqey, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Al-Islam. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra
Dahlan, Ali Usman. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim. Bandung:
CV. Diponegoro.
Ghazali, Imam. 1990. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul
Yasin.Surabaya: Terbit
Terang.
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Sukses Offset.

Anda mungkin juga menyukai