Hak Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

A.

Pemenuhan Hak Dasar Anak


Mengacu pada tujuan disyariatkan Hukum Islam, yakni terciptanya suatu kemashlahatan
umat manusia, maka ihwal perlindungan atas hak anak erat kaitannya dengan upaya
memelihara keturunan (hifzh al-nasl) yang dalam rumusan Maqashid al-Syari’ah merupakan salah
satu pilar yang mesti ditegakkan bagi terciptanya suatu kemashlahatan. Oleh sebab itu
perlindungan atas hak-hak anak menjadi sangat penting, dan bagi kaum muslimin
hukumnya menjadi wajib syar’i, yakni kewajiban sesuai dengan tuntutan syari’at (berpahala
bagi yang melaksanakanya, berdosa bagi yang mengabaikannya). Dalam perspektif Islam, hak
asasi anak merupakan pemberian Allah yang harus dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh
orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.

Islam memandang kehidupan anak dimulai sejak pembuahan sel telur (ovum) dan
sperma di dalam rahim seorang perempuan. Saat itu, kehidupan mulai muncul dan saat itu
pula melekat pada dirinya hak-hak yang harus dilindungi.
a. Hak-hak Anak Setelah Lahir

Islam menganut paham keseimbangan antara hak dan kewajiban.


Hak dan kewajiban tidak bisa dipisahkan. Hak dan kewajiban adalah
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Adanya hak yang harus
diterima berarti kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun hak-hak yang
melekat pada anak, menurut Islam adalah sebagai berikut:
1) Hak Hidup. Hak hidup merupakan hak yang paling dasar dalam Islam
dan HAM, karena hak hidup merupakan pemberian dari Tuhan, dan
hanyalah Dia yang berhak untuk mencabut kehidupan dari diri
seseorang. Islam melarang mencabut hak hidup anak dengan alasan
apapun, seperti karena alasan kemiskinan, alasan kehormatan, alasan
malu, dan sebagainya. Bukti pengakuan Islam atas hak hidup dengan
mengecam praktik pembunuhan anak yang terjadi pra-Islam. Sejarah
pra-Islam menggambarkan pencabutan hak anak secara semena-mena
karena alasan kemiskinan dan kehormatan. 1Saking berharganya hak
hidup ini, Tuhan secara langsung dan tegas membenci dan memurkai
orang yang mencabut hak hidup orang lain. Hak hidup merupakan hak
yang paling dasar bagi seorang anak. Untuk memenuhi hak ini, seorang
anak harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, mengikuti
1
Rahim Umran dan M. Hasyim, Islam dan Keluarga Berencana, (Jakarta: Lentera, 1997), hal. 36
kegiatan imunisasi, dan mendapatkan dukungan lingkungan dan
masyarakat yang sehat pula.Selain orang tua, negara berperan
menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang dapat dijangkau
oleh masyarakat luas.
2) Hak Mendapatkan Identitas

Seorang anak berhak mendapatkan identitas dirinya terkait


dengan nama dan status keluarganya (hubungan nasab). Islam
memandang nama tidak sebatas sebagai identitas julukan seseorang,
tetapi lebih dari itu. Nama adalah doa dan cita-cita dari maksud arti
yang dikandung di dalam nama itu. Karena itu, Islam mengajarkan agar
seorang anak diberi nama dengan nama-nama yang baik. Selain nama,
anak berhak mendapat identitas keturunan (nasab). Identitas keturunan
sangat penting karena memiliki akibat hukum pada masalah kewarisan,
perwalian, dan perkawinan. Salah satu sebab kewarisan karena
hubungan nasab (darah), salah satu sebab adanya perwalian karena
nasab (orang tua), dan salah satu larangan menikah disebabkan karena
hubungan darah (muhrim).
3) Hak Ekonomi (makanan)

Sejak kelahirannya seorang anak berhak atas makanan yang


halal dan bergizi. Makanan dasar yang dibutuhkan oleh seorang anak
adalah air susu ibu (ASI). Islam mengajarkan agar seorang ibu
menyusui anaknya selama genap dua tahun. Firman Allah menyatakan:
”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.

Makanan halal adalah sesuatu yang jika dikonsumsi tidak


mengakibatkan mendapat siksa (dosa).
4) Hak Kesehatan

Anak memiliki hak untuk mendapatkan kesehatan jiwa dan raganya.


Kesehatan jiwa dan raga adalah faktor penting untuk mendukung
tumbuh-kembang anak. Bukti perhatian Islam terhadap kesehatan ini
ditunjukkan dengan diperkenalkannya berbagai praktik yang dianggap
dapat menciptakan kesehatan. Di antara praktik itu adalah khitan2
mencukur rambut, menjaga kebersihan, dan sebagainya. Hak untuk
tumbuh dan berkembang atau hak untuk kelangsungan hidup
(survival rights) ini harus berlaku secara seimbang untuk pertumbuhan
jiwa dan raganya. Dua komponen anak ini menuntut pemenuhan dari
segmen yang berbeda, segmen jasmaniah dan ruhaniah.
5) Hak Pengasuhan dan Perlindungan

Seorang anak berhak mendapatkan hadhanah dari kedua orang


tuanya. Pengasuhan orang tua berlangsung terus, bahkan ketika
terpaksa orang tuanya harus bercerai karena sebab tertentu, pengasuhan
terhadap anak tetap menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.
Pengasuhan di sini mengandung pula makna perlindungan.
Perlindungan anak mencakup perlindungan fisik dan psikologis dari
ancaman luar. Perlindungan fisik menyangkut keamanan jiwa raganya
dan perlindungan psikologis menyangkut perkembangan emosi dan
jiwanya.
6) Hak Pengangkatan Anak

Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat


menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar
maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak
angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perindang-
undangan yang berlaku.
Pengangkatan anak diakui dalam Islam. Hanya saja, Islam
mengakui bolehnya pengangkatan anak, namun pengangkatan anak itu
tidak berdampak pada hubungan hukum anak angkat dengan orang tua
angkat, seperti perwalian dan waris.

2
Abu Hadiyan Syafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, hal. 76
Daftar pustaka

Apong Herlina, dkk., Perlindungan Anak Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002


Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: 2003)
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1985)
A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial,
(Jakarta: Sinar Harapan, 1988)

Anda mungkin juga menyukai