Anda di halaman 1dari 3

ANGKATAN

PUJANGGA BARU (1933-1942)

Oleh:
Kadek Arina Candra (09)
Komang Bianca Pudaksari Wandana (16)
Maria Immaculata Natalia Lambertus (23)
Ni Ketut Mini Ari Wardani (25)
Putu Nadya Amalia Dewi (31)

Singaraja, Februari
2023
URAIAN MENGENAI ANGKATAN PUJANGGA BARU
(1933-1942)
Pada tahun 1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan
Sultan Takdir Allsjahbana mendirikan sebuah majalah yang
diberi nama Poedjangga Baroe. Majalah Poedjangga Barce
menjadi wadah khususnya bagi seniman atau pujangga yang
ingin mewujudkan. keahlian dalam berseni. Poedjangga
Baroe merujuk pada nama sebuah institusi literer yang
berorientasi ke aneka kegiatan yang dilakukan para penulis
paula. Majalah ini diharapkan berperan sebagai sarana untuk
mengkoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa
diterbitkan Balai Pustaka.
Berdasarkan isi cerita, tema-tema yang ada
memperlihatkan kecenderungan para pengarang yang
membuat tokoh-tokoh dalam ceritanya berakhir pada kematian. Pengaruh Barat yang sangat
kental pada perkembangan sastra Indonesia dalam periode Pujangga Baru menghasilkan
beberapa perbedaan pandangan dalam kalangan sastrawan pada saat itu. Sebagai contoh,
novel pertama yang diterbitkan majalah ini, Belenggu, pernah ditolak oleh Balai Pustaka
karena dianggap mengandung isu tentang nasionalisme dan pemikahan yang retak. Dengan
alasan didaktis, kedua isu budaya tersebut dianggap tidak cocok dengan kebijakan
pemerintah colonial.
KARAKTERISTIK KARYA SASTRA ANGKATAN PUJANGGA BARU (1933-1942)
a. Puisi jenis balada mulai ditinggalkan dan digantikan jenis sonata
b. Kata-kata yang dirangkai untuk menulis puisi bersifat indah
c. Hubungan antarkalimat jelas dan hampir tidak muncul kata-kata yang bersifat ambigu
d. Persajakan dijadikan sarana kepuitisan utama
e. Alur roman, novel, dan cerpen bersifat lurus
f. Teknik penokohan atau perwatakan bulat, tidak memakai teknik analisis langsung
seperti Balai Pustaka
g. Tidak banyak digresi, sehingga alur ceritanya erat
h. Mengambil sudut pandang obyektif, yaitu orang ketiga
i. Bergaya romantic
j. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah lain
k. Gaya bahasa tidak menggunakan perumpamaan klise
Pada umumnya, karya yang ditulis oleh para sastrawan Angkatan Pujangga Baru adalah
seputar masalah kehidupan masyarakat kota. Misalnya tentang emansipasi dan pilihan
individu. Ditambah lagi, ide nasionalisme untuk mempersatukan bangsa begitu kental pada
sebagian besar karya sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
SASTRAWAN DAN KARYANYA YANG TERKENAL DI MASA ANGKATAN
PUJANGGA BARU (1933-1942)

Sastrawan Judul karya Ringkasan karya


Sutan Takdir Novel ini mengangkat cerita tentang
Alisyahbana kakak beradik, Maria dan Tuti.
Keduanya merupakan perempuan
berpendidikan, mandiri, dan masing-
masing memiliki karakter yang kuat.
Suatu hari di pasar ikan, mereka
bertemu dengan Yusuf, seorang
mahasiswa kedokteran di Jakarta.

Layar Terkembang (1936)

Sanusi Pane Drama ini bercerita tentang kisah


romantis dengan latar di lereng
Gunung Wilis. Tokoh utamanya
adalah Dandang Gendis (Kertajaya)
dan Dewi Amisani. Dandang Gendis
menyamakan nirwana sebagai
kekasih. Hal tersebut dianggap tak
lazim karena umumnya orang
memperdalam kebatinan dan
ketuhanan melalui buku atau
mencari guru. Drama ini dimuat
pertama kali pada bulan Desember
Sandyakala Ning Majapahit 1938, di majalah Poedjangga Baroe,
(1938) Tahun VI, No.3.

Armijn Pane Novel ini sempat ditawarkan pada


penerbit Balai Pustaka. Namun
ditolak karena mengangkat tema
perselingkuhan, yang saat itu
dianggap porno dan tidak pantas.
Ceritanya mengenai sepasang suami
istri bernama Sumartini dan
Sukartono. Mereka menikah tanpa
rasa cinta, hanya didasari
ketertarikan intelektual
Belenggu (1940) dan fisik semata.

Anda mungkin juga menyukai