Anda di halaman 1dari 6

X.

MASALAH SOSIAL KEMISKINAN

a. Learning Outcome
Menjelaskan bentuk masalah sosial budaya kemiskinan, pengertian kemiskinan,
penyebab kemiskinan, indikator kemiskinan, tipologi kemiskinan dan penanggulangan Masalah
sosial Kemiskinan.

b. Uraian Materi
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan
standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (dalam Suparlan,
1993)
Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemukakan batasan kemiskinan
sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup
(Setiadi, 2011)
Definsi kemiskinan dilihat dari beberapa konsep ialah :
a. BAPPENAS. Menurut Bappenas miskin apabila tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermatabat.
b. BPS. Menurut BPS, miskin bilamana jumlah rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kalori perkapita.
c. Bank Dunia. Menurut Bank Dunia, Miskin apabila tidak tercapainya kehidupan yang layak
dengan penghasilan kecil atau sama dengan 1,00 dolar AS perhari.
d. BKKBN. Menurut BKKBN keluarga miskin apabila :
1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya.
2) Tidak mampu makan dua kali sehari.
3) Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja atau sekolah dan
berpergian.
4) bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.
5) Tidak Mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
e. Friedmann juga merumuskan kemiskinan sebagai minimnya kebutuhan dasar sebagaimana
yang dirumuskan dalam kenferensi ILO Tahun 1976. Kebutuhan dasar menurut
konferensi ini dirumuskan sebagai berikut:
1) Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan, sandang,
papan)
2) Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan komunitas pada
umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik, angkutan umum, dan fasilitas
kesehatan dan pendidikan)
3) Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi mereka.
4) Terpenuhinya tingkat absolute kebutuhnan dasar dalam kerangka kerja yang lebih
luas dari hak-hak dasar manusia
5) Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun tujuan dari
strategi kebutuhan dasar.

2. Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan. Adapun indikator-indikator kemiskinan diantaranya:
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan
papan).
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan
dan keluarga).
d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
e. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan terbatasnya Sumber Daya Alam.
f. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
g. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
3. Tipologi Kemiskinan
Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat dua bentuk
kemiskinan, yaitu:
1) Kemiskinan Absolut
Ialah kemiskinan dimana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan
dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum.
2) Kemiskinan Relatif
Adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara tingkat
pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya.
Contoh: seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu
bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa lain.
Kemiskinan berdasarkan penyebabnya juga dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Kemiskinan Struktural
Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang muncul karena ketidakmampuan
sistem dan struktur dalam menyediakan kesempatan-kesempatan bagi masyarakat
untuk bekerja. Struktur tidak mampu menghubungkan mereka ke akses kerja baik
yang ada pada alam, ataupun yang disediakan swasta dan pemerintah. Artinya
miskinbukan karena ketidakmauan untuk bekerrja tapi tidak tersedia akses menuju
pekerjaan yang layak. Kelompok yang masuk ke dalam kemiskinan struktural seperti
buruh tani, pemulung, loper koran dan lain2.
2) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan yang muncul sebagai akibat nilai-nilai atau
kebudayaan yang dianut oleh masyarakat, seperti malas, mudah menyerah, apatis,
pasrah pada nasib dan memandang bahwa miskin adalah sebuah takdir. Mereka yang
memiliki pemikiran seperti ini tidak mau berusaha untuk merubah nasib, tapi
menggantungkan nasibnya pada belas kasihan orang lain. Yang tergolong pada
kemiskinan ini seperti, pengemis.

4. Sebab-Sebab Kemiskinan
Tiga faktor penyebab kemiskinan:
a. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
Faktor ini merupakan penyebab kemiskinan secara klasik dimana kemiskinan selalu
dikaitkan dengan struktur budaya masyarakat setempat, dimana budaya dijadikan
sebagai alasan penyebab sekelompok manusia di tempat miskin. Selain budaya,
factor klasik lain yang dianggap penting dalam memberikan andil bagi terciptanya
kemiskinan diantaranya sifat malas, penyakit, dan cacat fisik.
b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
Bencana alam dapat merusak aset berharga milik masyarakat seperti tempat
tinggal, harta benda,, dan gagal panen.
c. Kemiskinan disebabkan oleh beberapa hal yang bersifat struktural, yaitu:
1. Struktur ekonomi yang timpang,artinya struktur ekonomi yang ada di dalam
masyarakat secara tidak adil tidak memberikan kesempatan yang sama bagi
setiap orang untuk mendapatkan aset ekonomi.
2. Struktur politik yang meyangkut rendahnya political will pemerintah atau
rendahnya kualitas kebijakan pemerintah dalam menta strukter ekonomi
negara.
c. Faktor budaya dimana konsep pemikiran narima ing pandum (menerima takdir apa
adanya dengan sabar) sebenarnya bukan falsafah yang menjdikan budaya kemiskinan.
Konsep pemikiran ini adalah bentuk reaksi masyarakat kenyataan dalam kondisi
pesimisme, dimana dalam berbagai situasi mulai dari masa penjajahan hingga abad ini
tidak kunjung berubah nasibnya.
d. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global. Yang perlu
digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang
dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan
pendapatan per-kapita:
e. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu,
untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA
dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung
jawabkan dengan maksimal
f. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak
adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya
tenaga kerja ahli dan banyaknya pengangguran.
g. Subsidi pemerintah yang kurang merata dan tidak tepat sasaran.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan
untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan
warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.

5. Penanggulangan Kemiskinan
Untuk penanggulangan kemiskinan diperlukan kerja keras dari semua pihak, baik instansi
pemerintahan pusat dan daerah, instansi swasta, maupun masyarakat pada umumnya.
Berikut beberapa cara untuk penanggulan kemiskinan:
1) Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga
mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab
kemiskinan terbesar di Indonesia.
2) Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia sehingga setiap masyarakat bisa
menikmati makanan yang berkualitas, hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka
kesehatan masyarakat.
3) Menghapuskan korupsi, sebab korupsi adalah salah satu penyebab layanan masyarakat
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat
tidak bisa menikmati hak mereka sebagai warga Negara sebagaimana mestinya.
4) Meningkatkan pendidikan dan skill masyarakat miskin, sehingga bisa memasuki
kebutuhan pasar kerja. Hal ini karena salah satu penyebab kemiskinan karena rendahnya
pendidikan dan skill masyarakat.
5) Pemberdayaan masyarakat miskin dengan memperlakukan keluarga/ penduduk miskin
sebagai subjek dengan melibatkan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembangunan.
6) Meningkatkan akses keluarga miskin untuk mendapatkan modal , teknologi dan usaha
tetap, serta akses memperoleh fasilitas pembangunan dan pelayanan masyarakat lain.
7) Memperkuat kondisi dan keterpaduan diantara unsur-unsur yang terkait yaitu pemerintah,
swasta, LSOM, dan masyarakat, dalam upaya pengentasan kemiskinan

Daftar Bacaan

Parsudi suparlan. 1993. Kemiskinan perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor.

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip .2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada


Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai