Stratifikasi Sosial Dan Kesamaan Derajat
Stratifikasi Sosial Dan Kesamaan Derajat
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
P.J Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut
stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam
kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi
kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.
Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
Negara.
Contoh Kesamaan Derajat:
a. Dalam lingkungan Berbangsa dan Bernegara:
1) Dibentuknya lembaga peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.
2) Adanya kebebasan dan pengakuan dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
3) Pemerintah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada warga negaranya.
b. Dalam lingkungan Masyarakat :
1) Aktif dalam musyawarah, kerja bakti dalam masyarakat.
2) Aktif dalam kegiatan social di masyarakat.
c. Dalam lingkungan Sekolah :
1) Sekolah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada murid.
2) Jika ada murid terkena musibah, maka guru dan teman-temanya membantu.
d. Dalam lingkungan Keluarga :
1) Orangtua bersikap demokratis.
2) Orangtua memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada anak-anaknya.
3) Apabila salah satu anggota keluarga membutuhkan bantuan, maka seluruh keluarga
berusaha membantu.
KESIMPULAN
Disadari atau tidak, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam istilah disebut
sebagai mu'asyarah dan apa yang dilakukan disebut amal jama'i. Dalam istilah
populer yang diberikan oleh Aristoteles disebut "Zoon politicon".
Dalam kehidupan sosial kita juga mengenal yang namanya strata sosial.
Sehingga muncullah istilah stratifikasi sosial.
Sebut saja Max Weber dia mengelompokkan manusia menjadi tiga kategori
besar. Si kaya, si paling kuasa dan si paling memiliki pengaruh atas nilai yang ia
miliki. Hal ini diambil juga pendapatnya oleh ibu Elly M. Setiadi, M.Si dalam bukunya
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Beliau menukil dan menyetujui bahwa pandang Max
Weber lebih realistis dari apa yang pernah disampaikan oleh Karl Marx.
Dalam ajaran Islam, selaku muslim kita telah memiliki pedoman yang jauh
lebih baik yaitu Al Qur'an. Karena Al Qur'an telah menjelaskan bahwa "inna
akromakum indallahi atqokum." Dari sekian banyak kelompok manusia, tetaplah
yang nomor satu di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara mereka.
Sehingga kaya, miskin, penguasa, rakyat jelata dan bahkan miskin papa
semuanya sama di sisi Allah kecuali nilai taqwa di antara mereka. Kalaupun
berbicara tentang individu dengan segala keunikannya tentu kita juga tidak bisa
meng generalisir semuanya. Artinya semua berjalan sesuai kemampuan.
karena Nabi mengajarkan kepada kita bahwa dari setiap status sosial tadi
ketika ditempatkan pada tempat yang semestinya, maka akan berbuah manis.
Sebagai contoh, ketika sahabat yang notabene miskin mereka mengadu kepada
Nabi karena merasa ghibtah (iri dalam konotasi baik) akan pahala yang banyak
didapatkan oleh orang-orang kaya yang dermawan dengan hartanya, berinfaq fi
sabilillah. Lalu Nabi menjawab, bukankah di setiap dzikir kalian ada sedekah,
langkah kaki ke masjid juga sedekah dan lain sebagainya.
Mereka menjawab, itu pula yang mereka lakukan wahai Nabi Allah. Nabi menjawab,
"itulah keutamaan bagi mereka. "
Kembali, bahwa itu semua karena nilai taqwa bukan karena semata
kekayaan. Akan tetapi, dengan kekayaan tadi digunakan untuk apa hartanya.
Dalam hal hukum pun demikian. Seolah hukum tersebut tajam ke bawah
akan tetapi tumpul ke atas.
Karena diakui atau tidak, rakyat Indonesia masih menggunakan sistem hidup yang
pernah dicetuskan oleh Barat, padahal apa yang mereka lakukan dan mereka gagas
tidak lebih dari sekedar mengikuti hawa nafsu. Sehingga, harapan untuk selalu
menghargai satu sama lain dan menerapkan kesamaan derajat bisa dikatakan
masih jauh panggang dari api.
Nas'alullaha al afiyah.
a. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan
pembedaan hak dan kewajiban
b. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-
hak istimewa
c. Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
d. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar
perlindungan hukum
e. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri
f. Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu
secara umum Pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat
yang komunistis yang tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar.
Ekonomi primitive bukanlah ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif
kolektif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-
lapisan social, yaitu :
a. ukuran kekayaan
b. ukuran kekuasaan
c. ukuran kehormatan
d. ukuran ilmu pengetahuan