Anda di halaman 1dari 6

BAGAIMANA HUKUM MEMBANTU MENGATASI SUATU

KONFLIK DALAM MASYARAKAT


Disusun oleh:
Merdian Engge Doku Bani

Abstrak
Di dalam esai ini akan menjelaskan bagaimana hukum dapat membatu mengatasi berbagai
konflik yang ada di dalam masyarakat, karena hakikatnya hukum merupakan salah satu alat
untuk mengatur kehidupan di dalam masyarakat itu sendiri, di dalam esai ini juga akan
menjelaskan tentang beberapa penyebab konflik yang biasanya terjadi di dalam masyarakat
secara umum. Seperti yang kita tahu banyak penyebab konflik di dalam masyarakat baik itu
dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat itu sendiri
Dalam esai ini juga akan menjelaskan tentang bagaimana menyelesaikan suatu konflik
menggunakan prospek atau sudut pandang suatu hukum baik itu hukum nasional (Perdata dan
Pidana) maupun hukum adat yang terdapat di kalangan masyarakat tertentu seperti
masyarakat bali, Kalimantan, Aceh, Papua dan masih banyak lagi. Tentunya banyak hal yang
terjadi akibat adanya konflik salah satunya yaitu kesenjangan sosial dan masih banyak lagi, di
dalam esai ini juga akan membahas secara singkat tentang akibat dari konflik itu sendiri.
Kata kunci: penyelesaian, penyebab, dan akibat konflik menurut pandangan hukum

Pendahuluan
Konflik ialah perihal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Konflik bisa
terjalin antar orang, kelompok, ataupun masyarakat. Konflik bisa mencuat sebab
perbandingan komentar, kepentingan, ataupun salah penafsiran. Tetapi, bila tidak ditangani
dengan baik, konflik bisa tumbuh jadi permasalahan yang lebih besar serta merugikan untuk
orang. Oleh sebab itu, perlu menciptakan metode yang pas untuk menanggulangi konflik
yang terjalin di masyarakat. Salah satu metode yang bisa digunakan merupakan dengan
memakai hukum. Hukum ialah ketentuan yang wajib dipatuhi oleh tiap masyarakat dalam
suatu negara, sehingga bisa menolong melindungi stabilitas sosial serta menjauhi
terbentuknya konflik yang lebih besar. Tidak hanya itu, hukum pula membagikan metode
buat menuntaskan konflik yang terjalin secara adil, sehingga bisa menolong dan melindungi
keadilan di dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam menanggulangi konflik yang terjalin di masyarakat.
Secara umum konflik merupakan sesuatu kondisi di mana ada selisih pendapat, kepentingan,
ataupun kemauan antara dua orang ataupun lebih, yang menimbulkan terbentuknya
pertentangan ataupun perselisihan. Konflik bisa terjalin di bermacam tingkatan, mulai dari
konflik antar orang sampai konflik antar masyarakat. Konflik bisa timbul sebab perbandingan
pendapat, persaingan yang ketat, ataupun sebab terdapatnya kepentingan yang tidak sejalan.
Konflik bisa diatasi dengan cara- cara yang konstruktif, semacam dengan berbicara serta
mencari penyelesaian yang bisa diterima oleh seluruh pihak, ataupun dengan cara- cara yang
tidak konstruktif, semacam dengan kekerasan ataupun ancaman.
Adapun beberapa ahli berpendapat tentang apa itu konflik yang dapat di lihat dari beberapa
kutipan berikut:
1. Harold K. Jacobson dan L. Richardson Dilworth (1987). "Konflik adalah suatu
keadaan dimana terdapat perbedaan antara dua kelompok atau individu yang tidak
dapat diselesaikan secara damai, dan yang menyebabkan terjadinya pertentangan atau
bentrokan.”. (Jacobson & Dilworth, L. R., 1987)
2. Morton Deutsch (1973). "Konflik adalah suatu keadaan dimana ada dua atau lebih
individu atau kelompok yang saling bertentangan dan tidak sepakat tentang sesuatu
yang diinginkan atau diperlukan." (Deutsch, 1973)
3. Chester L. Karrass (1976). "Konflik adalah suatu keadaan dimana ada dua atau lebih
individu atau kelompok yang memiliki tujuan yang tidak dapat dicapai secara
bersamaan." (Karrass, 1976)
4. Barbara Gray (1990). "Konflik adalah suatu keadaan dimana ada dua atau lebih
individu atau kelompok yang memiliki kepentingan, nilai, atau tujuan yang tidak
sejalan atau bertentangan." (Sumber: Gray, B. (1990). Collaborating: Finding
Common Ground for Multiparty Problems. San Francisco, CA: Jossey-Bass.) (Gray,
1990)
Dapat di simpulkan dari beberapa pendapat ahli yang ada di atas, konflik adalah suatu
keadaan di mana terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang bertentangan karena
sesuatu hal yang menjadi perselisihan. Konflik merupakan hal yang biasa di dalam
masyarakat hal ini karena manusia saling membutuhkan satu sama lain, sehingga dalam
kegiatan di dalam melaksanakan kegiatan sehari hari banyak terjadi konflik dan hal-hal lain
nya.

Konflik dimata hukum


Konflik di mata hukum dapat diartikan sebagai pertentangan atau perbedaan pendapat atau
kepentingan antara dua pihak atau lebih yang merasa sama dalam masalah hukum. Konflik
dapat muncul di berbagai bidang hukum, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum
ketenagakerjaan dll. Penyelesaian sengketa di mata hukum biasanya membutuhkan
mekanisme penyelesaian sengketa atau mekanisme penyelesaian kasus di pengadilan.
Namun, terkadang konflik dapat diselesaikan dengan cara alternatif, seperti mediasi atau
konsiliasi.
Dalam pemikiran hukum, konflik bisa didefinisikan selaku sesuatu kondisi di mana ada
pertentangan ataupun perbandingan pendapat antara dua pihak ataupun lebih yang terpaut
dengan hak, kewajiban, ataupun tanggung jawab yang saling berkaitan. Konflik hukum bisa
terjalin antara orang, kelompok, ataupun organisasi, serta bisa dituntaskan lewat proses
mediasi, arbitrase, ataupun persidangan.
Dalam hukum konflik dapat di selesaikan dengan beberapa cara seperti mediasi, ataupun jika
masalahnya tidak kunjung terselesaikan maka bisa melalui persidangan yang di pimpin oleh
majelis hakim, hal ini umum di lakukan oleh masyarakat karena menyangkut hak dan
kewajiban yang terancam, selain itu alasan banyak masyarakat yang menggunakan jalur
persidangan dalam menghadapi konflik yaitu karena di dalam persidangan terdapat kepastian
hukum yang di dapat.

Penyebab terjadinya konflik


Penyebab konflik dapat bervariasi sesuai dengan konteks dan situasi. Berikut beberapa
faktor yang dapat menimbulkan konflik:
1. Perbedaan pendapat atau kepentingan: Konflik dapat timbul karena adanya perbedaan
pendapat atau kepentingan antara dua pihak atau lebih. Ini mungkin karena
perbedaan pendapat tentang masalah atau kepentingan yang bertentangan.
(Asshiddiqie, 2011)
2. Perbedaan nilai atau keyakinan: Konflik dapat timbul dari perbedaan nilai atau
keyakinan antara dua pihak atau lebih. Ini mungkin karena sudut pandang yang
berbeda atau keyakinan yang berbeda. (Soerjosoemarno., 2011)
3. Perbedaan status atau kekuasaan: Konflik dapat timbul antara dua pihak atau lebih
karena perbedaan status atau kekuasaan. Ini mungkin karena perbedaan status sosial
atau dalam suatu organisasi atau kelompok. (Kusumaatmadja, 2011)
4. Perbedaan budaya atau sudut pandang: Konflik dapat timbul dari perbedaan budaya
atau sudut pandang antara dua pihak atau lebih. Hal ini mungkin disebabkan
perbedaan cara pandang atau tradisi yang berbeda dalam suatu masyarakat atau
kelompok. (Soepono, 2011)
5. Kurangnya Komunikasi: Kurangnya komunikasi antara dua pihak atau lebih dapat
menyebabkan konflik. Alasannya mungkin kesalahpahaman atau saling pengertian
antara para pihak. (Nugroho, 2015)
Adapun penyebab konflik menurut para ahli sebagai berikut:
1. Teori konflik klasik menurut Karl Marx, menurutnya konflik muncul dari perbedaan
kepentingan kelas sosial.
2. Teori Konflik Interaksional Menurut George Homans, konflik muncul dari perbedaan
nilai atau kepercayaan antara individu atau kelompok. Menurut Louis Coser, teori
konflik struktural
3. menyatakan bahwa konflik muncul dari perbedaan status atau kekuasaan antara
individu atau kelompok. Menurut teori konflik fungsional Ralf Dahrendorf
4. , yang menyatakan bahwa konflik merupakan bagian dari proses sosial yang
membantu mengatur kehidupan sosial dan menjaga stabilitas sosial. Menurut Richard
Nisbett
5. Cultural Conflict Theory, yang menyatakan bahwa konflik muncul dari perbedaan
budaya atau cara pandang antara individu atau kelompok.
Kesimpulan dari beberapa kutipan tentang penyebab konflik di atas bisa di tarik garis besar
bahwa perbedaan adalah pemicu dari konflik itu sendiri, sehingga masyarakat Indonesia
terutama yang memiliki banyak perbedaan antara suku dan budaya sering menuai konflik satu
sama lain dan bisa di simpulkan pula bahwa salah satu cara meredam konflik iyalah
menghargai perbedaan satu sama lain.

Lalu bagaimana hukum dapat mengendalikan suatu konflik?


Hukum dapat menyelesaikan konflik melalui mekanisme penyelesaian sengketa atau
mekanisme penyelesaian kasus di pengadilan. Mekanisme penyelesaian sengketa adalah
proses dimana pihak-pihak yang berkonflik setuju untuk menyelesaikan masalah mereka
secara damai daripada melalui pengadilan. Mekanisme penyelesaian sengketa dapat berupa
konsiliasi, mediasi, arbitrasi, dan lain-lain. (Daulay, 2010)
Selain itu, undang-undang dapat menyelesaikan konflik dengan mengeluarkan undang-
undang dan peraturan yang mengatur penyelesaian sengketa. Peraturan perundang-undangan
tersebut dapat berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelesaian sengketa
dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum ketenagakerjaan dan bidang lainnya. (Soekanto,
2011)
Contoh bagaimana hukum dapat menyelesaikan konflik:
1. Pemilik toko yang merasa dirugikan oleh penjual yang tidak memenuhi janjinya untuk
mengembalikan uang apabila terjadi kerusakan barang, dapat meminta bantuan
mediator untuk menyelesaikan masalah tersebut secara musyawarah. Mediator
membantu kedua belah pihak saling memahami dan mencari solusi untuk kepentingan
kedua belah pihak, misalnya dengan menawarkan untuk mengganti barang yang rusak
dengan yang baru atau mengembalikan uang yang telah dibayarkan.
2. Dua saudara kandung yang berselisih tentang pengurusan harta orang tuanya dapat
meminta bantuan seorang konsiliator untuk menyelesaikan masalah tersebut secara
kekeluargaan. Mediator membantu kedua belah pihak untuk memahami satu sama
lain dan menemukan solusi untuk kepentingan kedua belah pihak, misalnya dengan
membuat proposal untuk pembagian warisan yang adil atau mencari solusi lain yang
disepakati.
3. Seorang warga negara yang tidak terima dengan pejabat yang melakukan tindak
pidana korupsi dapat menyerahkan hal tersebut kepada pihak berwajib, seperti KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) atau kepolisian. Insiden tersebut akan diselidiki
secara menyeluruh oleh otoritas yang berwenang sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku, dan jika terbukti bersalah, petugas akan dihukum sesuai hukum
Kesimpulan
Melihat berbagai contoh penyelesaian konflik dengan bantuan hukum, dapat disimpulkan
bahwa hukum memegang peranan yang cukup penting dalam penyelesaian konflik. Hukum
dapat menjadi pedoman bagi pihak-pihak yang berkonflik untuk mencari solusi terbaik sesuai
kepentingan masing-masing pihak.Selain itu, undang-undang dapat memberikan sanksi
kepada pihak yang dinyatakan bersalah dalam konflik untuk mencegah pihak lain melakukan
tindakan serupa di masa mendatang. Akan tetapi, kadang-kadang timbul konflik yang tidak
dapat diselesaikan hanya dengan hukum. Dalam situasi seperti itu, mekanisme penyelesaian
konflik lainnya seperti mediasi atau konsiliasi diperlukan untuk membantu para pihak yang
berkonflik saling memahami dan menemukan solusi yang saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, M. M. (2011). Penyelesaian Sengketa di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Daulay, H. S. (2010). Konflik dan Penyelesaian Sengketa. . Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Deutsch, M. (1973). The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes.
New Haven, : Yale University Press.
Gray, B. (1990). Finding Common Ground for Multiparty Problems. San Francisco: Jossey-
Bass.
Jacobson, H. K., & Dilworth, L. R. (1987). The Dictionary of Conflict Resolution. San
Francisco: Jossey-Bass.
Karrass, C. L. (1976). The Negotiating Game. New York: Random House.
Kusumaatmadja, M. (2011). Teori Konflik dan Penyelesaiannya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Nugroho, J. (2015). Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi. Jakarta: Nugroho, J. (2011).
Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Soekanto, S. (2011). Pengantar Penyelesaian Sengketa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soepono, A. d. (2011). Pengantar Penyelesaian Sengketa di Indonesia. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Soerjosoemarno., Y. (2011). Konflik di Mata Hukum. . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Cek plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai