Pemicu 1
Pemicu 1
PEMICU 1
BLOK 15
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
FASILITATOR
2. DESKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu:
Penyusun:
Hari/Tanggal:
Skenario
Pertanyaan:
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan pada pasien tersebut!
2. Jelaskan diagnosis berdasarkan Mount & Home dan ICDAS dari keluhan yang
dirasakan pada pasien tersebut!
3. Jelaskan etiologi dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut!
4. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 21 tersebut!
5. Jelaskan pemilihan jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang dipilih sesuai
kasus di atas!
6. Berikan analisis Anda tentang jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang
dapat dipilih sesuai kasus di atas!
7. Jika terjadi debonding pada bahan restorasi yang dipilih, apa penyebabnya dan
bagaimana penatalaksanaannya pada pasien tersebut? berikan analisis Anda!
8. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut
untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
9. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa restorasi gigi 21 tersebut telah
dilakukan penumpatan dengan benar!
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik pada saat restorasi
gigi 21
11. Jelaskan bagaimana prognosis dari kasus diatas!-
12. Bagaimana prognosis ketahanan jangka panjang restorasi pada gigi
21dihubungkan dengan skema oklusi pasien ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan pada pasien tersebut!
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus diatas adalah:
Hal pertama yang dokter gigi terlebih dahulu dilakukan ialah anamnesis dengan fundamental Four
dan secred seven pada pasien kemudian menggunakan standard precaution seperti masker dan
sarung tangan, dilanjutkan dengan pemeriksaan intraoral (gigi geligi) untuk mendeteksi karies.
a. Inspeksi, dilakukan untuk melihat lokasi kavitas/ karies, melihat warna gigi, gingiva, tekstur
gingiva dan mukosa lainnya (lidah, palatum, vestibulum, pipi).
Alat-alat yang diperlukan:
cahaya/ sinar
kaca mulut
posisi pasien – operator
b. Sondasi, dengan menggunakan sonde
Untuk melihat adanya karies
Sonde digoreskan pd permukaan gigi, bila sonde tersangkut, berarti ada karies. Hati-hati
dgn fisur yg dalam maupun pewarnaan pada pit & fisur.
Untuk menentukan kedalaman karies
Dibantu dgn inspeksi
Untuk menentukan reaksi pulpa:
Cara: sonde digoreskan/ ditekankan ringan pada dasar kavitas. Hati-hati jangan sampai
perforasi.
Untuk menentukan reaksi pulpa maupun kedalaman karies, kavitas harus dibersihkan dari
sisa-sisa makanan/ kotoran supaya hasil sondasi tidak bias.
Untuk menentukan adanya perforasi:
c. Perkusi
Bila saat disondasi sonde masuk ke dalam ruang pulpa, berarti telah terjadi perforasi.
Merupakan metode yg digunakan untuk menentukan adanya radang pada jaringan periodontal
dengan cara mengetuk gigi secara ringan menggunakan tangkai instrumen. Cara:
Mengetuk pd gigi yg sehat dulu kemudian baru pd gigi yg sakit/ dicurigai
Ketukan dilakukan pd permukaan labial/ bukal, palatinal/ lingual, incisal/ oklusal
d. Palpasi, pemeriksaan dengan cara meraba.
Untuk mengetahui kondisi akut/ kronis.
Untuk mengetahui suhu di daerah yg sakit.
e. Tes vitalitas
Untuk menentukan vitalitas pulpa
Cara :
2. Jelaskan diagnosis berdasarkan Mount & Home dan ICDAS dari keluhan yang
dirasakan pada pasien tersebut!
Berdasarkan Mount & Home
GJ Mount dan Home menentukan klasifikasi tentang karies gigi berdasarkan lokasi dan
A. Lokasi (site)
Site 1 : Karies terletak pada bagian oklusal (pit fissure, permukaan halus, groove)
Site 2 : Karies terletak pada bagian proksimal
Site 3: Karies terletak pada bagian servikal hingga mengenai akar
B. Ukuran (size)
Berdasarkan ICDAS
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), bmembuat Klasifikasi karies
gigi sebagai berikut:
Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi struktur jaringan keras gigi seperti
dentin dan enamel. Penyebab terjadinya proses demineralisasi ini berawal dari adanya plak
yang merupakan sekumpulan bakteri sehingga membentuk suatu biofilm pada permukaan
gigi. Bakteri yang dominan adalah Streptococcus mutans, Streptococcus sorbinus dan
Lactobacillus sp, beberapa bakteri tersebut merupakan normal flora yang selalu ada di dalam
rongga mulut, namun ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan bakteri menjadi dominan
sehingga menyebabkan karies gigi. Proses terjadinya karies akan terus berlanjut jika tidak
segera dilakukan perawatan.
Karies pada permukaan enamel terjadi dalam waktu yang cukup lama karena struktur
enamel yang mengandung banyak mineral sehingga lebih keras dan lebih tahan terhadap
asam yang diproduksi oleh bakteri penyebab karies. Jika karies enamel sudah mencapai
dentino enamel junction, maka proses akan berlangsung lebih cepat karena struktur dentino
enamel junction yang lebih rentan terhadap asam. Setelah mengenai dentino enamel junction
maka dentin pun akan segera terpapar bakteri penyebab karies dan proses karies akan
berlangsung lebih progresif karena struktur jaringan dentin yang lebih sedikit mengandung
mineral sehingga lebih rentan terhadap asam yang diproduksi oleh bakteri. 3
Terasa linu bila kena rangsang panas/ dingin, makan/ minum manis,asam
Bila rangsang dihilangkan, rasa nyeri hilang beberapa saat kemudian
Etsa, aplikasikan selama 15 detik, bilas, selama 15 detik dikeringkan secara perlahan,
jaga agar dentin tetap moist.
Primer , aplikasikan 1 sampai 5 layers, lalu dikeringkan secara perlahan.
Bonding, aplikasikan satu layer, dikeringkan secara perlahan, lalu di light cure.
Bahan restorasi yang digunakan untuk pasien diatas ialah Resin Komposit Nanofil
karena Komposit nanofil mempunyai ukuran partikel yang sangat kecil yaitu rata- rata sekitar
0,005-0,01 um sehingga memiliki kekuatan dan permukaan yang sangat kuat dan estetik.
Partikel nano yang kecil menjadikan resin komposit nanofil dapat mengurangi polymryzation
shrinkage dan mengurangi adanya microfissure pada tepi email yang berperan pada marginal
leakage, dan perubahan warna . 5
6. Berikan analisis Anda tentang jenis sistem adhesif dan bahan restorasi yang
dapat dipilihNsesuai kasus di atas!
Jenis sistem adhesif yang digunakan pada kasus diatas adalah direct atau secara
langsung yang menngunakan bahan restorasi resin komposit. Pemilihan restorasi direct resin
komposit pada gigi anterior meliputi fraktur gigi anterior, karies kelas III, IV, diastema dan
perubahan warna pada gigi anterior. Gigi anterior sangat mementingkan estetik, sehingga
pemilihan bahan yang digunakan dan warnanya menjadi faktor penting untuk
dipertimbangkan. Hal tersebut menjadi dasar pemilihan resin komposit sebagai bahan
restorasi pada kasus diatas. Resin komposit Merupakan material restorasi adhesif sewarna
gigi yangterdiri atas polimer matriks resin, filler inorganik dan silane coupling agent.
Material ini dapat berikatan dengan struktur gigi dengan mikromekanis serta mudah
diperbaik bila terjadi suatu kerusakan. 6
7. Jika terjadi debonding pada bahan restorasi yang dipilih, apa penyebabnya dan
bagaimana penatalaksanaannya pada pasien tersebut? berikan analisis Anda!
Pada bahan restorasi kedokteran gigi memiliki adaptasi yang baik antara bahan restoasi
terhadap dinding kavitas sehingga mampu menutupi dengan baik, selain itu juga memiliki
sifat kavitas dari terjadinya karies sekunder. Debonding menjadi salah satu masalah hingga
saat ini, terjadinya kebocoran pada tepi tumpatan merupakan suatu marginal gap antara
dinding kavitas dengan restorasi yang terbentuk akibat adanya suatu kebocoran material pada
bahan restorasi. Hal ini dapat menyebabkan masuknya bakteri serta debris yang terdapat pada
cairan rongga mulut berpentrasi masuk diabtara dinding kavitas dan bahan restorasi tanpa
dapat dideteksi secara klinis. Salah satu penyebab debonding pada kasus diatas adalah
dioengaruhi oleh rendahnya pH sehingga mempengaruhi integritas permukaan bahan
restorasi. Semakin rendah pH, maka semakin besar keeusakan material restorasi. Bahan
material keodkteran gigi cenderung larut bila bereaksi dengan asam hal ini menyebabkan
banyak ruang kosong. Absorbsi air dapat mendegradasi bahan restorasi dan menyebabkan
debonding antara gigi dan restorasi. 7
8. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut
untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
Penumpatan menggunakan resin komposit. Dimulai dengan pembuatan longbevel
menggunakan diamond bur. Setelah Pumiced, rinsed dan dan kemudian dried. Aplikasikan
etsa selama 20 detik, setelah itu dibilas dan dikeringkan. Aplikasikan bonding dan lightcure
selama 10 detik. Kemudian pada penumpatan menggunakan teknik composite layering
technique. Yang dimulai dengan aplikasikan shade A02 sebesar 1,5 mm, kemudian light cure
20 detik.Kemudian mengaplikasikan dentin shade A2. Lalu Light Cure selama 20 detik.
Aplikasikan Extra bleach white pada bag insisial edge, light cure selama 20 detik,
Aplikasikan gray tranlucency shade pada bag insisal edgee, light cure selama 20 detik.
Kemudian terakhir enamel layer digunakan bleach white secara tipis pada seluruh restorasi.
Dan di finishing juga polishing. 8
Kriteria penilaian tumpatan dengan menggunakan tabel USPHS (United State Public Health
Service) dengan kategori dan skor serta kriteria berikut
a. Retention dengan skor Alpha yaitu tidak ada kehilangan bahan restorative
b. Color match dengan skor Alpha yaitu warna gigi cocok dengan warna gigi asli
c. Marginal discoloration skor Alpha yaitu tidak ada perubahan warna pada marginal
gingiva setelah restorasi
d. Secondary caries skor Alpha yaitu tidak ada terdekteksi karies sekunder pada gigi
yang telah mendapatkan restorasi ketika diperiksa di kunjungan berkala
e. Anatomic form skor Alpha bentuk anatomis sesuai dengan morfologi gigi asli nya
f. Marginal adaption skor Alpha adaptai dengan erat tidak ada deteksi restorasi bocor
g. Surface texture skor Alpha yaitu bentuk permukaan restorasi mirip dan sewarna
dengan enamel. 9
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik pada saat restorasi
Oklusi didefinisikan sebagai kontak interkuspal antara gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam segala posisi dan pergerakan mandibula. Oklusi gigi geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamis.
a. Oklusi Statis
Oklusi statis merupakan kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang
tidak bergerak.5 Oklusi sentrik adalah oklusi ketika pasien mengoklusikan giginya dalam keadaan
interkuspasi maksimum. Sinonim dari oklusi sentrik yang umum dikenal adalah posisi interkuspasi
(ICP) atau habitual bite. Oklusi ini adalah ketika pasien diinstruksikan untuk menutup gigi bersamaan,
gigitan inilah yang paling mudah untuk diukur.
b. Oklusi dinamik, timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke depan (anterior), dan
ke belakang (posterior). Oklusi yang terjadi pada pergerakan mandibula ini sering
disebut dengan artikulasi. Pada gerakan lateral akan ditemukan sisi kerja (working
side) yang ditunjukkan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar
RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (Occlusal guidance), bukan pada balancing side.
Kontak gigi-geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi
dengan antagonisnya.
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi pada
saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu
bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan
ke anterior.
4. Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi-geligi pada saat RB
digerakkan ke lateral.
Indikator oklusi terbagi atas dua jenis yaitu indikator kualitatif dan indikator kuantitatif.
Kedua metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk evaluasi oklusi.23-28 Indikator kualitatif
berfungsi untuk menentukan lokasi dan jumlah gigi yang berkontak. Beberapa material yang termasuk
ke dalam indikator kualitatif adalah kertas artikulasi, articulating silk, articulating film, metallic
shimstock film, dan high spot indicator. 10
BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Berdasarkan klasifikasi ICDAS, karies pasien digolongkan menjadi ICDAS 5. Yaitu
karies yang kavitasnya sudah tampak jelas dan terlihatnya dentin, biasa ini disebut dengan
karies dentin. Prosedur perawatannya terlebih dahulu dilakukan dengan pembersihan jaringan
Karies dan preparasi Kavitas. Pembersihan jaringan Karias ini harus dilakukan hingga
mendapatkan dentin yang sehat, pada bagian enamel yang tidak didukung dentin yang sehat
harus dibuang karena dapat mempersulit penentuan warna dan memungkinkan terjadinya
kebocoran tepi. Setelah pembersihan karies, dilakukan pembuatan level pada tepi Kavitas
pada permukaan Palatal dan labial lalu setelah itu lakukan tahapan penumpatan dengan
penumpatan yang dilakukan satu persatu (teknik layering) yaitu selapis demi selapis sesuai
dengan lapisan lapisan warna yang telah ditentukan. Dilakukan konturing setelah penumpatan
selesai dilakukan. Setelah itu lakukan tahapan pemolesan. Pemolesan dilakukan mengikuti
kontur dari permukaan gigi yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
2. Listrianak dkk. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Siswa – Siswi
Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP. 2018;13(2).
3. Christensen GJ. Bonding to Dentin and Enamel. Journal America Dent Assoc
2005;136(9): 1299-1302
4. Singh N, Jain A, Since N, Chauhan A, Rehman R. Application of four-handed
dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res. 2014;1(1):8–13.
5. Pegado, R.E.F., Amaral, F.L.B., dkk. Effect of Different Bonding Strategies on
Adhesion to Deep and Superficial Permanent Dentin. Eur J Dent. 2010;4(2):110–7
6. Dewiyani S. Restorasi Gigi Anterior Menggunakan Teknik Direct Komposit.
JITEKGI 2017; 13(2): 5-9
7. Zannatta RF. Microleakage and Shear Bond Streangth Of Composite Restorations
Under Cycling Conditions. Oper Dent 2017;42(2):71-80.
8. Poojart PK. Bhandary S. Srinivasan R. Nasreen Farhat. J pramod. MC Mahesh.
Influence of Restorative Technique, Bavelling and Aging on Composite Bonding to
Sectional Incisal Edges: A comparative in vitro study. J Conserv Dent 2013;
16(1):28-31.
9. Can Say E, Kayahan B, Ozel E, Gokce K, Soyman M, Bayirii G. Clinical evaluation of
posterior composite restoration in endodontically treated teeth. 2010. J Contemp
Dent Pract. 7(2):17-25)
10. Davies S, Gray RMJ. What is Occlusion?. British Dental Journal
2001;191:235- 45.
11. Setyawati A. Manajemen One Visite Restorasi Estetik pada Kasus Rudimenter
Gigi. 2020; 9(2).