Rme Dwi Hastuti
Rme Dwi Hastuti
DOSEN PEMBIMBING
FAKRUDIN, SH, MH
DISUSUN OLEH :
DWI HASTUTI NIM 2720237153
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaiakan makalah
Hukum Kesehatan yang berjudul “Analisis Pelaksanaan RME di RS Islam Jakarta
Pondok Kopi”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kesehatan. Makalah ini
berisi tentang Analisis Pelaksanaan RME di RS Islam Jakarta Pondok Kopi “
Penulis ucapkan terimakasih kepada keluarga, teman, sahabat, dan pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada Ibu Istiqomah, S.Kep.,M.Kep.,M.M yang
dengan penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, masukan, dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun
penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Namun karena dorongan keluarga, teman-
teman dan bimbingan dari dosen-dosen sehingga tulisan ini dapat terwujud dengan
memberikan kebanggaan bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkannya. Semoga Allah SWT selalu berkenan memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta , 22 Desember 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
2.1.2 Etiologi......................................................................................... 4
2.1.4 patofisiologi................................................................................. 6
2.1.6 Komplikasi................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 24
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 24
4.2 Saran.................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
RME juga dapat diartikan sebagai lingkungan aplikasi yang tersusun atas
penyimpanan data klinis, sistem pendukung keputusan klinis , standarisasi
istilah medis, entry data komputerisasi, serta dokumentasi medis dan farmasi.
RME juga bermanfaat bagi para medis untuk mendokumentasikan,
memonitor , dan mengelola pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien di
rumah sakit. Secara hukum data dalam RME merupakan rekaman legal dari
pelayanan yang telah diberikan pada pasien dan rumah sakit memiliki hak
untuk menyimpan data tersebut. Menjadi tidak legal, bila oknum di rumah
sakit menyalahgunakan data tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak
berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien.
Rekam Medis Elektronik ( RME ) berbeda dengan Rekam Kesehatan
Elektronik ( RKE ). RKE adalah kumpulan dari RME pasien yang ada di
masing – masing rumah sakit ( pusat pelayanan kesehatan ). RKE dapat
diakses dan dimiliki oleh pasien serta datanya bisa digunakan di pusat
pelayanan kesehatan lainnya untuk keperluan perawatan berikutnya. RKE baru
bisa terwujud jika sudah ada standarisasi format data RME pada masing –
masing rumah sakit sehingga data- data tersebut bisa diintegrasikan. Untuk
mewujudkan RKE dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi atau disepakati
bersama oleh masing- masing pusat pelayanan kesehatan pada suatu wilayah
tertentu atau bahkan yang lebih luas dari itu misalkan bersifat nasional.
a. Manfaat umum
RME akan meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit. Para
stakeholder seperti pasien akan menikmati kemudahan, kecepatan dan kenyamanan
pelayanan kesehatan. Bagi para dokter, RME kemungkinan diberlakukannya standar
praktek kedokteran yang baik dan benar. Sementara bagi pengelola rumah sakit,
RME menolong menghasilkan dokumentasi yang auditable dan accountable sehingga
mendukung koordinasi antar bagiab dalam rumah sakit. Di samping itu RME
membuat setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenang
sendiri.
b. Manfaat Operasional
Manakala RME diimplementasikan paling tidak ada empat faktor operasional yang
akan dirasakan yaitu :
2. Yang kedua adalah faktor akurasi khususnya akurasi data, apabila dulu dengan
sistem manual orang harus mencek satu demi satu berkas, namun sekarang dengan
RME data pasien akan lebih tepat dan benar karena campur tangan manusia
sedikit, hal lain yang dapat dicegah adalah terjadinya duplikasi data untuk pasien
yang sama. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada waktu yang
berbeda, maka sistem akan menolaknya, RME akan memberikan peringatan jika
tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar
data lebih akurat dan user lebih teliti.
3. Ketiga adalah faktor efisiensi, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi
berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan administrasi
berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
c. Manfaat Organisasi
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dala pemasukkan data, baik ketepatan
waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja sebelumnya menangguhkan hal-
hal seperti itu, menjadi berubah. Seringkali data RME diperlukan juga oleh unit
layanan lain. Misalnya resep obat yang tertulis di RME akan sangat dibutuhkan oleh
bagian obat, sementara semua tindakan yang dilakukan yang ada di RME juga
diperlukan oleh bagian keuangan untuk menghitung besarnya biaya pengobatan. Jadi
RME menciptakan koordinasi antar unit semakin meningkat. Seringkali orang
menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat.
Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem
maual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian dianalisa,
maka dengan RME analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudak benar
baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan biaya yang cukup signifikan
dalam jangka panjang.
a Banyak pihak yang mencurigai rekam medis elektronik tidak memiliki payung
hukum yang jelas, khususnya berkaitan dengan penjaminan agar data yang
tersimpan terlindungi terhadap unsur privacy, confidentiality maupun keamanan
informasi secara umum. Secara teknis, teknologi enkripsi termasuk berbagai
penanda biometrik ( misalnya sidik jari ) akan lebih protective melindungi data
daripada tandatangan biasa. Tetapi masalahnya bukan pada hal-hal teknis
melainkan pada aspek legalitas. Pertanyaan yang sering muncul adalah : sejauh
manakan rumah sakit mampu memberikan perlindungan terhadap keamanan data
pasien terhadap tangan – tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan
sejauh manakan keabsahan dokumen elektronik,dan bagaimana jika terjai
kesalahan dalam penulisan data medis. Semua pertayaan tersebut mengganggu
perkembangan RME. Untuk itu diperlukan regulasi dan legalitas yang jelas,
namun sayangnya pembuatan regulasi itu sendiri tidak dapat menandingi
kecepatan kemajuan teknologiinformasi.di berbagai negara rumah sakit hanya
mencetak rekam medis jika akan dijadikan bukti hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan beberapa ketentuan penyelenggaraan
rekam medis elektronik sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
https://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-rekam-medis-
sesuai-permenkes-no-269menkesperiii2008/
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi Vol 8, No 1, Maret 20211, Hal. 430-
442
Jdih.kemkes.go.id