Kece Masan
Kece Masan
TINJAUAN PUSTAKA
Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin
memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
(2007), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang dapat
Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung dengan tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap cemas. Cemas dapat dilihat dalam rentang
ringan, sedang, dan berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan emosional dan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb,2000). Stuart
(2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang
spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut.
Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas
dikutip oleh Purba, dkk.(2009), takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik
atau objektif yang dapat diidentifikasi secara nyata, sedangkan cemas sumber
kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu
anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit maka hal
yang tepat terhadap suatu ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila
Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain (Stuart dan
1. Teori Psikoanalitik
yang terjadi antara emosional elemen kepribadian, yaitu id dan super ego. Id
mewakili insting, super ego mewakili hati nurani, sedangkan ego berperan
Kecemasan menunjukan adanya pola interaksi yang mal adaptif dalam system
keluarga.
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang
saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2004), antara lain adalah
sebagai berikut :
Menurut Stuart (2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
1. Kecemasan Ringan
2. Kecemasan Sedang
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Kecemasan Berat
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam
menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating
Scale for Axiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang
besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi
yang menakutkan.
pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot,
kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti
sekejap.
10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa
badan.
12. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak
dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid
13. Gejala autoimun : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala
pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi
berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah
merah.
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20
kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 = kecemasan berat, 42-56 =
antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang paling adaptif adalah
antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin
muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panik dimana individu
sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami
a. Faktor Predisposisi
2. Teori Interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak
kelemahan spesifik.
3. Teori Behavior
diinginkan.
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam
keluarga.
sehari-hari.
1. Umur
Menurut Elisabeth, B.H (1995 cit Nursalam 2001), yaitu umur adalah usia
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Menurut Long (1996 cit Nursalam
konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar
kecemasan seseorang tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau
3. Pekerjaan
(Nursalam 2001).
4. Informasi
mengenai semua hal yang berhubungan dengan pasien yang dirawat di ruang
penyakit pasien, penyebab atau alasan suatu tindakan tertentu dilakukan pada
atau keluar dari ruangan, dan informasi mengenai peraturan di ruang ICU.
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 1969 dalam Setiadi. 2008: 2)
Keluarga, adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri
dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dalam
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga juga didefinisikan sebagai suatu ikatan atau persekutuan hidup dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
a. Fungsi afektif
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduksi
manusia.
d. Fungsi ekonomi
masalah keessehatan.
kesehatan.
1. Struktur komunikasi
2. Struktur peran
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias bersifat
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien
dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek
keadaaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya
fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya
(Rab,2007).
bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus
yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
ICU mulai muncul dari ruang pulih sadar paska bedah pada tahun 1950. ICU
ffal organ dan penanganan jantung koroner mulai 1960. Pada tahun 1970, perhatian
terhadap ICU di Indonesia semakin besar (ICU pertama kali adalah RSCM Jakarta),
pasien kritis dan program pelatihan ICU. Dalam beberapa tahun terakhir, ICU mulai
tingkatan. Yang pertama ICU tingkat I yang terdapat di rumah sakit kecil yang
dilengkapi dengan perawat, ruang observasi, monitor, resusitasi dan ventilator jangka
pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat bergantung kepada ICU yang
lebih besar. Kedua, ICU tingkat II yang terdapat pada rumah sakit umum yang lebih
besar di mana dapat dilakukan ventilator yang lebih lama yang dilengkapi dengan
dokter tetap, alat diagnose yang lebih lengkap, laboratorium patologi dan fisioterapi.
Yang ketiga, ICU tingkat III yang merupakan ICU yang terdapat di rumah sakit
rujukan dimana terdapat alat yang lebih lengkap antaraa lain hemofiltrasi, monitor
invasive termasuk katerisasi dan monitor intracranial. ICU ini dilengkapi oleh dokter
spesialis dan perawat yang lebih terlatih dan konsultan dengan berbagai latar
1. Prioritas I
Pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan bantuan ventilasi, monitoring obat
2. Prioritas II
jantung, paru / ginjal akut dan berat ataau telah mengalami pebedahan mayor.
3. Prioritas III
Pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana kemungkinan kesembuhan atau
mendapat manfaat sakit dari terapi ICU. Misalnya : pasien dengan keganasan
dll.
3. Atas permintaan keluarga pasien. Untuk kasus seperti ini keluarga atau
rumah sakit meliputi beberap hal, yang pertama etika kedokteran diamana etika
pelayanan di ruang ICU harus berdasarkan falsafah dasar “saya akan senantiasa
Kedua, indikasi yang benar dimana pasien yang dirawat di ICU harus pasien
yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care, pasien yang
berkelanjutan sehingga dapt dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi
titrasi, dan pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan
dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari
ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi
vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation
(fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ loain, dilanjutkan dengan
Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap
tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien mislalnya sebelum
masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya
dan member pandangan atau usulan terapi kemudian kepala ICU melakukan evaluasi
ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena
keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi
masuk.
koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di rruang ICU yang memerlukan tim
kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas
utamnya memberi masukan dan bekerja sama dengan staf structural ICU untuk selalu
disamping multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medic, profesi perawat dan
profesi lain. Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber
ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan multi
kesselaamtan dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu dikembangkan unti
pelayanan tinggkat tinggi (High Care Unit = HCU). Fungsi utama HCU adalah
menjadi unit perawatan dari bangsal rawat dan ruang ICU. Di HCU, tidak diperlukan
peralatan canggih seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan
Unit perawatan kritis atau perawatan intensif (ICU) merupakan unit rumah
sakit dimana klien menerima perawatan medis intensif dan mendapat monitoring
yang ketat. ICU memiliki teknologi yang canggih seperti monitor jantung
pada unit perawatan biasa, klien pada ICU dimonitor dan dipertahankan dengan
menggunakan peralatan lebih dari satu. Staf keperawatan dan medis pada ICU
memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan teknik perawatan kritis. ICU
merupakan tempat pelayanan medis yang paling mahal karena setiap peraawat hanya
melayani satu atau dua orang klien dalam satu waktu dan dikarenakan banyaknya
terapi dan prosedur yang dibutuhkan seorang klien dalam ICU (Potter & Perry, 2009).
Pada prinsipnya alat dalam perawatan intensif dapat dibagi atas dua yaitu alat-
alat pemantau dan alat-alat pembantu termasuk alat ventilator, hemodialisa dan
berbagai alat lainnya termasuk defebrilator. Alat-alat monitor meliputi bedside dan
cardiac output, oksimeter nadi, monitor faal paru, analiser karbondioksida, fungsi
serebral/monitor EEG, monitor tempratur, analisa kimia darah, analisaa gas dan
elektrolit, radiologi (X-ray viewers, portable X-ray machine, image intensifier), alat-
alat respirasi (Ventilator, humidifiers, terapi oksigen), alat intubasi (airway control
2007).
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama yaitu,
life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan
dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan satu
perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal baik dengan menggunakan
ICU yaitu, perawat ICU yang telah mendapat pelatihan lebih dari duabelas bulan
ditambah dengan pengalaman, perawat yang telah mendapat latihan duabelas bulan,
perawat yang telah mendapat sertifikat pengobatan kritis (critical care certificate),
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I
maka perawatnya adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan
bantuan lanjut, untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh
perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU
level III diperlukan 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat
UMUR
PENDIDIKAN
KECEMASAN
PEKERJAAN
KELUARGA
INFORMASI
Keterangan :
Variabel Independent
Variabel Dependen