Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BAHAN SUPER KONDUKTOR

Di susun oleh :

KELOMPOK : 5

IHWANIL MUSLIMIN (105821107320)

FAJAR ALAMSYAH (105821105320)

KELAS : 7C elektro

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS TEKNIK


PROGRAM STUDY 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi rahmat bagi alam semesta.

Tugas mata kuliah ini berjudul Bahan super konduktor]", merupakan hasil jerih payah
dan dedikasi kami dalam mengeksplorasi serta menyajikan informasi yang bermanfaat.
Melalui kata pengantar ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Bahan listrik atas kesempatan yang diberikan kepada kami dan telah memberikan
bimbingan, arahan, serta masukan yang sangat berharga dalam penyusunan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan sangat dihargai demi perbaikan dan
pengembangan kedepannya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, wawasan, dan inspirasi bagi pembaca
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi bagian kecil dari sumbangsih
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHUALUAN

1.1. Latar
belakang……………………………………………………………………………...

1.2. Rumusan
masalah…………………………………………………………………………..

1.3. Batasan
masalah…………………………………………………………………………….

1.4. Tujuan……………………………………………………………………………………...
.

1.5. Manfaat…………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

1.1. Pengertian
Superkonduktor………………………………………………………………...

1.2. Teori
Superkonduktivitas…………………………………………………………………...

1.3. Suhu
Kritis………………………………………………………………………………….

1.4. Aplikasi
Superkonduktor…………………………………………………………………...

1.5. Material
Superkonduktor…………………………………………………………………...

1.6. Tantangan dan


Kendala…………………………………………………………………….

1.7. Perbandingan dengan Material


Konvensional……………………………………………...

1.8. Dampak
Lingkungan……………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP

1.1.
Kesimpulan………………………………………………………………………………...

1.2. Saran
..............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Superkonduktivitas adalah fenomena fisika yang pertama kali diobservasi oleh


fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, pada tahun 1911 ketika merkuri, pada
suhu ekstrem dingin, tiba-tiba kehilangan seluruh hambatan listriknya. Penemuan ini
menandai awal dari apa yang kemudian dikenal sebagai superkonduktivitas, suatu
kondisi di mana material dapat mengalirkan arus listrik tanpa hambatan. Penemuan
tersebut memicu pertanyaan mendalam tentang sifat elektron dalam material pada suhu
rendah, dan menjelang pertengahan abad ke-20, teori superkonduktivitas pertama kali
dikembangkan oleh Bardeen, Cooper, dan Schrieffer (BCS). Teori BCS menyatakan
bahwa pasangan elektron Cooper, yang terbentuk pada suhu rendah, merupakan dasar
dari fenomena superkonduktivitas. Seiring berjalannya waktu, penelitian dalam bidang
ini semakin berkembang. Salah satu tonggak penting adalah penemuan superkonduktor
suhu tinggi oleh J. Georg Bednorz dan K. Alex Müller pada tahun 1986. Sebelumnya,
superkonduktor hanya dapat bekerja pada suhu ekstrem rendah dekat suhu absolut nol,
tetapi penemuan ini membuka pintu bagi material yang dapat beroperasi pada suhu yang
lebih layak, seperti suhu kamar. Keunikan superkonduktor terutama terletak pada
hilangnya resistansi listrik, yang memiliki dampak luar biasa pada berbagai aplikasi.
Penerapan awal superkonduktor melibatkan penggunaan dalam perangkat medis seperti
MRI, di mana kemampuannya untuk menghasilkan medan magnet yang kuat sangat
bernilai. Namun, tantangan utama dalam pengembangan dan penerapan superkonduktor
melibatkan suhu kritis, biaya produksi, dan kesulitan sintesis material. Dalam beberapa
tahun terakhir, penelitian intensif terus dilakukan untuk mencari material
superkonduktor yang lebih efisien, murah, dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
konteks. Seiring dengan itu, terobosan-terobosan baru dan pemahaman lebih dalam
tentang sifat-sifat superkonduktor terus mengarah pada kemungkinan penerapan yang
lebih luas, termasuk dalam bidang energi, transportasi, dan teknologi kuantum. Dengan
demikian, pemahaman terhadap latar belakang superkonduktor menjadi kunci untuk
meretas potensi besar yang dimilikinya dalam membentuk masa depan teknologi dan
ilmu pengetahuan.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun membuat suatu rumusan
masalah, yaitu :

1. Pengertian Superkonduktor

2. Teori Superkonduktivitas

3. Suhu Kritis

4. Aplikasi

5. SuperkonduktorMaterial

6. SuperkonduktorTantangan dan Kendala

7. Perbandingan dengan Material Konvensional

8. Dampak Lingkungan

1.3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui apa itu Superkonduktor

2. Untuk mempelajari Teori Superkonduktivitas

3. Untuk Mengetahui Suhu Kritis pada superkonduktor

4. Untuk Mengetahui cara Aplikasikan superkonduktor

5. Untuk Mengetahui Superkonduktor Material/material superkonduktor

6. Untuk Mengetahui apa saja tantangan dan kendala superkonduktor


7. Untuk mengetahui Perbandingannya dengan Material Konvensional

8. Untuk Mengetahui apa saja Dampak Lingkungan yang disebabkan bahan


superkonduktor

1.4. Manfaat

1. Mengetahui apa itu Superkonduktor

2. mempelajari Teori Superkonduktivitas

3. Mengetahui Suhu Kritis pada superkonduktor

4. Mengetahui cara Aplikasikan superkonduktor

5.Mengetahui Superkonduktor Material/material superkonduktor

6. Mengetahui apa saja tantangan dan kendala superkonduktor

7. mengetahui Perbandingannya dengan Material Konvensional

8. Mengetahui apa saja Dampak Lingkungan yang disebabkan bahan superkonduktor

BAB II

PEMBAHASAN

1.5. Pengertian Superkonduktor

Superkonduktivitas atau keteradihantaran adalah sebuah fenomena yang terjadi


dalam beberapa material pada suhu rendah, dicirikan dengan ketiadaan hambatan listrik
dan "dampin" dari medan magnetik bagian dalam (efek Meissner). Superkonduktivitas
adalah sebuah fenomena mekanika-kuantum yang berbeda dari konduktivitas sempurna.

Dalam superkonduktor konvensional, superkonduktivitas disebabkan oleh sebuah


gaya tarik antara elektron konduksi tertentu yang meningkat dari pertukaran phonon,
yang menyebabkan elektron konduksi memperlihatkan fase adizalir terdiri dari pasangan
elektron yang berhubungan. Ada juga sebuah kelas material, dikenal sebagai
superkonduktor tidak konvensional, yang memperlihatkan superkonduktivitas tetapi
yang ciri fisiknya berlawanan dengan teori superkonduktor konvensional. Apa yang
disebut superkonduktor suhu-tinggi bersuperkonduk pada suhu yang jauh lebih tinggi
dari yang dimungkinkan menurut teori konvensional (meskipun masih jauh di bawah
suhu ruangan).
Superkonduktivitas terjadi di berbagai macam material, termasuk unsur sederhana
seperti timah dan aluminum, beberapa logam lakur, beberapa semikonduktor di-dop-
berat, dan beberapa senyawa keramik berisi bidang atom tembaga dan oksigen. Kelas
senyawa yang terakhir, dikenal sebagai kuprat, adalah superkonduktor suhu tinggi.

Superkonduktivitas tidak terjadi dalam logam mulia seperti emas dan perak, atau
di banyak logam ferromagnetik, meskipun ada beberapa material menampilkan baik
superkonduktivitas dan feromagnetisme telah ditemukan tahun-tahun belakangan ini.

https://id.wikipedia.org/wiki/Superkonduktivitas

1.6. Teori Superkonduktivitas

Kita semua mengenal konduktor sebagai bahan yang dapat menghantarkan listrik.
Bahan konduktor dapat kita temukan di berbagai peralatan listrik yang kita gunakan
sehari-hari. Pada logam-logam yang biasa digunakan sebagai konduktor seperti
Tembaga, elektro-elektron yang mengalir di dalamnya tidak serta-merta mengalir
dengan lancar tanpa hambatan, elektron-elektron di dalam bahan konduktor
bertumbukan dengan ion-ion bermuatan postif dan berakibat pada dilepaskannya energi
panas. Hambatan ini mengakibatkan tidak seluruhnya energi listrik dapat dilewatkan
dalam bahan konduktor karena sebagian energinya diubah dan dilepaskan dalam bentuk
energi panas. Dalam pembahasan fisika dasar kita mengenal hambatan ini sebagai
resistansi, yang secara mudah dideskripsikan oleh hukum Ohm.

1. Bebas hambatan

Grafik hasil pengukuran yang dilakukan Heike Kamerlingh Onnes


terhadap Raksa yang dilakukan pada tahun 1911. Sumbu vertikal menunjukkan
resistivitas dan sumbu horizontal menunjukkan temperatur. Dapat terlihat di
grafik resistivitas secara mendadak menjadi nol pada temperatur 4,2 K.
Dalam fisika dikenal suatu fenomena yang dinamakan superkonduktivitas.
Dari namannya, kata "super" selalu identik dengan sesuatu yang memiliki sifat
atau kemampuan di atas kebiasaan, jadi secara mudah superkonduktivitas dapat
diartikan sebagai fenomena dimana pada bahan tertentu hambatan di dalamnya
hilang sama sekali sehingga elektron-elektron dapat mengalir dengan lancar tanpa
bertumbukan dengan ion-ion positif. Fenomena superkonduktivitas pertama kali
diamati oleh seorang fisikawan asal Belanda bernama Heike Kamerlingh Onnes
pada tahun 1911. Sebelumnya, pada tahun 1890 dan 1906 Onnes menemukan
suatu teknik untuk mengubah gas Hidrogen dan Helium menjadi zat cair pada
temperatur yang sangat rendah. Teknik ini memungkinkan Onnes untuk
melakukan percobaan pada temperatur yang sangat rendah.

Onnes melakukan percobaan untuk mengamati hambatan dalam logam


Raksa (Hg) padat pada temperatur yang sangat rendah. Pada waktu itu banyak
orang percaya bahwa pada temperatur yang sangat rendah elektron-elektron yang
mengalir dalam sebuah konduktor akan sepenuhnya berhenti, yang artinya
hambatan pada konduktor akan sangat besar. Ternyata hasil pengamatan Onnes
mengungkap hal yang berkebalikan dari apa yang dipercaya kebanyakan orang
pada saat itu, pada temperatur 4,2 K (−268,95oC) hambatan dalam Raksa secara
mendadak hilang. Ini artinya pada temperatur 4,2 K dan temperatur yang lebih
rendah elektron-elektron dalam Raksa mengalir dengan lancar tanpa mengalami
tumbukan dengan ion-ion positif. Onnes menamai fenomena ini sebagai
"supraconductivity", yang kemudian diadopsi menjadi "superconductivity".
Temperatur ketika suatu bahan kehilangan hambatannya disebut sebagai
temperatur kritis atau TC
Setelah penemuan fenomena superkonduktivitas pada Raksa, diketahui
bahwa fenomena ini juga muncul pada logam lain serta paduan logam dengan TC
yang bervariasi.

2. Elektron yang berpasangan

Setelah penemuan fenomena superkonduktivitas oleh Kamerlingh Onnes


fisikawan mulai bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi di dalam logam yang
didinginkan pada temperatur yang sangat rendah sehingga mengakibatkan
hilangnya hambatan listrik pada logam tersebut. Berpuluh-puluh tahun usaha
untuk memahami superkonduktivitas dilakukan oleh banyak fisikawan, baru pada
tahun 1957 melalui tiga orang fisikawan berkebangsaan Amerika Serikat
fenomena superkonduktivitas menemukan penjelasannya.

Adalah John Bardeen, Leon Cooper, dan John Schrieffer yang


mencetuskan sebuah teori yang dapat menjelaskan fenomena superkonduktivitas.
Teori ini dikenal sebagai teori BCS (Bardeen-Cooper-Schrieffer). Dalam teori
BCS hilangnya hambatan dalam bahan superkonduktor muncul akibat adanya
pasangan elektron yang bergerak secara koheren. Gerak koheren dapat
dibayangkan seperti barisan tentara yang bergerak secara seragam dengan jarak
antar tentara yang tetap selama berpindah posisi. Pasangan elektron, disebut
Cooper pair, terbentuk ketika elektron bergerak melalui kisi-kisi (kisi atau lattice
adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut atom-atom yang tersusun
teratur) ion-ion bermuatan positif.

Pembentukan pasangan elektron (Copper pair) dimediasi oleh ion positif


yang terdefleksi.
Elektron berinteraksi dengan ion-ion bermuatan positif di sekitarnya dan
mengakibatkan kisi ion positif mengalami sedikit penyimpangan dari posisi
asalnya. Penyimpangan ini akan bertahan beberapa saat, sama halnya jika kita
membayangkan lonceng yang dipukul pada satu sisinya sehingga lonceng berayun
beberapa saat. Akibat penyimpangan posisi ion-ion positif, jarak antar ion-ion
positif memendek sehingga mengakibatkan peningkatan rapat muatan positif di
daerah di sekitar ion-ion positif yang mengalami penyimpangan. Peningkatan
rapat muatan positif ini menjadi sumber gaya tarik yang membuat elektron lain
mendekat . Dua interaksi ini, elektron 1 dengan ion-ion positif dan ion-ion positif
dengan elektron 2, jika saat dan keadaannya tepat akan menyebabkan dua elektron
berinteraksi saling tarik-menarik sehingga terbentuk pasangan elektron atau
Cooper pair. Dalam bahan superkonduktor terdapat banyak sekali pasangan
elektron, pasangan-pasangan elektron ini akan bergerak secara koheren ketika
terdapat beda potensial. Gerakan kolektif elektron pada superkonduktor
memungkinkannya bergerak tanpa hambatan dan tanpa ada energi yang terbuang
dalam bentuk panas.

Teori BCS membawa John Bardeen, Leon Copper, dan John Schrieffer
menuju Stockholm untuk menerima hadiah Nobel Fisika pada tahun 1972.

3. Melayang di udara

Selain fenomena hilangnya hambatan listrik pada temperatur rendah bahan


superkonduktor juga memunculkan fenomena tidak biasa lainnya. Fenomena ini
menyebabkan bahan superkonduktor dapat melayang-lanyang di udara jika
diletakkan di atas magnet. Ketika bahan superkonduktor ditempatkan di atas
bahan magnet dengan medan magnet yang lemah kemudian didinginkan hingga
mencapai temperatur kritisnya, bahan superkonduktor akan melayang di udara
akibat tidak adanya medan magnet yang dapat menembus bahan superkonduktor.
Pada temperatur di atas TC

medan magnet dapat menembus bahan superkonduktor, akan tetapi ketika


superkonduktor didinginkan hingga mencapai temperatur kritisnya elektron-
elektron pada permukaan bahan superkonduktor bergerak sehingga menimbulkan
arus listrik.
Ilustrasi efek Meissner. Pada saat temperatur di atas temperatur kritis Tc
medan magnet (garis biru) dapat menembus bahan superkonduktor (bola abu-
abu), akan tetapi ketika temperatur diturunkan hingga lebih rendah dari Tc medan
magnet internal tambahan (garis merah) akan mucul pada permukaan bahan
superkonduktor yang menyebabkan medan magnet eksternal tidak dapat
menembus bahan superkonduktor.

Munculnya arus listrik ini mengakibatkan munculnya medan magnet


tambahan pada permukaan bahan superkonduktor yang arahnya berlawanan
dengan arah medan magnet ekseternal yang ditimbulkan bahan magnet, medan
magnet pada permukaan inilah yang menyebabkan tidak dapat menembusnya
medan magnet dari luar ke dalam bahan superkonduktor. Gaya magnet dari luar
ini mengangkat bahan superkonduktor ke udara sehingga menimbulkan efek
pelayangan. Efek pelayangan ini pertama kali diamati oleh dua fisikawan Jerman
Walther Meissner dan Robert Ochsenfeld pada tahun 1933. Efek ini kemudian
lebih dikenal sebagai efek Meissner.
Bahan Superkonduktor temperatur tinggi yang melanyang di atas magnet
berbentuk cincin (sumber: Julian Litzel via Wikimedia Commons)

4. Alat transportasi cepat dan transmisi energi listrik yang efisien

Penemuan fenomena superkonduktivitas membawa dampak positif berupa


teknologi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Efek pelayangan bahan
superkonduktor memungkinkan dibuatnya sarana transportasi yang lebih cepat
dan efisien dalam penggunaan energi. Pada alat transportasi konvensional gesekan
dengan permukaan jalan adalah salat satu penghambat laju alat transportasi, selain
itu akan banyak energi yang terbuang sebagai panas ketika alat transportasi
bergesekan dengan jalan. Dengan melayang sedikit di atas jalan dampak gesekan
dapat dihilangkan sehingga alat transportasi dapat melaju lebih cepat dengan
penggunaan energi yang lebih efisien.

Adanya bahan superkonduktor yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa


hambatan memungkinkannya untuk diguanakan sebagai pengganti konduktor
tembaga yang saat ini banyak digunakan. Konduktor biasa yang digunakan pada
kabel-kabel transmisi energi listrik memiliki hambatan yang mengakibatkan
energi listrik yang ditransmisikannya sebagian hilang sepanjang kabel transmisi,
dengan kata lain energi listrik dari pembangkit listrik akan hilang sebagian dalam
perjalanan sebelum dapat dinikmati oleh pengguna energi listrik di rumah-rumah.
Tidak adanya hambatan pada bahan superkonduktor memungkinkannya
digunakan sebagai media transmisi energi listrik tanpa harus kehilangan banyak
energi listrik sepanjang perjalanan dari pembangkit listrik ke rumah-rumah.

Beberapa penerapan teknologi superkonduktor seperti yang disebutkan


sebelumnya dapat terwujud jika bahan superkonduktor dapat bekerja pada
temperatur yang tinggi. Walaupun demikian beberapa teknologi telah
memanfaatkan bahan superkonduktor seperti MRI (magnetic resonance imaging)
yang memanfaatkan magnet superkonduktor untuk pencitraan organ dalam
biologis. Riset untuk mencari bahan superkonduktor yang dapat bekerja pada
temperatur tinggi dan usaha untuk menjelaskannya terus dilakukan hingga saat
ini. Untuk saat ini bahan superkonduktor temperatur tinggi yang ada dapat bekerja
di temperatur sekitar 133 K (−140,15 oC) - 190 K (− 83,15 oC).

https://www.sainshack.com/2015/09/18/mengenal-fenomena-
superkonduktivitas/#:~:text=Adalah%20John%20Bardeen%2C%20Leon
%20Cooper%2C%20dan%20John%20Schrieffer,akibat%20adanya%20pasangan
%20elektron%20yang%20bergerak%20secara%20koheren.
1.7. Suhu Kritis

Suhu kritis dalam konteks superkonduktor merujuk pada suhu tertentu di bawah
yang material tersebut menjadi superkonduktor. Pada suhu ini, material yang biasanya
bersifat resistif, tiba-tiba kehilangan resistansi listriknya sepenuhnya, dan arus listrik
dapat mengalir melalui material tersebut tanpa mengalami hambatan.

Ketika suhu suatu material superkonduktor melebihi suhu kritisnya, maka sifat
superkonduktivitasnya akan hilang, dan material tersebut akan kembali bersifat
konduktif seperti bahan konvensional. Suhu kritis bervariasi tergantung pada jenis
material superkonduktor dan kondisi spesifiknya.

Sebagai contoh, pada awal penemuan superkonduktivitas, banyak material


superkonduktor memiliki suhu kritis yang sangat rendah, mendekati suhu absolut nol (0
Kelvin atau -273.15 °C). Namun, penemuan superkonduktor suhu tinggi pada tahun
1986 oleh Bednorz dan Müller membuka peluang untuk material yang dapat mencapai
sifat superkonduktor pada suhu yang lebih tinggi, bahkan di atas suhu kamar.

Dalam ilmu fisika atau teknik, kriogenik adalah ilmu yang mempelajari materi
dengan temperatur sangat rendah (di bawah –150 °C, –238 °F atau 123 K). Ilmu ini
mempelajari cara memproduksi serta perilaku material pada temperatur tersebut. Dalam
membahas kriogenik, tidak digunakan skala temperatur Fahrenheit atau Celsius yang
umum digunakan di masyarakat, melainkan digunakan skala Kelvin (pada awalnya
digunakan skala Rankine).

Penemuan bahan superkonduktor dengan suhu kritis secara signifikan di atas titik
didih nitrogen cair telah memberikan minat baru pada metode biaya rendah yang andal
untuk memproduksi pendinginan kriogenik suhu tinggi. Istilah "kriogenik suhu tinggi"
menggambarkan suhu mulai dari di atas titik didih nitrogen cair, 195,79 °C (77,36 K;
320,42 °F), hingga 50 °C (223 K; 58 °F).

Suhu kritis superkonduktor merujuk pada suhu di bawahnya suatu material


menjadi superkonduktor, yaitu memiliki resistansi listrik nol. Suhu ini merupakan
karakteristik penting dalam pemahaman dan penerapan material superkonduktor. Berikut
adalah beberapa contoh suhu kritis untuk beberapa material superkonduktor bersama
dengan referensi ilmiah:

 Yttrium Barium Copper Oxide (YBCO):


Suhu Kritis: Tergantung pada komposisi, namun dapat mencapai sekitar
92 K (181 °C). Referensi: G. Bednorz and K. A. Müller, "Possible high-Tc
superconductivity in the Ba-La-Cu-O system," Zeitschrift für Physik B:
Condensed Matter, 1986.

 Bismuth Strontium Calcium Copper Oxide (BSCCO):

1. Suhu Kritis: Tergantung pada fase, namun bisa mencapai sekitar


110 K (-163 °C).

2. Referensi: C. W. Chu, P. H. Hor, R. L. Meng, L. Gao, Z. J. Huang,


and Y. Q. Wang, "Novel superconductivity at high temperatures in
the PbO-type structure system (R1-xAex)2CuO4-y," Physical
Review Letters, 1987.

 Lead (Pb):

1. Suhu Kritis: 7.2 K (-266.95 °C).

2. Referensi: J. M. Rowell and W. L. McMillan, "Lead. II.


Temperature Dependence of the Upper Critical Field," Physical
Review, 1966.

 Magnesium Diboride (MgB2):

1. Suhu Kritis: Sekitar 39 K (-234 °C).

2. Referensi: J. Nagamatsu, N. Nakagawa, T. Muranaka, Y. Zenitani,


and J. Akimitsu, "Superconductivity at 39 K in magnesium
diboride," Nature, 2001.

 Iron-Based Superconductors (e.g., FeSe):

1. Suhu Kritis: Bergantung pada variasi material, dapat mencapai


sekitar 8 K hingga lebih dari 50 K.

2. Referensi: H. Hiramatsu et al., "First-order superconducting


transition of iron-based superconductor FeSe films on SrTiO3
substrate," Applied Physics Express, 2019.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kriogenik#Lihat_pula

1.8. Aplikasi Superkonduktor


Superkonduktor memiliki banyak aplikasi dalam berbagai bidang, terutama karena
kemampuannya untuk mengalirkan arus listrik tanpa hambatan. Berikut adalah beberapa
contoh pengaplikasian superkonduktor:

1. Pengaplikasian di Bidang Kesehatan

a) Resonansi Magnetik Nuklir (MRI)

Deskripsi Aplikasi: Superkonduktor digunakan dalam pembuat gambar


MRI untuk menciptakan medan magnet yang sangat kuat, memberikan
resolusi gambar yang tinggi, dan meningkatkan akurasi diagnostik.

 Keuntungan

Peningkatan resolusi gambar: Medan magnet yang kuat meningkatkan


resolusi dan kualitas gambar.

Waktu pemindaian yang lebih cepat: Medan kuat memungkinkan


pemindaian yang lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas gambar.

Referensi Clarke, J., & Braginski, A. I. (2004). Superconducting magnets.


Springer.

Weishaupt, D., Koechli, V. D., & Marincek, B. (2008). How Does MRI
Work? An Introduction to the Physics and Function of Magnetic
Resonance Imaging. Springer.

b) Spektroskopi Resonansi Magnetik:

Deskripsi Aplikasi: Superkonduktor digunakan dalam spektroskopi


resonansi magnetik untuk analisis komposisi kimia dan struktur molekuler
dalam tubuh manusia.

 Keuntungan

Analisis non-invasif: Spektroskopi NMR dapat memberikan informasi


yang penting tanpa intervensi invasif.

Identifikasi molekuler: Memungkinkan identifikasi molekul spesifik


dalam tubuh.

Referensi
Carr, H. Y., & Purcell, E. M. (1954). Effects of diffusion on free
precession in nuclear magnetic resonance experiments. Physical Review,
94(3), 630.

c) Penelitian Neurologis

Deskripsi Aplikasi: Superkonduktor digunakan dalam penelitian neurologis


dan studi otak menggunakan teknik pencitraan resonansi magnetik fungsional
(fMRI).

 Keuntungan

Identifikasi aktivitas otak: fMRI dapat memberikan gambaran aktivitas


otak saat melakukan tugas tertentu.

Pemahaman fungsi otak: Mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi


otak.

Referensi

Ogawa, S., Lee, T. M., Kay, A. R., & Tank, D. W. (1990). Brain magnetic
resonance imaging with contrast dependent on blood oxygenation.
Proceedings of the National Academy of Sciences, 87(24), 9868-9872.

d) Pencitraan Medis LainnyaDeskripsi Aplikasi: Selain MRI, superkonduktor


juga dapat digunakan dalam teknologi pencitraan medis lainnya, seperti
pencitraan ultrasonik dan pencitraan tomografi positron (PET).

 Keuntungan

Peningkatan kualitas dan akurasi pencitraan medis.

Pengembangan teknologi pencitraan yang lebih canggih.

Referensi

Hwang, S. N., Lee, J. H., Kim, T. S., & Yoo, K. H. (2010). Recent
Advances in Superconductor-based Technologies for Medical
Applications. Journal of Korean Physical Society, 56(2), 533-542.

2. Pengaplikasian di Bidang Energi


Superkonduktor memiliki beberapa aplikasi yang menjanjikan di bidang energi,
terutama dalam meningkatkan efisiensi dan kinerja sistem energi. Berikut adalah
beberapa contoh pengaplikasian superkonduktor di bidang energi.

a) Transmisi Listrik

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan kabel superkonduktor dalam transmisi listrik


untuk mengurangi kerugian energi yang disebabkan oleh resistansi kabel.

 Keuntungan

Tanpa hambatan: Arus listrik dapat mengalir tanpa hambatan, mengurangi


kerugian energi yang terjadi dalam kabel konvensional.

Peningkatan efisiensi Mengoptimalkan transmisi energi dari sumber ke


konsumen.

 Referensi

Gurevich, A. (2011). High-temperature superconductors: Progress and


prospects. Reports on Progress in Physics, 74(12), 124501.

b) Energi Magnetik

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan magnet berbasis superkonduktor untuk


penyimpanan energi magnetik yang dapat dilepaskan kembali.

 Keuntungan

Penyimpanan energi yang efisien: Energi dapat disimpan dalam bentuk


medan magnet, dan dilepaskan kembali saat diperlukan. Peningkatan
efisiensi sistem penyimpanan energi.

 Referensi

Yamada, Y., Kajiwara, H., & Ishikawa, M. (2012). Advanced flywheel


energy storage system using superconducting magnetic bearings.
Superconductor Science and Technology, 25(8), 084022.

c) Generasi Listrik dan Generator

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan generator superkonduktor dalam pembangkit


listrik untuk meningkatkan efisiensi konversi energi.

 Keuntungan
Kehilangan daya yang rendah: Mengurangi kerugian daya selama konversi
energi. Peningkatan efisiensi generator.

 Referensi

Osamura, K., Hato, T., & Amemiya, N. (2011). Development of a


superconducting wind turbine generator. Superconductor Science and
Technology, 24(4), 045007.

d) Penyimpanan Energi dalam Grid

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan sistem penyimpanan energi superkonduktor


untuk meningkatkan efisiensi jaringan listrik.

 Keuntungan

Penyimpanan energi yang efisien: Mengurangi kebutuhan untuk


pembangkit listrik cadangan. Peningkatan kestabilan jaringan listrik.

 Referensi

 Langer, M., & Iwasa, Y. (2003). Introduction to Superconducting


Machines. The Institute of Electrical Engineers of Japan.

e) Magnetic Levitation (Maglev) untuk Transportasi

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknologi Maglev berbasis superkonduktor untuk


sistem transportasi yang mengapung di atas rel.

 Keuntungan

Gesekan yang minimal: Meningkatkan kecepatan dan efisiensi


transportasi. Peningkatan keamanan dan keandalan sistem.

 Referensi

Chen, H., Zheng, B., & Rote, D. M. (2015). Magnetic levitation


technology and its applications. IEEE Transactions on Magnetics, 51(11),
1-9.

3. Pengaplikasian di Bidang Transportasi

Superkonduktor memiliki beberapa aplikasi yang menjanjikan dalam bidang


transportasi, khususnya dalam meningkatkan efisiensi, kecepatan, dan
keberlanjutan sistem transportasi. Berikut adalah beberapa contoh pengaplikasian
superkonduktor di bidang transportasi.
a) Maglev (Magnetic Levitation) untuk Kereta Cepat

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknologi Maglev berbasis superkonduktor


untuk menghasilkan medan magnet yang membuat kereta dapat mengapung
di atas rel, mengurangi gesekan dan meningkatkan kecepatan.

 Keuntungan

Kecepatan tinggi: Maglev memungkinkan kereta bergerak dengan


kecepatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kereta
konvensional. Efisiensi energi Gesekan yang minimal menghasilkan
efisiensi energi yang lebih baik.

 Referensi

Chen, H., Zheng, B., & Rote, D. M. (2015). Magnetic levitation


technology and its applications. IEEE Transactions on Magnetics, 51(11),
1-9.

b) Pemindahan Daya Tanpa Kontak (Wireless Power Transfer)

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknologi superkonduktor dalam sistem


pemindahan daya tanpa kontak, terutama untuk pengisian baterai kendaraan
listrik.

 Keuntungan

Pengisian tanpa kabel: Memungkinkan pengisian daya tanpa kontak fisik.


Efisiensi pengisian: Menyediakan metode pengisian yang efisien.

 Referensi

Han, Z., Zou, J., Yuan, S., & Li, L. (2014). Wireless power transfer to
deep-tunneling Josephson junctions. Applied Physics Letters, 105(6),
062602.

c) Motor dan Penggerak Superkonduktor untuk Kendaraan Elektrik.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan motor dan penggerak berbasis


superkonduktor dalam kendaraan listrik untuk meningkatkan efisiensi dan
kinerja.

 Keuntungan
Kehilangan daya yang minimal: Motor superkonduktor memiliki
kehilangan daya yang rendah. Peningkatan jangkauan dan efisiensi
kendaraan listrik.

 Referensi

Ueno, K., Shimada, T., Sugiura, T., Takao, T., Nakano, M., Koshizuka,
N., & Murakami, R. (2018). Superconducting electric machine for electric
vehicles: Field and thermal analysis. Superconductor Science and
Technology, 31(3), 035012.

d) Sistem Propulsi Magnetohidrodinamika (MHD).

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknologi superkonduktor dalam sistem


propulsi MHD untuk kendaraan pelayaran.

 Keuntungan

Kehilangan energi yang minimal: Sistem MHD menggunakan efek


superkonduktivitas untuk menghasilkan propulsi tanpa berbagai bagian
mekanis. Peningkatan efisiensi kendaraan pelayaran.

 Referensi

Ren, J., Li, Y., & Fang, J. (2018). Magnetohydrodynamic ship propulsion
with a superconducting magnet. Physica C: Superconductivity and its
Applications, 550, 89-94.

e) Penelitian Hyperloop.

Deskripsi Aplikasi: Penelitian potensial penggunaan superkonduktor dalam


sistem transportasi Hyperloop, yang melibatkan kendaraan berkecepatan
tinggi di dalam tabung bertekanan rendah.

 Keuntungan

Kecepatan tinggi: Hyperloop menjanjikan kecepatan tinggi dan waktu


perjalanan singkat. Efisiensi energi: Sistem dapat dirancang untuk
menggunakan superkonduktor guna meningkatkan efisiensi.

 Referensi

Tesla, Inc. (2013). Hyperloop Alpha.

4. Pengaplikasian di Bidang Penelitian Ilmiah


Penggunaan superkonduktor dalam bidang penelitian ilmiah memberikan
kontribusi signifikan terhadap pengembangan teknologi dan pemahaman dalam
berbagai disiplin ilmu. Berikut adalah beberapa contoh pengaplikasian
superkonduktor dalam bidang penelitian ilmiah.

a) Pemagnetan Kuat dalam Penelitian Material.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan magnet superkonduktor yang kuat dalam


penelitian material untuk menghasilkan kondisi eksperimental tertentu.

 Keuntungan

Kemampuan untuk menciptakan medan magnet yang sangat kuat.


Peningkatan dalam penelitian struktur dan perilaku material.

 Referensi

Blundell, S. J. (2001). Magnetism in Condensed Matter. Oxford


University Press.

b) Eksperimen Fisika Partikel.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan magnet superkonduktor dalam eksperimen


fisika partikel seperti detektor partikel besar (LHC) di CERN.

 Keuntungan

Memungkinkan penciptaan medan magnet yang sangat tinggi untuk


membelokkan jalur partikel. Peningkatan dalam akurasi pengukuran dan
identifikasi partikel.

 Referensi

Evans, L., & Bryant, P. (2008). LHC Machine. Journal of Instrumentation,


3(8), S08001.

c) Resonansi Magnetik Nuklir (NMR) dalam Penelitian Kimia:

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknik NMR dengan magnet superkonduktor


dalam penelitian kimia untuk analisis struktur molekuler.

Keuntungan

Resolusi spektrum yang tinggi dan akurat. Peningkatan dalam penelitian


interaksi molekuler.

Referensi
Carr, H. Y., & Purcell, E. M. (1954). Effects of diffusion on free precession
in nuclear magnetic resonance experiments. Physical Review, 94(3), 630.

d) Penelitian Astronomi dan Ilmu Ruang Angkasa.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan detektor superkonduktor dalam penelitian


astronomi dan ilmu ruang angkasa untuk mendeteksi radiasi elektromagnetik.

 Keuntungan

Deteksi sensitif terhadap radiasi elektromagnetik. Peningkatan dalam


pengamatan objek langit.

 Referensi

Kurakado, M., & Sato, K. (2009). Development of Transition-Edge


Sensors for X-Ray Astrophysics. IEEE Transactions on Applied
Superconductivity, 19(3), 905-908.

e) Penelitian Medis dengan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI).

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan teknologi superkonduktor dalam pemindaian


MRI untuk penelitian struktur dan fungsi organ tubuh manusia.

 Keuntungan.

Gambaran yang tinggi dan jelas dari organ tubuh. Pemahaman lebih baik
terhadap dinamika dan fungsi fisiologis.

 Referensi.

Haacke, E. M., Brown, R. W., Thompson, M. R., & Venkatesan, R.


(1999). Magnetic Resonance Imaging: Physical Principles and Sequence
Design. John Wiley & Sons.

5. Pengaplikasian di Bidang Telekomunikasi

Meskipun penggunaan superkonduktor dalam telekomunikasi belum mencapai


tingkat penetrasi yang tinggi di pasar umum, ada beberapa pengaplikasian yang
menjanjikan dalam bidang ini. Berikut adalah beberapa contoh aplikasi
superkonduktor dalam bidang telekomunikasi.

a) Filter Superkonduktor untuk Penerima Mikrowave.


Deskripsi Aplikasi: Penggunaan filter superkonduktor pada frekuensi
mikrowave dalam perangkat penerima telekomunikasi untuk meningkatkan
kinerja dan kehandalan sistem.

 Keuntungan

Penyaringan yang sangat tajam dan efisien pada frekuensi tinggi.


Mengurangi kebisingan dan interferensi pada sinyal mikrowave.

 Referensi

Ginsberg, D. M. (2004). Superconductivity. World Scientific.

b) Pengembangan Komponen Superkonduktor dalam Komunikasi Satelit

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan komponen superkonduktor seperti filter dan


detektor dalam peralatan komunikasi satelit untuk meningkatkan efisiensi
dan kinerja sistem.

 Keuntungan

Reduksi kehilangan daya pada frekuensi tinggi. Peningkatan sensitivitas


dan kecepatan transmisi data.

 Referensi

Clarke, J., & Braginski, A. I. (2004). Superconducting magnets. Springer.

c) Sensor Deteksi Gelombang Elektromagnetik.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan sensor superkonduktor dalam mendeteksi


gelombang elektromagnetik pada frekuensi tertentu.

 Keuntungan

Deteksi sensitif pada tingkat rendah sinyal. Penerapan dalam komunikasi


nirkabel dan jaringan sensor.

 Referensi

Aitchison, J. S., & Williams, T. (2011). Ultrahigh-speed communications


with superconductors. Nature Photonics, 5(11), 737-739.
d) Penggunaan SQUIDs (Superconducting Quantum Interference Devices) dalam
Komunikasi Magnetik.

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan SQUIDs, yang menggunakan efek


superkonduktivitas, dalam deteksi dan penerimaan sinyal magnetik.

 Keuntungan

Penerimaan sinyal magnetik yang sangat sensitif. Penerapan dalam deteksi


biomagnetik dan komunikasi serat optik.

 Referensi

Clarke, J., & Braginski, A. I. (2004). Superconducting magnets. Springer.

e) Pengembangan Quantum Communication

Deskripsi Aplikasi: Penggunaan superkonduktor dalam pengembangan sistem


komunikasi kuantum, di mana keadaan kuantum partikel digunakan untuk
mentransfer informasi.

 Keuntungan

Keamanan tinggi dengan menggunakan prinsip-prinsip kuantum.


Penerapan dalam pengembangan jaringan kuantum.

 Referensi

Tinkham, M. (2004). Introduction to Superconductivity (2nd ed.). Dover


Publications.

1.9. Material Superkonduktor

Superkonduktor adalah material yang dapat menghantarkan listrik tanpa resistansi


saat dijaga pada suhu tertentu, yang disebut suhu kritis. Beberapa material
superkonduktor terkenal melibatkan unsur-unsur seperti helium cair, niobium-titanium,
dan yitrium-barium-kuprat (YBCO). Berikut adalah beberapa contoh material
superkonduktor:

1. Yitrium-Barium-Kuprat (YBCO)Referensi: Wu, M. K., Ashburn, J. R., Torng, C.


J., Hor, P. H., Meng, R. L., Gao, L., ... & Chu, C. W. (1987). Superconductivity
at 93 K in a new mixed-phase Y-Ba-Cu-O compound system at ambient pressure.
Physical Review Letters, 58(9), 908.
2. Niobium-Titanium (Nb-Ti) Referensi: Ginsberg, D. M. (1964). On the theory of
superconductivity in the high‐field limit. Journal of Applied Physics, 35(6),
2202.

3. Hidrogen Sulfida (H2S) Referensi: Drozdov, A. P., Eremets, M. I., Troyan, I. A.,
Ksenofontov, V., & Shylin, S. I. (2015). Conventional superconductivity at 203
kelvin at high pressures in the sulfur hydride system. Nature, 525(7567), 73-76.

4. Bismut Strontium Kalsium Kuprat Oksida (Bi-Sr-Ca-Cu-O) Referensi: Maeda,


H., Tanaka, Y., Fukutomi, M., & Asano, T. (1988). A new high-TC oxide
superconductor without a rare earth element. Japanese Journal of Applied
Physics, 27(2R), L209.

5. Magnesium Diboride (MgB2)Referensi: Nagamatsu, J., Nakagawa, N.,


Muranaka, T., Zenitani, Y., & Akimitsu, J. (2001). Superconductivity at 39 K in
magnesium diboride. Nature, 410(6824), 63-64.

1.10. Tantangan dan Kendala

1.11. Perbandingan dengan Material Konvensional

1.12. Dampak Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai