Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BAWANG PUTIH (Allium sativum)

SEBAGAI ADITIF TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

Yuli Frita Nuningtyas


Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
fritanuningtyas@gmail.com

ABSTRAK

: Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas


Brawijaya, Desa Sumber Sekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung bawang putih sebagai
aditif pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging yang diukur melalui beberapa
variable, yaitu: konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan
Income Over Feed Cost (IOFC). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC
ayam pedaging strain Lohman Platinum yang diproduksi oleh PT. Multibreeder Adirama
Indonesia Sidoarjo tbk., sebanyak 80 ekor yang tidak dibedakan jenis kelaminya dengan
bobot badan awal rata-rata 47,85 ± 3,17 g/ekor dipelihara selama 35 hari. Koefisien
keragaman (KK) 7,89%. Pakan yang digunakan adalah jagung, bekatul, konsentrat dan
tepung bawang putih. Pemberian pakan dan minum secara ad-libitum. Perlakuan yang
diberikan adalah penambahan tepung bawang putih pada pakan dengan tingkat penggunaan
P0 = pakan basal, P1 = pakan basal + tepung bawang putih 0,02%, P2 = pakan basal +
tepung bawang putih 0,04%, P3 = pakan basal + tepung bawang putih 0,06%,dan P4=
pakan basal + tepung bawang putih 0,08%. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dari rancangan Acak Lengkap, dengan
menggunakan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perbedaan yang nyata pada perlakuan
dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan tepung bawang putih pada pakan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
konsumsi pakan akan tetapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P < 0,01)
terhadap pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan IOFC. Dimana PBB terbaik
pada P2 yaitu: 1519,16 g/ekor, konversi pakan terendah pada P2 yaitu: 1,74 dan IOFC
terbaik pada P2 yaitu: Rp. 10146,7 per ekor. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dengan penambahan tepung bawang putih dalam pakan pada level
0,04% memberikan hasil yang paling baik terhadap penampilan produksi ayam pedaging.

Kata Kunci: Ayam Pedaging, Tepung Bawang Putih, Penampilan Produksi

PENDAHULUAN koordinasian yang baik antara pemilihan


Usaha peternakan ayam dipengaruhi bibit, pemenuhan kebutuhan pakan, dan
oleh tiga faktor utama yaitu penyediaan program management pemeliharaan yang
bibit unggul, pemenuhan kebutuhan baik.
pakan, dan management pemeliharaan Pakan merupakan faktor terpenting
yang baik. Ketiga faktor tersebut saling dalam usaha peternakan karena
berkaitan erat dan berperan sangat kontribusinya mencapai 60-70% dari
penting dalam menentukan keberhasilan total biaya produksi. Biaya produksi
suatu usaha peternakan ayam. Untuk dapat ditekan jika efisiensi pakan yang
mencapai efisiensi produktivitas usaha digunakan meningkat. Efisiensi pakan
yang optimal diperlukan peng- yang tinggi akan tercapai apabila saluran

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 65


pencernaan berada dalam kondisi optimal Seperti dilaporkan oleh Block (1985),
untuk mencerna dan menyerap zat senyawa aktif yang dapat diekstrak dari
makanan. Salah satu langkah yang dapat bawang putih adalah: allicin, allil, dan
dilakukan untuk meningkatkan diallyl sulfide, yang mampu menghambat
penampilan produksi ternak unggas pertumbuhan beberapa jenis mikroba.
adalah dengan menambahkan feed Daya antimikroba tinggi yang dimiliki
additive dalam pakan. Feed additive bawang putih dikarenakan kandungan
adalah bahan yang tidak termasuk zat allicin dan diallyl sulfide yang
makanan yang ditambahkan dengan terkandung dalam minyak atsiri bawang
jumlah sedikit dan bertujuan untuk putih.Allicin dan dialyl sulfide
memacu pertumbuhan dan meningkatkan menunjukkan aktivitas penghambatan
populasi mikroba yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Bawang putih
yang ada di dalam saluran pencernaan memiliki komponen bioaktif yang
ayam. Feed additive berfungsi sebagai memegang peranan penting dalam
pemicu pertumbuhan dan meningkatkan memberikan efek kesehatan dan daya
efisiensi pakan pada ayam, antara lain antimikroba tinggi.
antibiotic dan hormon. Penggunaan feed Senyawa yang dimiliki bawang putih
additive komersial selain harganya tinggi menunjukkan aktivitas penghambatan
juga kurang terjamin aspek keamananya bagi pertumbuhan bakteri. Alicin dalam
karena adanya residu bahan kimia dalam bawang putih mampu membunuh
pakan. mikroba penyebab pertumbuhan kapang
Bahan pakan tambahan yang sering Aspergillus flavus dan Aspergillus
digunakan dibuat dari bahan non organic. parasiticus. Selain itu alicin juga
Penggunaan bahan pakan tambahan ini memiliki kemampuan penghambatan
dapat menimbulkan retensi mikroba dan terhadap kelompok kapang lainya seperti
residu antibiotic dalam tubuh ayam. Aspergillus fumigates, Aspergillus niger,
Akibatnya, dihasilkan produk daging Candida albicans, Trichophyton
ayam yang tidak sehat sehingga metagrophytes, Trichophyton rubrum,
membahayakan kesehatan manusia yang Microspora caris, dan Microspora
mengkonsumsinya (Yunigsih dan gymseum.
Murdiati, 2003). Salah satu cara untuk Selain allicin, bawang putih juga
mengantisipasi hal tersebut adalah memiliki senyawa lain yang berkhasiat
dengan memanfaatkan tanaman sebagai obat yaitu alil. Senyawa alil
tradisional berupa bawang putih. paling banyak terdapat dalam bentul
Bawang putih (Allium sativum) dialil sulfide yang berkhasiat memerangi
merupakan tanaman herba semusim penyakit degeneratif dan mengaktifkan
berumpun yang bagian bawahnya pertumbuhan sel-sel baru.
bersiung-siung, bergabung menjadi umbi
besar berwarna putih. Bawang putih MATERI DAN METODOLOGI
mengandung senyawa fitokimia yang Penelitian ini dilaksanakan selama
bermanfaat untuk meningkatkan 35 hari di Laboratorium Lapang Fakultas
konsumsi pakan, air minum, dan protein. Peternakan Universitas Brawijaya di
Senyawa fitokimia tersebut dapat Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau,
menghambat pertumbuhan mikro- Kabupaten Malang. Analisis proksimat
organisme yang merugikan dalam saluran bahan pakan dan perlakuan dilaksanakan
pencernaan ayam, sehingga pemanfaatan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan
zat makanan oleh ayam dapat optimal Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
dan pertumbuhan akan meningkat. Brawijaya, Malang.

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 66


ayam periode starter pada malam hari
Ayam Pedaging digunakan 2 buah pemanas yang
Pada penelitian ini digunakan DOC bersumber dari biogas).
ayam pedaging strain Lohman Platinum
produksi PT. Multibreeder Adirama Pakan
Indonesia Sidoarjo tbk. Sebanyak 80 ekor Pakan yang digunakan pada
yang tidak dibedakan jenis kelaminya penelitian ini adalah konsentrat (Japfa
(Straight run atau unsexed). Ayam Comfeed), bekatul, dan jagung yang
dipelihara selama 35 hari dan berat badan disusun berdasarkan kebutuhan zat
awal rata-rata DOC 47,85 ± 3,17 g/ekor makanan untuk ayam pedaging periode
dengan koefisien keragaman (KK) starter dan finisher. Sedangkan tepung
sebesar 7,89%. bawang putih digunakan sebagai
penambahan dalam pakan mulai dari
Kandang 0,02% - 0,08%. Pakan dan air minum
Kandang yang digunakan untuk diberikan secara ad-libitum. Kandungan
penelitian ini adalah kandang litter zat makanan pada masing-masing bahan
dengan alas berupa sekam dengan ukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Susunan dan
tiap petak (70 × 70 × 60) cm. Kandang kandungan zat makanan pada basal diet
yang digunakan berjumlah 20 petak dapat dilihat pada Tabe 2. Kandungan zat
dimana tiap-tiap petak diisi 4 ekor ayam. makanan pakan penelitian dapat dilihat
Tiap petak dilengkapi dengan tempat pada Tabel 3. Pakan perlakuan disusun
pakan, tempat minum, lampu penerang, berdasarkan periode pemeliharaan, yaitu
pemanas (untuk menambah kehangatan starter dan finisher.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan pada Masing- Masing Bahan


Bahan Pakan PK LK SK (%) EM (Kkal/Kg)
(%) (%)
Jagung* 9,00 3,80 2,50 3209,13
Konsentrat** 40,0 3,00 7,00 2600
*
Bekatul 12,0 7,90 8,20 2860
Tepung bawang 6,24 0,55 2,55 2391,97
***
putih
Keterangan: * Wahju (2004)
**
Label Konsentrat Ayam Pedaging Produksi Japfa Comfeed Indonesia
***
Hasil Analisa di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UB

Metode Penelitian P0: Pakan basal


Metode yang digunakan adalah P1: Pakan basal + Tepung bawang putih
metode percobaan dengan menggunakan 0,02%
Rancangan Acak lengkap yang terdiri P2: Pakan basal + Tepung bawang putih
dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, masing- 0,04%
masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. P3: Pakan basal + Tepung bawang putih
Perlakuan yang diberikan adalah 0,06%
penambahan tepung bawang putih. P4: Pakan basal + Tepung bawang putih
Pemberian pakan dan minum secara ad 0,08%
libitum. Perlakuan yang diberikan adalah
sebagai berikut:

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 67


Tabel 2. Susunan dan Kandungan Zat Makanan Pakan Basal
Bahan Pakan Starter (%) Finisher (%)
Jagung 60 60
Konsentrat 40 30
Bekatul - 10
Kandungan Zat
Makanan
PK (%) 21,181 18,698
LK (%) 3,955 6,694
SK (%) 6,081 6,642
EM (Kkal/Kg) 2876,944 3019,968
Berdasarkan Analisa Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UB

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan Pakan Penelitian


Perlakuan Starter Finisher
PK SK LK EM PK SK LK EM
(%) (%) (%) (Kkal) (%) (%) (%) (Kkal)
P0 21,18 3,96 6,08 2876,94 18,70 6,69 6,64 3019,97
P1 21,18 3,96 6,08 2876,85 18,70 6,69 6,64 3019,38
P2 21,18 3,96 6,08 2876,75 18,69 6,69 6,64 3019,80
P3 21,18 3,95 6,08 2876,65 18,69 6,69 6,64 3019,28
P4 21,18 3,95 6,08 2876,56 18,69 6,69 6,64 3019,63
Berdasarkan Perhitungan Analisa Pakan Basal dan Bawang Putih

Variabel Pengamatan IOFC = {(Berat badan × harga ayam


Variabel pengamatan pada penelitian hidup) – (konsumsi pakan × biaya
ini adalah sebagai berikut: pakan)}
1. Konsumsi pakan
Konsumsi pakan merupakan selsisih Analisis statistik
dari jumlah pakan yang diberikan dengan Data yang diperoleh akan ditabulasi
pakan jumlah sisa pakan. dengan menggunakan Microsoft excel,
2. Pertambahan bobot badan (PBB) kemudian dianalisis dengan analisis
Pertambahan bobot badan (PBB) ragam (ANOVA) dari Rancangan Acak
merupakan selisih antara bobot badan Lengkap dengan menggunakan 5
akhir dengan bobot badan awal. perlakuan dengan 4 kali ulangan. Apabila
3. Konversi pakan terdapat perbedaan dalam perlakuan
Konversi pakan merupakan maka dilakukan Uji Jarak Berganda
perbandingan antara konsumsi pakan Duncan’s (Steel and Torrie, 1992).
dengan pertambahan bobot badan. Adapun metode matematik dari
4. Income Over Feed Cost (IOFC) Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai
Income Over Feed cost (IOFC) berikut (Yitnosumarto, 1993):
merupakan pendapatan kotor yang
dihitung dengan cara mengurangi Yij=µ+πi+εij
pendapatan dari penjualan ayam hidup
dengan biaya yang dikeluarkan untuk Keterangan:
pakan (Rp/ekor). Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan
ke-i ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 68


πi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Kesalahan (galat) percobaan pada Data hasil penelitian pengaruh
perlakuan penambahan tepung bawang puth sebagai
i = 1,2,…,5 aditif pakan yang meliputi konsumsi
j = 1,2,…,4 pakan, pertambahan bobot badan,
konversi pakan dan Income Over Feed
HASIL DAN PEMBAHASAN Cost (IOFC) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata konsumsi pakan (g/ekor), pertambahan bobot badan (g/ekor),konversi


pakan, dan IOFC (Income Over Feed Cost)
Perlakuan Variable
Konsumsi PBB (g/ekor) Konversi IOFC (Rp/ekor)
Pakan (g/ekor) Pakan
P0 2715,4 ± 75,91 1377,25 ± 55,80 1,91 ± 0,07 8430,8 ± 620,77
P1 2663,8 ± 173,79 1466,14 ± 40,67 1,76 ± 0,08 9730,9 ± 345,22
P2 2728,2 ± 36,25 1519,16 ± 39,68 1,74 ± 0,06 10150,8 ± 569,26
P3 2779,6 ± 41,42 1487,13 ± 66,96 1,81 ± 0,10 9484,4 ± 978,86
P4 2847,1 ± 18,72 1468,49 ± 20,75 1,88 ± 0,33 8943,0 ± 263,24

Pengaruh Perlakuan Terhadap (dapat dilihat pada lampiran 7), yang


Konsumsi Pakan menunjukkan bahwa kandungan zat
Konsumsi pakan merupakan jumlah makanan mempunyai keterkaitan antara
pakan yang dikonsumsi oleh ayam. protein dan energy. Hal ini terbukti
Konsumsi merupakan aspek yang penting dengan konsumsi protein setiap level
untuk mengevaluasi kualitas pakan. penggunaan mempunyai pola yang sama
Konsumsi pakan dapat dihitung dengan dengan efisiensi protein. Energi
mengurangi pakan pemberian dengan dibutuhkan ayam untuk beraktivitas,
pakan sisa. Hasil penelitian menunjukkan tumbuh, dan berproduksi. Dilihat dari
bahwa konsumsi pakan dari urutan yang penggunaan energy yang terkandung
paling tinggi yaitu, perlakuan P4 (2847 ± dalam jenis pakan, semakin tinggi level
18,72) g/ekor, P3 (2779,6 ± 41,42) penggunaan jenis pakan semakin tinggi
g/ekor, P2 (2728,2 ± 36,25) g/ekor, P0 kebutuhan energy untuk pembentukan
(2715,4 ± 75,91) g/ekor, P1 (2663,8 ± berat badan. Hal ini sesuai dengan
173,79) g/ekor. Untuk mengetahui pernyataan Wahju (2004) bahwa
pengaruh pemberian tepung bawang konsumsi pakan ayam pedaging
putih terhadap konsumsi pakan dilakukan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan
analisis statistic. dalam pakan, salah satunya adalah
Hasil analsisis statistik menunjukkan kandungan energy dalam pakan.
bahwa pakan perlakuan tidak Kemudian ditambahkan oleh Suprijatna,
menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05) dkk., (2005) ayam mengkonsumsi pakan
terhadap konsumsi pakan. Hal ni untuk memenuhi kebutuhan energy dan
dikarenakan kandungan protein dan ayam akan menghentikan konsumsi
energy semakin meningkat dengan pakan apabila kebutuhan energy telah
semakin tingginya level penggunaan terpenuhi.

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 69


Tabel 5. Konsumsi Protein dan Konsumsi Energi
Perlakuan Konsumsi Protein (g/ekor) Konsumsi Energi (Kkal/ekor)
P0 424,71 6280,211
P1 524,29 7893,668
P2 536,83 8085,172
P3 546,78 8238,609
P4 558,66 8446,543

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa senyawa aktif yang dapat diekstrak dari
pemberian tepung bawang putih pada bawang putih berupa alicin, selenium,
level 0,04% - 0,08% meningkatkan dan metilalil trisulfida, yang mampu
konsumsi pakan dibandingkan dengan menghambat pertumbuhan beberapa jenis
pakan control. Salah satu faktor yang mikroba. Sehingga ayam yang
mempengaruhi tingginya tingkat mendapatkan pakan dengan penambahan
konsumsi pakan adalah palatabilitas. tepung bawang putih dapat tumbuh
Palatabilitas merupakan tingkat kesukaan optimal karena senyawa aktif bawang
ternak terhadap pakan. Menurut putih dapat menghambat pertumbuhan
(Ponsano, dkk., 2004) menyatakan bahwa mikroorganisme yang merugikandalam
penampilan fisik terutama warna adalah saluran pencernaan ayam, sehingga
karakteristik paling penting dari pakan pemanfaatan zat makanan oleh ayam
dan sebagai faktor penentu pilihan pakan dapat optimal dan pertumbuhan akan
oleh ternak. Ayam menyukai pakan yang meningkat.
berwarna menyolok misalnya warna
kuning pada jagung. Pengaruh Perlakuan Terhadap
Penambahan feed additive berupa Pertambahan Bobot Badan
bawang putih dalam pakan sedikit Pertambahan bobot badan (PBB)
berpengaruh terhadap konsumsi pakan. dihitung dari selisih bobot badan minggu
Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju akhir dengan bobot badan awal. Hasil
(2004) bahwa rasa memegang peranan penelitian menunjukkan PBB kumulatif
yang relative kecil untuk menentukan dari urutan yang paling tinggi yaitu, P2
banyaknya pakan yang dikonsumsi. (1519,16 ± 39,68) g/ekor, P3 (1487,13 ±
Selain itu peningkatan konsumsi pakan 66,96) g/ekor, P4 (1468,49 ± 20,75)
pada pakan perlakuan yang mendapatkan g/ekor, P1 (1466,14 ± 40,67) g/ekor, P0
penambahan tepung bawang putih (1377,25 ± 55,80) g/ekor. Untuk
dikarenakan terdapat senyawa aktif mengetahui pengaruh penambahan
berupa allisin, selenium, dan metilatil tepung bawang putih terhadap
trisulfida. pertambahan bobot badan dilakukan
Senyawa allisin bersifat antibakteri analisis statistic.
dan mampu menghindarkan tubuh dari Hasil analisis menunjukkan bahwa
serangan infeksi bakteri pathogen. menggunaan tepung bawang putih dalam
Metilalil trisulfida mencegah pengentalan pakan sampai dengan level 0,08%
darah, sedangkan selenium bekerja memberikan perbedaan pengaruh sangat
sebagai anti oksidan yang mampu nyata (P<0,01) terhadap pertambahan
mencegah penggumpalan darah, aliran bobot badan. Pakan dengan penambahan
darah menjadi lebih lancar sehingga tepung bawang putih lebih efisien
proses metabolism lebih baik, dan nafsu dimanfaatkan oleh ayam pedaging
makan meningkat. Hal ini seperti dibandingkan dengan pakan control. Hal
dilaporkan oleh Block (1985) bahwa ini disebabkan dengan penambahan

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 70


tepung bawang putih, ayam demikian akan menurunkan pertambahan
mengkonsumsi pakan lebih banyak. bobot badan.
Konsumsi pakan yang tinggi memacu
pertumbuhan yang lebih cepat sehingga Pengaruh Perlakuan Terhadap
pertambahan bobot badan lebih tinggi. Konversi Pakan
Pemanfaatan pakan yang mendapat Hasil penelitian menunjukkan
penambahan tepung bawang putih konversi pakan dari urutan yang paling
dikarenakan adanya senyawa aktif tinggi yaitu, P0 (1,91 ± 0,07), P4 (1,88 ±
bawang putih yaitu allisin, selenium, dan 0,33), P3 (1,81 ± 0,10), P1 (1,76 ± 0,08),
metialil trisulfida. P2 (1,74 ± 0,06). Untuk mengetahui
Senyawa alisin bersifat antibakteri pengaruh penambahan tepung bawang
mampu menghindarkan tubuh dari putih terhadap konversi pakan dilakukan
serangan infeksi bakteri pathogen. analisis statistik.
Metialil trisulfida mencegah pengentalan Hasil analisis statistik menunjukkan
darah, sedangkan selenium bekerja bahwa penggunaan tepung bawang putih
sebagai anti oksidan yang mampu dalam pakan sampai dengan level 0,08%
mencegah penggumapalan darah. Aliran memberikan pengaruh sangat nyata
darah menjadi lebih lancar sehingga (P<0,01) terhadap konversi pakan. Pada
proses metabolism lebih baik, dengan pakan control konsumsinya tinggi tetapi
demikian kondisi tubuh ayam menjadi pertambahan bobot badan yang
lebih sehat dan mampu memanfaatkan dihasilkan paling rendah diantara
pakan secara maksimal untuk perlakuan lain. Hal ini disebabkan pada
pertambahan bobot badan. pakan control tidak ditambahkan tepung
Penggunaan tepung bawang putih bawang putih, sehingga kualitas pakan
yang terlalu tinggi cenderung yang diberikan lebih rendah
menurunkan pertambahan bobot badan. dibandingkan pakan perlakuan yang
Pada level 0,06% - 0,08% yang memiliki ditambah dengan tepung bawang putih.
konsumsi tinggi namun PBB tidak Konsumsi yang tinggi belum tentu dapat
maksimal dikarenakan protein dalam meningkatkan pertambahan bobot badan
tepung bawang putih dalam level yang dan konversi pakan. Hal ini sesuai
terlalu tinggi kurang efisien dimanfaatkan dengan pendapat Bidura (1999) yang
oleh tubuh untuk meningkatkan PBB. Hal menyatakan bahwa penggunaan tepung
ini dikarenakan kandungan zat makanan bawang putih dalam pakan secara nyata
yang dikonsumsi tidak memenuhi dapat meningkatkan konsumsi pakan, air
kebutuhan sehingga terjadi penurunan minum, dan protein. Senyawa allinase
kualitas pakan dan PBB yang dicapai memicu perubahan komponen prekusor
tidak optimal. Ini berarti kandungan zat menjadi komponen sulfur dan hal inilah
makanan kurang efisien dimanfaatkan yang kemudian dilaporkan berkhasiat
oleh tubuh untuk meningkatkan PBB. memacu pertumbuhan (Wijaya, 1997).
Pertumbuhan unggas dipengaruhi Hasil penelitian ini menunjukkan
oleh konsumsi pakan dan kandungan zat bahwa konversi pakan yang paling baik
makanan yang terdapat dalam pakan. pada level 0,04% yaitu 1,74 memiliki
Tillman dkk., (1984) menyatakan bahwa jumlah konsumsi yang paling rendah
daya cerna pakan yang rendah diantara perlakuan yang lain, tetapi
menunjukkan zat makanan yang mampu menghasilkan pertambahan bobot
dikonsumsi ternak tidak banyak badan paling optimal sehingga
dimanfaatkan dalam tubuh, tetapi banyak didapatkan konversi pakan paling rendah.
diekskresikan melalui feses, dengan Hal ini menunjukkan bahwa dari segi

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 71


konversi pakan, penambahan tepung Hal ini disebabkan banyaknya pakan
bawang putih 0,04% memberikan pakan yang dikonsumsi pada pakan
kontribusi yang paling baik dibandingkan control tidak sebanding dengan nilai
dengan pakan perlakuan lainkarena pertambahan bobot badan yang
peningkatan konsumsi pakan pada dihasilkan, sehingga konversi pakan pada
perlakuan diimbangi dengan peningkatan pakan control tinggi dan IOFC yang
bobot badan sehingga konversi pakan dihasilkan rendah. Hal ini menunjukkan
menjadi rendah. bahwa penambahan tepung bawang putih
Penggunaan tepung bawang putih dalam pakan memberikan kontribusi
dengan level lebih dari 0,04% akan yang baik terhadap IOFC.
meningkatkan konversi pakan. Semakin Pada P2 dengan penambahan tepung
tinggi penggunaan level tepung bawang bawang putih 0,04% memiliki IOFC
putih maka konversi pakan semakin sebesar (Rp. 10146,7,-/ekor). Semakin
tinggi. Hal ini disebabkan pakan yang tinggi penggunaan level bawang putih,
dikonsumsi kurang efisien dimanfaatkan IOFC semakin menurun. Oleh karena itu,
dalam pertambahan bobot badan. penambahan bawang putih dapat dilihat
Konversi pakan merupakan kemampuan dari nilai IOFC, bobot badan dan
ternak untuk merubah pakan menjadi konversi pakan pada level 0,04% yang
sejumlah produksi dalam satuan waktu memiliki IOFC paling baik. Hal ini sesuai
tertentu, baik untuk produksi daging dengan pendapat Rasyaf (2007) yang
maupun telur (Anggorodi, 1994). menyatakan apabila dikaitkan dengan
Konversi pakan semakin meningkat pegangan berproduksi dari segi teknis
disebabkan oleh pertambahan bobot maka dapat diduga bahwa semakin
badan yang rendah dan konsumsi pakan efisien ayam mengubah zat makanan
yang tinggi. Meningkatnya konversi menjadi daging maka semakin baik pula
pakan tersebut menandakan bahwa ayam IOFC yang didapatkan.
kurang efisien dalam menggunakan Peningkatan harga pakan tidak
pakan untuk pertumbuhan. berpengaruh secara significan terhadap
IOFC. Hal ini disebabkan penambahan
Pengaruh Perlakuan Terhadap IOFC tepung bawang putih dalam pakan dapat
(Income Over Feed Cost) meningkatkan pertambahan bobot badan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang optimal dan menurunkan konversi
nilai Income Over Feed Cost (IOFC) pakan, sehingga akan mempengaruhi
kumulatif secara berturut-turut dari yang harga jual ayam. Semakin tinggi
tertinggi yaitu mulai P2 (10150,8 ± penambahan tepung bawang putih dalam
569,26) Rp/ekor, P1 (9730,9 ± 345,22) pakan akan meningkatkan harga pakan.
Rp/ekor, P3 (9484,4 ± 978,86), P4 Perlakuan tanpa penambahan tepung
(8943,0 ± 263,24) Rp/ekor, P0 (8430,8 ± bawang putih memiliki harga pakan
620,77) Rp/ekor.Untuk mengetahui paling rendah tetapi tidak memberikan
pengaruh penambahan tepung bawang pertambahan bobot badan yang
putih terhadap IOFC dilakukan maksimal. Selisih harga pakan pada
menggunakan analisis statistic. setiap perlakuan disebabkan karena
Hasil analisis statistik menunjukkan meningkatnya taraf pemberian tepung
bahwa penambahan tepung bawang putih bawang putih. Rata-rata selisih harga
sampai dengan 0,08% memberikan pakan yang diberi perlakuan yaitu (±
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Rp.100,-/kg). Amrullah (2004)
terhadap IOFC. IOFC pada penelitian ini menyatakan bahwa mahalnya harga
paling rendah berada pada pakan control. pakan akan menurunkan pendapatan

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 72


peternak. Jika ditinjau dari hal tersebut
maka penggunaan tepung bawang putih Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R.
jauh lebih efisien. Meskipun biaya pakan Kartasujana. 2005. Ilmu Dasar
yang dikeluarkan lebih tinggi tetapi Ternak Unggas. Penerbit Penebar
produksi yang dihasilkan lebih optimal. Swadaya. Jakarta.
Efisiensi penggunaan tepung bawang
putih disebabkan oleh penambahan Tillman, A. D., S.Reksoharjodiprojo, S.
tepung bawang putih yang jumlahnya Prawirokusumo dan S. Lebdo
hanya sedikit yaitu 0,02 – 0,08 % dari Soekojo. 1989. Ilmu Makanan
total bahan pakan yang diberikan, Ternak Dasar Cetakan Ketiga.
sehingga harga pakan tidak terlalu Universitas Gajah Mada Press.
meningkat. Yogyakarta

KESIMPULAN Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas.


Berdasarkan hasil penelitian dapat Gadjah Mada University Press.
disimpulkan bahwa dengan penambahan Yogyakarta.
tepung bawang putih dalam pakan pada
level 0,04% memberikan hasil yang Wijaya, C.H. l997. Mengoptimalkan
paling baik terhadap penampilan Khasiat Bawang. Harian Kompas,
produksi ayam pedaging.Penggunaan Minggu, 25 Mei l997, Hal : l5, Kol
tepung bawang putih sebagai bahan : 6-9. PT. Gramedia, Jakarta.
pakan tambahan pada ayam pedaging
sebaiknya diberikan pada level 0,04%. Yuningsih dan T.B. Murdiati. 2003.
Analisis Residu antibiotika
DAFTAR PUSTAKA spiramisin dalam daging Ayam
secara khromatografi cair kinerja
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Tinggi (KCKT). Seminar Nasional
Ternak Umum. PT. Gramedia. Teknologi Peternakan dan
Jakarta. Veteriner. Puslitbang Peternakan.
Bogor.
Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam
Broiler. Cetakan III. Lembaga Satu Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan
Gunungbudi. Bogor. Perancangan Analisa dan
Interprestasi, Penerbit PT.
Bidura, I.G.N.G., 1998. Pengaruh Aras Gramedia Pustaka Utama.
Serat Kasar Ransum Terhadap
Produksi Telur Ayam Lohmann
Brawn. Majalah Ilmiah Peternakan,
Fapet. Unud. 2 (2) : 23 – 27.

Block E., et al., Antithrombotic


organosulfur compounds from
garlic: structural, mechanistic and
synthetic studies. J. Am.Chem.Soc.
108: 7045-7055.

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1: 21-30, 2014 73

Anda mungkin juga menyukai