Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 1

“GIGI BERBI BERLUBANG”

BLOK 15

DISUSUN OLEH:

RHENA FITRIA KHAIRUNNISA


210600020

KELOMPOK 2

FASILITATOR

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB 1
1. LATAR BELAKANG
Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang merupakan proses demineralisasi
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang sebenarnya dapat
dicegah. Penyebab dari karies ini adalah adanya aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat
yang dapat difermentasikan. Demineralisasi yang terjadi di jaringan keras gigi ini kemudian
diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Invasi bakteri, kematian pulpa dan penyebaran
infeksi ke jaringan periapikal dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Rasa nyeri tersebut
dapat bertambah akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, bersuhu panas
ataupun dingin. Namun terjadinya karies juga didukung oleh keadaan host menjaga
kebersihan mulutnya. Untuk itu dalam kontrol plak dan pemeliharaan kebersihan mulut yang
baik diperlukan untuk mencegah terjadinya karies.

2. DESKRIPSI TOPIK

Nama Pemicu:
Penyusun:
Hari/Tanggal:
Skenario

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan


ingin memperbaiki gigi depan yang berlubang dan terasa ngilu ketika minum minuman
dingin. Dari anamnesis adanya rasa tidak nyaman sudah sejak 3 minggu yang lalu.
Pemeriksaan objektif terlihat gigi 21 adanya karies mencapai setengah dentin pada
bagian mesial dan mencapai insisal. Pemeriksaan oklusi terlihat gigi anterior deep bite,
overbite 3 mm overjet 3 mm. Tes vitalitas dengan EPT (+), perkusi (-), palpasi (-).
Pemeriksaan saliva diketahui hidrasi saliva 45 detik, laju alir 4,5 ml/5 menit, pH saliva
5,8. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari sebelum makan, sering makan dan minum yang
manis.

Pertanyaan:
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan pada pasien tersebut!
2. Jelaskan diagnosis berdasarkan Mount & Home dan ICDAS dari keluhan yang
dirasakan pada pasien tersebut!
3. Jelaskan etiologi dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut!
4. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 21 tersebut!
5. Jelaskan pemilihan jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang dipilih sesuai
kasus di atas!
6. Berikan analisis Anda tentang jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang
dapat dipilih sesuai kasus di atas!
7. Jika terjadi debonding pada bahan restorasi yang dipilih, apa penyebabnya dan
bagaimana penatalaksanaannya pada pasien tersebut? berikan analisis Anda!
8. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut
untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
9. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa restorasi gigi 21 tersebut telah
dilakukan penumpatan dengan benar!
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik pada saat restorasi
gigi 21
11. Jelaskan bagaimana prognosis dari kasus diatas!-
12. Bagaimana prognosis ketahanan jangka panjang restorasi pada gigi
21dihubungkan dengan skema oklusi pasien ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan pada pasien tersebut!
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus diatas adalah:

Hal pertama yang dokter gigi terlebih dahulu dilakukan ialah anamnesis dengan fundamental Four
dan secred seven pada pasien kemudian menggunakan standard precaution seperti masker dan
sarung tangan, dilanjutkan dengan pemeriksaan intraoral (gigi geligi) untuk mendeteksi karies.

a. Inspeksi, dilakukan untuk melihat lokasi kavitas/ karies, melihat warna gigi, gingiva, tekstur
gingiva dan mukosa lainnya (lidah, palatum, vestibulum, pipi).
Alat-alat yang diperlukan:
 cahaya/ sinar
 kaca mulut
 posisi pasien – operator
b. Sondasi, dengan menggunakan sonde
 Untuk melihat adanya karies
Sonde digoreskan pd permukaan gigi, bila sonde tersangkut, berarti ada karies. Hati-hati
dgn fisur yg dalam maupun pewarnaan pada pit & fisur.
 Untuk menentukan kedalaman karies
Dibantu dgn inspeksi
 Untuk menentukan reaksi pulpa:
Cara: sonde digoreskan/ ditekankan ringan pada dasar kavitas. Hati-hati jangan sampai
perforasi.
Untuk menentukan reaksi pulpa maupun kedalaman karies, kavitas harus dibersihkan dari
sisa-sisa makanan/ kotoran supaya hasil sondasi tidak bias.
 Untuk menentukan adanya perforasi:
c. Perkusi
Bila saat disondasi sonde masuk ke dalam ruang pulpa, berarti telah terjadi perforasi.
Merupakan metode yg digunakan untuk menentukan adanya radang pada jaringan periodontal
dengan cara mengetuk gigi secara ringan menggunakan tangkai instrumen. Cara:
 Mengetuk pd gigi yg sehat dulu kemudian baru pd gigi yg sakit/ dicurigai
 Ketukan dilakukan pd permukaan labial/ bukal, palatinal/ lingual, incisal/ oklusal
d. Palpasi, pemeriksaan dengan cara meraba.
 Untuk mengetahui kondisi akut/ kronis.
 Untuk mengetahui suhu di daerah yg sakit.
e. Tes vitalitas
 Untuk menentukan vitalitas pulpa
Cara :

 Gigi yg akan diperiksa, dibersihkan dan dikeringkan


 Letakkan ujung vitalitester pada gigi yg sedaerah dan senama pada 1/3 insisal dan pada
permukaan email yg utuh. Pd skala terlihat skala 0 – 12. Angka dimana gg sehat bereaksi
positif disebut irritation point.
 Letakkan ujung vitalitester dgn skala irritation point pd gigi yg sakit. Apabila:
- gigi non vital: tidak memberikan reaksi
- hiperemi pulpa: gg bereaksi sebelum irritation point
- pulpitis kronis: gg bereaksi setelah irritation point
f. Rontgen foto
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melengkapi hasil pemeriksaan menggunakan berbagai
metode tersebut sebelumnya, atau apabila belum bisa ditemukan diagnosa yg tepat melalui
metode-metode sebelumnya. 1

2. Jelaskan diagnosis berdasarkan Mount & Home dan ICDAS dari keluhan yang
dirasakan pada pasien tersebut!
 Berdasarkan Mount & Home

GJ Mount dan Home menentukan klasifikasi tentang karies gigi berdasarkan lokasi dan

besarnya kerusakan karies

A. Lokasi (site)

 Site 1 : Karies terletak pada bagian oklusal (pit fissure, permukaan halus, groove)
 Site 2 : Karies terletak pada bagian proksimal
 Site 3: Karies terletak pada bagian servikal hingga mengenai akar

B. Ukuran (size)

 Size 0 : Lesi awal (white spot), belum ada karies;


 Size 1 : Karies minimal, baru mengenai lapisan email, atau bagian pit
 Size 2 : Karies sedang, mengenai lapisan email dan dentin, tapi belum meluas hingga
ke cusp incisal edge, jaringan yang tersisa masih cukup kuat untuk menahan beban
kunyah, masih cukup kuat untuk menyokong restorasi, dapat beroklusi dengan normal
 Size 3 : Karies meluas hingga mengenai cusp / incisal edge, sudah menghilangkan 1
bagian cusp, jaringan gigi yang tersisa lemah untuk menahan beban kunyah, kurang
kuat untuk menyokong restorasi, dan tidak dapat beroklusi dengan normal
 Size 4 : luas karies sangat besar, telah terjadi kehilangan lebih dari 1 cusp, karies
hampir mengenai pulpa atau sudah mengenai pulpa.

Berdasarkan skenario diagnosis, pasien tersebut mengalami site 2 dikarenakan


karies terletak pada bagian proksimal dan size 3 dikarenakan : Karies meluas hingga
mengenai cusp / incisal edge, sudah menghilangkan 1 bagian cusp, jaringan gigi yang
tersisa lemah untuk menahan beban kunyah, kurang kuat untuk menyokong restorasi,
dan tidak dapat beroklusi dengan normal.

 Berdasarkan ICDAS

International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), bmembuat Klasifikasi karies
gigi sebagai berikut:

 D0: Tidak terdapat karies, atau gigi masih sehat;


 D1: Pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jika gigi dikeringkan;
 D2: Pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jelas walau kondisi gigi
dalam keadaan basah;
 D3: Terjadi kerusakan enamel, tanpa melihat dentin (karies enamel)
 D4: Terlihat bayangan dentin pada kavitas, tetapi karies tersebut belum mencapai
dentin, baru sampai dentino enamel junction. 2
 D5: Karies sudah mencapai lapisan dentin (karies dentin)
 D6: Karies dalam mencapai dentin dengan kerusakan ekstensif yang mencapai lebih
dari setengah gigi.

Berdasarakan Skenario, Pasien mengalami karies D5 dikarenakan karies sudah


mencapai lapisan dentin.

3. Jelaskan etiologi dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut!

Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi struktur jaringan keras gigi seperti
dentin dan enamel. Penyebab terjadinya proses demineralisasi ini berawal dari adanya plak
yang merupakan sekumpulan bakteri sehingga membentuk suatu biofilm pada permukaan
gigi. Bakteri yang dominan adalah Streptococcus mutans, Streptococcus sorbinus dan
Lactobacillus sp, beberapa bakteri tersebut merupakan normal flora yang selalu ada di dalam
rongga mulut, namun ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan bakteri menjadi dominan
sehingga menyebabkan karies gigi. Proses terjadinya karies akan terus berlanjut jika tidak
segera dilakukan perawatan.

Karies pada permukaan enamel terjadi dalam waktu yang cukup lama karena struktur
enamel yang mengandung banyak mineral sehingga lebih keras dan lebih tahan terhadap
asam yang diproduksi oleh bakteri penyebab karies. Jika karies enamel sudah mencapai
dentino enamel junction, maka proses akan berlangsung lebih cepat karena struktur dentino
enamel junction yang lebih rentan terhadap asam. Setelah mengenai dentino enamel junction
maka dentin pun akan segera terpapar bakteri penyebab karies dan proses karies akan
berlangsung lebih progresif karena struktur jaringan dentin yang lebih sedikit mengandung
mineral sehingga lebih rentan terhadap asam yang diproduksi oleh bakteri. 3

Tanda-tanda klinis karies mencapai dentin :

 Terasa linu bila kena rangsang panas/ dingin, makan/ minum manis,asam
 Bila rangsang dihilangkan, rasa nyeri hilang beberapa saat kemudian

4. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 21 tersebut!


Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health Administration (OSHA) adalah
hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis
besarnya ergonomi berarti terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia.
Unsur-unsur ergonomi yang harus dibahas sangat berkaitan dengan lingkungan kerja, posisi setiap
personilnya, peralatan gigi serta kolaborasi antara dokter gigi dan asisten dokter gigi dalam Four
Handed Dentistry.
Posisi operator, asisten terhadap pasien sewaktu perawatan pada kwadran kiri rahang
atas pada jam 11.00 dan membentuk 65 derajat terhadap bidang vertical. Sedangkan posisi
asisten pada jam 2.30.
5. Jelaskan pemilihan jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang dipilih sesuai
kasus di atas!

Menurut Klasifikasi Dental Bonding System berdasarkan komponennya, pemilihan jenis


system adhesive yang sesuai ialah :

Etch-and-Rinse ,Three-Step , (Generasi keempat)

 Etsa, aplikasikan selama 15 detik, bilas, selama 15 detik dikeringkan secara perlahan,
jaga agar dentin tetap moist.
 Primer , aplikasikan 1 sampai 5 layers, lalu dikeringkan secara perlahan.
 Bonding, aplikasikan satu layer, dikeringkan secara perlahan, lalu di light cure.

Bahan restorasi yang digunakan untuk pasien diatas ialah Resin Komposit Nanofil
karena Komposit nanofil mempunyai ukuran partikel yang sangat kecil yaitu rata- rata sekitar
0,005-0,01 um sehingga memiliki kekuatan dan permukaan yang sangat kuat dan estetik.
Partikel nano yang kecil menjadikan resin komposit nanofil dapat mengurangi polymryzation
shrinkage dan mengurangi adanya microfissure pada tepi email yang berperan pada marginal
leakage, dan perubahan warna . 5

6. Berikan analisis Anda tentang jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang
dapat dipilihNsesuai kasus di atas!
Jenis sistem adhesif yang digunakan pada kasus diatas adalah direct atau secara
langsung yang menngunakan bahan restorasi resin komposit. Pemilihan restorasi direct resin
komposit pada gigi anterior meliputi fraktur gigi anterior, karies kelas III, IV, diastema dan
perubahan warna pada gigi anterior. Gigi anterior sangat mementingkan estetik, sehingga
pemilihan bahan yang digunakan dan warnanya menjadi faktor penting untuk
dipertimbangkan. Hal tersebut menjadi dasar pemilihan resin komposit sebagai bahan
restorasi pada kasus diatas. Resin komposit Merupakan material restorasi adhesif sewarna
gigi yangterdiri atas polimer matriks resin, filler inorganik dan silane coupling agent.
Material ini dapat berikatan dengan struktur gigi dengan mikromekanis serta mudah
diperbaik bila terjadi suatu kerusakan. 6
7. Jika terjadi debonding pada bahan restorasi yang dipilih, apa penyebabnya dan
bagaimana penatalaksanaannya pada pasien tersebut? berikan analisis Anda!
Pada bahan restorasi kedokteran gigi memiliki adaptasi yang baik antara bahan restoasi
terhadap dinding kavitas sehingga mampu menutupi dengan baik, selain itu juga memiliki
sifat kavitas dari terjadinya karies sekunder. Debonding menjadi salah satu masalah hingga
saat ini, terjadinya kebocoran pada tepi tumpatan merupakan suatu marginal gap antara
dinding kavitas dengan restorasi yang terbentuk akibat adanya suatu kebocoran material pada
bahan restorasi. Hal ini dapat menyebabkan masuknya bakteri serta debris yang terdapat pada
cairan rongga mulut berpentrasi masuk diabtara dinding kavitas dan bahan restorasi tanpa
dapat dideteksi secara klinis. Salah satu penyebab debonding pada kasus diatas adalah
dioengaruhi oleh rendahnya pH sehingga mempengaruhi integritas permukaan bahan
restorasi. Semakin rendah pH, maka semakin besar keeusakan material restorasi. Bahan
material keodkteran gigi cenderung larut bila bereaksi dengan asam hal ini menyebabkan
banyak ruang kosong. Absorbsi air dapat mendegradasi bahan restorasi dan menyebabkan
debonding antara gigi dan restorasi. 7
8. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut
untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
Penumpatan menggunakan resin komposit. Dimulai dengan pembuatan longbevel
menggunakan diamond bur. Setelah Pumiced, rinsed dan dan kemudian dried. Aplikasikan
etsa selama 20 detik, setelah itu dibilas dan dikeringkan. Aplikasikan bonding dan lightcure
selama 10 detik. Kemudian pada penumpatan menggunakan teknik composite layering
technique. Yang dimulai dengan aplikasikan shade A02 sebesar 1,5 mm, kemudian light cure
20 detik.Kemudian mengaplikasikan dentin shade A2. Lalu Light Cure selama 20 detik.
Aplikasikan Extra bleach white pada bag insisial edge, light cure selama 20 detik,
Aplikasikan gray tranlucency shade pada bag insisal edgee, light cure selama 20 detik.
Kemudian terakhir enamel layer digunakan bleach white secara tipis pada seluruh restorasi.
Dan di finishing juga polishing. 8

9. kan bagaimana cara mengevaluasi bahwa restorasi gigi 21 tersebut telah


dilakukan penumpatan dengan benar!

Kriteria penilaian tumpatan dengan menggunakan tabel USPHS (United State Public Health
Service) dengan kategori dan skor serta kriteria berikut

a. Retention dengan skor Alpha yaitu tidak ada kehilangan bahan restorative
b. Color match dengan skor Alpha yaitu warna gigi cocok dengan warna gigi asli
c. Marginal discoloration skor Alpha yaitu tidak ada perubahan warna pada marginal
gingiva setelah restorasi
d. Secondary caries skor Alpha yaitu tidak ada terdekteksi karies sekunder pada gigi
yang telah mendapatkan restorasi ketika diperiksa di kunjungan berkala
e. Anatomic form skor Alpha bentuk anatomis sesuai dengan morfologi gigi asli nya
f. Marginal adaption skor Alpha adaptai dengan erat tidak ada deteksi restorasi bocor
g. Surface texture skor Alpha yaitu bentuk permukaan restorasi mirip dan sewarna
dengan enamel. 9
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik pada saat restorasi
Oklusi didefinisikan sebagai kontak interkuspal antara gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam segala posisi dan pergerakan mandibula. Oklusi gigi geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamis.
a. Oklusi Statis
Oklusi statis merupakan kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang
tidak bergerak.5 Oklusi sentrik adalah oklusi ketika pasien mengoklusikan giginya dalam keadaan
interkuspasi maksimum. Sinonim dari oklusi sentrik yang umum dikenal adalah posisi interkuspasi
(ICP) atau habitual bite. Oklusi ini adalah ketika pasien diinstruksikan untuk menutup gigi bersamaan,
gigitan inilah yang paling mudah untuk diukur.

b. Oklusi dinamik, timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke depan (anterior), dan
ke belakang (posterior). Oklusi yang terjadi pada pergerakan mandibula ini sering
disebut dengan artikulasi. Pada gerakan lateral akan ditemukan sisi kerja (working
side) yang ditunjukkan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar
RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (Occlusal guidance), bukan pada balancing side.
Kontak gigi-geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi
dengan antagonisnya.
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi pada
saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu
bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan
ke anterior.
4. Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi-geligi pada saat RB
digerakkan ke lateral.
Indikator oklusi terbagi atas dua jenis yaitu indikator kualitatif dan indikator kuantitatif.
Kedua metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk evaluasi oklusi.23-28 Indikator kualitatif
berfungsi untuk menentukan lokasi dan jumlah gigi yang berkontak. Beberapa material yang termasuk
ke dalam indikator kualitatif adalah kertas artikulasi, articulating silk, articulating film, metallic
shimstock film, dan high spot indicator. 10

11. Jelaskan bagaimana prognosis dari kasus diatas!


Prognosis pada kasus diatas adalah sedang. Dikatakan sedang karena karies tidak
sampai pada pulpa namun pasien tidak menyikat gigi dengan tepat waktu, dan suka memakan
makanan manis, pH mulut pasien yang rendah menandakan kondisi mulut yang asam dimana
bakteri suka berkoloni pada suasana asam yang didukung faktor host pada keadaan mulut
yang kotor kemudian pasien juga mengalami hidrasi saliva menandakan produksi saliva yang
sedikit, saliva sebagai self cleansing sangat dibutuhkan pada setiap manusia untuk melawan
bakteri dan mikroba. Dan keadaan gigi oklusi pasien yang overbite mengakibatkan makanan
mudah menempel dan menyebabkan kontrol plak yang sukar terlewat.
12. Bagaimana prognosis ketahanan jangka panjang restorasi pada gigi
21dihubungkan dengan skema oklusi pasien ?
Restorasi yang dipakai pada pasien untuk gigi 21 menggunakan direct restorasi
dengan direct resin komposit, secara material ini memiliki tekstur yang halus mengkilap dan
sewarna dengan gigi setelah dilakukan finishing dan polishing pasca penumpatan sehingga
bagus dari sisi estetik. Kelebihan penggunaan resin komposit pada kasus ini adalah minimal
intervensi sehingga pengurangan jaringan gigi yang sehat bisa minimal dan secara ketahanan
resin komposit dalam pemkaian dalam jangka panjang cukup tahan. Kemudian dari skenario
dikatakan bahwa pasien mengalami overbite 3 mm, sehingga hal ini tidak memengaruhi
kontak dan insisal pada rahang bawah, maka prognosis dari skena oklusi dan jangka panjang
adalah baik. 11

BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Berdasarkan klasifikasi ICDAS, karies pasien digolongkan menjadi ICDAS 5. Yaitu
karies yang kavitasnya sudah tampak jelas dan terlihatnya dentin, biasa ini disebut dengan
karies dentin. Prosedur perawatannya terlebih dahulu dilakukan dengan pembersihan jaringan
Karies dan preparasi Kavitas. Pembersihan jaringan Karias ini harus dilakukan hingga
mendapatkan dentin yang sehat, pada bagian enamel yang tidak didukung dentin yang sehat
harus dibuang karena dapat mempersulit penentuan warna dan memungkinkan terjadinya
kebocoran tepi. Setelah pembersihan karies, dilakukan pembuatan level pada tepi Kavitas
pada permukaan Palatal dan labial lalu setelah itu lakukan tahapan penumpatan dengan
penumpatan yang dilakukan satu persatu (teknik layering) yaitu selapis demi selapis sesuai
dengan lapisan lapisan warna yang telah ditentukan. Dilakukan konturing setelah penumpatan
selesai dilakukan. Setelah itu lakukan tahapan pemolesan. Pemolesan dilakukan mengikuti
kontur dari permukaan gigi yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
2. Listrianak dkk. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Siswa – Siswi
Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP. 2018;13(2).
3. Christensen GJ. Bonding to Dentin and Enamel. Journal America Dent Assoc
2005;136(9): 1299-1302
4. Singh N, Jain A, Since N, Chauhan A, Rehman R. Application of four-handed
dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res. 2014;1(1):8–13.
5. Pegado, R.E.F., Amaral, F.L.B., dkk. Effect of Different Bonding Strategies on
Adhesion to Deep and Superficial Permanent Dentin. Eur J Dent. 2010;4(2):110–7
6. Dewiyani S. Restorasi Gigi Anterior Menggunakan Teknik Direct Komposit.
JITEKGI 2017; 13(2): 5-9
7. Zannatta RF. Microleakage and Shear Bond Streangth Of Composite Restorations
Under Cycling Conditions. Oper Dent 2017;42(2):71-80.
8. Poojart PK. Bhandary S. Srinivasan R. Nasreen Farhat. J pramod. MC Mahesh.
Influence of Restorative Technique, Bavelling and Aging on Composite Bonding to
Sectional Incisal Edges: A comparative in vitro study. J Conserv Dent 2013;
16(1):28-31.
9. Can Say E, Kayahan B, Ozel E, Gokce K, Soyman M, Bayirii G. Clinical evaluation of
posterior composite restoration in endodontically treated teeth. 2010. J Contemp
Dent Pract. 7(2):17-25)
10. Davies S, Gray RMJ. What is Occlusion?. British Dental Journal
2001;191:235- 45.
11. Setyawati A. Manajemen One Visite Restorasi Estetik pada Kasus Rudimenter
Gigi. 2020; 9(2).

Anda mungkin juga menyukai