Anda di halaman 1dari 6

Gempa Bumi dan Tsunami Pangandaran Tahun 2006 dalam analisis The Pressure and

Release (PAR) Model

Disusun oleh : Kresna Ivan Pratama (19/446941/SV/16660), Rai Al Baihaqki Megantara


(20/456986/SV/17433), Trian Wibowo (20/463998/SV/18317)

A. Gambaran Singkat Bencana


Setelah dua tahun terjadinya gempa dan juga tsunami di Aceh pada tahun 2004
nampaknya membuat masyarakat harus lebih aware terhadap bencana. Gempa dan
tsunami yang terjadi pada 17 Juli 2006 mengguncang dan memporakporandakan pantai
selatan Pulau Jawa atau lebih tepatnya di Pangandaran. Gempa pertama pukul 15.11 WIB
berkekuatan 6,8 skala Richter (SR) berpusat di Samudra Hindia sekitar 360 kilometer
(km) selatan Jakarta, atau sekitar 100 km dari kota Cilacap, Jawa Tengah. Kemudian,
terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR. Getaran gempa terasa di Jakarta
serta sejumlah wilayah seperti Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat),
Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah), Pantai Samas di Bantul (DI Yogyakarta), juga di
Pacitan dan Surabaya (Jawa Timur).
Kecamatan Pangandaran menjadi daerah terparah. Selain dekat dengan titik
episentrum gempa, kawasan wisata ini berpenduduk lebih padat dibandingkan dengan
daerah lain di pantai selatan Jawa. Gelombang tsunami setinggi 2-4 meter terjadi sesaat
setelah gempa, menyapu permukiman warga di kawasan pantai di Jabar, Jateng, dan DI
Yogyakarta. Air laut naik sampai sekitar 100 meter ke daratan. Tsunami Pangandaran
merenggut 668 korban jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya
luka-luka.
B. Pengertian PAR MODEL
Dalam ilmu mitigasi bencana bukan hanya faktor internal yang berkaitan
langsung dengan terjadinya bencana saja yang menjadi perhatian, namun mitigasi
bencana sangat mempertimbangkan bagaimana kerentanan masyarakat yang
kemungkinan terkena dampak dari suatu bencana. Kerentanan ini terbentuk atas banyak
aspek sosial di dalamnya seperti demografi, ekonomi, dan Politik yang kemudian
terbentuknya pengaruh alokasi sumber daya pada suatu kelompok masyarakat ((Wisner
et.al., 2003 dalam Nurmasari et.al. 2017). The Pressure and Release (PAR) Model
merupakan suatu model kebencanaan yang menggambarkan suatu hubungan antara
Risiko Bencana, Kerentanan dan Bahaya. Apabila digambarkan dalam bentuk matematis
maka konsep PAR ini dapat ditulis sebagai :

Risiko = Bahaya (Hazard) × Kerentanan

Artinya, bahwa besar kecilnya Risiko Bencana dipengaruhi oleh tingkat bahaya dan
kerentanan yang ada. Sehingga model PAR sangat berkaitan erat dengan Risiko Bencana
yang merupakan suatu bentuk estimasi kerugian yang terjadi akibat adanya bencana baik
itu kerugian nyawa, kesehatan, aset, mata pencaharian, dan kerugian material fisik
maupun nonfisik lainnya.

C. Bagan PAR MODEL


Gambar 1. PAR Model Bencana Tsunami Pangandaran Tahun 2006

Sumber : Analisis Penulis


D. Penjelasan Bagan PAR Model dan Bagaimana keempat Komponen Saling
Berhubungan
1. Hazard
Bahaya atau hazard merupakan peristiwa atau kondisi fisik yang
berpotensi menyebabkan kerusakan pada manusia seperti luka-luka, kerusakan
properti dan infrastruktur, kerusakan lingkungan, gangguan terhadap kegiatan
ekonomi atau segala kerugian dan kehilangan yang dapat terjadi (FEMA, 1997).

2. Root Causes
Root Causes atau Akar masalah meliputi permasalahan mendasar yang
menjadi penyebab kerentanan yaitu ekonomi, demografi dan politik. Ketiga aspek
ini akan mempengaruhi alokasi dan distribusi sumber daya pada kelompok
masyarakat. Akar masalah ini juga merefleksikan distribusi kekuasaan dalam
masyarakat (Wisner et.al., 2003). Dari sisi pemerintah pada tahun 2006
Pangandaran sendiri masih mengikut ke Kabupaten Ciamis hingga akhirnya
memisahkan diri pada Tahun 2012. Pada saat itu memang daerah Pangandaran
cukup jauh dari Ibukotanya, yaitu Ciamis karena hal ini membuat statement antara
pemerintah dan juga masyarakat pada terjadinya bencana gempa dan tsunami
memiliki perbedaan pendapat. Dari sisi sosial, masyarakat Pangandaran
cenderung homogen karena memaksimalkan potensi alamnya, yaitu menjadi
nelayan sedangkan sisi alam nya Pangandaran ini berada di selatan Pulau Jawa
sehingga berbatasan langsung dengan samudera hindia sehingga dapat memicu
adanya aktivitas patahan dalam lempeng Indo-Australia.

3. Dynamic Pressures
Dynamic Pressure atau tekanan dinamis adalah proses dan aktivitas yang
mengimplementasikan dampak dari akar masalah berdasarkan waktu (temporal)
dan tempat (spasial) ke dalam kondisi yang tidak aman (Wisner et.al., 2003).
Dalam hal ini pertumbuhan penduduk yang tinggi dan juga urbanisasi yang cepat
dikarenakan Pangandaran sendiri merupakan daerah kawasan wisata serta dengan
berdirinya menjadi Kabupaten pada Tahun 2012 menyebabkan penduduk
meningkat sedangkan mata pencaharian yang terbatas dan juga institusi lokal hal
ini disebabkan pada saat berdirinya Kabupaten Pangandaran Tahun 2012
menjadikan nelayan sebagai prioritas pekerjaan masyarakat sekitar sehingga peran
dari pemerintah lokal belum dapat memaksimalkan potensi lainnya seperti
pekerjaan di bidang pertanian dan peternakan seperti dilakukan pada saat masih
bergabung dengan Kabupaten Ciamis.

4. Unsafe Condition
Kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition) yang berkaitan dengan
kerentanan bencana di daerah pangandaran dilihat melalui 4 (empat) aspek
meliputi lingkungan fisik yang rentan, kondisi ekonomi lokal, masyarakat yang
rentan, serta aksi publik. Lingkungan fisik yang rentan pada daerah pangandaran
pada waktu itu dilihat pada bangunan yang berdiri di wilayah yang dekat dengan
aktivitas tektonik yaitu pada Lempeng Sunda. Lempeng sunda menjadi lempeng
dengan aktivitas tektonik yang cukup tinggi karena merupakan bagian dari
Lempeng Eurasia dan terkonsentrasi sebagian besar di di wilayah selatan (Alfaris
et. al. 2020). Sebagai contoh pada salah satu wilayah terdampak Tsunami
pangandaran yaitu pada kecamatan Parigi khususnya pada pesisir pantai Batuhiu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nissa et al., (2019) Hampir semua
bangunan memiliki tingkat kerentanan yang tinggi.
Selanjutnya Kondisi Ekonomi Lokal mengacu pada mata pencaharian
yang cukup berisiko adalah pelaku ekonomi kreatif khususnya pada sektor wisata
bahari. Kerentanan ini mengacu pada kondisi Pantai Pangandaran sebagai daerah
dengan sektor pariwisata yang paling produktif namun menjadi wilayah paling
terdampak oleh tsunami pada tahun 2006.
Kemudian apabila dilihat dari aspek Aksi Publik yang dimiliki pada waktu
itu masih sangatlah lemah. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih kurangnya
sistem peringatan dini yang berdampak pada kesadaran evakuasi pada wilayah
terdampak. peneliti Muhari et al., (2007) menyimpulkan bahwa rata-rata 40
persen masyarakat di Cilacap, Sukaresik, Wonoharjo, dan Pangandaran tidak
merasakan adanya gempa sebelum tsunami datang, sebanyak 40 persen lainnya
merasakan gempa yang sangat lemah dan kurang dari 20 persen lainnya yang
merasakan gempa cukup kuat. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana masih
rendahnya kesadaran masyarakat akan siaga bencana.

5. Keterkaitan Keempat Komponen


Berdasarkan pembahasan pada masing masing komponen PAR
Keterkaitan antar komponen dapat dibedakan dari sisi Institusi, Sosial, dan
Kondisi alam. Dilihat dari sisi institusi pemerintah, kerentanan bermula pada
sistem birokrasi yang masih belum cukup baik dibuktikan dengan Kurangnya
pemberitahuan lebih lanjut serta kesalahpahaman dari Pemerintah. Hal ini
berimplikasi pada sistem manajemen bencana menjadi terhambat dan berakibat
pada minimnya sistem peringatan dini. Dari sisi Sosial berakar pada mata
pencaharian yang homogen dimana pada waktu itu sektor perikanan tangkap dan
pariwisata bahari cukup mendominasi, kondisi ini juga mengakibatkan kondisi
yang tidak aman khususnya akan kesadaran masyarakat yang masih lemah terkait
dengan Sadar Bencana. Adapun dari sisi kondisi alam akar masalah timbul akibat
wilayah pangandaran berada dalam lempeng sunda dengan aktivitas patahan
dalam lempeng Indo-Australia yang cukup masif hal ini menyebabkan kondisi
yang kerentanan yang tinggi pada permukiman yang berada di wilayah are
Lempeng Sunda dan dekat pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Allawiyah, M. (2019, July 17). 13 TAHUN TSUNAMI PANGANDARAN. Retrieved Maret 26,
2023, from siagabencana.com:
https://www.siagabencana.com/11/post/13-tahun-tsunami-pangandaran

Kompas. (2021, July 17). Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Pangandaran, 668
Tewas. Retrieved Maret 26, 2023, from kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/17/085500365/hari-ini-dalam-sejarah--gempa-dan-ts
unami-pangandaran-668-tewas?page=all
Nurmasari, R., & Rosyida, A. (2017). Mengukur Ketangguhan Sosial Ekonomi Provinsi
Sumatera Selatan Dalam Menghadapi Bencana Dengan Menggunakan Prevalent Vulnerability
Index (PVI): Dengan Menggunakan Prevalent Vulnerability Index (PVI). Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana, 8(1), 1-12

Windupranata et all. (2020). IOP Conference Ser.: Earth Environment Science. Analysis of
Tsunami Hazard in the Southern Coast of West Java Province - Indonesia. 618012026

Anda mungkin juga menyukai