Anda di halaman 1dari 158

Biologi Umum

Sebuah Pengantar Ilmu Hayat

Penulis: Alin Liana


ISBN 978-602-497-176-2

Editor: Sri Subekti


Penata Letak: @timsenyum
Desain Sampul: @kholidsenyum

Copyright © Pustaka Media Guru, 2019


viii, 146 hlm, 14,8 x 21 cm
Cetakan Pertama, Januari 2019

Diterbitkan oleh
PT. Mediaguru Digital Indonesia
Grup Penerbit Pustaka MediaGuru (Anggota IKAPI)
Rukan Exclusive Mediterania Blok G No. 39
Kemal Muara, Penjaringan Jakarta Utara

Dicetak dan Didistribusikan oleh


Pustaka Media Guru

Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun


2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Prakata

A
lhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa
Taala atas limpahan rahmat dan kasih sayang‐Nya
sehingga penulisan buku berjudul “Biologi Umum –
Sebuah Pengantar Ilmu Hayat” dapat terselesaikan. Shalawat
dan salam tercurah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam, pembawa risalah mulia hingga akhir zaman.
Sampai saat ini buku‐buku referensi yang mengulas
materi biologi umum masih terbatas pada buku‐buku
terjemahan. Jika terdapat buku lokal, jumlahnya masih sedikit
dan sulit ditemukan. Penulis merasa tergerak untuk
menambah khasanah keilmuan dasar biologi, memperkaya
referensi, dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran biologi, terutama bagi mahasiswa biologi
semester awal.
Buku ini mengulas tentang dasar‐dasar ilmu biologi, yang
meliputi konsep hidup, sel, metabolisme, genetika, struktur
tumbuhan, struktur hewan, evolusi, keanekaragaman hayati,
ekologi, dan bioteknologi. Penulis berusaha membahas teori‐
teori biologi dengan bahasa yang ringan dan mudah
dipahami, serta didukung dengan gambar‐gambar yang
informatif dan menarik.
Penulis berusaha melengkapi buku ini, dengan
mengangkat tema‐tema dasar biologi terkini. Namun
demikian, tentunya buku ini masih memerlukan banyak telaah
dan masukan dari para pakar. Untuk itu kritik dan saran

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | iii


konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan buku ini
di masa yang akan datang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak
yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga buku ini
bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan bagi
pembacanya. Amiin.

iv | Alin Liana
Daftar Isi

Prakata ....................................................................................... iii


Daftar Isi ..................................................................................... v
Bab I Metode Ilmiah.................................................................... 1
A. Sifat Ilmu Pengetahuan yang Ilmiah.............................. 2
B. Kebenaran Ilmu Pengetahuan ....................................... 4
C. Kriteria Metode Ilmiah ................................................... 5
D. Langkah‐langkah Metode Ilmiah ................................... 7
E. Sifat yang Harus Dimiliki Peneliti ................................... 9
Bab II Kimia Kehidupan..............................................................11
A. Unsur dan Senyawa Kimia .............................................11
B. Atom dan Molekul ......................................................... 12
C. Makromolekul ............................................................... 13
Bab III Konsep Hidup ................................................................ 15
A. Teori Abiogenesis .......................................................... 15
B. Teori Biogenesis ............................................................ 16
C. Teori Evolusi Kimia ........................................................ 21
D. Ciri‐ciri Makhluk Hidup ..................................................23
Bab IV Sel ................................................................................... 31
A. Sel Prokariotik dan Eukariotik....................................... 31
B. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan ......................................32
C. Organel‐organel Sel ...................................................... 33
D. Pembelahan Sel ............................................................ 40
Bab V Metabolisme ................................................................... 51
A. Enzim .............................................................................. 51
B. Katabolisme .................................................................. 57

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | v


C. Anabolisme ................................................................... 60
Bab VI Genetika ........................................................................ 63
A. Hukum Mendel I (Segregation of allelic genes) ......... 64
B. Hukum Mendel II (Independent assortment of genes)
65
C. Persilangan resiprok, backcross, dan testcross ........... 66
Bab VII Struktur dan Fungsi Tumbuhan ................................... 71
A. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ..................... 71
B. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan ........................ 76
Bab VIII Struktur dan Fungsi Hewan ....................................... 85
A. Jaringan......................................................................... 85
B. Organ dan Sistem Organ .............................................. 90
Bab IX Evolusi ........................................................................... 97
A. Teori Evolusi Darwin ..................................................... 98
B. Atribut Darwinisme .....................................................100
Bab X Keanekaragaman dan Klasifikasi ................................. 107
A. Keanekaragaman Hayati ............................................. 107
B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia ........................109
C. Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati ................ 110
D. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati............................. 111
Bab XI Ekologi ......................................................................... 119
A. Definisi Ekologi ............................................................ 119
B. Satuan – satuan Ekologi .............................................. 119
C. Habitat dan Niche ......................................................... 121
D. Faktor Pembatas ......................................................... 122
E. Siklus Materi dan Aliran Energi ................................... 125
F. Suksesi ......................................................................... 132
Bab XII Bioteknologi ............................................................... 135
A. Definisi Bioteknologi ................................................... 135

vi | Alin Liana
B. Teknik‐teknik Bioteknologi ......................................... 136
C. Penerapan Bioteknologi Dalam Kehidupan ............... 137
D. Rekayasa Genetika ......................................................140
E. Dampak Bioteknologi .................................................. 142
Daftar Pustaka ........................................................................ 144
Profil Penulis............................................................................146

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | vii


viii | Alin Liana
Bab I
Metode Ilmiah

B
ila Anda diminta mengamati berbagai jenis bambu,
apakah yang Anda lakukan pertama kali? Mungkin
Anda akan mengumpulkan referensi, daerah‐daerah
yang biasanya ditumbuhi rumpun bambu. Mungkin Anda
bertanya kepada rekan‐rekan Anda, ataupun menggunakan
media internet untuk mengumpulkan informasi sebanyak‐
banyaknya. Nah, apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?
Saat Anda menemukan objek yang Anda butuhkan, mungkin
Anda akan memulai dengan mengambil gambar rumpun
bambu tersebut. Kemudian mulai mencari di mana letak,
bentuk, dan warna rimpangnya, bagaimana tekstur, warna,
dan tinggi buluhnya, bagaimana bentuk pelepah buluh dan
daunnya. Lebih detil Anda akan mempertanyakan kapankah
rumpun bambu tersebut berbunga dan bagaimana bentuk
bunganya, serta berbagai pertanyaan lain yang akan Anda
temukan jawabannya melalui kegiatan pengamatan tersebut.
Setelah Anda memperoleh banyak data dan informasi,
Anda mulai menganalisis data tersebut, bukan? Dengan
menganalisis rimpang, buluh, pelepah buluh, daun, dan
bunganya serta peranannya terhadap lingkungan, apa yang
ingin Anda cari?. Betul! Yang dicari adalah ciri‐ciri khas
tumbuhan tersebut. Dengan menemukan ciri‐ciri khas dari
tumbuhan itu, Anda dapat memperkirakan nama jenis

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 1


tumbuhan tersebut. Untuk menguji kebenaran perkiraan
tersebut, Anda memerlukan beberapa rujukan untuk
menjawabnya. Rujukan tersebut dapat diperoleh melalui
penelusuran buku referensi dan mencocokkan dengan
spesimen yang tersedia di laboratorium. Serangkaian
kegiatan tersebut akan mengantar Anda pada kesimpulan
bahwa tumbuhan itu adalah bambu.
Ilustrasi di atas adalah salah satu contoh pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengalaman dan
pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara
harmonis yang diperoleh melalui serangkaian metode ilmiah.
Penjelajahan ilmu pengetahuan dapat dimulai dengan
berbagai cara, yaitu dengan prasangka, intuisi, ataupun
eksperimen. Sebuah mitos dapat menjadi ilmiah apabila
dapat dibuktikan kebenarannya melalui kaidah berpikir dan
pembuktian yang ilmiah. Sebagai contoh, di suatu daerah
terdapat sebuah mitos “tikus tidak ditemukan di daerah yang
hanya dihuni para gadis.” Setelah ditelusuri dengan seksama
menggunakan metode ilmiah, ternyata diketahui bahwa di
daerah tersebut setiap gadis memelihara kucing, sehingga
tidak ditemukan tikus di sana.

A. Sifat Ilmu Pengetahuan yang Ilmiah


Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses panjang
penelitian, memiliki sifat sebagai berikut:
1. Objektif
Ilmu pengetahuan yang ilmiah harus bersifat objektif.
Suatu hasil pengamatan harus dipandang sesuai

2 | Alin Liana
keadaan yang sebenarnya, bukan rekaan yang
disesuaikan dengan keinginan peneliti. Jika setiap
pengamatan terhadap objek pengetahuan dilakukan
dengan parameter yang sama oleh semua peneliti,
akan muncul suatu keseragaman pendapat yang
dapat berlaku umum.
2. Metodis
Ilmu pengetahuan yang ilmiah hanya dapat diperoleh
dengan mengikuti prinsip‐prinsip metode ilmiah.
Suatu pengamatan harus dilakukan menggunakan
metode tertentu yang dapat diamati dan diukur.
Sebagai contoh, jika Anda diminta mengukur tinggi
tanaman, tentu Anda harus menggunakan alat ukur
tinggi, seperti meteran. Anda boleh saja
menggunakan potongan lidi untuk memperoleh hasil
pengukuran tersebut, tetapi potongan lidi bukanlah
alat ukur yang disarankan untuk menyelesaikan
pengukuran tersebut.
3. Sistematik
Metode ilmiah memiliki langkah‐langkah yang jelas
dan logis. Kesimpulan suatu permasalahan hanya
dapat diperoleh apabila telah melewati serangkaian
proses ilmiah, di antaranya pengamatan dan
pengujian.
4. Universal
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang bisa diterima
di seluruh dunia. Memiliki kesimpulan yang bersifat
umum. Contoh, jika seorang wanita bergolongan
darah A menikah dengan pria bergolongan darah B,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 3


maka kemungkinan anaknya dapat bergolongan darah
A, B, AB, atau O. Hal ini berlaku sama di benua
manapun di seluruh dunia.

B. Kebenaran Ilmu Pengetahuan


Selain memiliki sifat tertentu, ilmu pengetahuan juga
memiliki syarat kebenaran. Secara umum, kebenaran ilmu
pengetahuan dapat bersifat:
1. Relatif
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dinamis.
Dapat mengalami kemajuan ataupun perubahan. Dari
waktu ke waktu manusia selalu berusaha
mengembangkan metode‐metode penelitian, yang
berakibat pada perubahan‐perubahan kesimpulan
penelitian sebelumnya. Kebenaran ilmu pengetahuan
yang selama ini kita sepakati, dapat saja berubah
apabila ditemukan bukti yang lebih diterima. Contoh,
pada tahun 1940‐an, George Beadle dan Edward
Tatum melakukan percobaan dengan menggunakan
Neurospora crassa. Dalam percobaan tersebut, mereka
menyimpulkan bahwa satu gen dapat mensintesis
satu enzim (One gene‐one enzyme theory). Namun
demikian, puluhan tahun kemudian ditemukan bahwa
gen tidak hanya mengkode protein yang berfungsi
sebagai enzim saja. Dengan adanya penemuan
tersebut, pendapat Beadle dan Tatum one gene‐one
enzyme theory, telah dimodifikasi menjadi one gene‐
one polypeptide theory.

4 | Alin Liana
2. Tentatif
Kebenaran ilmu pengetahuan juga bisa dipengaruhi
oleh waktu. Contoh: berdasarkan hasil survei, pada
tahun 2000 burung Jalak bali merupakan salah satu
satwa yang hampir punah. Namun, pada tahun 2010
kesimpulan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena
burung Jalak bali telah berhasil dikonservasi di habitat
aslinya.
3. Terbuka
Kebenaran ilmu pengetahuan juga bersifat terbuka,
dapat diketahui dan dibuktikan oleh siapa saja. Inilah
pentingnya menuliskan atau melaporkan hasil
penelitian, agar hasil penelitian yang ditemukan dapat
dipublikasikan ke kalangan masyarakat luas.
4. Universal
Kebenaran ilmu pengetahuan berlaku secara umum,
di seluruh dunia.

C. Kriteria Metode Ilmiah


Metode ilmiah harus dikerjakan sesuai ketentuan agar
memperoleh hasil yang diharapkan. Beberapa kriteria yang
harus dipenuhi dalam metode ilmiah, meliputi:
1. Berdasarkan fakta
Seringkali ilmu pengetahuan berangkat dari mitos
ataupun kebiasaan di masyarakat. Seorang pengamat
tidak boleh serta merta mempercayai begitu saja.
Itulah pentingnya melakukan pengamatan, untuk
mendapatkan fakta‐fakta empirik di lapangan.
2. Bebas dari prasangka

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 5


Hasil pengamatan haruslah bisa diukur. Bukan
berdasarkan prasangka pengamat. Sebagai contoh,
untuk mengetahui tinggi suatu tanaman, seorang
pengamat harus mengukur dengan menggunakan alat
ukur tinggi. Bukan menebak‐nebak tinggi tanaman
dengan menggunakan perkiraan (feeling).
3. Menggunakan prinsip‐prinsip analisis
Setiap kegiatan penelitian atau pengamatan selalu
disertai dengan prinsip‐prinsip analisis yang jelas.
Kalaupun jenis penelitian yang akan dilakukan belum
pernah dilakukan sebelumnya, maka harus dilakukan
optimasi terhadap prinsip‐prinsip analisis tersebut,
sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang keliru.
4. Menggunakan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian,
dikemukakan sebelum melakukan analisis terhadap
objek penelitian. Hipotesis dibangun berdasarkan hasil
observasi awal yang dipadukan dengan penelusuran
pustaka tentang hasil‐hasil penelitian sebelumnya.
5. Menggunakan ukuran objektif
Semua jenis penelitian selalu bertolak dari objek
penelitian. Sehingga metode‐metode yang dipilih pun
harus sesuai dengan objek yang diteliti.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi
Analisis statistik umumnya diperlukan untuk
mengukur akurasi data penelitian. Namun tidak semua
penelitian menggunakan teknik kuantifikasi. Dewasa
ini, berbagai penelitian juga dapat dideskripsikan
secara kualitatif.

6 | Alin Liana
D. Langkah‐langkah Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematik berdasarkan
bukti‐bukti yang diperoleh. Untuk itu, metode ilmiah haruslah
dikerjakan sesuai langkah‐langkah berikut:
1. Memilih dan mengidentifikasi masalah
Sebuah kegiatan ilmiah selalu dimulai dengan
mengemukakan permasalahan. Misalnya “Ada berapa
jenis babirusa di Pulau Sulawesi?” Jika ada yang bisa
menjawab pertanyaan tersebut dengan menyertakan
fakta, maka pertanyaan tersebut bukanlah masalah.
Tetapi jika tidak ada satu pun data yang dapat
menjawab pertanyaan tersebut, maka pertanyaan
tersebut dapat dikategorikan sebagai permasalahan
penelitian.
2. Survei data yang tersedia (observasi)
Masalah yang timbul harus ditemukan solusinya.
Peneliti yang baik akan melakukan observasi.
Observasi dapat berbentuk survei lapangan, kajian
pustaka, bertanya pada para ahli dan masyarakat luas
yang bersinggungan langsung dengan objek
penelitian.
3. Memformulasikan hipotesis
Jika survei telah dilakukan, akan muncul jawaban
sementara terhadap penelitian. Dugaan sementara
yang bersumber dari hasil observasi yang didukung
dengan hasil telaah kepustakaan. Hipotesis inilah yang
selanjutnya akan dibuktikan dalam kegiatan
penelitian.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 7


4. Membangun kerangka analisis serta alat‐alat dalam
menguji hipotesis
Jika permasalahan telah jelas, hipotesis telah
dikemukakan, maka tugas peneliti selanjutnya adalah
membuktikan hipotesanya. Langkah awal yang harus
dilakukan adalah dengan membangun kerangka
analisis. Menentukan alat uji yang digunakan, metode
pengambilan sampel, apa saja parameter yang diukur
dan bagaimana caranya pengumpulan data.
5. Mengumpulkan data primer
Hasil‐hasil pengukuran yang diperoleh harus selalu
dicatat. Peneliti yang baik memiliki rekam kejadian
yang runtut dari awal penelitian hingga akhir. Rekam
kejadian dapat berupa catatan (logbook), foto, bukti
kuesioner, atau rekaman hasil wawancara.
6. Mengolah, menganalisis, serta membuat interpretasi
Data‐data yang diperoleh selama pengamatan harus
diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dapat
dilakukan dengan reduksi, organisasi, dan tabulasi
data. Selanjutnya data dianalisis sesuai metode
analisis yang telah dipilih. Hasil analisis kemudian
diinterpretasikan sebagai hasil penelitian. Dalam
membuat interpretasi data, harus disesuaikan dengan
kenyataan yang ditemukan, meskipun boleh jadi
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Hasil interpretasi akan membuahkan kesimpulan.
Kesimpulan penelitian harus menjawab permasalahan.

8 | Alin Liana
Dalam hal ini, hipotesis yang kita kemukakan tidak
harus benar. Boleh jadi hipotesis yang kita kemukakan
di awal tidak sesuai dengan hasil penelitian. Namun,
hal itu bukan berarti bahwa penelitian gagal.
Penelitian tetap berhasil, dengan kesimpulan yang
tidak menjawab hipotesis, tetapi tetap menjawab
permasalahan.
8. Membuat laporan
Hal yang tidak kalah penting bagi seorang peneliti
adalah membuat laporan. Pembuatan laporan
bertujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian,
agar dapat dibaca oleh masyarakat luas dan dapat
dijadikan sumber rujukan baru. Saat ini telah tersedia
berbagai macam jurnal ilmiah yang dapat dijadikan
media untuk mempublikasikan hasil penelitian, agar
dapat diketahui masyarakat luas.

E. Sifat yang Harus Dimiliki Peneliti


Berikut beberapa sifat yang harus dimiliki seorang
peneliti. Jika Anda tidak memiliki seluruhnya, minimal Anda
memiliki beberapa di antaranya:
1. Selalu ingin tahu
2. Suka penemuan
3. Memiliki daya imajinasi yang tinggi
4. Bekerja secara sistematik
5. Bekerja dengan hati‐hati
6. Dapat menerima kekecewaan
7. Bersedia menerima masukan

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 9


Studi kasus
1. Ilmu pengetahuan seringkali berawal dari mitos.
Misalkan mitos bahwa “tikus tidak ditemukan di
perkampungan yang dihuni oleh para gadis.”
Bagaimana sikap seorang peneliti terhadap mitos
tersebut, agar data yang diperoleh dapat bernilai
ilmiah. Jelaskan pendapat Anda!
2. Seorang peneliti ingin mengetahui penyebab penyakit
malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles.
Langkah‐langkah ilmiah apa saja yang harus ditempuh
untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut?

10 | Alin Liana
Bab II
Kimia Kehidupan

A. Unsur dan Senyawa Kimia


Unsur merupakan bahan yang tidak dapat dipecah lagi
menjadi bahan lain melalui reaksi kimiawi. Sampai tahun 2017
telah ditemukan 118 unsur yang terdapat di alam; beberapa di
antaranya adalah karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H) dan
nitrogen (N), keempat unsur tersebut merupakan penyusun
96% materi hidup. Setiap unsur memiliki lambang, biasanya
huruf pertama atau dua huruf dari nama unsur tersebut.
Sebagian lambang diturunkan dari nama dalam Bahasa Latin
atau Jerman, misalnya, lambang untuk emas ialah Au, dari
kata Latin Aurum.
Senyawa merupakan zat yang terdiri atas dua unsur atau
lebih yang dikombinasikan dengan rasio yang tetap. Misalnya
garam dapur ialah natrium klorida (NaCl), suatu senyawa
yang tersusun dari unsur natrium (Na) dan klorin (Cl) dengan
rasio 1:1. Natrium murni adalah logam yang sangat reaktif dan
klorin murni adalah gas berwarna kuning yang bersifat toksik.
Namun demikian, setelah dikombinasikan secara kimiawi,
natrium dan klorin akan membentuk suatu senyawa yang
dapat dimakan. Garam merupakan contoh senyawa yang
memiliki karakteristik sangat berbeda dengan karakter unsur‐
unsur penyusunnya.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 11


B. Atom dan Molekul
Setiap unsur terdiri atas suatu jenis atom tertentu yang
berbeda dari unsur atom lainnya. Atom merupakan bagian
terkecil materi yang masih tetap mempertahankan sifat‐sifat
suatu unsur. Atom dilambangkan dengan singkatan yang
sama dengan yang digunakan untuk unsur yang tersusun dari
atom itu; misalnya C adalah lambang yang digunakan untuk
unsur karbon, sekaligus lambang untuk atom karbon tunggal.
Atom‐atom tersebut bergabung melalui ikatan kimiawi untuk
membentuk molekul. Ikatan kimiawi yang paling kuat adalah
ikatan kovalen dan ikatan ionik.
Ikatan kovalen ialah pemakaian bersama sepasang
elektron valensi oleh dua atom. Dalam kasus‐kasus tertentu,
dua atom memiliki kemampuan menarik elektron valensi yang
sedemikian berbeda sehingga atom yang lebih elektronegatif
akan merebut satu elektron dari pasangannya. Karena
muatan kedua elektron dari kedua atom berlawanan, kation
dan anion saling tarik menarik dalam suatu ikatan ionik.
Di antara berbagai jenis ikatan kimiawi lemah, ikatan
hidrogen begitu penting bagi kehidupan. Ikatan hidrogen
terjadi apabila atom hidrogen yang secara kovalen terikat
pada satu atom elektronegatif juga tertarik ke arah atom
elektronegatif lainnya. Dalam sel hidup, pasangan‐pasangan
elektronegatif yang terlibat ini biasanya adalah atom oksigen
atau nitrogen.
Ikatan van der Waals merupakan interaksi yang lemah
dan hanya terjadi ketika atom dan molekul sangat
berdekatan. Ikatan van der waals, ikatan hidrogen, ikatan
ionik, dan ikatan‐ikatan lemah lainnya dapat terbentuk tidak

12 | Alin Liana
saja antara molekul‐molekul tetapi juga antara daerah‐daerah
dari suatu molekul besar tunggal, seperti protein.

C. Makromolekul
Makromolekul adalah molekul besar yang terdiri atas
molekul‐molekul penyusunnya (monomer). Makromolekul
yang tergolong senyawa organik kehidupan adalah
karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat. Berikut akan
disajikan jenis‐jenis monomer dari makromolekul tersebut.

Tabel 2.1 Jenis‐Jenis Monomer dari Makromolekul


No. Makromolekul Monomer
1 Karbohidrat Monosakarida
(Glukosa, galaktosa, fruktosa, ribosa)
2 Lipid* Asam lemak & Gliserol
3 Protein Asam Amino
Saat ini diketahui terdapat 23 jenis
asam amino proteinogenic dan lebih
dari 140 jenis asam amino non‐
proteinogenic.
Jenis asam amino proteinogenic ke‐21
adalah Selenocysteine, jenis ke‐22
Pyrrolisine ditemukan pada jenis
Archea, dan jenis ke‐23 adalah N‐
formylmethionine
4 Asam Nukleat Nukleotida
(1 nukleotida terdiri atas gugus fosfat,
gula pentosa, dan basa nitrogen)

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 13


*Lipid bukanlah polimer, tetapi suatu makromolekul yang
tersusun atas 2 molekul yang lebih kecil

14 | Alin Liana
Bab III
Konsep Hidup

B
umi terbentuk sekitar 5 miliar tahun silam dan
kemungkinan kehidupan dimulai beberapa ratus juta
tahun kemudian. Para saintis telah menemukan
isotop karbon yang menunjukkan adanya aktivitas
metabolisme organisme dalam batuan yang berumur 3,8
miliar tahun di Greenland. Sebelum sejarah asal mula
kehidupan terungkap, berbagai penelitian dan hipotesis telah
diajukan oleh para ilmuwan. Dimulai dari era abiogenesis,
biogenesis, sampai teori evolusi kimia.

A. Teori Abiogenesis
Teori Abiogenesis dikemukakan oleh Aristoteles, seorang
filsuf berkebangsaan Yunani (384‐322 SM). Aristoteles
berpendapat bahwa “Makhluk hidup berasal dari benda mati
”. Teori ini dikenal dengan istilah Generatio Spontanea.
Makhluk hidup terjadi secara spontan. Ikan dan katak berasal
dari lumpur, cacing berasal dari tanah, dan belatung berasal
dari daging yang membusuk.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa apabila telur‐
telur ikan menetas, akan menjadi ikan yang sifatnya sama
seperti induknya. Telur‐telur tersebut merupakan hasil
perkawinan dari induk‐induk ikan. Meskipun demikian,
Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 15


lumpur. Selama bertahun‐tahun teori ini bertahan, sampai
ditemukannya bukti baru oleh para penganut Biogenesis.

B. Teori Biogenesis
Teori Biogenesis dimotori oleh tiga ilmuwan, yaitu
Francesco Redi (Italia, 1626 – 1697 M), Lazzaro Spallanzani
(Italia, 1729 – 1799 M), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822 – 1895
M). Masing‐masing peneliti ini melakukan percobaan yang
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari makhluk hidup juga.
Francesco Redi melakukan percobaan dengan
menggunakan tiga seri stoples yang masing‐masing diisi
dengan sepotong daging (Gambar 3.1). Stoples a dibiarkan
terbuka, stoples b ditutup rapat, dan stoples c ditutup
dengan menggunakan kain kasa. setelah beberapa hari
disimpan, stoples a dipenuhi belatung, stoples b bersih,
sedangkan stoples c ada beberapa belatung pada tutupnya.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Redi
menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat
dalam daging busuk di stoples a dan c bukan terbentuk dari
daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang
tertinggal pada daging ketika lalat tersebut hinggap di sana.
Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada
stoples c, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya
ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya
yang membusuk belatung relatif sedikit.

16 | Alin Liana
Gambar 3.1. Ilustrasi Percobaan Redi
(Sumber: https://chilodi.wordpress.com)

Percobaan Redi belum sepenuhnya meyakinkan publik.


Penelitian tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Lazzaro
Spallanzani. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani
menggunakan air kaldu yang diperoleh dari air rebusan
daging. Air kaldu tersebut dimasukkan dalam 2 seri labu.
Percobaan yang dilakukan Spallanzani adalah sebagai
berikut: Labu I diisi dengan air kaldu, kemudian dipanaskan
pada 15oC selama beberapa menit dan dibiarkan tetap
terbuka. Labu II diisi air kaldu dan ditutup rapat dengan
sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan
mulut labu diolesi parafin cair agar rapat benar. Selanjutnya,
labu dipanaskan. Setelah dingin kedua labu diletakkan pada
tempat terbuka yang bebas dari gangguan. Pengamatan
dilakukan beberapa hari kemudian. Ilustrasi percobaan
Spallanzani disajikan pada Gambar 3.2
Hasil percobaan Spallanzani menunjukkan bahwa pada
labu I air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 17


semakin keruh dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I banyak
mengandung mikroorganisme. Pada Labu II, air kaldu tidak
mengalami perubahan, warnanya tetap seperti semula,
dengan bau yang juga sama, dan tidak mengandung
mikroorganisme. Tetapi, apabila labu II juga dibuka dan
didiamkan beberapa hari, ternyata terjadi hal yang sama
dengan Labu I. Berdasarkan hasil percobaan tersebut,
Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada di dalam
kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati),
tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya
pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari
udara ke dalam air kaldu tersebut.

Gambar 3.2. Ilustrasi Percobaan Spallanzani


(Sumber: www.biologiSMA.com)

18 | Alin Liana
Para ilmuwan masih belum yakin benar dengan
penemuan Spallanzani. Pada Labu II tidak mungkin ada
kehidupan karena tidak ada udara bebas. Maka, percobaan
tersebut kembali disempurnakan oleh Louis Pasteur. Dalam
percobaannya Pasteur menggunakan labu leher angsa
(Gambar 3.3).

Gambar 3.3. Ilustrasi percobaan Pasteur


(Sumber: https://malekbio.blogspot.com)

Labu diisi air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan


sumbat gabus. Celah antara sumbat gabus dengan mulut
labu diolesi dengan parafin cair. Setelah itu pada sumbat
gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa.
Selanjutnya labu disterilkan dengan pemanasan, didinginkan,
dan diletakkan di tempat yang aman. Penggunaan pipa leher
angsa dimaksudkan agar terdapat udara steril yang tetap

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 19


dapat masuk ke dalam labu, sehingga labu bukan merupakan
ruang yang hampa udara meskipun tertutup rapat.
Beberapa hari kemudian dilakukan pengamatan air kaldu
dalam labu tersebut. Ternyata air kaldu tersebut tetap jernih
dan tidak mengandung mikroorganisme. Bagian leher angsa
kemudian dipatahkan dan labu disimpan kembali untuk
beberapa hari. Ternyata air kaldu di dalam labu menjadi busuk
dan banyak mengandung mikroorganisme.
Proses pemanasan pada perangkat percobaan Pasteur
menyebabkan seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam
air kaldu akan mati. Di samping itu, akibat lain dari
pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca
berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan
tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun
dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berlekuk
menyerupai leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya
mikroorganisme di udara untuk masuk ke dalam labu. Inilah
yang menyebabkan air kaldu tetap jernih.
Sebelum proses pemanasan, udara bebas tetap dapat
berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme
yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan
air kaldu. Setelah pipa leher angsa dipatahkan, air kaldu itu
akan bersentuhan dengan udara bebas dan menyebabkan
kontaminasi mikroorganisme. Sehingga setelah labu
dibiarkan beberapa waktu, air kaldu menjadi keruh, karena
adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Percobaan Pasteur inilah yang akhirnya dapat diterima
oleh para ilmuwan, yang sekaligus menumbangkan Teori
Abiogenesis. Kesimpulan Pasteur yang terkenal, yaitu:

20 | Alin Liana
Omne vivum ex ovo = setiap kehidupan berasal dari telur
Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari kehidupan,
dan
Omne vivum ex vivo = setiap kehidupan berasal dari
kehidupan sebelumnya.
Walaupun Pasteur dengan percobaannya telah berhasil
menumbangkan paham Abiogenesis atau generation
spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis,
belum berarti menjawab pertanyaan tentang bagaimana
terbentuknya makhluk hidup pertama kali.
Kapan, di mana, dan bagaimana caranya kehidupan di
bumi ini berawal? Adalah teka‐teki yang harus dipecahkan
oleh para ilmuwan.
Berbagai teori asal‐usul kehidupan telah digagas oleh
para pakar tetapi belum ada satu pun teori yang diterima
secara memuaskan oleh semua pihak.

C. Teori Evolusi Kimia


Teori evolusi kimia dikemukakan oleh Harold Urey. Ia
berpendapat bahwa Makhluk hidup berasal dari atmosfer,
campuran antara gas CH4, H2, NH3, dan H2O yang terkena
radiasi sinar kosmis akan membentuk asam amino.
Terbentuknya asam amino terjadi secara bertahap
dimulai dari bereaksinya bahan‐bahan anorganik yang
terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi halilintar
membentuk senyawa‐senyawa organik kompleks.
Stanley Miller yang merupakan murid dari Harold Urey,
mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba pada skala
laboratorium. Miller memasukkan gas H2, CH4, NH3, dan H2O

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 21


ke dalam alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur
dengan gas‐gas tadi. Miller menggunakan lecutan listrik
bertegangan tinggi sebagai sumber energi yang bertindak
sebagai halilintar, agar gas‐gas dan uap air dapat bereaksi.
Reaksi yang timbul menyebabkan terbentuknya senyawa‐
senyawa organik seperti asam amino, adenin, dan gula
sederhana.
Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan‐
satuan kompleks di dalam sistem kehidupan seperti lipid,
gula, asam amino, dan nukleotida dapat terbentuk di bawah
kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah belum
dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari
senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling
sederhana.
Selain Harold Urey, ada juga ilmuwan lain yang memiliki
pendapat hampir serupa, yaitu Alexander Oparin. Oparin
mengemukakan bahwa Makhluk hidup berasal dari lautan.
Campuran gas CH4, NH3, H2, dan CO2 yang terkena radiasi
sinar kosmis akan membentuk asam amino. Menurut Oparin,
di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi‐reaksi
yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi
dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa organik tersebut
merupakan sup purba tempat kehidupan dapat dimulai.
Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan
gumpalan. Timbunan gumpalan yang kaya akan bahan‐bahan
organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang
perbatasan gumpalan dengan media luar yang dianggap
sebagai selaput sel primitif yang memberi stabilitas pada
timbunan gumpalan.

22 | Alin Liana
Meskipun demikian, Oparin tetap berpendapat bahwa
banyak kesulitan bagi timbunan gumpalan yang sudah
terbungkus dengan selaput sel primitif tersebut untuk dapat
menghasilkan organisme heterotrofik yang dapat
mereplikasikan dirinya. Apalagi untuk mengambil nutrisi dari
sup purba yang kaya akan bahan‐bahan organik. Selain itu,
Oparin juga kesulitan dalam menjelaskan mekanisme
transformasi dari molekul‐molekul protein sebagai benda tak
hidup menjadi benda hidup.
Teori Urey telah teruji melalui eksperimen di
laboratoriurn, sedang teori Oparin belum ada yang menguji
secara eksperimental. Walaupun yang dikemukakan dalam
teori itu benar, tetap saja belum dapat menjelaskan tentang
asal usul kehidupan, karena kehidupan tidak sekadar
menyangkut kemampuan replikasi diri sel. Kehidupan juga
harus dapat dijelaskan secara filosofis, menyangkut nilai‐nilai
rohani yang meliputi moral, etika, estetika, dan intelegensia.

D. Ciri‐ciri Makhluk Hidup


Dengan diterimanya paham Biogenesis, bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya, para ilmuwan
perlu merumuskan apakah ciri‐ciri makhluk hidup itu. Berikut
dijelaskan beberapa ciri makhluk hidup.

1. Bergerak
Gerak yang umum diketahui adalah gerak berpindah
tempat. Gerak pada manusia dan hewan jelas tampak terlihat.
Manusia dapat berjalan, berlari, dan menggerakkan tangan
dan kaki. Begitu juga dengan hewan dapat berlari, terbang,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 23


dan lain sebagainya. Untuk melakukan gerakan tersebut,
manusia dan hewan dibantu dengan alat gerak. Pada
manusia, misalnya tangan dan kaki. Sedangkan alat gerak
pada hewan, seperti sayap, sirip, kaki, silia, dan lainnya.
Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan
gerak, tetapi gerakan ini tidak mudah dilihat karena bukan
merupakan gerak berpindah tempat. Gerak pada tumbuhan
bukanlah gerakan daun saat ditiup angin. Contoh gerakan
pada tumbuhan adalah menutupnya daun putri malu bila
disentuh. Daun‐daun pohon petai cina yang menutup pada
sore hari, arah tumbuhnya tanaman selalu ke arah datangnya
sinar matahari, dan bunga matahari yang selalu menghadap
matahari. Gerakan pada tumbuhan disebabkan karena ada
rangsangan dari luar.

2. Tumbuh dan berkembang


Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Contohnya, Biji cabe yang disemai akan
berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman cabe baru. Telur
ayam menetas menjadi anak ayam, lalu tumbuh menjadi ayam
dewasa. Ibu melahirkan bayi, yang akan tumbuh menjadi
anak‐anak, remaja, dan manusia dewasa.
Pertumbuhan merupakan pertambahan massa sel,
sehingga ukuran tubuh bertambah dan tidak bisa mengecil
kembali. Sifat pertumbuhan seperti ini disebut irreversible
(tidak dapat balik).
Coba kamu amati pohon pisang di sekitar tempat
tinggalmu. Biasanya, di sekitar pohon pisang terdapat tunas‐
tunas baru. Hal ini merupakan contoh perkembangbiakan

24 | Alin Liana
pada tumbuhan. Berkembang biak atau reproduksi adalah
kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan.
Perkembangbiakan ini berguna untuk melestarikan jenis. Cara
perkembangbiakan pada hewan dibagi menjadi dua macam,
yaitu secara generatif (kawin) dan secara vegetatif (tak
kawin). Pada hewan tingkat tinggi umumnya berkembang
biak secara kawin, sedangkan pada hewan tingkat rendah
berkembang biak dengan vegetatif (tak kawin).
Bagaimana perkembangbiakan pada tumbuhan?
Tumbuhan tidak hanya berkembang biak dengan biji, tetapi
juga dapat berkembang biak secara vegetatif atau tidak
kawin. Contoh perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan,
di antaranya tunas, geragih, rimpang, stek, dan cangkok.

3. Respirasi
Semua makhluk hidup melakukan proses respirasi
(pernapasan). Bernapas adalah proses mengambil udara (O2)
dari lingkungan dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam
tubuh. Oksigen (O2) sangat diperlukan makhluk hidup untuk
pembakaran makanan dalam tubuh dan menghasilkan energi
yang diperlukan tubuh. Energi ini digunakan tubuh untuk
bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Proses pernapasan makhluk hidup berbeda‐beda,
bergantung pada tempat hidup dan jenis makhluk hidup.
Makhluk hidup yang hidup di darat memiliki sistem
pernapasan yang berbeda dengan makhluk hidup yang hidup
di air. Manusia dan hewan di darat umumnya bernapas
dengan paru‐paru. Hewan yang hidup di air umumnya
bernapas dengan insang. Beberapa hewan memiliki alat

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 25


pernapasan khusus. Misalnya, belalang bernapas dengan
trakea, cacing tanah bernapas dengan kulit, burung memiliki
alat bantu pernapasan yang disebut pundi‐pundi udara.
Bagaimana dengan tumbuhan, apakah mereka juga
bernapas? Tumbuhan juga bernapas. Oksigen diambil oleh
tumbuhan melalui stomata atau mulut daun, dan lentisel
(lubang‐lubang yang ada pada batang tumbuhan). Beberapa
jenis tumbuhan juga memiliki alat bantu pernapasan, seperti
pohon beringin yang memiliki akar napas.

4. Nutrisi
Seluruh makhluk hidup membutuhkan nutrisi. Asupan
nutrisi yang dimakan harus mengandung zat‐zat makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya, karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat sangat diperlukan
tubuh untuk menghasilkan energi. Zat makanan ini terdapat
dalam umbi‐umbian seperti singkong, kentang, dan ketela.
Selain itu, terdapat dalam biji‐bijian, seperti jagung, beras,
gandum, dan tepung terigu. Lemak berfungsi sebagai
cadangan makanan bagi tubuh. Lemak memiliki kalori paling
tinggi dibandingkan zat makanan lainnya. Zat makanan ini
terdapat dalam susu dan mentega.
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel‐
sel tubuh yang rusak. Protein dibagi menjadi dua macam,
yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani
adalah protein yang berasal dari hewan, contohnya: telur,
daging, susu, dan ikan. Sedangkan, protein nabati adalah
protein yang berasal dari tumbuhan, contohnya: kacang‐
kacangan dan buah‐buahan.

26 | Alin Liana
Vitamin dan mineral diperlukan tubuh kita untuk
mengatur proses kegiatan tubuh. Vitamin dapat diperoleh
dari buah‐buahan dan sayur‐sayuran, seperti: wortel, sayur
bayam, kangkung, jeruk, alpukat, apel, dan sebagainya.

5. Reproduksi
Reproduksi diperlukan untuk melestarikan keturunan
suatu jenis makhluk hidup. Cara makhluk hidup bereproduksi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Generatif, yaitu proses terbentuknya individu baru
yang didahului oleh pembuahan (fertilisasi),
pembuahan berarti meleburnya sel kelamin jantan
dengan betina untuk membentuk zigot.
b. Vegetatif, yaitu proses terbentuknya individu baru
tanpa didahului oleh pembuahan (fertilisasi).
Contoh: perkembangbiakan dengan tunas,
membelah diri, spora, umbi dan geragih.

6. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap
lingkungan agar dapat bertahan hidup. Jika suatu makhluk
hidup gagal beradaptasi, maka kemungkinan akan terseleksi,
dapat mengalami kepunahan ataupun berpindah ke
lingkungan lain yang sesuai.
Terdapat tiga jenis adaptasi, yaitu adaptasi morfologi,
adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup terhadap
kondisi sekitar yang diperlihatkan oleh struktur/bentuk

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 27


tubuhnya. Misalnya serangga memiliki bentuk mulut yang
berbeda berdasarkan caranya memperoleh makanan.
Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup
menyesuaikan fungsi organ‐organ tubuhnya terhadap
lingkungan agar dapat bertahan hidup. Misalnya musang
memiliki kelenjar bau yang membuat musuh tidak kuat dan
pergi karena baunya.
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri makhluk
hidup terhadap lingkungan dengan menggunakan perilaku.
Misalnya, cumi‐cumi akan menyemprotkan tinta hitam untuk
menghindari serangan pemangsa.

7. Irritabilitas
Kemampuan makhluk hidup memberi tanggapan
terhadap rangsangan disebut irritabilitas (peka terhadap
rangsangan). Contohnya, mata akan menutup jika terkena
cahaya yang silau. Contoh reaksi rangsangan yang diterima
hewan adalah anjing akan menegakkan telinga bila
mendengar suara yang asing dan sekelompok rusa akan
berlari bila ada pemangsa yang mengintai.
Gerak pada tumbuhan terjadi karena adanya rangsangan
zat kimia, gaya gravitasi bumi, cahaya, air, dan sentuhan.
Contohnya, daun putri malu akan menutup bila disentuh, akar
tumbuhan menjalar ke tempat banyak air, tumbuhnya batang
tumbuhan ke arah sinar matahari, dan akar tumbuhan yang
selalu tumbuh ke arah pusat bumi.

28 | Alin Liana
8. Sekresi dan Ekskresi
Zat sisa dari proses produksi harus dikeluarkan, jika tidak
akan menimbulkan racun di dalam tubuh. Zat sisa yang
dikeluarkan bisa berupa cairan, gas ataupun zat padat. Proses
produksi zat sisa disebut sekresi. Sekresi menghasilkan
sekret. Sekret tersebut dikeluarkan (diekskresikan) dari
dalam tubuh dalam bentuk zat sisa.
Alat pengeluaran zat sisa pada hewan atau manusia,
yaitu: paru paru mengeluarkan CO2; kulit mengeluarkan
keringat, ginjal mengeluarkan urine, dan hati mengeluatkan
getah empedu.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 29


30 | Alin Liana
Bab IV
Sel

A. Sel Prokariotik dan Eukariotik


Setiap organisme hidup dapat merupakan organisme
prokariotik atau eukariotik. Sel bakteri merupakan sel
prokariotik, sedangkan sel tumbuhan dan hewan merupakan
sel eukariotik. Keduanya dibedakan dengan ada atau tidaknya
membran inti sel. Sel prokariotik tidak memiliki membran inti
sel. Materi genetiknya terkonsentrasi pada suatu daerah yang
disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran yang
memisahkan daerah ini dari bagian sel lainnya. Berbeda
dengan sel prokariotik, Sel eukariotik memiliki membran inti
sel, sehingga inti sel jelas terpisah dari organel‐organel lain di
dalam sel. Seluruh daerah di antara inti sel (nukleus) dan
membran yang membatasi sel adalah sitoplasma. Sitoplasma
ini terdiri atas medium semi‐cair yang disebut sitosol. Di
dalam sitosol terdapat organel‐organel yang mempunyai
bentuk dan fungsi terspesialisasi, sebagian besar organel
tersebut tidak dimiliki oleh sel prokariotik. Gambar 4.1
memperlihatkan perbedaan antara sel prokariotik dan
eukariotik.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 31


Gambar 4.1. Perbandingan Antara Sel Prokariotik dan Eukariotik
(Sumber: http://www.informasi‐pendidikan.com)

B. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan


Gambar 4.2 menyajikan perbedaan antara sel hewan dan
sel tumbuhan. Beberapa organel dimikili oleh sel hewan dan
sel tumbuhan. Tetapi beberapa organel hanya dimiliki oleh sel
hewan saja atau sel tumbuhan saja.

Gambar 4.2. Sel Hewan dan Sel tumbuhan


(Sumber: www.portal‐ilmu.com)

32 | Alin Liana
Gambar kedua sel di atas secara umum menunjukkan
kesamaan. Sel hewan dan sel tumbuhan dikelilingi oleh
membran plasma dan mengandung nukleus, ribosom,
retikulum endoplasma (RE), apparatus golgi, mitokondria,
peroksisom, mikrofilamen, dan mikrotubula. Akan tetapi, sel
tumbuhan juga mengandung sekumpulan organel yang
terbungkus membran yang disebut plastida. Jenis plastida
yang paling penting adalah kloroplas. Bagian luar membran
plasma sel tumbuhan ialah dinding sel tebal, yang membantu
mempertahankan bentuk sel dan melindungi sel dari
kerusakan mekanis. Sitosol sel yang bersebelahan
berhubungan melalui saluran antar‐dinding yang disebut
plasmodesmata. Sel hewan tidak memiliki dinding sel.

C. Organel‐organel Sel
1. Nukleus
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang
mengontrol sel eukariotik (sebagian kecil gen terletak pada
mitokondria dan kloroplas). Nukleus ini umumnya merupakan
organel yang paling jelas terlihat dalam sel eukariotik, rata‐
rata berdiameter 5 µm. Selubung nukleus melingkupi nukleus
yang memisahkan perangkat nukleus dari sitoplasma
(Gambar 4.3).

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 33


Gambar 4.3. Nukleus di dalam Sel
(Sumber: www.Alewoh.com)

Nukleus berfungsi sebagai pusat organisasi seluler dan


tempat penyimpanan substansi genetik sel. Nukleus memiliki
nukleolus, yang berfungsi sebagai tempat perakitan ribosom.
Nukleus juga mengontrol sintesis protein di sitoplasma.

2. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang memiliki struktur
paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasma. Ribosom
hanya dapat diamati dengan mikroskop elektron. Ribosom
merupakan tempat terjadinya sintesis protein. Sel yang
memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus
memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak. Misalnya, sel
hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom terdiri
atas ribosom bebas dan ribosom terikat. Ribosom bebas
tersuspensi di dalam sitosol, sedangkan ribosom terikat
melekat pada retikulum endoplasma.

34 | Alin Liana
3. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) terdiri atas jaringan tubula
dan gelembung membran yang disebut sisterna. Pada
Gambar 4.4 terlihat dua daerah RE yang struktur dan
fungsinya berbeda, yaitu RE halus (Smooth endoplasmic
reticulum) dan RE kasar (rough endoplasmic reticulum).
Disebut RE halus karena permukaan sitoplasmiknya tidak
mempunyai ribosom, sedangkan RE kasar nampak kasar
karena terdapat ribosom di permukaan sitoplasmik
membran.

Gambar 4.4. Retikulum Endoplasma


(Sumber: www.ebiologie.fr)

RE halus berfungsi dalam berbagai macam proses


metabolisme, seperti sintesis lipid, metabolisme karbohidrat,
dan menawarkan obat dan racun. Sementara itu, RE kasar
bersama ribosom membentuk protein sekretoris (seperti
glikoprotein) dan membentuk fosfolipid membrannya
sendiri.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 35


4. Aparatus Golgi
Aparatus golgi terdiri dari kantung membran yang pipih.
Suatu sel dapat memiliki beberapa tumpuk aparatus golgi.
Aparatus golgi memiliki polaritas yang jelas, dengan
membran sisterna pada ujung‐ujung yang berlawanan
merupakan suatu tumpukan yang berbeda ketebalan dan
komposisi molekularnya. Kedua kutub tumpukan golgi
disebut sebagai permukaan cis dan permukaan trans, masing‐
masing bertindak sebagai penerima dan pengirim pada
aparatus golgi. Permukaan cis biasanya berada di dekat RE.
Vesikula transpor memindahkan materi dari RE ke golgi
melalui permukaan cis. Permukaan trans menghasilkan
vesikula yang akan tercabut dan berpindah ke tempat lain
(Gambar 4.5). Secara umum, aparatus Golgi berfungsi sebagai
pusat manufaktur, pergudangan, penyortiran, dan
pengiriman produk sel.

Gambar 4.5. Aparatus Golgi

36 | Alin Liana
5. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel semi otonom, memiliki
membran ganda, ribosom, dan materi genetik. Mitokondria
terbungkus oleh suatu selubung yang terdiri atas dua
membran, masing‐masing merupakan bilayer fosfolipid
dengan struktur yang unik. Membran luarnya halus dan
membran dalamnya berlekuk‐lekuk disebut krista. Membran
dalam membagi mitokondria menjadi dua ruangan internal.
Yang pertama berupa ruangan intermembran, daerah sempit
antara membran luar dan membran dalam. Ruang kedua
adalah matriks mirokondria, dilingkupi oleh membran dalam
(Gambar 4.6). Mitokondria berfungsi dalam respirasi sel dan
penghasil energi utama di dalam sel.

Gambar 4.6. Mitokondria


(Sumber: www.slideshare.net)

6. Kloroplas
Kloroplas merupakan salah satu jenis plastida. Contoh
plastida yang lain adalah amiloplas. Kloroplas mengandung
klorofil, pigmen hijau yang bersama‐sama dengan enzim dan

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 37


molekul lain akan berfungsi dalam produksi makanan melalui
proses fotosintesis. Organel ini berukuran kira‐kira 2 µm x 5
µm, dan umumnya ditemukan dalam sel tumbuhan hijau.
Di dalam kloroplas terdapat sistem membran tersendiri.
Terdapat struktur seperti kepingan‐kepingan logam disebut
tilakoid. Beberapa tilakoid dapat ditumpuk membentuk
struktur yang disebut grana. Cairan diluar tilakoid disebut
stroma. Dengan demikian, membran tilakoid ini membagi
bagian dalam kloroplas menjadi dua ruangan, yaitu ruang
tilakoid dan stroma (Gambar 4.7). Ruangan‐ruangan ini
berkaitan dengan fungsi kloroplas sebagai organel
fotosintesis.

Gambar 4.7. Kloroplas (Sumber: www.matadunia.id)

7. Lisosom
Lisosom merupakan kantung terikat membran dari enzim
hidrolitik yang digunakan oleh sel untuk mencerna
makromolekul. Enzim yang dimiliki lisosom berfungsi untuk
menghidrolisis polisakarida, protein, lemak, dan asam

38 | Alin Liana
nukleat. Enzim ini bekerja baik pada pH asam. Selain enzim
hidrolitik, lisosom juga berfungsi sebagai pencernaan
intraseluler, melakukan daur ulang materi organik selnya
sendiri, serta membantu sel memperbaharui dirinya sendiri.

8. Vakuola
Vakuola merupakan kantung terikat membran di dalam
sel. Vakuola memiliki beragam fungsi. Vakuola makanan
memiliki fungsi fagositosis. Vakuola kontraktil dapat
berfungsi menjaga keseimbangan air di dalam sel. Adapula
vakuola sentral pada sel tumbuhan yang berfungsi untuk
menyimpan senyawa organik ataupun ion anorganik.
Vakuola sel tumbuhan merupakan ruangan serbaguna,
yang memiliki banyak fungsi, di antaranya:
 Menyimpan senyawa organik dan inorganik
 Tempat pembuangan produk‐samping metabolisme
yang berbahaya
 Mewarnai sel, bagi vakuola yang mengandung pigmen
warna
 Melindungi tumbuhan dari pemangsa karena
mengeluarkan racun atau bau yang tidak sedap
 Membantu pertumbuhan sel, menambah ukuran sel
dengan membuat sitoplasma baru
9. Sitoskeleton
Sitoskeleton disebut juga sebagai rangka sel. Hal ini
karena sitoskeleton berfungsi memberikan dukungan
mekanis pada sel dan mempertahankan bentuknya.
sitoskeleton membuat sel memiliki bentuk, merupakan
tempat tertambatnya beberapa organel dan mengarahkan
gerakan yang lain (Gambar 4.8). Sitoskeleton memungkinkan

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 39


seluruh sel dapat bertukar bentuk atau bergerak.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas
(pergerakan) sel dan pengaturan aktivitas biokimiawi di
dalam sel.
Jenis serabut yang menyusun sitoskeleton terdiri atas
mikrotubula, merupakan serabut yang paling tebal di antara
serabut yang lain. Mikrofilamen (filamen aktin) merupakan
serabut yang paling tipis, dan filamen intermediet ialah
serabut dengan diameter dalam kisaran menengah.

Gambar 4.8. Sitoskeleton (Sumber: www.ilmuhewan.com)

D. Pembelahan Sel
Mengapa sel melakukan pembelahan? Terdapat banyak
alasan yang dapat menjelaskannya. Sel mampu menyerap dan
menghasilkan nutrisi yang ditranspor melintasi membran. Sel
yang berukuran besar, harus bekerja keras untuk
membersihkan seluruh permukaannya dari zat yang

40 | Alin Liana
diproduksi, sedangkan sel‐sel yang kecil (dalam jumlah besar)
memiliki efektivitas yang lebih besar karena mampu
mengontrol permukaan selnya dengan lebih mudah. Terdapat
3 alasan pokok dilakukannya pembelahan sel yang sangat
menunjang kelangsungan hidup semua organisme, yaitu
pembelahan sel untuk tumbuh, memperbaiki atau mengganti
sel‐sel yang telah rusak, dan untuk proses reproduksi.
Pertumbuhan dan perbaikan sel adalah hasil dari pembelahan
mitosis, sedangkan reproduksi adalah hasil pembelahan
mitosis dan meiosis.

1. Siklus sel
Dalam setiap siklus sel, terdapat dua fase yang terjadi
secara bergantian, yaitu interfase dan mitosis. Secara garis
besar, fase‐fase pada siklus sel dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Skema Siklus Sel (Sumber: www.biologi‐gonzaga.com)


2. Interfase

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 41


Interfase merupakan fase terpanjang dalam siklus sel.
Pada fase ini nukleus dapat terlihat dengan jelas, namun
kromosom masih berupa benang‐benang kromatin yang
memanjang sehingga tidak tampak dengan jelas. Interfase
terbagi dalam tiga fase yaitu fase G1 (pertumbuhan pertama),
S (sintesis), dan G2 (pertumbuhan kedua).
Pada fase G1 terjadi pertumbuhan sel, nukleus membesar
dan sitoplasma bertambah. Fase G1 menggunakan waktu 30‐
50% dari seluruh waktu interfase. Fase selanjutnya adalah fase
S yang merupakan fase sintesis DNA. Pada fase ini terjadi
replikasi DNA bersamaan dengan duplikasi kromosom,
sehingga sebuah kromosom akan memiliki sepasang
kromatid serupa (sister chromatid) dengan satu sentromer.
Fase ini memakan waktu 35‐45% dari seluruh waktu interfase.
Fase terakhir dari interfase yaitu fase G2 yang merupakan
fase pertumbuhan kedua. Pada fase ini pembentukan DNA
berlangsung cepat dan DNA semakin kompleks. Selain itu
pada fase ini juga masih berlangsung pembentukan protein
kromosom dan RNA.

3. Mitosis
Mitosis adalah pembelahan sel somatis dari satu sel
parental menjadi 2 sel anakan yang identik. Pada mitosis
terdapat 2 tahap pembelahan yaitu karyokinesis (pembelahan
inti) dan sitokinesis (pembelahan sel). Kedua tahapan
pembelahan tersebut menyebabkan informasi genetik di
dalam semua sel somatis suatu individu selalu tetap. Secara
garis besar, skema mitosis dapat diamati pada Gambar 4.10

42 | Alin Liana
Gambar 4.10. Skema interfase dan mitosis
(Sumber: Yadéeh escobedoh, 2005)

Mitosis terdiri dari lima fase yaitu profase, prometafase,


metafase, anafase, dan telofase. Kelima fase tersebut
merupakan tahap karyokinesis yang diakhiri dengan
sitokinesis setelah telofase, sehingga dari satu sel parental
akan dihasilkan 2 sel anakan yang identik.
a. Profase
Pada fase profase, kromosom tampak memendek dan
telah terdiri dari dua kromatid serupa (sister
chromatid). Pada fase ini nukleolus hilang, membran
inti juga mengalami kerusakan, dan komponen‐
komponen penyusun membran inti akan bercampur

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 43


dengan sitoplasma. Pada akhir fase ini benang‐benang
spindel terbentuk di dalam sitoplasma.
b. Prometafase
Pada fase antara profase dengan metafase terdapat
fase prometafase Pada fase ini kromosom‐kromosom
tampak tersebar tidak saling tumpang tindih, karena
kromosom sedang menuju ke bidang metafase. Fase
inilah yang dimanfaatkan oleh para peneliti genetika
untuk mengetahui jumlah kromosom suatu individu
dan memetakannya sehingga menghasilkan suatu
karyotype.
c. Metafase
Pada fase ini benang‐benang spindel telah terbentuk
secara utuh dan kromosom berada pada bidang
metafase yakni di bidang ekuator.
d. Anafase
Pada fase ini sentromer dari kromosom akan
membelah sepanjang lengan kromosom dan tegak
lurus benang spindel, sehingga masing‐masing
kromatid serupa yang telah terpisah tersebut akan
ditarik ke arah kutub (pada tumbuhan) atau sentriol
(pada hewan).
e. Telofase
Pada fase ini masing‐masing kromatid yang telah
menjadi kromosom tunggal telah berada di masing‐
masing kutub dan setiap kutub memiliki jumlah
kromosom dan informasi genetik yang identik. Selain
itu, pada fase ini nukleus, membran inti dan nukleolus
mulai terbentuk, benang‐benang spindel hilang, dan

44 | Alin Liana
kromosom membuka untuk membentuk kromatin
yang kusut kembali. Selanjutnya akan terjadi
sitokinesis yang membentuk dua sel anakan yang
identik. Proses sitokinesis pada sel tumbuhan dan sel
hewan berbeda. Jika pada sel tumbuhan sitokinesis
berlangsung dari arah tengah ke tepi, maka pada sel
hewan berlangsung dari arah tepi ke tengah.

4. Meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel kelamin pada
organisme yang bereproduksi secara seksual yang
menghasilkan gamet dengan jumlah kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel semula. Meiosis terdiri atas 2 tahap
utama yaitu meiosis I dan meiosis II.
a. Meiosis I
Meiosis I terdiri empat fase yaitu profase I,
metafase I, anafase I , dan telofase I. Fase profase‐
meiosis I terbagi menjadi beberapa subfase yaitu
leptoten, zigoten, pakhiten, diploten, dan diakinesis.
Pada subfase leptoten, kromosom masih berbentuk
benang‐benang kromatin yang tidak teratur; pada
fase zigoten, kromosom mengalami duplikasi
sehingga tiap kromosom terdiri atas dua kromatid
serupa; pada fase pakhiten, kromosom‐kromosom
homolog saling mendekatkan diri pada proses sinapsis
dan membentuk bivalen (tetrad); pada fase diploten,
kromosom‐kromosom homolog yang mengadakan
sinapsis tersebut dapat mengalami pindah silang
(crossing over), sehingga pada fase diakinesis nanti

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 45


setiap kromosom yang mengalami pindah silang.
Kromosom tidak terdiri atas dua kromatid serupa
(sister chromatids), tetapi berupa dyad (kromatid
serupa yang lengannya tidak identik lagi karena
peristiwa pindah silang). Setelah fase profase ini
berakhir, kemudian dilanjutkan dengan fase metafase‐
meiosis I.
Pada fase metafase‐meiosis I, kromosom‐
kromosom homolog yang saling mengadakan sinapsis
berjajar di bidang metafase. Selanjutnya pada fase
anafase I, masing‐masing kromosom homolog akan
ditarik ke arah kutub, sehingga di fase telofase
masing‐masing kutub akan memiliki jumlah kromosom
separuh dari jumlah kromosom semula, namun tiap
kromosom masih terdiri dari dua kromatid. Setelah
telofase‐meiosis I berakhir kemudian dilanjutkan
dengan sitokinesis. Hasil akhir dari meiosis I adalah
dua sel anakan yang mempunyai jumlah kromosom
separuh dari sel induk, tetapi tiap kromosom masih
terdiri dari 2 kromatid, sehingga pembelahan reduksi
ini masih belum sempurna dan dilanjutkan dengan
meiosis II. Pembelahan meiosis I disebut pembelahan
reduksi karena pada proses pembelahan ini terjadi
pengurangan jumlah kromosom menjadi setengah
dari jumlah kromosom induknya.
b. Meiosis II
Meiosis II ini prosesnya mirip dengan mitosis,
dimulai dengan profase II, metafase II, anafase II, dan
diakhiri dengan telofase II.

46 | Alin Liana
Pada profase‐meiosis II, kromosom‐kromosom
homolog akan bergerak menuju ke arah bidang
metafase. Kromosom‐kromosom ini apabila pada
profase‐meiosis I mengalami pindah silang, maka tiap
kromosom terdiri dari dyad. Namun apabila
kromosom‐kromosom homolog tersebut tidak
mengalami pindah silang, maka masing‐masing
kromosom masih tetap terdiri dari dua kromatid
serupa. Pada fase selanjutnya yaitu fase metafase II,
masing‐masing kromosom telah berada di bidang
metafase. Pada fase anafase II, masing‐masing
kromatid ataupun dyad dari tiap kromosom akan
ditarik ke arah kutub yang berlawanan, sehingga di
fase telofase‐meiosis II yang diakhiri dengan
sitokinesis, tiap sel akan membawa jumlah kromosom
setengah dari jumlah kromosom induk dan tiap
kromosom terdiri dari satu kromatid. Dengan
demikian pembelahan reduksi ini telah sempurna.
Setiap sel induk akan menghasilkan 4 sel anakan
dengan jumlah kromosom setengah dari jumlah
kromosom sel induk.
Untuk lebih jelasnya skema meiosis secara umum
dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan 4.12.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 47


Gambar 4.11. Proses Meiosis I

Gambar 4.12. Proses Meiosis II (Sumber: Pearson education)

48 | Alin Liana
Latihan Soal
1. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai untuk jenis
pembelahan yang terjadi pada sel‐sel berikut!
Jenis Sel Mitosis Meiosis
Sel ujung akar tanaman
bawang
Sel telinga kambing
Sel kelamin jantan bunga
kamboja
Sel batang pohon pinang
Sel telur manusia

2. Gambarkan letak kromosom di dalam sel saat sedang


mengalami mitosis, pada fase profase, metafase, dan
anafase!

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 49


50 | Alin Liana
Bab V
Metabolisme

Keseluruhan proses kimiawi suatu organisme disebut


metabolisme (dari bahasa Yunani metabole, yang artinya
“berubah”). Metabolisme terdiri atas anabolisme (reaksi
pembentukan) dan katabolisme (reaksi penguraian). Kedua
reaksi tersebut membutuhkan katalis yang disebut enzim.

A. Enzim
Enzim adalah protein katalitik yang berfungsi sebagai
biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma. Enzim terdiri atas protein atau suatu
senyawa yang berikatan dengan protein. Fungsi utama enzim
adalah menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan
untuk reaksi); mempercepat laju reaksi, dan menguraikan
atau membuat makromolekul sel.

1. Komponen Enzim
Secara kimia enzim terdiri atas dua bagian (enzim
lengkap/ holoenzim), yaitu bagian protein (apoenzim) dan
bagian bukan protein (gugus prostetik) yang dihasilkan
dalam sel makhluk hidup. Jika gugus prostetiknya berasal dari
senyawa organik kompleks (misalnya, NADH, FADH, koenzim
A dan vitamin B) disebut koenzim, dan apabila berasal dari
senyawa anorganik (seperti: besi, seng, tembaga) disebut

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 51


kofaktor. Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang
tidak aktif, kemudian diaktifkan di lingkungan pada kondisi
yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis dalam
pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim
yang tidak aktif ini disebut zimogen.

2. Sifat‐sifat Enzim
Enzim memiliki sifat khusus, yaitu hanya dapat
mengkatalisis suatu reaksi tertentu. Sebagai contoh enzim
lipase hanya dapat mengkatalisis reaksi perubahan dari lemak
menjadi gliserol dan asam lemak.
Secara umum, sifat‐sifat enzim adalah:
• Bekerja spesifik
• Berfungsi sebagai katalis, mempercepat reaksi
• Diperlukan dalam jumlah sedikit
• Bekerja secara bolak‐balik
• Dipengaruhi faktor lingkungan, dapat terdenaturasi
oleh suhu tinggi

3. Faktor‐faktor yang mempengaruhi kerja enzim


Faktor‐faktor yang memengaruhi enzim dan aktivitas
enzim adalah sebagai berikut:
a. Temperatur atau suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan
penting dalam aktivitas enzim. Sampai pada suatu
titik, kecepatan suatu reaksi enzimatik meningkat
sejalan dengan meningkatnya suhu, sebagian
disebabkan karena substrat akan bertubrukan dengan

52 | Alin Liana
tempat aktif lebih sering ketika molekul itu bergerak
lebih cepat. Namun demikian, di luar suhu itu,
kecepatan reaksi enzimatik akan menurun drastis.
Setiap enzim memiliki suatu suhu optimal di mana
laju reaksinya berjalan paling cepat. Suhu ini
memungkinkan terjadinya tubrukan molekular yang
paling banyak tanpa mendenaturasi enzim itu.
Sebagian besar enzim manusia memiliki suhu optimal
sekitar 35oC – 40oC (mendekati suhu tubuh manusia).
Bakteri yang hidup dalam sumber air panas
mengandung enzim dengan suhu optimal 70oC atau
lebih.
b. pH
Enzim juga memiliki nilai pH optimal untuk bekerja
paling aktif. Nilai pH optimal untuk sebagian besar
enzim adalah 6 sampai 8, akan tetapi terdapat
beberapa pengecualian. Misalnya pepsin, enzim
pencernaan dalam lambung, bekerja paling baik pada
pH 2.
c. Konsentrasi substrat dan enzim
Substrat adalah zat yang diubah menjadi sesuatu
yang baru. Umumnya, terdapat hubungan yang
sebanding antara substrat dengan hasil akhir apabila
konsentrasi enzim tetap, pH konstan, dan temperatur
konstan. Jadi, apabila substrat yang tersedia dua kali
lipat, maka hasil akhir juga dua kali lipat.
d. Aktivator dan Inhibitor
Air dapat berperan sebagai aktivator (memulai
kegiatan enzim). Contoh pada waktu biji dalam

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 53


keadaan kering kegiatan enzim tidak aktif. Jika air
tersedia (pada proses pembibitan), melalui imbibisi biji
akan mulai berkecambah.
Inhibitor (zat‐zat penghambat) adalah zat‐zat kimia yang
menghambat aktivitas kerja enzim. Contoh: garam‐garam
dari logam berat, seperti raksa. Beberapa inhibitor
menyerupai molekul substratnya yang normal dan bersaing
untuk dapat menempati tempat aktif enzim. Senyawa yang
mirip seperti ini disebut inhibitor kompetitif, mengurangi
produktivitas enzim dengan cara mencegah substrat
memasuki sisi aktif enzim.
Inhibitor nonkompetitif tidak secara langsung bersaing
dengan substrat pada tempat aktif. Sebaliknya, inhibitor ini
menghambat reaksi enzimatis dengan cara berikatan dengan
sisi lain dari enzim tersebut.

4. Mekanisme kerja enzim


Terdapat 2 teori enzim, yaitu teori Lock and Key (Gembok
dan anak kunci) dan Teori Induced Fit (Kecocokan Terinduksi).
Pada teori Lock and Key (Gambar 5.1a), enzim diibaratkan
sebagai gembok, yang memiliki bentuk yang tetap,
sedangkan substrat sebagai anak kunci, yang dapat
bersesuaian secara tepat dengan sisi aktif pada enzim.
Sementara itu, pada Teori Induced Fit (Gambar 5.1b), enzim
digambarkan sebagai suatu permukaan yang tidak kaku. Sisi
aktif enzim dapat bersesuaian dengan substrat yang
menempel pada enzim, meskipun bentuknya tidak benar‐
benar sama.

54 | Alin Liana
Gambar 5.1. Mekanisme kerja enzim; (a) Teori Lock and Key, (b) Teori
Induced fit

5. Tata Nama Enzim


Penamaan enzim pada umumnya disesuaikan dengan
nama substrat yang dipecah atau dikatalisis oleh enzim dan
biasanya diberi akhiran ‐ase. Beberapa jenis enzim dan
peranannya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Jenis Enzim dan Peranannya
No. Golongan Jenis Enzim Peranan Enzim
Enzim
1 Karbohidrase a. Selulose Menguraikan selulosa
(polisakarida) menjadi
b. Amilase selabiosa (disakarida)
Menguraikan amilum
c. Pektinase (polisakarida) menjadi
d. Maltose maltosa (disakarida)
e. Sukrose Menguraikan pektin
menjadi asam pektin

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 55


f. Laktose Menguraikan maltosa
menjadi glukosa
Mengubah sukrosa
menjadi glukosa dan
fruktosa
Mengubah laktosa
menjadi glukosa dan
galaktosa

2 Protease a. Pepsin Memecah protein


b. Tripsin menjadi pepton
c. Entrokinase Menguraikan pepton
d. Peptidase menjadi asam amino
e. Renin Menguraikan pepton
f. Gelatinase menjadi asam amino
Menguraikan peptida
menjadi asam amino
Menguraikan kasein
dan susu
Menguraikan gelatin
3. Esterase a. Lipase Menguraikan lemak
menjadi gliserol dan
b. Fosfatase asam lemak
Menguraikan suatu
ester hingga terlepas
asam fosfornya

56 | Alin Liana
B. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau
penguraian senyawa kompleks (organik) menjadi senyawa
yang lebih sederhana (anorganik). Dalam reaksi penguraian
tersebut dapat dihasilkan energi yang berasal dari
terlepasnya ikatan‐ikatan senyawa kimia yang mengalami
penguraian. Tetapi energi yang dihasilkan itu tidak dapat
langsung digunakan oleh sel, melainkan harus diubah dalam
bentuk senyawa. Tujuan utama reaksi katabolisme adalah
untuk membebaskan energi (Adenosin Trifosfat =ATP) yang
terkandung di dalam senyawa sumber. Reaksi penguraian
energi pada katabolisme, secara umum dikenal dengan
proses respirasi.
Terdapat 2 jenis respirasi, yaitu respirasi aerob (glikolisis,
siklus krebs, dan rantai transpor elektron) dan respirasi
anaerob (Fermentasi alkohol dan asam laktat). Berikut akan
diuraikan kedua jenis respirasi tersebut.

1. Respirasi Aerob

Gambar 5.2. Gambaran Umum Respirasi Seluler

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 57


Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di luar mitokondria
dalam sitosol. Siklus krebs dan rantai transpor elektron
ditempatkan di dalam mitokondria (Gambar 5.2). Selama
glikolisis, setiap molekul gula dipecah menjadi dua molekul
piruvat. Piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi
Asetil CoA yang merupakan penghubung antara glikolisis
dengan siklus krebs. Piruvat melintasi membran ganda
mitokondria untuk memasuki matriksnya, di mana siklus
krebs memecahnya menjadi karbondioksida. NADH
mentransfer elektron dari glikolisis dan siklus krebs ke rantai
transpor elektron, yang ada di dalam membran krista. Rantai
transpor elektron ini mengubah energi kimiawi menjadi
bentuk yang dapat digunakan untuk menggerakkan
fosforilasi oksidatif, yang bertanggung jawab atas sebagian
besar ATP yang dihasilkan oleh respirasi seluler. Hidrogen dari
siklus krebs diubah menjadi proton dan elektron. O2 berperan
sebagai akseptor (penerima) elektron yang terakhir. Setelah
menerima elektron O2 akan menerima ( H+ ) menjadi H2O.
Energi yang dihasilkan dari rantai transpor elektron sebanyak
32 – 34 ATP. Sejumlah kecil ATP dibentuk langsung selama
glikolisis (2 ATP) dan siklus Krebs oleh fosforilasi tingkat
substrat (2 ATP). Maka, total elergi yang dihasilkan pada
respirasi seluler adalah 38 ATP.

2. Respirasi Anaerob (Fermentasi)


Fermentasi terdiri atas glikolisis ditambah dengan reaksi
yang menghasilkan NAD+ melalui transfer elektron dari NADH
ke piruvat atau turunan piruvat. Terdapat banyak jenis
fermentasi, perbedaannya terdapat pada produk limbahnya

58 | Alin Liana
yang terbentuk dari piruvat. Dua jenis yang umum ialah
fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat.
Pada fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol
(etil alkohol) dalam dua langkah. Langkah pertama
melepaskan karbon dioksida dari piruvat, yang diubah
menjadi senyawa asetaldehida berkarbon dua. Pada langkah
kedua, asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol. Ini
mereduksi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis.
Fermentasi alkohol oleh ragi, suatu jamur (fungi), digunakan
dalam pembuatan bir dan anggur. Banyak bakteri juga
melakukan fermentasi alkohol dalam kondisi anaerobik.
Skema reaksi fermentasi alkohol disajikan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Reaksi fermentasi alcohol (Sumber: Tatangsma.com)

Pada fermentasi asam laktat, piruvat direduksi langsung


oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai produk
limbahnya, tanpa melepas CO2. Laktat merupakan bentuk
terionisasi dari asam laktat. Fermentasi asam laktat oleh fungi
dan bakteri tertentu digunakan dalam industri susu untuk
membuat keju dan yogurt. Aseton dan metanol (metil

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 59


alkohol) merupakan beberapa produk samping fermentasi
mikrob jenis lain yang penting secara komersial. Skema reaksi
fermentasi alkohol disajikan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Fermentasi Asam Laktat (Sumber: Sasrawan, 2015)

C. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu reaksi pembentukan energi.
Contoh yang paling umum digunakan adalah proses
fotosintesis. Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir
seluruh kehidupan di dunia baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Organisme memperoleh senyawa organik
yang digunakannya untuk energi dan rangka karbon dengan
satu atau dua cara utama yaitu nutrisi autotrofik atau
heterotrofik.
Fotosintesis terbagi menjadi reaksi terang (reaksi fotolisis
air) dan reaksi gelap (siklus calvin). Reaksi terang terjadi di
membran tilakoid khususnya yang berada di grana. Reaksi
terang menggunakan energi matahari (klorofil menyerap
sinar merah dan biru) untuk membuat ATP dan NADPH, yang
masing‐masing berfungsi sebagai energi kimiawi dan tenaga

60 | Alin Liana
pereduksi dalam siklus calvin. Hasil samping reaksi terang
adalah O2. Berlawanan dengan ATP yang diproduksi oleh
respirasi seluler, ATP yang diproduksi dalam reaksi terang
biasanya digunakan untuk satu jenis kerja seluler, yaitu
menggerakkan siklus Calvin.
Siklus Calvin terjadi di stroma kloroplas, terjadi reaksi
fiksasi CO2 (memasukkan CO2 ke dalam molekul organik) yang
diubah menjadi gula (karbohidrat). Mekanisme fotosintesis
disajikan pada Gambar 5.3

Gambar 5.3. Gambaran umum proses fotosintesis

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 61


Kuis Metabolisme
1. Bedakan mekanisme kerja enzim Lock and Key dan
Induced Fit!
2. Tuliskan tempat terjadinya reaksi‐reaksi berikut:
a. Glikolisis
b. Siklus Krebs
c. Rantai transpor elektron
d. Reaksi terang
e. Siklus Calvin
3. Berapakah ATP yang dihasilkan oleh respirasi 1
molekul glukosa?
4. Jelaskan perbedaan antara respirasi aerob dan
fermentasi!
5. Jelaskan perbedaan antara reaksi terang dan reaksi
gelap!

62 | Alin Liana
Bab VI
Genetika

S
ejarah genetika modern, dimulai di taman sebuah biara
kota Brunn, di mana seorang biarawan yang bernama
Gregor Mendel (1822‐1884) mencatat sebuah
mekanisme penurunan sifat partikulat. Mendel menggunakan
tanaman ercis (Pisum sativum) sebagai model. Mendel
melakukan berbagai persilangan dan mengamati filial yang
diperoleh dalam setiap generasi. Percobaan yang dilakukan
selama kurang lebih 7 tahun itu dimulai pada tahun 1857.
Pada tahun 1865, Mendel mempresentasikan hasil
temuannya pada suatu pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengetahuan Alam di
Kota Brunn. pada tahun 1866, hasil karya Mendel dicetak dan
disebarluaskan ke perpustakaan di Eropa dan Amerika.
Namun demikian, hasil percobaan Mendel tersebut kurang
mendapat perhatian dari para ilmuwan. Baru pada permulaan
abad 20 (sekitar 40 tahun setelah karya ilmiah Mendel
dipublikasi), karya ilmiah Mendel tersebut diakui
kebenarannya oleh beberapa ahli antara lain oleh De Vries
(Belanda, 1900), Correns (Jerman, 1900), dan Tschermak
(Austria, 1900). Percobaan‐percobaan dan karya ilmiah
Mendel tersebut akhirnya menjadi dasar dalam ilmu genetika
dan Mendel dinyatakan sebagai Bapak Genetika.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 63


Terdapat dua hukum yang ditemukan oleh Mendel dari
hasil penelitiannya, yaitu Hukum I Mendel; Pemisahan gen
yang sealel (The law of segregation of allelic genes) dan
Hukum II Mendel; Pengelompokan gen secara bebas (The law
of independent assortment of genes). Pewarisan Mendel juga
disebut pewarisan autosomal, karena gen‐gen yang berperan
terhadap suatu karakter terdapat pada kromosom autosom.

A. Hukum Mendel I (Segregation of allelic genes)


Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi adalah
mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan
gamet. Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana
pasangan‐pasangan homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi (terjadi pemisahan alel‐alel suatu gen secara
bebas dari diploid menjadi haploid). Dengan demikian setiap
sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya.
Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohibrid,
yaitu persilangan dengan satu sifat beda.
Untuk pewarisan monohibrid dominansi penuh, gen yang
berperan dalam pewarisan ini hanya satu macam gen,
misalnya gen dominan R dan alelnya resesif r. Apabila gen
dominan R menentukan warna bunga merah, dan alelnya
resesif r menentukan warna bunga putih, maka pewarisannya
dapat dilihat pada diagram persilangan berikut:

64 | Alin Liana
B. Hukum Mendel II (Independent assortment of
genes)
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi bebas.
Menurut hukum ini, setiap gen/ sifat dapat berpasangan
secara bebas dengan gen /sifat lain. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
Untuk pewarisan dihibrid, gen yang berperan dalam
pewarisan ini ada dua macam, misalnya gen dominan B dan
alelnya resesif b dan gen dominan K dan alelnya resesif k.
Apabila gen dominan B menentukan bentuk biji bulat pada

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 65


kacang ercis dan alelnya resesif b menentukan bentuk biji
kisut dan selanjutnya gen dominan K menentukan biji kuning
dan alelnya resesif k menentukan biji hijau, maka
pewarisannya adalah sebagai berikut:

Dari persilangan tersebut diperoleh:


Rasio fenotip = 9B_K_ : 3B_kk : 3bbK¬_ : 1bbkk
Rasio genotip = 1BBKK : 2BBKk : 1BBkk : 2BbKK : 4BbKk :
2Bbkk : 1bbKK : 2bbKk : 1bbkk

C. Persilangan resiprok, backcross, dan testcross


a. Persilangan resiprok
Persilangan resiprok adalah suatu persilangan yang
merupakan kebalikan dari persilangan yang semula
dilakukan. Sebagai contoh digunakan percobaan
Mendel pada warna polong tanaman ercis.

66 | Alin Liana
Apabila gen H menentukan polong warna hijau dan
alelnya resesif h menentukan polong warna kuning,
maka persilangannya adalah sebagai berikut:
Resiprok:
P ♀ HH X ♂ hh P ♀ hh X ♂ HH
(Hijau) (Kuning) (Kuning) (Hijau)
F1 Hh F1 Hh
(Hijau) (Hijau)

Hasil persilangan resiprok pada pewarisan Mendel


(pewarisan autosomal) menunjukkan hasil yang sama,
baik fenotip maupun genotipnya.

b. Backcross (persilangan kembali)


Backcross yaitu persilangan antara hibrid F1 dengan
induknya yang jantan atau betina. Dengan
menggunakan contoh yang sama dengan di atas,
maka persilangannya menjadi seperti berikut:
F1 X P (♀) F1 X P (♂)

P2 ♀ HH X ♂ Hh P2 ♀ Hh X ♂ hh
(Hijau) (Hijau) (Hijau) (Kuning)

F2 HH (Hijau) F2 Hh (Hijau)
Hh (Hijau) hh (Kuning)
Perbandingan genotip: 1 HH : Perbandingan genotip: 1 Hh :
1 Hh 1 hh
Perbandingan fenotip: 100% Perbandingan fenotip:
Hijau 50% Hijau : 50% Kuning

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 67


c. Testcross (uji silang)
Testcross yaitu persilangan antara hibrid F1 dengan
individu yang homozigot resesif.
Dengan menggunakan contoh di atas, maka
persilangannya menjadi seperti berikut:
P ♀ Hh X ♂ hh
(Hijau) (Kuning)

F1 Hh (Hijau)
hh (Kuning)

Perbandingan genotip: 1 Hh : 1 hh
Perbandingan fenotip: 1 Hijau : 1 Kuning (50% : 50%)
Uji silang ini dilakukan untuk menguji apakah suatu
sifat dominan ditentukan oleh genotip homozigot
dominan atau heterozigot.

Latihan Soal
1. Tentukan macam gamet yang dibentuk oleh sifat di
bawah ini!
a. Bb
b. DDee
c. FFggHhII
d. mmNnQqRrTT
2. Diketahui jeruk rasa manis (GG) dikawinkan dengan
jeruk rasa asam (gg), bagaimana F1‐nya?
3. Diketahui gen D untuk mata bulat, alelnya d untuk
mata sipit. Apabila dilakukan persilangan antara
kelinci mata bulat dangan kelinci mata sipit diperoleh

68 | Alin Liana
F1, 1 : 1. Tentukan parentalnya. Buktikan dengan
persilangan!
4. Diketahui persilangan antara buah sirsak hijau manis
(HHAA) dengan sirsak kuning asam (hhaa).
a. Tentukan fenotip dan genotip F1
b. Tentukan perbandingan fenotip pada F2
5. Gen B (bulat) dominan terhadap b (kisut). Gen T
(tinggi) dominan terhadap t (pendek). Bila bulat tinggi
heterozigot disilangkan dengan kisut pendek,
tentukan perbandingan genotip dan fenotipnya!
6. Diketahui gen Q (oval) dominan terhadap gen q
(lonjong) pada terong belanda. Jika disilangkan
terong belanda oval dominan dengan terong belanda
lonjong. Tentukan perbandingan fenotip dan genotip
dari persilangan resiprok, backcross, dan testcross!

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 69


70 | Alin Liana
Bab VII
Struktur
dan Fungsi Tumbuhan

T
umbuhan berfungsi sebagai satu‐satunya produsen
dalam rantai makanan, sebagai sumber energi, dan
pembentuk paru‐paru kota. Keberadaan tumbuhan
menjadikan aliran oksigen dan karbondioksida di alam teratur
dengan rapi. Mempelajari tumbuhan berarti mempelajari
struktur, baik morfologi, anatomi, maupun fisiologinya.

A. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan


Jaringan merupakan sekumpulan sel yang memiliki asal,
struktur, dan fungsi yang sama. Berdasarkan kemampuan
pembelahan selnya, jaringan tumbuhan terdiri atas jaringan
meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristem terdiri atas
sel‐sel yang tetap berada pada fase pembelahan, sedangkan
jaringan dewasa terdiri atas sel‐sel yang telah terdiferensiasi
sesuai struktur dan fungsinya.

1. Jaringan Meristem
Jaringan embrionik yang terdapat pada tumbuhan
dewasa disebut meristem. Sel meristem terdiri atas sel‐sel
muda dalam periode pertumbuhan, biasanya tidak terdapat
ruang antar sel di antara sel‐selnya, dapat berbentuk bulat,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 71


lonjong, atau poligonal dengan dinding sel yang tipis,
mengandung banyak sitoplasma dengan vakuola masih
berukuran kecil atau bahkan tidak ada.
Jaringan meristem dikelompokkan berdasarkan
karakteristik tertentu yang sesuai dengan kondisinya.
Misalnya pengelompokan meristem berdasarkan letak dan
asal‐usulnya.
Berdasarkan letaknya dalam tubuh tumbuhan, meristem
dibedakan menjadi (a) meristem apikal, terletak di ujung‐
ujung batang maupun akar; (b) meristem interkalar, terdapat
di antara jaringan dewasa, merupakan jaringan primer yang
aktif membelah. Pembelahan selnya menyebabkan terjadi
pemanjangan ruas pada tumbuhan familia Poaceae; dan (c)
meristem lateral, terdapat sejajar dengan permukaan organ
tempat ditemukannya jaringan ini. Meristem lateral
merupakan jaringan dewasa yang menjadi meristematik
kembali, contohnya kambium.
Berdasarkan asal usulnya, meristem dibagi menjadi (a)
meristem primer, dimana sel‐sel yang berkembang langsung
berasal dari sel‐sel embrionik; dan (b) meristem sekunder, di
mana sel‐sel yang berkembang berasal dari sel‐sel yang telah
terdeferensiasi.

2. Jaringan Dewasa
Sel‐sel meristem dalam perkembangannya akan
mengalami pendewasaan dan terdiferensiasi menjadi sel
dewasa, berkelompok dengan sel yang lain menurut struktur
dan fungsinya, membentuk jaringan dewasa. Sifat‐sifat umum
jaringan dewasa, diantaranya tidak mempunyai aktivitas

72 | Alin Liana
pembelahan, sitoplasma sedikit, vakuola cenderung besar,
banyak dijumpai ruang antar sel, dan kadang‐kadang selnya
telah mati. Jenis‐jenis jaringan dewasa berdasarkan struktur
dan fungsinya, adalah:
(a) Jaringan pelindung (epidermis)
Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang
terletak di sisi paling luar, pada permukaan organ‐
organ tumbuhan primer, seperti permukaan akar,
batang, daun, bunga, buah, dan biji. Jaringan ini
berfungsi untuk melindungi struktur bagian dalam
tumbuhan dari segala gangguan faktor luar yang
dapat mempengaruhi pertumbuhannya.
Epidermis biasanya tersusun atas satu lapis sel
yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Namun,
ada pula tumbuhan yang memiliki beberapa lapis sel
epidermis, seperti sel‐sel epidermis velamen pada
anggrek. Sel‐sel epidermis mempunyai bentuk yang
bervariasi, ada yang berbentuk tubuler, kubus, persegi
panjang, sampai heksagonal. Pada bambu misalnya,
sel‐sel epidermis terdiri atas sel epidermis panjang dan
pendek, sel pendek dapat berupa sel silika atau sel
gabus. Sel‐sel epidermis sebagian dapat mengalami
modifikasi yang biasa disebut derivat epidermis,
seperti stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silika, dan
sel gabus. Pada bambu misalnya, ditemukan berbagai
macam derivat epidermis, yaitu sel silika, sel gabus, sel
kipas, trikoma, dan stoma.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 73


(b) Jaringan dasar (parenkim)
Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan
yang terbentuk dari sel‐sel hidup, berdinding tipis,
dengan bentuk bervariasi, dan dapat melakukan
proses‐proses fisiologis. Jaringan parenkim disebut
juga jaringan dasar karena terdapat pada hampir
semua organ tumbuhan. Pada akar dan batang,
parenkim dijumpai pada korteks, yaitu di antara
epidermis dan pembuluh angkut. Parenkim juga
ditemukan pada empulur batang. Pada daun,
parenkim mengisi mesofil daun, dapat pula
terdiferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan
bunga karang. Pada buah dan biji, parenkim dijumpai
sebagai penyimpan cadangan makanan.
Umumnya parenkim dibedakan berdasarkan
fungsinya, misalnya parenkim asimilasi, untuk
membuat bahan makanan; parenkim penimbun, untuk
menyimpan cadangan makanan; parenkim udara,
mengisi jaringan pengangkut.
(c) Jaringan penguat (mekanik)
Jaringan penguat berfungsi untuk memberikan
kekuatan bagi tumbuhan dalam mengimbangi
struktur tubuh selama proses pertumbuhannya.
Terdapat dua jenis jaringan penguat berdasarkan
struktur dan sifatnya, yaitu jaringan kolenkim dan
sklerenkim.
Jaringan kolenkim terdiri atas sel‐sel kolenkim
yang hidup, dinding sel dapat mengalami penebalan
yang tidak teratur, memiliki kandungan selulosa,

74 | Alin Liana
hemiselulosa dan pektin. Dinding sel tersebut
memungkinkan sel kolenkim dapat meregang secara
permanen bersama dengan pertumbuhan organ yang
disusunnya, dan berfungsi sebagai jaringan
penyokong pada organ tersebut. Isi sel kolenkim
dapat mengandung kloroplas atau tanin. Kolenkim
umumnya dijumpai pada bagian perifer batang,
tangkai daun, tangkai bunga, ibu tulang daun atau
pada akar yang terpapar sinar matahari.
Jaringan sklerenkim terdiri atas sel‐sel yang telah
mati, dinding selnya mengalami penebalan sekunder
sangat tebal, kuat dan mengandung lignin. Umumnya
jaringan sklerenkim ditemukan pada organ tumbuhan
yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Sel sklerenkim menunjukkan variasi
dalam struktur, asal, dan perkembangannya. Jaringan
sklerenkim terdiri atas serabut (serat‐serat
sklerenkim) dan sklereid (sel‐sel batu). Umumnya
serat memiliki ukuran yang lebih panjang dari sklereid.
(d) Jaringan pengangkut
Jaringan pengangkut pada tumbuhan tinggi
terdiri atas xilem dan floem. Xilem umumnya tersusun
atas trakea dan trakeida. Xilem berfungsi untuk
mengangkut air dan mineral dari akar sampai ke daun.
Sementara itu, floem tersusun atas buluh tapisan, sel
pengiring, dan parenkim floem. Floem berfungsi
untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh organ tumbuhan.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 75


B. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan
Tubuh tumbuhan terdiri atas organ vegetatif dan
generatif. Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun
yang merupakan organ pokok tubuh tumbuhan. Organ
generatif (reproduktif) yaitu organ yang bertanggung jawab
bagi perbanyakan tumbuhan, pada tubuhan berbiji meliputi
bunga, buah, dan biji.

1. Akar (Radix)
Akar merupakan salah satu bagian utama tumbuhan.
Umumnya terdapat di dalam tanah, kecuali akar yang telah
mengalami modifikasi. Akar tumbuhan berfungsi untuk
memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan
unsur hara dari dalam tanah, mengangkut air dan unsur hara
ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan pada tumbuhan
tertentu dapat berfungsi sebagai tempat menyimpan
cadangan makanan, juga untuk alat pernapasan.
Sistem perakaran tumbuhan berbiji terdiri atas akar
tunggang dan akar serabut (Gambar 7.1). Akar tumbuhan
berbiji tumbuh dari lembaga, yaitu bagian akar lembaga
(radikula) membentuk akar primer (radix primarius). Akar
primer pada kelas tumbuhan berkeping dua (Dicotyledoneae)
tumbuh dan berkembang menjadi batang akar atau akar
tunggang (corpus radici) yang bercabang, membentuk sistem
akar tunggang (fibrous root system). Sementara pada kelas
tumbuhan berkeping biji satu (Monocotyledoneae) akar
primer mereduksi sehingga akar tumbuh pada buku‐buku
batang, sebagai akar serabut sehingga disebut akar serabut
(advantitious root system).

76 | Alin Liana
Gambar 7.1. Sistem perakaran tumbuhan berbiji: Akar serabut (kiri) dan
akar tunggang (kanan)
(Sumber: Vhina‐vinoot, 2012)

Selain kedua sistem perakaran tersebut, dikenal berbagai


metamorfosis akar. Di antaranya akar banir (akar papan), akar
tunjang, akar perekat, akar udara (akar gantung), akar
penggerek (pengisap), akar napas, akar lutut, akar pembelit,
umbi akar, dan duri akar.
Secara anatomis, struktur akar dibagi berdasarkan irisan
melintang dan membujur penampang akar. Irisan melintang
menggambarkan epidermis, korteks, endodermis, dan stele.
Irisan membujur menggambarkan pangkal, batang, ujung,
rambut, dan tudung akar.

2. Batang (Caulis)
Batang adalah organ utama pada tumbuhan berkayu,
selain akar dan daun. Fungsi utama batang adalah
menegakkan berdirinya tumbuhan; memperluas bidang

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 77


fotosintesis dengan pola percabangannya; mengangkut air
dan garam mineral dari dalam tanah; mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan; dan
tempat melekatnya daun, bunga, dan buah. Kadangkala
batang juga menjadi tempat penyimpanan cadangan
makanan.
Berdasarkan sifat pertumbuhan dan perkembangan
kuncup, batang dibagi menjadi monocaulis, monopodial, dan
simpodial. Monocaulis yaitu batang yang pertumbuhannya
didominasi oleh kuncup aksilar, kuncup lateral mereduksi
atau berkembang menjadi perbungaan sehingga terbentuk
struktur batang tunggal. Monopodial yaitu batang yang
pertumbuhannya didominasi oleh kuncup aksilar. Kuncup
lateral tumbuh, tetapi pertumbuhannya kurang baik
dibandingkan kuncup ujung. Dalam hal ini batang utama akan
nampak jelas. Sedangkan tipe batang simpodial yaitu batang
yang pertumbuhannya didominasi oleh kuncup lateral.
Kuncup aksilar mengalami pertumbuhan yang lambat dan
tereduksi sehingga justru cabang ke samping yang nampak
dominan, tetapi kuncup aksilar masih terlihat eksistensinya.
Batang juga mengalami metamorfosis. Di antaranya sebagai
umbi batang, cakram, rimpang, kladodia, filoklodia, dan duri
dahan.
Berikut akan disajikan anatomi batang tumbuhan dikotil
dan monokotil. Perbedaan terletak pada tipe berkas
pengangkutnya.

78 | Alin Liana
Gambar 7.2. Sistem jaringan batang: dikotil (kiri) dan monokotil (kanan)
(Sumber: www.edubio.info)

3. Daun (Folium)
Daun termasuk organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada
umumnya berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan
merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Berkaitan dengan
hal tersebut, daun memiliki struktur mulut daun (stomata)
yang berguna sebagai tempat pertukaran gas CO2, O2, dan
uap air dari daun ke lingkungan dan sebaliknya.
Daun yang lengkap terdiri atas pelepah daun, tangkai
daun, dan helaian daun. Pelepah daun merupakan bagian
daun yang memeluk batang,berfungsi melindungi kuncup
aksilar, kuncup lateral, dan batang ketika masih muda.
Tangkai daun yaitu bagian daun yang menjadi perantara
pelepah dan helaian daun. Helaian daun adalah bagian
lembaran daun yang umumnya dorsiventral, berwarna hijau,
lebar, dan berfungsi sebagai pabrik fotosintesis. Helaian daun
memiliki bentuk helaian, pangkal, tepi, ujung, dan
pertulangan yang beragam.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 79


Struktur anatomi daun umumnya terdiri atas epidermis,
jaringan parenkim palisade, parenkim spons, dan jaringan
pengangkut. Pada daun juga terdapat stoma dan trikoma,
keduanya bekerja dalam menunjang fungsi daun bagi
tumbuhan.

Gambar 7.3. Bagian‐bagian daun lengkap


(sumber: www.dokumen.tips)

Gambar 7.4. Struktur anatomi daun


(Sumber: www.brianly.co.id)

80 | Alin Liana
4. Bunga (Flos)
Bunga merupakan sistem percabangan suatu batang
(aksis), yang terdiri dari bagian yang bersifat steril dan fertil.
Bagian steril berupa tangkai, dasar bunga, daun pelindung,
dan perhiasan bunga yang terdiri dari daun kelopak dan daun
mahkota. Bagian yang fertil terdiri atas mikrosporofil sebagai
benang sari dan makrosporofil atau daun buah sebagai
penyusun putik.

Gambar 7.5. Bagian – bagian bunga


(Sumber:www.pakmono.com)

5. Buah (Fructus)
Setelah benang sari jatuh di kepala putik (polinasi) dan
terjadi fertilisasi, maka bakal buah akan berkembang menjadi
buah. Pada peristiwa tertentu, buah dapat berkembang
tanpa terjadi polinasi dan fertilisasi sehingga buah tidak
memiliki biji, atau berbiji tetapi tidak berlembaga. Peristiwa
seperti ini disebut partenokarpi.
Bagian bunga yang dapat berkembang dan ikut
menyusun buah antara lain, daun pelindung, misalnya klobot

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 81


tanaman jagung; daun kelopak, misalnya tanaman terong;
tangkai putik, misalnya pada buah jagung; kepala putik,
misalnya pada buah manggis; tangkai bunga, misalnya jambu
monyet; perhiasan bunga, misalnya nangka; dan dasar bunga,
misalnya tanaman elo.
Secara struktural, buah terjadi dari bakal buah. Namun,
dalam perkembangannya bagian bunga dapat menyusun
buah. Buah yang terbentuk hanya dari bakal buah disebut
buah sejati. Karena tidak memiliki struktur tambahan, buah
sejati disebut juga buah telanjang. Bila buah yang terjadi
selain dari bakal buah diikuti pula oleh bagian bunga lain,
misalnya kelopak, mahkota, daun pelindung, dan tangkai
bunga maka disebut bunga palsu atau semu. Karena jenis
buah ini tersusun oleh bagian bunga yang lain, maka disebut
bunga tertutup.

6. Biji (Semen)
Biji merupakan alat perkembangbiakan generatif pada
tumbuhan. Biji berkembang dari bakal biji. Biji mengandung
embrio sebagai calon individu baru. Biji terdiri atas kulit biji,
tali pusat, dan inti biji.
Embrio (lembaga) merupakan perkembangan embrio
hasil pembuahan, merupakan jaringan yang memiliki kutub‐
kutub pertumbuhan. Pada tumbuhan berbiji, lembaga
memperlihatkan tiga bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu
akar lembaga, daun lembaga, batang lebaga, dan pucuk
lembaga.

82 | Alin Liana
Worksheet
1. Berdasarkan bentuknya, tentukan fungsi akar‐akar
berikut!

2. Tuliskan bagian‐bagian daun yang ditunjuk oleh


nomor‐nomor di bawah ini!

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 83


3. Tuliskan bagian‐bagian bunga yang ditunjuk oleh
nomor‐nomor di bawah ini!

84 | Alin Liana
Bab VIII
Struktur dan Fungsi Hewan

A. Jaringan
Kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama. Jenis jaringan hewan meliputi:

1. Jaringan epitel
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi
permukaan tubuh bagian luar dan dalam. Permukaan yang
bebas berbatasan dengan udara atau cairan, sedangkan
permukaan dalam bertumpu pada membran basalis yang
menghubungkannya dengan jaringan ikat di bawahnya.
Jaringan ini memiliki bentuk sel‐sel yang teratur, tersusun
rapat, terikat erat pada jaringan penyambung di bawahnya,
dan tidak mengandung pembuluh darah.
Jaringan ini memiliki fungsi yang sangat luas dan
menyesuaikan lokasi keberadaannya. Beberapa fungsi yang
umum di antaranya sebagai alat pelindung, organ
eksteroreseptor (menerima rangsang), alat ekskresi, alat
osmoregulasi, dan melakukan proses absorbsi.
Jaringan epitel juga memiliki berbagai macam variasi.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi
menjadi jaringan epitel penutup dan epitel kelenjar.
Berdasarkan bentuk sel penyusunnya, jaringan epitel terdiri
atas jaringan epitel pipih, epitel kubus, dan epitel silindris.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 85


Sementara itu berdasarkan jumlah lapisan sel penyusunnya,
jaringan epitel terdiri atas jaringan epitel selapis, epitel
berlapis, dan epitel berlapis semu.

2. Jaringan ikat/penyokong
Jaringan ikat atau jaringan penyokong merupakan
jaringan yang secara mekanis berfungsi mengikat atau
menyambung bagian‐bagian tubuh tertentu dan menyokong
organ‐organ yang lain. Jaringan ikat berasal dari lapisan
embrional mesoderm. Jaringan ikat tersusun atas sel‐sel yang
letaknya tersebar dan memiliki serabut yang berguna untuk
menyokong sel‐sel yang ada pada jaringan tersebut. Jaringan
ikat juga berperan penting dalam memberi bentuk pada
organ dalam, menyokong alat gerak, melindungi organ dalam
dan sebagainya.
Secara struktural, jaringan ikat tersusun atas komponen
sel, serabut, dan matriks ekstraseluler. Sel‐sel pada jaringan
ikat terletak secara tersebar dan tersusun jarang di dalam
matriks. Sel‐sel jaringan ikat terspesialisasi satu sama lain dan
menghasilkan matriks yang berbeda‐beda dengan fungsi
yang berbeda pula. Berdasarkan fungsinya, sel‐sel penyusun
jaringan ikat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
fibroblas, makrofag, sel plasma, sel tiang (mast cell), sel
lemak (adiposit), sel darah putih (leukosit), dan sel pigmen
(kromatofor). Sementara itu, serabut jaringan ikat terdiri atas
serabut kolagen, serabut elastik, dan serabut retikuler.
Jaringan ikat terbagi menjadi jaringan ikat sebenarnya
dan tidak sebenarnya. Jaringan ikat sebenarnya terdiri atas
jaringan ikat longgar (areolar), jaringan ikat padat (fibrosa),

86 | Alin Liana
dan jaringan lemak (adiposa). Jaringan ikat tidak sebenarnya
terdiri atas jaringan tulang rawan (kartilago), jaringan tulang
keras (osteum), jaringan darah, dan getah bening (Gambar
8.1).
 Jaringan ikat longgar (areolar)
Jaringan ikat longgar memiliki matriks berukuran besar
dengan banyak sel dan serat yang melekat di dalamnya.
Sel tersebut meliputi fibroblas, makrofag, sel plasma,
dan sel darah putih. Serat yang menyusun jaringan ikat
longgar adalah serat kolagen dan elastin.
 Jaringan ikat padat (fibrosa)
Jaringan ikat padat memiliki komponen yang hampir
sama dengan jaringan ikat longgar, tetapi unsur
serabutnya lebih dominan. Tersusun atas serabut padat
berupa kolagen yang fleksibel tetapi tidak elastis dan
elemen seluler yang paling banyak ditemukan adalah
fibroblas.
 Jaringan lemak (adiposa)
Jaringan lemak adalah jaringan ikat yang bersifat
longgar dan disusun oleh sel‐sel lemak. Jaringan lemak
berfungsi sebagai cadangan makanan dan
menghangatkan tubuh.
 Jaringan tulang rawan (kartilago)
Jaringan tulang rawan merupakan jaringan yang banyak
mengandung matriks dan bersifat elastis. Matriks pada
jaringan tulang rawan berupa kondrin. Tulang rawan
disusun oleh sel tulang rawan yang disebut kondrosit.
Tulang rawan terdiri atas rawan hialin, rawan elastin,
dan rawan fibrosa.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 87


 Jaringan tulang keras (Osteum)
Jaringan tulang keras tersusun atas sel‐sel tulang
(osteosit). Matriks jaringan tulang mengandung CaCO3.
Berdasarkan susunan matriks tersebut, jaringan tulang
dibedakan menjadi jaringan tulang kompak dan spons.
 Jaringan darah
Jaringan darah tersusun atas plasma darah dan sel
darah. Plasma darah adalah bagian yang cair dan sel
darah adalah bagian padatnya. Sel pembentuk jaringan
darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
 Jaringan limfa (getah bening)
Jaringan limfa tersusun atas glukosa, air, dan lemak.
Komponen sel limfa meliputi limfosit dan granulosit.
Jaringan limfa adalah jaringan ikat yang berfungsi untuk
mengangkut lemak, protein, dan zat lain dari jaringan
ke sistem peredaran darah.

Gambar 8.1. Berbagai jenis jaringan ikat pada tubuh manusia


(Sumber: blog.ruangguru.com)

88 | Alin Liana
3. Jaringan otot
Otot merupakan alat gerak aktif. Terdiri atas otot lurik,
otot polos, dan otot jantung (Gambar 8.2). Jaringan otot
bertanggung jawab untuk pergerakan tubuh, terdiri atas sel‐
sel otot yang terspesialisasi untuk melaksanakan kontraksi
dan berkonduksi (menghantarkan impuls). Di dalam
sitoplasmanya ditandai dengan adanya sejumlah besar
elemen kontraktil yang disebut miofibril.

Gambar 8.2 Jaringan otot (Sumber: diktatguru.com)

Tabel 8.1 Perbandingan Otot Polos, Otot Jantung, dan Otot


Lurik

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 89


4. Jaringan saraf
Jaringan saraf dibentuk oleh sel‐sel saraf. Berfungsi
mengantarkan rangsang dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh yang lain. Secara struktural jaringan saraf terdiri atas
sel saraf dan sel‐sel jaringan interstitial yang menyokong sel
saraf. Sebuah sel saraf (neuron) terdiri atas badan sel dan
juluran‐juluran sitoplasma, yaitu akson dan dendrit (Gambar
8.3). dalam melaksanakan tugasnya, masing‐masing sel saraf
akan terhubung dengan sel saraf lain melalui sinapsis.

Gambar 8.3 Morfologi sel saraf

B. Organ dan Sistem Organ


Secara umum, pada hewan‐hewan multiseluler, berbagai
macam jaringan dapat diorganisasikan membentuk organ.
Sebagai contoh pada lambung vertebrata yang memiliki
empat lapisan jaringan utama, lapisan paling dalam ditempati
oleh jaringan epitel, bagian luarnya dilapisi jaringan ikat,
selanjutnya dikelilingi oleh lapisan tebal otot polos, dan
bagian paling luar kembali dibungkus oleh selapis jaringan
ikat.

90 | Alin Liana
Pada tingkat yang lebih tinggi, sekumpulan organ akan
membentuk sistem organ yang memiliki fungsi terspesialisasi.
Namun demikian fungsi‐fungsi tersebut harus tetap bekerja
sama untuk menjamin kelangsungan hidup hewan tersebut.
Misalnya oksigen yang diperoleh dari sistem respirasi harus
tetap disebarluaskan ke seluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi. Berikut adalah beberapa sistem organ utama dalam
tubuh manusia yang dijadikan contoh dalam pembahasan ini.

1. Sistem sirkulasi (peredaran darah)


Sistem sirkulasi (peredaran darah) adalah suatu sistem
yang mengatur transprotasi nutrisi (sari‐sari makanan) dan
udara (O2 dan CO2) serta zat‐zat lain yang akan didistribusikan
ke seluruh tubuh. Sistem peredaran darah terdiri atas organ
jantung dan pembuluh‐pembuluh darah. Pada manusia,
jantung memiliki empat ruangan, yaitu dua serambi (atrium),
serambi kanan dan serambi kiri; dan dua bilik (ventrikel), bilik
kanan dan bilik kiri. Pembuluh darah adalah bagian dari
sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh.
Pembuluh darah terdiri atas arteri, vena, dan kapiler. Arteri
adalah pembuluh darah yang membawa darah keluar dari
jantung. Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah
kembali ke jantung. kapiler adalah pembuluh darah kecil
tempat pertukaran nutrisi dan gas.
Peredaran darah manusia dikenal dua sistem peredaran
darah, yaitu peredaran darah besar dan peredaran darah
kecil. Sistem peredaran darah besar bekerja mengalirkan
darah kaya nutrisi dan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.
Aliran darah dimulai dari bilik kiri, pembuluh darah besar

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 91


(aorta), arteri, pembuluh kapiler selanjutnya terjadi difusi
osmosis berbagai zat yang akan dimasukkan ke dalam sel.
Berikutnya zat sisa metabolisme akan di bawa ke jantung
melalui pembuluh darah balik venula, vena, dan kembali ke
jantung melalui serambi kanan.
Sementara itu, sistem peredaran darah kecil bekerja
mengalirkan darah miskin oksigen dari jantung ke paru‐paru.
Aliran darah dimulai dari bilik kanan, arteri pulmonalis, paru‐
paru, vena pulmonalis, dan berakhir di serambi kiri.
Perhatikan aliran darah pada Gambar 8.4

Gambar 8.4 Skema Sistem Sirkulasi


(Sumber: www.agroteknologi.web.id)

2. Sistem Respirasi (Pernapasan)


Respirasi merupakan proses memasukkan oksigen dari
lingkungan dan membuang karbondioksida. Pertukaran

92 | Alin Liana
oksigen dan karbondioksida ini sekaligus menunjukkan
hubungan antara sistem sirkulasi dan respirasi seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Organ‐organ yang terlibat dalam
proses respirasi meliputi rongga hidung, rongga mulut,
faring, laring, trakea, dan paru‐paru (bronkus, bronkiolus, dan
alveolus). Saat udara melewati hidung, terdapat rambut‐
rambut halus pada hidung yang dapat menyaring udara untuk
menghindari debu dan mikroba ikut dalam aliran udara.
Selanjutnya udara akan melewati laring dan trakea menuju
paru‐paru. Di paru‐paru udara akan melewati bronkus yang
bermuara pada dua percabangan bronkiolus menuju ke
alveolus. Di alveolus terjadi pertukaran gas dari udara dan
dari dalam darah. Perhatikan Gambar 8.5

Gambar 8.5 Skema Sistem Pernapasan (Sumber: www.jagad.id)

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 93


3. Sistem Pencernaan
Organ‐organ utama yang terlibat dalam sistem
pencernaan meliputi: rongga mulut, faring (kerongkongan),
esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
Terdapat pula organ aksesoris yang terdiri atas gigi, lidah,
kelenjar ludah, pankreas, hati, dan kantong empedu.
Perhatikan Gambar 8.6
Pencernaan makanan dimulai dari mulut. Di sini terjadi
pencernaan mekanik oleh gigi dan lidah, juga pencernaan
kimiawi dengan bantuan enzim amilase yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah. Selama mengunyah makanan, gigi yang
memiliki beragam bentuk berfungsi memotong, melumat,
dan menggerus makanan agar mudah didorong lidah menuju
faring. Ketika menelan, bagian atas batang tenggorokan akan
bergerak ke atas sehingga lubang pembukaannya akan
tertutup oleh epiglotis, untuk memastikan bahwa makanan
masuk ke kerongkongan, bukan ke saluran udara. Esofagus
mengalirkan makanan dari faring turun ke lambung. Gerak
peristaltik pada otot esofagus akan mendorong makanan
masuk ke lambung. Lambung berfungsi untuk menyimpan
makanan yang tertelan, mencampur makanan dengan cairan
pencernaan yang diproduksinya, dan selanjutnya mengalirkan
isinya ke usus halus. Lambung juga mensekresi getah
lambung yang disebut pepsin, enzim yang membantu
hidrolisis protein. Makanan diolah menjadi bentuk semi padat
yang disebut kim. Selanjutnya kim akan dilepas sedikit‐sedikit
menuju ke bagian awal usus halus (duodenum). Di sini kim
asam dari lambung akan bercampur dengan getah
pencernaan dari pankreas, hati, kantung empedu, dan sel‐sel

94 | Alin Liana
kelenjar pada dinding usus halus. Pankreas mengeluarkan
enzim hidrolitik dan larutan alkali yang akan berfungsi
sebagai buffer untuk menetralkan asam kim dari lambung.
Hati menghasilkan empedu, yang disimpan dalam kantong
empedu. Empedu membantu melarutkan lemak, sehingga
mudah diserap tubuh. Sisa‐sisa makanan yang tidak terserap
akan didorong ke usus besar. Fungsi utama usus besar adalah
menampung air dan garam mineral yang tidak terserap dan
membentuknya menjadi limbah padat yang dapat
dikeluarkan. Sisa makanan di usus besar akan didorong ke
rektum, di mana feses disimpan sampai meninggalkan tubuh
melalui anus.

Gambar 8.6 Skema Sistem Pencernaan


(Sumber: www.altundo.com)

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 95


96 | Alin Liana
Bab IX
Evolusi

B
erdasarkan percobaan kimia yang dilakukan oleh
Stanley Miller pada tahun 1950‐an diketahui bahwa
bahan mentah kehidupan adalah asam amino,
molekul gula, lipid, dan nukleotida. Bahan‐bahan ini berasal
dari reaksi‐reaksi kimia berbagai gas awal di bumi. Gas CO2,
H2, N2, CH4, NH3, dan H2O merupakan gas awal bumi yang
bereaksi karena banyaknya energi yang terbentuk mulai dari
lelehan interior, petir dari awan di atmosfer, benturan meteor
besar, dan sinar matahari.
Asal mula kehidupan di bumi telah dijelaskan dengan
pendekatan agama melalui kitab suci dan pendekatan sains
melalui deskripsi ilmiah para ilmuwan. Bumi berumur 5 milyar
tahun dan hipotesis menyatakan bahwa planet dibentuk dari
putaran debris, debu, dan gas yang mengitari matahari.
Kekuatan gravitasi menggumpalkan materi tersebut, panas
dilepaskan dan melelehkan bagian interior. Letusan gunung
api dan retakan di bagian eksternal menyebabkan batuan dan
gas keluar, membentuk atmosfer awal di bumi. Gas‐gas
dalam atmosfer ini meliputi CO2, H2, H2O, N2, CH4, NH3.
Ketika bumi mendingin, air di atmosfer mengembun dan
jatuh sebagai hujan. Ketika membentur batuan, air menguap
kembali ke atmosfer dan jatuh lagi sebagai hujan. Berjuta‐juta
tahun siklus ini terjadi sampai bumi cukup dingin untuk cairan

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 97


air terakumulasi pada permukaannya, membentuk lautan
yang berisi mineral‐mineral yang terkikis dari batuan.
Kehidupan pertama kali dimungkinkan terjadi 4 milyar tahun
lalu. Fosil tertua mirip bakteri berumur sekitar 3,5 milyar
tahun. Sesudah terbentuknya bumi sekitar satu milyar tahun
lalu sebelum organisme hidup pertama cukup untuk
meninggalkan fosil.

A. Teori Evolusi Darwin


1. Charles Robert Darwin (1809 – 1882)
Erasmus Darwin (kakek Charles Darwin), Buffon,
Lamarck, dan Alfred R. Wallace pernah melontarkan teori
evolusi. Berdasarkan teori mereka, Charles Darwin menyusun
teorinya. Karena teori Darwin lebih sistematik, lengkap, dan
disertai fakta‐fakta pendukung, maka teori Darwinlah yang
digunakan sebagai pijakan ilmiah hingga saat ini, hingga
Darwin dianggap sebagai Bapak Evolusi.
Berikut adalah beberapa pendapat Darwin:
a. Semua makhluk hidup yang ada di bumi ini merupakan
hasil keturunan dari moyang yang sama yang
mengalami modifikasi.
b. Spesies bukan merupakan sesuatu yang kekal atau
tidak mengalami perubahan, melainkan berevolusi
melalui proses perubahan bertahap dari berbagai
spesies yang telah ada, dan bahwa semua spesies
mempunyai hubungan kekerabatan, sampai
sedemikian setiap dua spesies yang ada di bumi ini
pada suatu saat dalam riwayatnya mempunyai leluhur
yang sama.

98 | Alin Liana
c. Manusia sebagai makhluk hidup tentu saja
dipengaruhi oleh seleksi alam.
d. Berdasarkan kenyataan itu dapat disimpulkan bahwa
variabilitas dan keturunan dengan kemampuan
adaptasi yang baik akan bertahan hidup dan ciri yang
diperoleh dari seleksi tersebut dapat diwariskan.

2. The Origin of Species (1859)


Pada tahun 1859, Charles Darwin menuangkan
gagasannya dalam karya fenomenal dan penuh kontroversi
hingga saat ini, sebuah buku berjudul “On the Origin of
Spesies by Mean of Natural Selection”. Pada edisi pertama
buku tersebut, Darwin tidak menggunakan kata evolusi
sebagai alinea terakhir, namun merujuk pada ungkapan
pewarisan dengan modifikasi (descent with modification),
suatu frasa yang memadatkan pandangannya mengenai
kehidupan. Darwin memandang adanya kesatuan dalam
kehidupan, dimana semua organisme berkerabat melalui
garis keturunan dari prototype yang tidak diketahui yang
hidup pada zaman dahulu kala. Ketika keturunan organisme
itu terpencar ke berbagai habitat yang berbeda selama jutaan
tahun, organisme ini akan mengakumulasi modifikasi atau
adaptasi yang beraneka ragam, yang membuat mereka
menjadi cocok dengan suatu cara hidup tertentu.
Berikut bahasan penting yang disampaikan Darwin dalam
bukunya:
a. Semua spesies dapat menghasilkan keturunan lebih
cepat daripada suplai makanan;

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 99


b. Semua makhluk hidup menunjukkan variasi; tidak ada
dua individu dalam spesies yang benar‐benar sama;
c. Karena ada lebih banyak individu daripada yang
mungkin dapat survive (bertahan), terjadi perjuangan
untuk bertahan hidup “struggle for existence” dan
variasi dalam ukuran, kekuatan, atau ciri lain yang
penting untuk survival akan menghasilkan
keuntungan/kelebihan daripada lainnya;
d. Variasi tersebut diwariskan pada generasi selanjutnya,
ciri yang tidak menguntungkan akan lebih sedikit
diturunkan daripada yang menguntungkan;
e. Dalam kurun waktu geologis lama, variasi yang sukses
menghasilkan perubahan besar yang menghasilkan
spesies baru.

B. Atribut Darwinisme
1. Faktor utama yang mempengaruhi jalannya evolusi
a. Kekuatan selektif, yang meliputi teknologi, teknologi
pertanian, dan evolusi industri mengubah pola mata
pencaharian dan aktivitas manusia;
b. Mobilitas populasi, adanya alat transportasi udara
yang sangat cepat memungkinkan timbulnya
pengaruh terhadap aliran genetic drift dan unggun
gen;
c. Meningkatnya rentang reproduksi, semakin cepatnya
masa menarche dan lambatnya menopause akan
semakin meningkatkan pertumbuhan populasi
manusia;

100 | Alin Liana


d. Adanya penyakit‐penyakit baru, penyakit yang
ditularkan dari hewan semakin banyak. Juga yang
disebabkan oleh bertambahnya rentang umur
manusia.

2. Cara‐cara evolusi
Proses evolusi dapat terjadi secara cepat atau lambat,
bergantung kepada proses perubahan yang dialami masing‐
masing spesies. Diketahui terdapat dua cara yang dapat
ditempuh suatu spesies dalam perjalanan evolusinya, yaitu:
a. Gradualism (perubahan bertahap), bahwa evolusi
terjadi dengan akumulasi perubahan‐perubahan kecil
yang stabil dalam waktu lama.
b. punctuated equillibrium (evolusi tertegun), bahwa
perubahan morfologi terkonsentrasi dalam perubahan
mendadak yang singkat, biasanya berhubungan
dengan origin (munculnya) spesies baru.

3. Faktor‐faktor yang Mempengaruhi Evolusi


a. Seleksi alam
Darwin menggambarkan seleksi alam (natural
selection) sebagai suatu proses untuk bertahan hidup.
Bahkan orang‐orang yang berkecimpung di luar
bidang Biologi menganggap seleksi alam sebagai
perjuangan agar tetap hidup (survive). Namun
demikian, hal penting dalam proses seleksi alam
adalah bagaimana sejumlah gen mampu berkontribusi
pada generasi berikutnya. Tentu saja kemampuan
untuk bertahan hidup tetap sesuatu yang penting,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 101


tetapi ketahanan hidup itu sendiri tidak menjamin
bahwa gen‐gen akan diturunkan pada generasi
berikutnya. Oleh karena itu, seleksi alam diukur dari
fitness yaitu daya penerus keturunan.
b. Mutasi
Mutasi adalah perubahan genotip suatu individu
yang terjadi secara tiba‐tiba dan secara acak.
Perubahan genotip yang terjadi juga menyangkut
perubahan bahan genetik, sehingga terjadi perubahan
frekuensi gen yang memunculkan atau
menghilangkan suatu alel dalam populasi. Mutasi
merupakan sumber kombinasi gen baru, tetapi mutasi
juga dipengaruhi oleh kekuatan lain yaitu genetic drift
dan gene flow. Mutasi memperbanyak variasi. Tetapi
tidak semua mutan dapat hidup pada tiap lingkungan.
Bila mutan terseleksi, tidak dapat bereproduksi.
c. Genetic drift
Perubahan frekuensi alel akibat adanya faktor
kebetulan maupun adanya kesalahan pengambilan
sampel yang disebabkan karena populasi kecil dan
jumlah individunya rendah disebut Genetic drift.
Genetic drift tidak dapat melenyapkan gen dalam
waktu singkat, hanya dapat melenyapkan gen yang
jarang terekspresi.
d. Gene flow
Gene flow merupakan arus keluar masuk gen
dalam suatu populasi. Gene flow merupakan intervensi
dari genetik lain dari suatu populasi tertentu. Keluar
masuknya gen dapat mengubah frekuensi gen bila

102 | Alin Liana


frekuensi migrasi berubah secara menyolok. Arus gen
yang masuk dapat menambah variasi, arus gen yang
keluar mengurangi variasi. Bila frekuensi gen sama,
variasi tidak berubah. Bila yang kuat desakan mutasi,
variasi akan bertambah banyak. Jika yang kuat
desakan seleksi, variasi berkurang.

4. Bukti‐bukti Evolusi
a. Penemuan fosil
Fosil adalah tubuh, bagian tubuh, jejak, atau sisa‐
sisa makhluk hidup yang telah berusia ribuan bahkan
jutaan tahun yang telah membatu. Fosil dapat berupa
batu, dapat pula berupa tubuh yang diawetkan secara
alami. Fosil dapat digunakan untuk meneliti serial
perubahan struktur pada organisme yang telah punah.
Fosil yang ditemukan di berbagai lapisan bumi.
Yang paling lengkap adalah hasil rekonstruksi
penemuan fosil kuda oleh ilmuwan Amerika Marsh
dan Osborn. Perubahan yang ditunjukkan oleh fosil‐
fosil kuda merupakan petunjuk tentang kebenaran
teori evolusi, yaitu perubahan‐perubahan secara
berangsur‐angsur dalam jangka waktu yang lama.
b. Perbandingan anatomi
Organisme yang berbeda bisa memiliki fitur
anatomis yang mirip (homologi), atau alat tubuh yang
memiliki fungsi yang sama dari dua organisme dapat
berasal dari fitur anatomis yang berbeda (analogi).
Contoh pada kupu‐kupu, kelelawar, dan burung.
Ketiga hewan tersebut memiliki sayap, tetapi secara

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 103


anatomis sayap kuku‐kupu berbeda dengan sayap
burung dan kelelawar. Sayap burung dan kelelawar
memiliki tulang‐tulang yang mirip dengan kaki depan
kambing, tetapi tidak demikian dengan kupu‐kupu.
Adanya homologi organ ini menunjukkan
terjadinya perkembangan evolusi divergensi.
Sedangkan terbentuknya analogi menunjukkan
terjadinya evolusi konvergensi. Evolusi divergensi
adalah evolusi dari satu spesies menghasilkan
beberapa spesies yang memiliki anatomi tubuh yang
sama. Sedangkan evolusi konvergensi adalah evolusi
dari beberapa spesies berbeda yang menempati
lingkungan yang sama akhirnya memiliki organ tubuh
yang fungsinya sama meskipun secara anatomi
berbeda.
c. Struktur vestigial (alat tubuh yang tersisa)
Organ tubuh yang tidak digunakan semakin lama
akan semakin menyusut (mengalami reduksi). Namun,
beberapa sisa organ tersebut terkadang masih dapat
ditemukan. Sisa‐sisa organ tubuh itu terkadang
terdapat pada fase embrionik dan setelah dewasa
menghilang, namun ada juga yang masih tersisa
hingga dewasa.
Contohnya, pada ular piton terdapat sisa kaki
yang mengecil. Ular piton diduga berasal dari binatang
berkaki, yang kakinya semakin mengecil. Pada
manusia terdapat sisa tubuh yang tidak berfungsi di
antaranya adalah umbai cacing.

104 | Alin Liana


d. Perbandingan embriologi, embrio minggu‐minggu
pertama pada vertebrata menunjukkan persamaan
struktur sehingga mewakili adanya hubungan
evolusioner.
e. Perbandingan fisiologis, jika diperbandingkan terdapat
perkembangan proses‐proses faal dalam tubuh
organisme tingkat rendah dan tinggi, baik organ
maupun mekanismenya. Akan tetapi kegiatan
fisiologis di dalam sel itu memiliki kemiripan, misalnya
dalam sintesis protein atau respirasi.
f. Petunjuk biokimia, persamaan sekuen protein dan
DNA menunjukkan hubungan evolusioner.
g. Perubahan geologis dapat menerangkan variasi pada
distribusi tanaman dan hewan.
h. Domestikasi, pembudidayaan makhluk hidup dapat
mengakibatkan perubahan fenotip sesuai keinginan
manusia. Melalui domestikasi manusia dapat
menghasilkan varietas baru yang memiliki sifat sesuai
kehendak manusia.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 105


106 | Alin Liana
Bab X
Keanekaragaman
dan Klasifikasi

A. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merupakan variasi atau
perbedaan bentuk‐bentuk makhluk hidup, meliputi
perbedaan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme;
materi genetik yang dikandungnya; serta bentuk‐bentuk
ekosistem tempat hidup suatu makhluk hidup.
Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu
keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan
keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen menyebabkan variasi antar individu
sejenis. Gen yang merupakan faktor pembawa sifat dapat
mengakibatkan keanekaragaman pada makhluk hidup.
Keanekaragamn gen di dalam satu jenis (spesies) yang sama
disebut varietas.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 107


Gambar 10.1. Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen, gen yang
berbeda menyebabkan ekspresi pial ayam yang berbeda‐beda
(Sumber: www.plengdut.com)

2. Keanekaragaman Spesies
Variasi warna pada ikan dan warna bunga menunjukkan
adanya variasi dalam tingkatan jenis makhluk hidup. Variasi
ini disebabkan karena adanya rekombinasi (pencampuran)
gen‐gen dalam jenis tersebut sehingga melahirkan variasi
yang lebih beragam. Keanekaragaman hayati antar spesies
(tingkat jenis) mudah diamati karena perbedaannya
mencolok.

Gambar 10.2. Berbagai jenis kacang, merupakan contoh keanekaragaman


jenis
(Sumber: www.eBiologi.com)

108 | Alin Liana


3. Keanekaragaman ekosistem
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan
lingkungannya yang berupa faktor biotik dan faktor abiotik.
Antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain (baik di
dalam jenis maupun antar jenis) terjadi interaksi. Interaksi ini
dikenal dengan nama interaksi biotik yang membentuk
komunitas.
Selain interaksi biotik dapat pula terjadi interaksi antara
komponen biotik dengan kondisi lingkungan abiotik
menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Beberapa
ekosistem itu antara lain: ekosistem lumut, ekosistem hutan
berdaun jarum, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem
padang rumput, ekosistem padang pasir, dan ekosistem
pantai.

B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dibedakan
berdasarkan karakteristik wilayah dan persebaran
organismenya. Indonesia memiliki 17 ribu pulau. Luas daratan
1,9 km2, hanya sepertiga dari luas perairan yang mencapai 3,1
km2. Dengan kekayaan tersebut, Indonesia menjadi negara
kepulauan tropik terbesar di dunia dengan 47 tipe ekosistem.
Satu dari tujuh pusat raksasa keanekaragaman hayati,
menempati peringkat kedua setelah Brazil dalam hal
keanekaragaman spesies.
Sebagai satu dari tujuh pusat raksasa keanekaragaman
hayati, Indonesia memiliki 128 ribu jenis tumbuhan, 350 ribu
jenis hewan, dan 10 ribu jenis mikrobia. Data lain
menunjukkan, bahwa Indonesia yang hanya 1,3% luas dunia,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 109


memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga, 12% jenis binatang
menyusui, 16% jenis amphibi dan reptil, 17% jenis aves, dan 25%
jenis ikan dari seluruh spesies di dunia.

Contoh 10.3. flora dan fauna endemik Indonesia. (a) Jalak Bali, (b) Burung
Maleo, (c) Komodo, (d) Rafflesia (Sumber: Biologigonz.blogspot.com)

C. Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati


Dalam kehidupan sehari‐hari, keanekaragaman hewan
dan tumbuhan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
primer dan sekunder guna meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia.

110 | Alin Liana


a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang bersifat
mutlak, misalnya sandang, pangan, papan dan udara
bersih.
b. Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan untuk lebih
menikmati hidup, misalnya transportasi dan rekreasi.

D. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati


a. Klasifikasi
Di dalam biologi, cara atau metode
pengklasifikasian makhluk hidup dipelajari dalam
cabang ilmu tersendiri. Ilmu yang mempelajari
klasifikasi makhluk hidup disebut Taksonomi. Orang
yang pertama melakukan klasifikasi adalah Carl Von
linne (1707‐1778), seorang ahli botani berkebangsaan
Swedia yang lebih dikenal nama Carolus Linnaeus.
Klasifikasi digunakan untuk mempelajari makhluk
hidup berdasarkan persamaan ciri morfologi (bentuk
luar), anatomi (bentuk dalam), fisiologi, perilaku,
bahkan sifat molekular.
Klasifikasi bertujuan menyederhanakan objek
studi makhluk hidup yang sangat beraneka ragam,
sehingga akan lebih mudah dalam mempelajarinya.
Makhluk hidup yang memiliki ciri‐ciri yang sama
dikelompokkan ke dalam unit‐unit. Unit ini dinamakan
takson. Takson disusun dari tingkat tinggi ke tingkat
rendah. Dalam klasifikasi ini diperlukan metode
penamaan (nomenclature) untuk memberi nama suatu
kelompok organisme tertentu.
Penamaan dimaksudkan untuk tujuan berikut ini :

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 111


 menyusun hubungan kekerabatan antar kelompok
 menunjukkan tingkatan dalam taksonomi
 membedakan antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain
 memudahkan dalam mengenal ciri‐ciri kelompok.

b. Proses Klasifikasi
i. Pencanderaan ciri‐ciri makhluk hidup
ii. Pengelompokkan berdasarkan ciri‐ciri
iii. Pemberian nama takson

c. Urutan tingkatan takson dalam klasifikasi


Tingkatan Takson
Hewan Tumbuhan Arti dalam Bahasa Indonesia
• Kingdom • Regnum • Dunia/Kerajaan
• Phylum • Divisio • Filum/Divisi
• Classis • Classis • Kelas
• Ordo • Ordo • Bangsa
• Familia • Familia • Suku
• Genus • Genus • Marga
• Species • Species • Jenis

d. Jenis‐jenis Klasifikasi
1) Klasifikasi Alamiah
Sistem klasifikasi ini mencerminkan keadaan
sebenarnya di alam. Sistem ini pertama sekali
dicetuskan oleh Michel Adamson (1727‐1806),
dengan jalan mengikutsertakan,
memperhitungkan, dan memperlakukan dengan

112 | Alin Liana


sama semua sifat yang dimiliki tumbuhan.
Tumbuhan yang memiliki jumlah kesamaan ciri‐ciri
terbanyak dikelompokkan bersama‐sama dengan
memperhatikan fakta‐fakta evolusi yang sesuai
sehingga hasilnya dapat ditafsirkan dengan istilah‐
istilah filogeni.
Gagasan tersebut baru mendapat pengakuan
setelah matematika modern dan teknologi
komputer berkembang pesat. Hanya beberapa
golongan makhluk hidup saja yang bisa
diklasifikasikan dengan sistem ini, karena data‐data
yang ada belum memungkinkan untuk
dikomputasi. Pemakaian komputer memberi
peluang untuk memperoleh sistem klasifikasi yang
akan memenuhi berbagai keinginan dan memberi
kepuasan pada semua pihak. Tetapi penelitian
secara komprehensif diperlukan untuk
memperoleh data klasifikasi yang valid.

2) Klasifikasi Buatan
Hampir semua klasifikasi terdahulu bersifat
buatan. Tujuan utamanya adalah untuk
mempermudah pengenalan sehingga biasanya
hanya didasarkan pada satu atau dua ciri
morfologi yang mudah dilihat. Sekarang
klasifikasi ini jarang dipakai karena sudah tidak
berimbang dengan kemajuan dan keperluan
botani modern. Sistem klasifikasi ini diciptakan
oleh Theophrastus, tumbuhan digolongkan

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 113


berdasarkan habitusnya yaitu kelompok pohon,
semak, perdu, dan terna. Klasifikasi ini dipakai
hampir selama 2000 tahun. Linnaeus mengganti
sistem habitus ini dengan sistem kelamin,
dikenal 24 kelas tumbuhan berdasarkan jumlah,
posisi, dan panjang benang sari. Kelas‐kelas ini
dibagi‐bagi menjadi beberapa bangsa
berdasarkan sifat‐sifat putiknya. Sistem ini juga
mempunyai banyak kekurangan karena
mengabaikan ciri morfologi lainnya dan tidak
menunjukkan hubungan kekerabatan yang
sebenarnya.

3) Klasifikasi Fenetik
Klasifikasi ini didasarkan pada kekerabatan
yang ditentukan oleh banyaknya persamaan
bentuk yang nampak. Pertama sekali disusun
oleh Antoine Laurent De Jussieu (1748‐1836).
Dunia tumbuhan dibaginya menjadi tiga
golongan besar yaitu:
- Acotyledonae (jamur, ganggang, lumut dan
paku‐pakuan).
- Monocotyledonae
- Dicotyledonae
Sifat‐sifat tumbuhan diberinya nilai yang
berbeda, misalnya: embrio lebih penting dari
benang sari, benang sari lebih berharga dari
nilai mahkota bunga dan seterusnya.

114 | Alin Liana


Berdasarkan metode ini tumbuhan biji dapat
digolongkannya menjadi 15 kelas dan 100 bangsa.
Sistem ini diperluas oleh Agustine Pyramus de
Candolle (1778‐1841), dalam buku Prodromus,
berisi 60.000 jenis tumbuhan berbiji, 211 suku,
urutannya dimulai dari golongan yang
mempunyai bagian bunga yang lepas, banyak
dan jelas perbedaannya, misalnya: Magnoliaceae
Annonaceae dan lain‐lain, diikuti golongan
dengan bunga tereduksi.
Robert Brown (1773‐1858), menemukan
bahwa biji Gymnospermae terbuka dan tidak
terlindung oleh bakal buah seperti pada
Angiospermae. Holfmeiter (1824‐1877), memberi
landasan pergiliran keturunan pada lumut, paku
dan tumbuhan berbiji, dikenallah takson‐takson
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, dan
Spermatophyta.
Kerjasama George Bentham (1800‐1844) dan
Joseph Dalton Hooker (1817‐1911) menghasilkan
klasifikasi yang terkenal dan banyak digunakan,
diungkapkan dalam “Genera Plantarum”. Batasan‐
batasan yang digunakan cukup alamiah dan
dianggap mencerminkan arah evolusi.

4) Klasifikasi Filogeni (Filetik)


Sejak terbitnya buku “The Origin of
Species” dan diterimanya teori evolusi yang
diungkapkan di dalamnya oleh Charles Darwin

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 115


(1809‐1882) maka sistem klasifikasi bertujuan
untuk mencerminkan evolusi jenis. Jenis yang ada
sekarang tidak lagi dianggap sebagai ciptaan
khusus yang statis, mantap dan tidak berubah‐
ubah, tetapi merupakan populasi yang bervariasi,
dinamis dan dianggap sebagai keturunan jenis‐jenis
sebelumnya.
Filogeni adalah perkembangan sejarah garis‐
garis evolusi dalam suatu golongan makhluk hidup,
jadi dapat diartikan sebagai asal dan evolusi
suatu takson. Klasifikasi ini menekankan keeratan
hubungan kekerabatan nenek moyang takson
satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan
klasifikasi ini, para ilmuwan mencoba menerka arah
kecondongan evolusi yang ada dan menentukan
ciri primitif dan maju, misalnya: paku‐pakuan lebih
primitif daripada tumbuhan berbiji, aves lebih maju
dari amphibi dan lain‐lain. Dasar‐dasar teori
evolusi sebenarnya tidak mengakibatkan
perubahan klasifikasi luar biasa karena tidak
banyak berbeda dengan Bentham & Hooker, hanya
berbeda dalam istilah‐istilah, misalnya kesamaan
diganti dengan kekerabatan.
Perkembangan Klasifikasi Filogenetik
1) Klasifikasi dua domain
Dikemukakan oleh Aristoteles. Dibagi menjadi
domain Plantae dan Animalia.
2) Klasifikasi tiga domain

116 | Alin Liana


Dikemukakan oleh Ernest Heickel. Dibagi
menjadi Protista, Plantae, dan Animalia.
3) Klasifikasi empat domain
Dikemukakan oleh Herbert Copeland. Dibagi
menjadi Monera, Protista, Plantae, dan Animalia.
4) Klasifikasi lima domain
Dikemukakan oleh Robert H. Whittaker. Dibagi
menjadi Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan
Animalia.
5) Klasifikasi enam domain
Dikemukakan oleh Carl Woese. Dibagi menjadi
Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia.

Gambar 10.4. Klasifikasi lima kingdom (Sumber: biologi‐


fact.blogspot.com)

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 117


Gambar 10.5. Klasifikasi enam kingdom (Sumber: takshilalearning.com)

118 | Alin Liana


Bab XI
Ekologi

A. Definisi Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos (rumah tangga)
dan Logos (ilmu), karena itu secara harfiah ekologi berarti
ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Istilah ekologi
pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1866),
seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman. Menurut Haeckel,
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
organisme dan lingkungannya. Maka, secara umum ekologi
adalah hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
terdapat di sekitar organisme. Dapat berupa lingkungan
abiotik maupun biotik.

B. Satuan – satuan Ekologi


Di alam, makhluk hidup dapat hidup sendiri (soliter)
maupun berkelompok. Hal tersebut menunjukkan adanya
satuan‐satuan kehidupan di dalam lingkungan. Satuan‐satuan
kehidupan itu adalah individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Di mana keseluruhan satuan‐satuan
itu akan membentuk suatu organisasi kehidupan.
Komponen dalam organisasi kehidupan itu meliputi
lingkungan fisik atau disebut lingkungan abiotik dan
organisme lain yang berhubungan langsung maupun tak

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 119


langsung disebut lingkungan biotik. Jadi, lingkungan abiotik
mencakup segala sesuatu yang tak hidup dalam lingkungan
organisme, seperti tanah, air, cahaya matahari, cuaca dan
sebagainya; sedangkan lingkungan biotik adalah segala
makhluk hidup di sekitar dan di dalam tubuh organisme.
Sekumpulan organisme yang sama akan membentuk
populasi. Populasi adalah sekelompok individu‐individu
sejenis (yang dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan
yang fertil) yang menempati habitat yang sama.
Kumpulan dari populasi akan menjadi sebuah komunitas.
Sebuah komunitas terdiri dari populasi‐populasi semua
spesies organisme yang hidup dan berinteraksi dalam suatu
wilayah, sehingga menjadi suatu unit fungsional yang
mempunyai struktur yang pasti.
Organisme dari berbagai spesies yang hidup secara alami
di suatu tempat, membentuk suatu kumpulan sehingga
individu yang terdapat di dalamnya menemukan lingkungan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan
ini terdapat kerukunan, toleransi, dan hubungan timbal balik
yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terdapat
suatu keterpaduan. Kumpulan inilah yang disebut komunitas.
Komunitas juga berinteraksi dengan lingkungan fisiknya
sehingga terbentuk sebuah sistem yang khas, dan inilah yang
disebut dengan ekosistem. Jadi, sebuah ekosistem bukan
hanya mempelajari interaksi organisme dengan lingkungan
biotiknya dalam sebuah komunitas, tetapi juga hubungan
timbal balik dengan lingkungan abiotiknya seperti suhu,
cahaya, dan faktor‐faktor tanah yang berpengaruh terhadap
keberadaan organisme. Istilah lainnya adalah ekosfer. Istilah

120 | Alin Liana


ini meliputi biosfer dan interaksinya dengan atmosfer,
hidrosfer dan litosfer.
Biosfer berasal dari kata bios yang artinya hidup dan
sphaira atau sphere yang artinya lapisan. Dengan demikian,
biosfer adalah lapisan tempat kehidupan makhluk hidup dan
organisme. Biosfer merupakan tempat di mana makhluk
hidup seperti flora dan fauna ditemukan. Biosfer juga
memiliki 2 faktor yaitu faktor abiotik dan faktor biotik.

C. Habitat dan Niche


Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan
berkembang biak pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan
yang sesuai adalah lingkungan yang mampu menyediakan
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan makanan,
perlindungan, dan lain‐lain.
Di tempat yang sesuai itulah makhluk hidup akan mampu
berkembang biak. Bila keturunannya menyebar, mereka akan
mencari lingkungan lain yang kondisinya sama dengan kondisi
di mana nenek moyangnya berada. Dengan demikian,
organisme tersebut akan mudah ditemukan pada lingkungan
yang sama kondisinya. Maka dari itu, jika kita mencari suatu
jenis makhluk hidup harus mengetahui daerah di mana dia
biasa hidup. Daerah di mana suatu organisme biasa hidup dan
mengembangkan dirinya disebut habitat. Habitat juga dapat
diartikan sebagai alamat suatu organisme. Ada organisme
yang hidup di darat,di air, ada juga yang hidup di kedua
tempat tersebut. Tetapi, ada pula yang hidup menumpang
pada organisme lain. Ada yang menumpang tidak merugikan,

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 121


tetapi ada pula yang menumpang dan merugikan, bahkan
dapat mengancam kehidupan organisme yang ditumpangi.
Di dalam suatu ekosistem, setiap organisme mempunyai
fungsi dan jabatan atau tugas tertentu. Jabatan atau fungsi
organisme di dalam ekosisitem disebut nisia (Niche).

D. Faktor Pembatas
1. Hukum Toleransi Shelford
“Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung
kepada lengkapnya kompleks‐kompleks keadaan. Ketiadaan
atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh
kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif
salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati
batas‐batas toleransi organisme tersebut”
Asas‐asas Hukum Toleransi dari Shelford:
1. Organisme‐organisme dapat memiliki kisaran toleransi
yang luas (eury) bagi satu faktor dan kisaran yang
sempit (steno) untuk faktor lainnya.
Misalnya, organisme dengan toleransi yang luas
terhadap suhu disebut eurithermal, sedangkan
organisme dengan kisaran toleransi yang sempit
terhadap suhu disebut stenothermal.
2. Organisme‐organisme dengan kisaran‐kisaran
toleransi yang luas untuk semua faktor, wajar memiliki
penyebaran yang paling luas.
Kucing tahan terhadap berbagai variasi suhu, musim,
dan kelembaban, sehingga bisa ditemukan di berbagai
habitat. Beruang kutub hanya tahan hidup di daerah

122 | Alin Liana


dengan suhu rendah, sehingga persebarannya
terbatas di daerah tertentu saja.
3. Apabila keadaan‐keadaan tidak optimum bagi suatu
jenis mengenai suatu faktor ekologi, batas‐batas
toleransi terhadap faktor‐faktor ekologi lainnya dapat
dikurangi berkenaan dengan faktor‐faktor ekologi
lainnya.
Penman (1956) melaporkan bahwa, bila tanah dengan
kandungan nitrogen terbatas, maka daya tahan
rumput terhadap kekeringan berkurang.
4. Seringkali ditemukan bahwa organisme‐organisme di
alam sebenarnya tidak hidup pada kisaran optimum
berkenaan dengan faktor fisik tertentu.
Misalnya kompetisi antarspesies tanaman dalam
mendapatkan unsur hara.
5. Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang
kritis apabila faktor‐faktor lingkungan bersifat
membatasi. Batas‐batas toleransi individu‐individu
reproduktif, biji‐biji, telur‐telur, embrio, kecambah
atau anakan‐anakan pohon, larva biasanya lebih
sempit daripada tumbuh‐tumbuhan atau binatang
dewasa non produktif.
Telur ayam membutuhkan temperatur optimum agar
dapat ditetaskan.

2. Hukum Minimum Liebig


“Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu,
suatu organisme harus memiliki bahan‐bahan yang penting
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 123


Keperluan‐keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan
dengan berbagai keadaan”
Di bawah keadaan‐keadaan mantap, bahan yang penting
yang tersedia dalam jumlah paling dekat mendekati
minimum, genting, dan diperlukan, akan cendrung
merupakan pembatas. Hukum minimum ini kurang dapat
diterapkan di bawah keadaan sementara apabila jumlah dan
pengaruh dari bahan sangat cepat berubah.
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang
dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis
cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa
cahaya, suhu, zat makanan, dan unsur‐unsur utama
meyebabkan hilangnya vegetasi pada ketinggian tertentu di
pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan dalam
wilayah yang dinaungi. Jadi penyebaran tumbuhan
ditentukan oleh cahaya, suhu dan unsur hara yang tidak
memadai.
Liebig mempelajari pengaruh berbagai faktor pada
pertumbuhan tanaman. Ia mendapatkan bahwa hasil panen
selalu dibatasi bukan saja oleh unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah besar dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa
bahan seperti Zn, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan
jarang sekali tersedia di dalam tanah. Liebig menyatakan
bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada jumlah
minimum. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Minimum
Liebig.
Dasar‐dasar utama harus ditambahkan pada konsep ini
untuk penggunaannya dalam praktek. Pertama, bahwa
Hukum Minimum Liebig dapat dipakai hanya dalam keadaan

124 | Alin Liana


yang tetap, yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi
dalam keadaan seimbang. Misalnya CO2 adalah faktor
pembatas utama dalam danau, dan oleh karena itu
produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2,
yang berasal dari proses pembusukan bahan organik dengan
cahaya, nitrogen, fosfor, dan unsur‐unsur utama lainnya yang
dipergunakan dalam jumlah banyak dalam keadaan yang
stabil dan seimbang.
Kedua adalah faktor interaksi. Beberapa tumbuhan
memperlihatkan bahwa kebutuhan Zn lebih sedikit bila
tumbuh di bawah naungan daripada dengan cahaya penuh.
Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang
sifat membatasinya bagi tanaman yang berada di bawah
naungan dibanding dengan cahaya penuh pada kondisi yang
sama.

E. Siklus Materi dan Aliran Energi


1. Rantai Makanan dan Jaring‐jaring Makanan
Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi
dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang
mengandung energi dan unsur‐unsur kimia ditransfer dari
satu organisme ke organisme lain. Hal ini berlangsung melalui
interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan
antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur
trofik yang bertingkat‐tingkat. Tingkat trofik pertama
ditempati oleh organisme yang dapat mensintesis bahan
organik sendiri, yang disebut organisme autotrof. Tingkat
trofik ini ditempati oleh tumbuhan, baik tingkat tinggi
maupun tingkat rendah. Karena fungsi sentralnya sebagai

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 125


penghasil energi, maka organisme autotrof disebut sebagai
produsen. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai
organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri
yang disebut organisme heterotrof. Organisme heterotrof ini
hanya menggunakan zat organik dari organisme lain sehingga
disebut juga konsumen. Dalam suatu ekosistem tidak
selamanya memiliki tingkat trofik yang sama karena
tergantung dari keanekaragaman pada suatu tempat.
Namun, biasanya terdiri dari empat sampai lima tingkat trofik.
Jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat
trofik ke tingkat trofik berikutnya yang membentuk urutan
dan arah tertentu disebut rantai makanan. Di dalam suatu
ekosistem, umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai
makanan saja, tetapi lebih banyak dan kompleks. Setiap
organisme mungkin mengambil makanan dari berbagai
organisme dari trofik di bawahnya dalam rantai makanan
yang sama atau rantai makanan yang lain. Misalnya,
organisme pemakan segala (omnivora) dapat memakan
produsen dan konsumen dari berbagai tingkat trofik. Dengan
demikian, di dalam suatu ekosistem hubungan makan dan
dimakan saling berkaitan dan bercabang sehingga
membentuk jaring‐jaring makanan.

126 | Alin Liana


Gambar 11.1. (a) Rantai makanan dan (b) Jaring‐jaring makanan (Sumber:
anzdoc.com)

2. Piramida Ekologi
a. Piramida ekologi
Struktur trofik dapat disusun secara berurutan sesuai
hubungan makan dan dimakan antar trofik yang
secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau
piramida. Gambaran susunan antar trofik dapat
disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat
kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada
tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida
ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran
perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada
tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 127


dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Dikenal ada tiga macam piramida ekologi antara lain
piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida
energi. Gambaran ideal suatu piramida ekologi adalah
sebagai berikut.
1) Piramida jumlah
Penentuan piramida jumlah didasarkan pada
jumlah organisme yang terdapat pada satuan luas
tertentu atau kepadatan populasi antar trofiknya
dan mengelompokannya sesuai dengan tingkat
trofik (Gambar 11.2). Perbandingan populasi antar
trofik umumnya menunjukkan jumlah populasi
produsen lebih besar dari populasi konsumen
primer, lebih besar dari populasi konsumen
sekunder, lebih besar dari populasi konsumen
tersier. Ada kalanya suatu kondisi tidak dapat
menggambarkan kondisi sebagaimana piramida
ekologi. Misalnya, pada sebuah pohon asam tinggal
jutaan semut, puluhan kupu‐kupu, ratusan lebah,
dan sekelompok burung pemakan serangga.
2) Piramida biomassa
Piramida biomassa dibuat berdasarkan pada massa
(berat) kering organisme dari tiap tingkat trofik per
satuan luas areal tertentu. Secara umum
perbandingan berat kering menunjukkan adanya
penurunan biomassa pada tiap tingkat trofik
(Gambar 11.2). Perbandingan biomassa antar trofik

128 | Alin Liana


belum dapat menggambarkan kondisi
sebagaimana piramida energi.

Gambar 11.2. Piramida ekologi (Sumber: www.informazone.com)

3) Piramida energi
Dasar penentuan piramida energi adalah dengan
cara menghitung jumlah energi tiap satuan luas
yang masuk ke tingkat trofik dalam waktu tertentu,
(misalnya per jam, per hari, atau per tahun).
Piramida energi dapat memberikan gambaran lebih
akurat tentang kecepatan aliran energi dalam
ekosistem atau produktivitas pada tingkat trofik.
Kandungan energi tiap trofik sangat ditentukan
oleh tingkat trofiknya sehingga bentuk grafiknya
sesuai dengan piramida ekologi yang
sesungguhnya di lingkungan. Energi yang mampu
disimpan oleh individu tiap trofik dinyatakan dalam
kkal/m2/hari.
Pada piramida energi tampak jelas adanya
penurunan jumlah energi secara bertahap dari

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 129


trofik terendah ke trofik di atasnya (Gambar 11.2).
Penurunan ini disebabkan oleh hal‐hal berikut:
1) Hanya sejumlah makanan tertentu yang dapat
dimakan oleh organisme trofik di atasnya.
2) Beberapa bahan makanan yang sulit dicerna
dibuang dalam keadaan masih mengandung
energi kimia.
3) Hanya sebagian energi kimia dalam bahan
makanan yang dapat disimpan dalam sel dan
sebagian lainnya untuk melakukan aktivitas
hidup.
Selain itu bentuk piramida energi jika dibandingkan pada
suatu tempat dengan tempat lain, dapat diketahui efisiensi
produktivitas pada kedua tempat tersebut.

3. Aliran Energi
Dari aktivitas di atas dapat diketahui adanya perpindahan
energi pada sebuah rantai makanan. Pada proses
perpindahan selalu terjadi pengurangan jumlah energi setiap
melalui tingkat trofik makan‐memakan. Energi dapat berubah
menjadi bentuk lain, seperti energi kimia, energi mekanik,
energi listrik, dan energi panas. Perubahan bentuk energi
menjadi bentuk lain ini dinamakan transformasi energi.
Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya
matahari. Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen
biotik melalui produsen (organisme fotoautotropik) yang
diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa
organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen
dari berbagai tingkat tropik melalui jalur rantai makanan.

130 | Alin Liana


Energi kimia tersebut digunakan organisme untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Kemampuan organisme‐
organisme dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan
energi dinamakan produktivitas ekosistem. Produktivitas
ekosistem terdiri dari produktivitas primer dan produktivitas
sekunder. Produktivitas primer adalah kecepatan organisme
autotrof sebagai produsen mengubah energi cahaya
matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik.
Sedangkan Produktivitas sekunder adalah kecepatan
organisme heterotrof mengubah energi kimia dari bahan
organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru di
dalam tubuh.
Demikian juga perpindahan energi ke konsumen
sekunder dan tersier akan selalu menjadi pengurangan.
Perbandingan produktivitas bersih antara trofik dengan
trofik‐trofik di atasnya dinamakan efisiensi ekologi.
Diperkirakan hanya sekitar 10% energi yang dapat ditransfer
sebagai biomassa dari trofik sebelumnya ke trofik berikutnya.

4. Daur Biogeokimia
Berbeda dengan energi, materi kimia yang berupa unsur‐
unsur penyusun bahan organik dalam ekosistem, berpindah
ke trofik‐trofik rantai makanan tanpa mengalami
pengurangan, melainkan berpindah kembali ke tempat
semula. Unsur‐unsur tersebut masuk ke dalam komponen
biotik melalui udara, tanah, atau air. Perpindahan unsur kimia
dalam ekosistem melalui daur ulang yang melibatkan
komponen biotik dan abiotik ini dikenal dengan sebutan daur
biogeokimia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 131


komponen biotik dengan abiotik dalam suatu ekosistem.
Daur biogeokimia meliputi: daur air, daur sulfur, daur fosfor,
daur nitrogen, daur karbon dan oksigen.

F. Suksesi
Suksesi merupakan proses perubahan dalam komunitas
yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur. Suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Suksesi tersebut akan berakhir
bila sudah mencapai klimaks. Suatu ekosistem disebut
klimaks apabila telah mencapai homeostasis, artinya
komunitas tersebut telah mampu menjaga kestabilan kondisi
internalnya. Hal ini dapat terjadi bila di antara komponen‐
komponennya telah terkoordinasi dengan baik.
Dalam suksesi, terdapat suksesi primer dan suksesi
sekunder. Perbedaan antara kedua suksesi ini terletak pada
kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer
terjadi bila komunitas asal terganggu secara keseluruhan.
Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal
tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal
tersebut terbentuk habitat yang sama sekali baru. Pada
habitat baru ini tidak terdapat lagi organisme yang
membentuk komunitas asal yang tertinggal. Gangguan yang
terjadi dapat secara alami (tanah longsor, letusan gunung
berapi, atau endapan pasir di pantai), dapat pula berupa
buatan manusia (penambangan batu bara, tepi jalan yang
ditebas bersih, dan sebagainya). Pada habitat baru akan
berkembang suatu komunitas yang baru pula. Organisme
yang mampu menghuni habitat pertama kali hanyalah

132 | Alin Liana


spesies‐spesies yang tergolong dalam spesies pelopor
(pioner) yang mempunyai toleransi besar terhadap berbagai
faktor lingkungan. Jenis organisme yang biasa menjadi pioner
ini antara lain alga dan lumut kerak (lichenes).

Gambar 43. Proses terjadinya suksesi primer hingga membentuk


komunitas klimaks

Suksesi sekunder merupakan suksesi yang terjadi akibat


gangguan baik alami maupun buatan, yang tidak merusak
secara total tempat tumbuh organisme. Dalam komunitas
tersebut masih terdapat habitat lama. Contoh gangguan
alami yang menyebabkan suksesi ini adalah banjir, angin
kencang dan gelombang laut. Sedangkan contoh gangguan
yang merupakan gangguan secara buatan adalah
pembakaran padang rumput.
Proses dan faktor yang berperan dalam suksesi
sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi primer.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 133


Perbedaannya hanya terdapat pada kondisi habitat awal.
Pada suksesi primer, habitat yang mengawali pertumbuhan
berasal dari luar, sedangkan pada suksesi sekunder,
habitatnya tetap dan komunitasnya sama dengan
sebelumnya.

134 | Alin Liana


Bab XII
Bioteknologi

A. Definisi Bioteknologi
Bioteknologi adalah Pemanfaatan organisme hidup untuk
menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi
manusia. Secara umum, perkembangan biologi dibagi dalam
4 era, yaitu:
1. Era bioteknologi generasi pertama, adalah
bioteknologi sederhana atau konvensional.
Bioteknologi menggunakan mikroba secara
tradisional, dalam produksi makanan dan tanaman
serta pengawetan makanan. Contoh: pembuatan
tempe, tape, cuka.
2. Era bioteknologi generasi kedua Proses berlangsung
dalam keadaan tidak steril. Contoh: produksi bahan
kimia: aseton, asam sitrat; pengolahan air limbah; dan
pembuatan kompos.
3. Era bioteknologi generasi ketiga, adalah proses dalam
kondisi steril. Contoh: produksi antibiotik dan hormon.
4. Era bioteknologi generasi baru, disebut bioteknologi
baru. Contoh: produksi insulin, interferon, dan
antibodi monoklonal.
Selain itu ada pula yang membagi bioteknologi menjadi
bioteknologi konvensional dan modern. Perbedaannya
disajikan dalam tabel 12.1.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 135


Tabel 12.1 Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan
Modern

Bioteknologi Konvensional Bioteknologi Modern

1. Memakai makhluk hidup 1. Memakai makhluk hidup


secara langsung dan komponennya secara
2. Tanpa didasari prinsip langsung
ilmiah 2. Menggunakan prinsip‐
3. Berdasarkan prinsip ilmiah
keterampilan yang 3. Hasil pengkajian dari
diwariskan turun berbagai disiplin ilmu
temurun secara mendalam
4. Tidak diproduksi secara 4. Diproduksi secara massal
massal

Prinsip yang digunakan dalam bioteknologi meliputi:


1. agen biologis (mikroorganisme, enzim, sel tumbuhan,
dan sel hewan)
2. pendayagunaan secara teknologis dan industrial
3. produk dan jasa yang diperoleh.

B. Teknik‐teknik Bioteknologi
• Fermentasi
• Analisis Genetik
• Seleksi dan Pemuliaan
• Analisis DNA
• Kultur in Vitro
• Rekayasa genetika dan DNA rekombinan

136 | Alin Liana


C. Penerapan Bioteknologi Dalam Kehidupan
1. Bidang Pangan
a. Berbagai produk fermentasi, seperti:
No. Produk Mikroorganisme
1 Tempe Rhizopus oryzae
2 Roti Saccharomyces cereviceae
3 Keju Peniccilium camemberti
Lactobacillus bulgarius
4 Yogurt Streptococcus
thermophilus
5 Mentega Leuconostoc cremoris
6 Kecap Aspergillus wentii
7 Nata de Coco Acetobacter xylinum
8 Tape Saccharomyces cereviceae
9 Cuka Acetobacter aceti

b. Protein Sel Tunggal


Protein sel tunggal adalah makanan berkadar
protein tinggi, berasal dari mikroorganisme,
Contohnya Mikoprotein dari Fusarium, Substratnya
tepung gandum dan ketan. Contoh lain adalah
Spirulina dan Chlorella
Kelebihan SCP (Single Cell Protein) adalah: Kadar protein
lebih tinggi dari protein kedelai atau hewan dan periode
pertumbuhan yang cepat.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 137


2. Bidang Kedokteran
a. Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi sejenis yang
diproduksi oleh sel plasma klon sel‐sel sejenis.
Antibodi ini dibuat oleh sel‐sel hibridoma (hasil fusi 2
sel berbeda; penghasil sel Limpa dan sel mieloma)
yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan
menghasilkan antibodi adalah limpa. Antara lain
berfungsi dalam diagnosis penyakit dan kehamilan.
b. Terapi Gen
Terapi gen adalah pengobatan penyakit atau
kelainan genetik dengan menyisipkan gen normal ke
dalam sel target.

3. Bidang Farmasi
a. Enzim
Enzim Amilase digunakan dalam produksi sirup,
kanji, glukosa. Glukosa isomerase digunakan untuk
mengubah amilum menjadi fruktosa. Fruktosa
digunakan sebagai pemanis makanan menggantikan
sukrosa. Mikroba yang digunakan di antaranya
Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Bacillus
subtilis.
Enzim Protease digunakan antara lain dalam
produksi roti, dan bir. Protease proteolitik berfungsi
sebagai pelunak daging dan campuran deterjen untuk
menghilangkan noda protein. Mikroba yang
dimanfaatkan adalah Aspergillus oryzae dan Bacillus
subtilis.

138 | Alin Liana


b. Antibiotik
Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan
penemuan penisilin dari Penicillium notatum.
Penicillium chrysogenum memperbaiki penisilin yang
sudah ada. Dilakukan dengan mutasi secara iradiasi
ultra violet dan sinar X. Beberapa contoh lain, seperti:
Cephalospurium  penisilin N.
Cephalosporium  sefalospurin C.
Streptomyces  streptomisin, untuk pengobatan TBC

4. Bidang Pertambangan
Thiobacillus ferrooxidan berperan memisahkan logam dari
bijihnya atau kotoran sehingga didapat logam berkualitas
tinggi. Sebagai contoh pada tembaga (Cu). Thiobacillus
ferrooxidan bersifat kemolitotrof
aktivitas
Reaksi: CuFeS2 + 2 Fe2(SO4)3 + 2 H2O + 3 O2  CuSO4 + 5
FeSO4 + 2 H2SO4 + Energi

aktivitas
CuSO4 + 2 Fe+ + H2SO4 + Energi  2 FeSO4 + Cu2+ + 2 H+

5. Bidang Pengolahan Limbah


Pencemaran oleh minyak dapat diatasi dengan
Pseudomonas. Strain‐strain Pseudomonas mengkonsumsi
hidrokarbon. Rekayasa genetik membentuk bakteri super
yang mengandung empat jenis plasmid pembawa gen untuk
konsumsi hidrokarbon. Limbah organik dapat diuraikan oleh
bakteri aerob atau anaerob.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 139


6. Bidang Pertanian
Dalam membatasi pemakaian pestisida, dilakukan upaya
pemberantasan hama secara biologi antara lain penggunaan
musuh alami dan menciptakan tanaman resisten hama.
a. Bacillus thuringiensis
Bakteri ini menghasilkan bioinsektisida yang
toksin terhadap larva serangga. Transplantasi gen
penghasil toksin pada tanaman dapat menghasilkan
tanaman yang bersifat resisten hama serangga. Kristal
(racun Bt) diolah menjadi bentuk yang dapat
disemprotkan ke tanaman. Racun akan merusak
saluran pencernaan serangga.
b. Baculovirus sp.
Virus disemprotkan ke tanaman. Bila termakan,
serangga akan mati dengan sebelumnya menyebarkan
virus melalui perkawinan.

D. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan upaya untuk mengubah
sifat makhluk hidup dengan mengubah materi genetik yang
ada di dalam selnya untuk menghasilkan makhluk hidup
dengan sifat yang diinginkan. Melalui persilangan, mutasi,
transplantasi inti, fusi sel, rekombinasi, menambah,
mengurangi atau menggabungkan DNA yang berbeda. Hasil
rekayasa genetika disebut DNA Rekombinan.

140 | Alin Liana


Gambar 12.1. Pembuatan plasmid dan mekanisme penyisipan gen
(Sumber: www.biologimu.com)

Hibridoma adalah fusi sel pada organisme tingkat


tinggi yang bertujuan untuk mendapatkan gabungan sifat
kedua sel induk.
Contoh :
Fusi sel manusia dan tikus untuk menghasilkan antibodi
untuk pengobatan kanker. Fusi sel tomat dan kentang
menghasilkan tanaman baru Pomato (Potato‐Tomato) yang
berbuah tomat dan berumbi kentang.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 141


Gambar 12.2. Teknik Kultur in Vitro (Sumber:
www.larasajeng.blogspot.com)

E. Dampak Bioteknologi
1. Dampak Positif
a. Peningkatan produksi pangan
b. Peningkatan kesehatan
c. Penyedia bahan bakar alternatif

2. Dampak Negatif
a. Etika/ Moral
Menyisipkan gen antar makhluk hidup
bertentangan dengan nilai budaya dan melanggar
hukum alam.
b. Sosial ekonomi
Menimbulkan kesenjangan antara
negara/perusahaan yang memanfaatkan

142 | Alin Liana


bioteknologi dengan yang belum memanfaatkan
bioteknologi (negara dunia ketiga)
c. Kesehatan
Ada produk hasil rekayasa genetik yang disinyalir
menimbulkan masalah serius, misalnya kematian
akibat penggunaan insulin, sapi penghasil susu
yang disuntik dengan Hormon BGH mengandung
bahan kimia yang berbahaya, tomat Flavr Savr
diketahui membawa gen resisten terhadap
antibiotik.
d. Lingkungan
Pelepasan organisme transgenik ke alam dapat
mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian
organisme.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 143


Daftar Pustaka

Arisuryanti, T., N.S.Nurhandayani, B.S. Daryono. 2009.


Genetika. Pascasarjana. Fakultas Biologi. Universitas
Gadjah Mada.
Arisuryanti, T., B.S. Daryono. 2007. Genetika. Pascasarjana.
Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi
kelima ‐ Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi
kelima ‐ Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi
kelima ‐ Jilid 3 Erlangga. Jakarta.
Colinvaux, Paul. 1990. Ecology. Columbus. Ohio.
Elvita, A., F. Widianto, H. Widiawati, Maimanah, M. Pradini, P.
Sari, S. Sumarlin, U. Saura, W. Yurisa, Y. Susantri.
2008. Genetika Dasar. Fakultas Kedokteran.
Universitas Riau.
Hastuti, J. 2008. Evolusi. Pascasarjana. Fakultas Biologi.
Universitas Gadjah Mada.
Indriati, E. 2007. Evolusi. Pascasarjana. Fakultas Biologi.
Universitas Gadjah Mada.
Irawan, B. 2008. Genetika molekuler. Airlangga university
press. Surabaya.
Liana, A., Purnomo, I. Sumardi, and B.S. Daryono. 2017.
Keragaman Genetik, Struktur Populasi, dan
Hubungan Kekerabatan Bambusa spp. Di Pulau

144 | Alin Liana


Sulawesi dan Sekitarnya. Disertasi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Nugroho, L., Purnomo, I. Sumardi. 2010. Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
Odum, E.P. 1993. Fundamentals of Ecology. University of
Georgia. Athens, Georgia.
Sumardi, I. dan A. Pudjoarianto. 1992. Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan. Fakultas Biologi.
Universitas Gadjah Mada.
Suryo. Genetika Strata 1. 2001. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suryo. Sitogenetika. 2007. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.

Biologi Umum Sebuah Pengantar Ilmu Hayat | 145


Profil Penulis

Penulis bernama lengkap Dr.Alin Liana,S.Si.,M.Sc. lahir di


Malang, 2 Juni 1983. Penulis mengenyam pendidikan tinggi di
Program Studi Biologi Universitas Negeri Makassar pada
tahun 2001; melanjutkan pendidikan Magister dan Doktor
Ilmu Biologi di Universitas Gadjah Mada masing‐masing pada
tahun 2005 dan 2013. Saat ini penulis mengabdi sebagai
dosen tetap di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP
Pembangunan Indonesia Makassar.
Dalam aktivitas kesehariannya, penulis terlibat dalam
berbagai organisasi ilmiah, di antaranya HPPBI (Himpunan
Pendidik dan Peneliti Biologi Indonesia) wilayah Sulawesi
Selatan, Forum Riset 9, dan Forum Dosen Indonesia.
Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan penelitian.
Beberapa hibah penelitian yang pernah diraih, di antaranya
Hibah ITSF (International Toray Science Foundation), Hibah
IMHERE, dan Hibah Kemenristekdikti. Hasil‐hasil penelitian
penulis telah dipublikasikan di berbagai jurnal nasional dan
internasional. Publikasi terbaru yang diterbitkan pada Journal
of Tropical Life Science berjudul The classification of Bambusa
spp. from Celebes based on the micromorphological
characters of leaf epidermis. Korespondensi dengan penulis
dapat dilakukan melalui email alyn.lyana@gmail.com

146 | Alin Liana

Anda mungkin juga menyukai