Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar
Penulis:
Mustar, Deddy Wahyudin Purba, Made Nopen Supriadi
Yessy Kusumadewi, Eko Sutrisno, Juliana, Syamsul Bahri
Agung Nugroho Catur Saputro, Marto Silalahi, Andi Febriana Tamrin
Penulis:
Mustar, Deddy Wahyudin Purba, Made Nopen Supriadi
Yessy Kusumadewi, Eko Sutrisno, Juliana, Syamsul Bahri
Agung Nugroho Catur Saputro, Marto Silalahi
Andi Febriana Tamrin
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Mustar, dkk.
Ilmu Sosial Budaya Dasar
Yayasan Kita Menulis, 2020
xii; 134 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-6761-58-8
Cetakan 1, November 2020
I. Ilmu Sosial Budaya Dasar
II. Yayasan Kita Menulis
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT. Atas
segala nikmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis salah
satu diantarannya nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan
buku “Ilmu Sosial Budaya Dasar” dapat diselesaikan dan semoga
bermanfaat.
Dalam buku ini materi yang dibahas disusun secara sistematis agar
mudah dipahami para pembaca sehingga dapat menambah wawasan
untuk menyikapi pengaruh sosial budaya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang saling tarik ulur untuk memengaruhi kehidupan
masyarakat sehari-hari,
Penyusunan buku ini tidak terlepas dari keterlibatan bebagai pihak yang
terlibatan berbagai pihak yang telah memberikan semangat motivasi yang
sangat berarti bagi penulis untuk itu penulis banyak mengucapkan terima
kasih.
vi Ilmu Sosial Budaya Dasar
November 2020
Penulis
Daftar Isi
Bab 8 Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni Bagi Kehidupan
8.1 Pengertian Sains, Teknologi dan Seni........................................................ 83
8.1.1 Pengertian Sains ................................................................................. 84
8.1.2 Pengertian Teknologi......................................................................... 86
8.1.3 Pengertian Seni................................................................................... 87
8.1.4 Hubungan antara Sains, Teknologi, dan Seni .................................. 87
8.2 Perkembangan Cara Pemerolehan Ilmu Pengetahuan .............................. 88
8.2.1 Tahap Berpikir Mitos......................................................................... 89
8.2.2 Tahap Penalaran Deduktif (Rasionalisme) ...................................... 89
8.2.3 Tahap Penalaran Induktif (Empirisme) ............................................ 90
8.2.4 Tahap Metode Ilmiah ........................................................................ 91
8.2.5 Tahap Berpikir Berdasarkan Wahyu ................................................ 91
8.3 Metode Ilmiah ............................................................................................. 92
8.3.1 Pengertian Metode Ilmiah ................................................................. 92
8.3.2 Tahap-tahap Metode Ilmiah .............................................................. 93
8.3.3 Ciri-ciri Metode Ilmiah...................................................................... 96
8.3.4 Beberapa Catatan Penting tentang Metode Ilmiah .......................... 97
8.4 Peranan Sains, Teknologi dan Seni bagi Kehidupan ................................ 98
1.1 Pendahuluan
Ilmu sosial budaya dasar merupakan seperangkat konsep-konsep dasar atau
pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial secara interdisipliner atau multi disiplin
dipergunakan sebagai alat untuk pendekatan dan pemecahan problema-
problema yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Pemahaman
seseorang terhadap ilmu sosial budaya dasar diharapkan mampu dan memberi
alternatif pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan sebagai ciptaan manusia adalah dunia khas manusia.
Kebudayaanlah yang membedakan manusia dengan hewan. Sebagai makhluk
historis, hidup manusia ditandai dengan upaya yang tiada henti-hentinya untuk
menyempurnakan dirinya. Upaya tersebut berlangsung dalam konteks sosial
tertentu, dalam jaringan interaksi yang kompleks dengan sesamanya, dengan
bermacam-macam ragam pranata sosial yang menentukan arah dan gerak
hidup masyarakat, dan dalam relasi fundamentalnya dengan alam atas atau
dunia Ilahi. Karena hal-hal tersebut maka manusia tidak bisa hidup sendirian.
Ilmu budaya dasar tidak terlepas dari konteks budaya Indonesia. Latar
2 Ilmu Sosial Budaya Dasar
belakang Ilmu Budaya Dasar (IBD) dalam konteks budaya, Negara dan
masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
a. Keanekaragaman Budaya
Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan
segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek
kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primordial),
kesukuan dan kedaerahan.
b. Pergeseran Sistem Nilai
1.2 Pengertian
1.2.1 Kebudayaan
Buddhayah (sansekerta) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
atau “akal”. Budaya: hal-hal yang berkaitan dengan akal. Menurut EB Taylor
(1971) seorang Antropolog dalam (Syafruddin & Mariam 2010) berpendapat
bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemadi dalam (Syafruddin & Mariam 2010) berpendapat bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang
berfungsi sebagai:
a. Tempat berlindung
b. Kebutuhan makan dan minum
c. Pakaian dan perhiasan
manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman
dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil pengkajian ini lebih bersifat kualitatif,
sebab hal ini menyangkut pola perilaku dan tingkah laku manusia di
masyarakat yang cenderung berubah-ubah. Selanjutnya pengetahuan budaya
(the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-
kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode
pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat
unik, kemudian diberi arti.
Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan hal penting yang harus
dipahami manusia sebagai insan yang kritis, peka dan arif dalam memahami
keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai
estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Pemahaman ini
diharapkan memberikan landasan dan wawasan yang luas, serta
menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif untuk memahami keragaman,
kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku
individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggungjawab terhadap
sumber daya dan lingkungannya. ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri, melainkan suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek
yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial
yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya.
Pemahaman terhadap ilmu sosial budaya dasar sebagai pengantar dasar
menuju pengenalan teori ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan sehingga
diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan yang bersifat multidisipliner
tentang keragaman, kesetaraan, kemartabatan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain, manusia diharapkan mampu
memahami jejaring kehidupan bersama berikut nilai, acuan norma, serta
pedoman hidup yang melebur dalam kehidupan keseharian yang mengikat
interaksi kebersamaan itu (Tumanggor 2015)
ISBD dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai hubungan timbal balik
antar manusia dengan lingkungannya. Dengan wawasan tersebut diharapkan
manusia mempunyai kemampuan secara simultan, yang meliputi:
8 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dengan kata lain bahwa ilmu sosial budaya dasar diharapkan mampu
mengembangkan manusia yang memiliki kepribadian, keilmuan serta
keterampilan, hingga komitmen kuat dalam mengaktualisasikan talenta dirinya
dalam membangun kehidupan masyarakat sebagai objek dari kompetensi yang
dimilikinya (Tumanggor 2015).
1.4.1 Bahasa
Bahasa atau sistem perimbangan baik lisan maupun tulisan untuk
berkomunikasi atau dengan yang lain, dalam suatu karangan etnografi,
member deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh
suku bangsa bersangkutan beserta variasi dari bahasa itu.
a. Deskripsi yang mendalam oleh seorang ahli bahasa khusus mengenai
susunan sistem fenetik, fonologi, sintaks dan semantic (tata bahasa)
Bab 1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar 9
1.4.7 Kesenian
a. Seni rupa
b. Seni suara
c. Seni tari
Dari pengertian ini, maka kajian mengenai hubungan timbal balik antar
manusia maupun masyarakatnya akan dapat menimbulkan berbagai gejala
sosial dengan berbagai macam dampak yang dapat diperkirakan sebelumnya
atau justru tidak dapat diduga. Oleh karenanya, penting sekali untuk
memahami fase-fase hubungan dan tindakan sosial manusia untuk mengetahui
lebih lanjut korelasi antarhubungan, aspek kausalitasnya, dan bagaimana
menyusun strategi agar gejala sosial yang muncul sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian ilmu sosial budaya memiliki arti yang sangat
penting di dalam perencanaan, dan pelaksanaan pemecahan masalah sosial.
Sekaligus juga untuk mencari solusi penanggulangan permasalahan secara
holistik. Bukan hanya itu saja, ilmu sosial budaya juga penting bagi
menetapkan kebijakan dan arah pembangunan, agar dapat diaplikasikan dan
berguna bagi masyarakat. Tidak sekedar tambal sulam dan hanya menjadi
kewajiban normatif saja.
Ilmu sosial budaya dasar identik dengan Basic Humanities.Humanities berasal
dari kata latin Human yang berarti manusiawi, yang berbudaya dan berbudi
halus (refined) diharap seseorang mempelajari Basic Humanities tidaklah sama
dengan the humanities (pengetahuan budaya) yang menyangkut keahlian
filsafat dan seni; seni pahat, seni tari dan lain-lain. Seperangkat konsep dasar
ilmu sosial budaya dasar tersebut secara interdisiplin digunakan sebagai alat
bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat. Dengan demikian ilmu sosial budaya dasar memberikan alternatif
sudut pandang atas pemecahan masalah sosial budaya di masyarakat.
Berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari kajian ilmu sosial budaya dasar,
seseorang dapat mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu mengetahui
ke arah mana pemecahan masalah harus dilakukan. Pendekatan dalam ilmu
sosial budaya dasar lebih bersifat interdisiplin atau multidisiplin, khususnya
ilmu-ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial. Pendekatan dalam ilmu
sosial budaya dasar bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial dan budaya yang
bersifat terintegrasi. Ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk mencari
Bab 1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar 15
Ilmu sosial dasar (ISD) termasuk kedalam kelompok ilmu sosial. Ilmu sosial
ditujukan untuk dapat menanggapi masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu sosial dasar mempunyai tema
pokok yaitu hubungan timbal balik (resiprokal) manusia dan lingkungannya.
Adapun objek kajian dari ilmu sosial ini adalah sebagai berikut:
a. Menanggapi berbagai kenyataan bersama yang dihadapi oleh
masyarakat yang merupakan masalah sosial melalui pendekatan
sendiri maupun pendekatan antarbidang (interdisiplin).
18 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa ilmu sosial dasar merupakan usaha
untuk memberikan pengetahuan dasar bagi mahasiswa mengenai konsep dasar
ISD untuk mengkaji gejala sosial dalam masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kepekaan sosial (Aisyah, 2015). Tujuan dari adanya matakuliah
ISD ini adalah untuk membantu mengembangkan wawasan dan pemikiran
mahasiswa terutama dalam berinteraksi dan bertingkah laku dalam masyarakat
sekaligus dapat membangun kepribadian.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) termasuk kedalam kelompok ilmu budaya (the
humanities), tetapi tidak identik dengan pengetahuan budaya itu sendiri.
Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai manusia sebagai makhluk
berbudaya, sedangkan IBD mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya. IBD
adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan
budaya, dengan menggunakan pengertian yang berasal dari dan telah
dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan atau keahlian. IBD
merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan dasar dan umum mengenai
konsep – konsep budaya untuk mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.
Sedangkan IBD bertujuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa
dengan memperluas wawasan akan pemikiran sehingga kritis terhadap
masalah budaya yang ada dilingkungan sekitar (Ersadea, 2016).
Dalam rangka untuk sinergitas tersebut maka sesuai dengan SK Dirjen Dikti
No.44/2006 pengorganisasiaan materi maupun teknik penyajian materinya
digabungkan menjadi ISBD. Dengan kata lain bahwa ISBD Merupakan materi
yang menggabungkan kajian ISD dan IBD. Sebagai integrasi dari ISD dan
IBD,ISBD memiliki kompetensi dasa menjadi ilmuan professional yaitu yang
berpikir kritis, kreatif, sistemik, dan ilmiah, berwawasan luas, etis, serta
memiliki kepekaan dan empati terhadap solusi pemecahan masalah sosial dan
budaya secara arif sebagaimana SK Dirjen Dikti No. 44 Tahun 2006
(Mumtazinur, 2019).
Bab 2 Hakikat dan Ruang Lingkup ISBD 19
Ilmu sosial dasar, mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat mewujudkan berbagai
Ilmu Sosial Dasar, dengan memanfaatkan pengetahuan yang berasal dari
lapangan ilmu-ilmu sosial, seperti geografisosial, sosiologi, antropologi sosial,
ilmu politik, ilmu ekonomi, psikologi sosial dan sejarah. Ilmu sosial dasar,
sebagaimana halnya dengan ilmu budaya dasar dan ilmu alamiah dasar,
bukanlah pengantar suatu bidang keahlian (disiplin) ilmu-ilmu sosial tertentu.
Tidak seperti pengantar ilmu politik, pengantar sosiologi, atau pengantar
antropologi, dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-pengertian (fakta,
konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang keahlian itu untuk menggapai
masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia (Nasution et al., 2015).
Mengenai ruang lingkup ilmu sosial, sampai sekarang para ahli sebenarnya
tidak ada kesepakatan yang bulat, tetapi di antaranya yaitu:
a. Ada pelbagai aspek pada kenyataan yang merupakan suatu masalah
sosial. Biasanya, masalah sosial dapat ditanggapi dengan pendekatan
yang berbeda-beda oleh bidang-bidang pengetahuan keahlian yang
berbeda-beda pula, baik sebagai pendekatan tersendiri, maupun
gabungan (antar bidang).
b. Adanya pelbagai golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat
yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-
pola pikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri, tetapi memiliki
banyak persamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam
pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang menyebabkan adanya
pertentangan maupun hubungan-hubungan setia kawan dan kerja
sama dalam masyarakat itu (Sarinah, 2019).
20 Ilmu Sosial Budaya Dasar
ISD meliputi dua kelompok utama; studi manusia dan masyarakat dan studi
lembaga-lembaga sosial. Kelompok yang pertama terdiri atas psikologi,
sosiologi, dan antropologi, sedang kelompok yang kedua terdiri atas ekonomi
dan politik. Sasaran studi ISD adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang
terwujud daripadanya. Materi pembahasan dalam ISD terdiri atas masalah-
masalah sosial, hendaknya terlebih dahulu kita dapat mengidentifikasi
kenyataan-kenyataan sosial dan memahami sejumlah konsep sosial tertentu.
Sehingga dengan demikian bahan pelajaran ISD dapat dibedakan kedalam
beberapa pembahasan, yaitu:
1. Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara
bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu, kenyataan-
kenyataan sosial tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para
ahli ilmu-ilmu sosial, karena adanya perbedaan latar belakang
disiplin ilmu atau sudut pandangnya. Dalam Ilmu Sosial Dasar kita
menggunakan pendekatan interdisiplin/ multidisiplin.
2. Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-
kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang
sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang
dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebagai contoh dari konsep
dasar semacam itu misalnya konsep “keanekaragaman”, dan konsep
“Kesatuan Sosial”. Bertolak dari kedua konsep tersebut di atas, maka
dapat kita pahami dan sadari bahwa di dalam masyarakat selalu
terdapat:
a) Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku,
baik secara individual atau kelompok/ golongan.
b) Persamaan dan perbedaan kepentingan. Persamaan dan
perbedaan itulah yang menyebabkan sering timbulnya
pertentangan, kerjasama, kesetiakawanan antar individu dan
golongan.
c) Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya
terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial yang antara
satu dengan yang lainnya saling berkaitan (Khairat, 2017).
Bab 2 Hakikat dan Ruang Lingkup ISBD 21
Konsorsium Antar bidang telah menetapkan bahwa ISD terdiri dari 8 (delapan)
pokok bahasan. Dari kedelapan pokok bahasan tersebut, maka ruang lingkup
perkuliahan ISD diharapkan mempelajari dan memahami adanya:
a) Pelbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan
perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Ada dua masalah yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan ruang lingkup kajian Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut
ialah:
a. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan
masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik dari segi
masing masing keahlian, (disiplin) di dalam pengetahuan budaya,
maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dan
pengetahuan budaya.
b. Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka
ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan
tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, sosial dan
budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan
tetapi ketidak seragaman yang di ungkapkan secara tidak seragam,
sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan
corak ungkapan, pikiran, dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan
mereka.
Kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam IBD (Ilmu Budaya Dasar),
tampak jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian.
Manusia tidak hanya sebagai objek pengkajian, bagaimana hubungan manusia
dengan alam, dengan sesama, dan bagaimana pula hubungan sang Pencipta
menjadi tema sentral dalam IBD, pokok-pokok bahasan yang dikembangkan
adalah:
1. Manusia dan Harapan
2. Manusia dan Kegelisahan
3. Manusia dan Tanggung Jawab
4. Manusia dan Pandangan Hidup
5. Manusia dan Cinta Kasih
Bab 2 Hakikat dan Ruang Lingkup ISBD 23
Setelah materi ISD dan IBD digabungkan ke dalam satu keilmuan ISBD maka
sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi yang memuat sejumlah
subtansi kajian yang mengarah pada tercapainya kompetensi dasar, pemberian
subtansi kajian atau ruang lingkup kajian ISBD kepada mahasiswa diharapkan
dapat mencapai kompetensi dasar mata kuliah.
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar (ISBD) pada perguruan tinggi, berikut ini merupakan ruang ligkup dan
subbahasannya, yaitu terdiri :
1. Pengantar ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) yang mencakup:
a. Hakikat dan ruang lingkup ISBD.
b. ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum.
c. ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya.
2. Manusia sebagai makhluk budaya:
a. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
b. Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan.
c. Etika dan estetika berbudaya.
d. Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep
dasar manusia.
e. Problematika kebudayaan.
3. Manusia sebagai individu dan makhluk sosial:
a. Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
b. Fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
24 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Secara umum cakupan materi ilmu ini dapat disimpulkan adalah tentang
eksistensi, esensi dan substansi terkait umat, ekologi, keilmuan, akhlak, etika,
variasi dan perubahan budaya (peradaban), hak dan kewajiban, serta berbagai
alternatif solusi masalah kehidupan (Herinanto, 2011).
26 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Bab 3
Hakikat Manusia Sebagai
Makhluk Budaya
3.1 Pendahuluan
Peradaban manusia terus mengalami perkembangan. Douglas Groothuis
menuliskan bahwa banyak para sejarawan dan sosiolog membagi budaya
dalam tiga zaman, yaitu zaman pramodern, zaman modern dan zaman
postmodern (Groothuis, 2010). Zaman pramodern adalah zaman yang
sederhana, manusia mengembangkan kebudayaan dalam bentuk nilai-nilai
sosial hany untuk kelompok sendiri. Zaman modern memperlihatkan
bagaimana manusia mengembangkan kebudayaan bersifat universal, sehingga
budaya modernisme tidak hanya memengaruhi suatu kelompok masyarakat
lokal tetapi juga memengaruhi pemikiran global. Zaman postmodern
mendorong manusia mengembangkan kebudayaan yang multicultural dengan
memadukan aspek-aspek pramodern dan modern.
Perpaduan kebudayaan yang dibentuk pada zaman postmodern menimbulkan
beberapa problematika, pertama manusia menjadi kabur dalam melihat suatu
budaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan sulitnya melakukan pembedaan,
karena manusia memadukan antara unsur tradisional dan unsur modernisme,
situasi ini juga terefleksi dalam kehidupan sosial budaya manusia. Hal tersebut
28 Ilmu Sosial Budaya Dasar
dibebaskan dari tubuh. Budaya yang dibentuk dari pemikiran demikian adalah
budaya yang menilai tubuh rendah sehingga manusia diijinkan menyakiti
tubuhnya untuk membebaskan jiwa dan rohnya, lalu manusia
mengembangkan budaya yang menyamankan jiwanya.
Perkembangan modernisme memberikan pengaruh dalam pemikiran filosofis
tentang hakikat manusia. Rasionalisme adalah pemahaman filosofis yang
mendominasi pemikiran modernisme. Filsafat tersebut memberikan konsep
tentang eksistensi manusia berdasarkan pemikiran manusia. Rene Descartes
mengatakan ”cogito ergo sum” yang artinya ”aku berpikir maka aku ada.”
Eksistensi manusia ditunjukkan dengan manusia mampu mengembangkan
pemikirannya. Kebudayaan manusia beralih dari budaya yang bersifat
spiritualitas menjadi budaya yang bersifat rasionalitas. Pada konteks pemikiran
demikian budaya mulai menolak hal-hal yang dinyatakan sebagai mitos,
bahkan dampak pemikiran ini sampai kepada penolakan terhadap konsep-
konsep agama, yang melahirkan budaya kehidupan tanpa agama.
Pemikiran modern tidak hanya memusatkan pada rasio tetapi perasaan
manusia juga memiliki peranan. Seorang filsuf bernama Friedrich
Scheliermacher menyatakan ”dependency of feeling” yang artinya
kebergantungan mutlak pada perasaan. Pemikiran filosofis demikian
membawa manusia pada konsep keberadaan manusia karena perasaan. Sesuatu
menjadi bernilai jika itu sesuai dengan perasaan. Budaya manusia beralih
kepada bentuk budaya yang memberikan kenyamanan pada perasaan manusia.
Sehingga kehidupan sosial budaya manusia dapat menolak unsur-unsur
tradisional jika itu tidak sesuai perasaan dan mengganti budaya tradisional
dengan budaya yang sesuai dengan perasaan.
Pada zaman postmodern filsafat subjektifisme dan relativisme memiliki peran
dalam memengaruhi pemikiran manusia. Zaman ini membentuk tradisi
manusia yang berkomunitas. Budaya berkomunitas adalah hal yang banyak
diperlihatkan pada masa kini. Oleh karena itu kehidupan sosial budaya
manusia cenderung berkomunitas, budaya yang diterima disesuaikan dengan
komunitas, subjektifisme telah membawa manusia menilai komunitas sesuai
dengan kesenangan pribadinya.
3.3.1 Keragaman
Kebudayaan pada esensinya adalah keragaman. Tanpa keragaman sebuah
budaya tidak akan terbentuk. Tidak ada kebudayaan yang tidak memiliki unsur
keragamaan. Kebudayaan yang telah terikat dalam konteks batin manusia dan
nilai religius menunjukkan bahwa ada komunikasi dan perpaduan unsur yang
berbeda sehingga membentuk sebuah kebudayaan. Keragaman unsur
kebudayaan memperlihatkan bahwa kebudayaan tidak bisa diperankan oleh
satu orang manusia, kebudayaan hanya mampu ditampilkan melalui interaksi
sosial masyarakat. Pendapat Koentjaraningrat (1923-1999) yang
menyimpulkan unsur kebudayaan yang terdiri dari religi, sosial dan
pengetahuan menunjukkan adanya keragaman. Dengan demikian para
pengamat kebudayaan tidak dapat melepaskan salah satu unsur jika ingin
mendapatkan sebuah konsepsi yang utuh tentang suatu kebudayaan.
3.3.2 Keindahan
Kebudayaan merupakan refleksi pengetahuan manusia, salah satu refleksi
pengetahuan manusia adalah kesenian. Kesenian memiliki hakikat keindahan,
dengan demikian sebuah kebudayaan memperlihatkan keindahan. Keindahan
kebudayaan tidak dinilai berdasarkan bentuk nyata kebudayaan, tetapi
keindahan kebudayaan dinilai dari harmonisasi sebuah budaya. Harmonisasi
sebuah budaya menunjukkan bahwa kebudayaan mampu mengakomodir nilai
religi, sosial dan pengetahuan. Keindahan kebudayaan akan menjadi kurang
Bab 3 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya 35
harmonis jika salah satu unsur kebudayaan ditiadakan. Nilai religi tanpa sistem
sosial maka nilai religi hanyalah sebatas mitos, lalu nilai sosial tanpa
pengetahuan menunjukkan kehidupan sosial yang tidak variatif. Dengan
demikian keindahan sebuah budaya terwujud melalui harmonisasi. Keindahan
merupakan unsur yang berdiri sendiri, keindahan akan terpancar jika
kebudayaan ditata dengan keharmonisan setiap unsurnya, dengan demikian
kelompok sosial masyarakat tidak dapat mengubah hakikat keindahan budaya,
tetapi kelompok sosial hanya mampu mengharmoniskan unsur budaya,
keharmonisan unsur budaya pasti akan diikuti oleh keindahan.
3.3.3 Kreativitas
Kebudayaan memiliki hakikat kreativitas, hal tersebut ditunjukkan melalui
realitas kehidupan manusia yang memiliki banyak ragam budaya. Keragaman
kebudayaan menunjukkan adanya unsur penggerak yaitu kreativitas. Manusia
yang kreatif akan terus menerus menghasilkan kebudayaan, hasil kreativitas
kebudayaan manusia tersebut dapat ditemukan melalui perkembangan
peradaban manusia. Zaman berubah dari pra modern ke modern, dari modern
ke postmodern. Perubahan peradaban menunjukkan adanya hakikat kreativitas
yang memberikan dorongan perubahan kebudayaan. Kreativitas manusia tidak
serta merta diterima oleh kelompok manusia yang lain, perbedaan-perbedaan
kreativitas justru memberikan efek-efek dalam pergerakan sistem sosial
masyarakat. Pergesekan antar kebudayaan justru menimbulkan kreativitas
yang baru dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian kreativitas
merupakan unsur yang tidak dapat dilihat namun menjadi pendorong untuk
perkembangan kebudayaan, tanpa kreativitas manusia tidak akan bisa menjadi
manusia yang berbudaya.
3.3.4 Interaksi
Kebudayaan pada hakikatnya adalah interaksi, karena kebudayaan hadir di
tengah kelompok sosial masyarakat. Satu budaya dapat diterima menjadi
sebuah kebudayaan jika budaya tersebut dikomunikasikan kepada sesama
manusia, kesepakatan dari komunikasi akan menjadikan satu budaya diterima
dalam sebuah sistem masyarakat. Interaksi adalah sebuah hakikat yang mutlak
harus terjadi dalam kebudayaan. Penulis menyebutkan ada dua interaksi yang
menyebabkan munculnya sebuah kebudayaan, pertama, interaksi internal
manusia. Manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran, perasaan dan
kehendak, interaksi yang terjadi secara internal di dalam diri manusia mampu
36 Ilmu Sosial Budaya Dasar
3.3.5 Nilai
Hakikat kebudayaan yang penulis amati adalah nilai. Kebudayaan menjadi
sebuah budaya jika memberikan nilai kepada kelompok masyarakat. Budaya
yang memberi nilai positif dan menguntungkan kelompok sosial akan diterima
menjadi sebuah budaya. Namun ada budaya yang ditolak jika kelompok
masyarakat tidak menemukan sebuah nilai yang baik. Satu budaya mampu
diterima jika budaya tersebut mampu memperlihatkan nilai yang baru. Budaya
dan nilai budaya tidak dapat dipisahkan, budaya yang bernilai merupakan
budaya yang mampu memberikan pengaruh kepada kelompok masyarakat
secara positif. Penulis mengamati di dalam kebudayaan penilaian bersifat
subjektif-kolektif, artinya tidak ada standar mutlak untuk menilai sebuah
budaya itu harus ditolak atau diterima. Bentuk budaya baik itu buruk atau baik
tidak menjamin sebuah penerimaan. Manusia pada era postmodern, memiliki
pola penilaian yang subjektif-kolektif, artinya manusia menilai secara pribadi
satu kebudayaan, meskipun secara pribadi manusia menolak satu kebudayaan,
namun manusia juga melihat apakah komunitas dan kelompok menerima
kebudayaan yang ditolak secara subjektif, jika kelompok menerima maka
manusia akan mengikuti kemauan komunitas untuk tetap menerima satu
budaya. Sebagai contoh kasus, hoax adalah bentuk kebudayaan yang buruk,
namun jika sebuah hoax diterima oleh komunitas maka nilai yang buruk akan
menjadi positif. Dengan demikian hakikat nilai dalam kebudayaan memiliki
peranan penting, meskipun tidak ada standar mutlak, namun manusia wajib
mulai memikirkan sebuah nilai yang ultimat untuk kebudayaannya di masa
yang akan datang.
Bab 3 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya 37
4.1 Pendahuluan
Manusia mempunyai kepentingan sebagai tuntutan perorangan atau kelompok
yang diharapkan dapat dipenuhi serta manusia telah bergaul dengan manusia
lainnya di dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Pada awalnya
manusia berhubungan dengan orang tuanya dan semakin meningkat usianya,
semakin luas pula daya cakup pergaulannya dengan manusia lain dalam
masyarakat tersebut. Pada umumnya manusia mengetahui bahwa dalam
berbagai hal dia memiliki persamaan dengan orang lain, sedangkan dalam hal
lain dia memiliki sifar yang khas yang berlaku bagi dirinya sendiri atau dengan
perkataan lain bahwa kebutuhan manusia akan semakin bertambah dari sejak
kecil hingga beranjak dewasa sampai dia meninggal dunia. Perwujudan
manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial di Indonesia
juga tidak dapat dipisahkan dari Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Negara Republik Indonesia tidak akan dapat hidup dengan lestari
apabila Pancasila hanya menjadi jiwa bagi bangsa dan Negara saja jika tidak
meresap ke dalam jiwa masyrakatnya. Meskipun pengertian bangsa dan
masyarakat meliputi manusia yang sama dan hidup dalam suatu Negara,
44 Ilmu Sosial Budaya Dasar
memiliki hak serta kewajiban yang diatur oleh Negara yang ditentukan dalam
Undang-Undang.
Manusia dalam hidupnya banyak menghadapi berbagai bahaya yang dapat
mengganggu kepentingannya, sehingga seringkali menyebabkan
kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai. Manusia mengingkan agar
kepentingan-kepentingannya terlindungi dari bahaya yang mengancam. Untuk
itu ia memerlukan bantuan manusia lainnya dan dengan kerjasama dengan
manusia lain akan lebih memudahkan keinginannya tercapai atau
kepentingannya terlindungi. Manusia akan lebih kuat menghadapi ancaman
terhadap kepentingannya apabila ia hidup dalam masyarakat. Masyarakat
merupakan suatu kehidupan Bersama yang teroganisir untuk mencapai dan
merealisir tujuan Bersama. Masyarakat merupakan kelompok atau kumpulan
manusia dan berapa jumlah manusia yang diperlukan untuk dapat disebut
masyarakat tidak terlalu penting. Apa yang mempertemukan atau
mendekatkan kedua manusia itu satu sama lain adalah pemenuhan kebutuhan
atau kepentingan mereka. Kehidupan Bersama dalam masyarakat tidak
didasarkan pada adanya beberapa manusia yang secara kebetulan bersama,
tetapi didasarkan pada adanya kebersamaan tujuan.
Dengan demikian tampaknya seakan-akan manusia dan masyarakat dapat
dipisahkan: manusia sebagai individu dan manusia dalam kelompok. Manusia
sebagai makhluk individu pada dasarnya bebas dalam perbuatannya, tetapi
dalam perbuatannya itu dibatasi oleh masyarakat. Masyarakat tidak akan
membiarkan manusia individual berbuat semaunya sehingga merugikan
masyarakat. Manusia individual boleh dikatakan tidak kuasa menghadapi
masyarakat.
individium yang artinya adalah yang tak terbagi, jadi merupakan sebuah
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatukan sebuah kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat dibagi-bagi melainkan kesatuan yang tak terbatas, yaitu sebagai
manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebtuan “orang-
seorang” atau “manusia perorangan”. Sedangkan Individu dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) daring memiliki arti orang seorang; pribadi orang
(terpisah dari yang lain): tindakan yang demikian itu berarti mengutamakan
kepentingan – belaka atau Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan
kerohaniannya individu dapat berhubungan dan berfikir serta dengan
pikirannya mengendalikan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan
budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang sedang dialaminya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur
fisik dan psikis, unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan makhluk individu
manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika dalam dirinya
unsur-unsur tersebut tidak menyatu maka tidak bisa dikatakan sebagai
makhluk individu.
Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa
unsur yang ada dalam individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas, tidak ada
manusia yang mirip sekali. dari sekian banyak manusia, ternyata masing-
masing memiliki keunikan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir kembar.
Walaupun secara umum manusia memiliki perangkat fisik yang sama. Tetapi
kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat
perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat dan
lain-lainnya. Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik
atau biologisnya. Sifat, karakter, perangai atau gaya dan selera orang juga
berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali mudah dikenali. Ada
orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulitnya coklat, hitam,
putih, ada yang rambutnya lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai atau
karakternya, ada orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.
Seorang individu mempunyai perpaduan teridiri dari faktor genotip dan
fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik
46 Ilmu Sosial Budaya Dasar
seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan
atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan
fisiknya, bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja. Jika seorang
individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut berperan dalam
pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan
merujuk pada lingkungan fisik dan lngkungan sosial. Lingkungan fisik seperti
kodisi alam sekitarnya, baik itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal dan
lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan buatan seperti kondisi alam
geografis dan iklimnya. Sebagai contoh: Orang yang tinggal di daerah pantai
memiliki kebiasaan yang berbeda dengan yang tinggal di daerah pegunungan.
Jika orang yang tinggal di daerah pantai bicaranya cenderung keras, berbeda
dengan mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Orang yang tinggal di
pantai dan pegunungan pasti juga memiliki jam kerja yang berbeda sehingga
menyebabkan kebiasaan kebiasaan yang berbeda dalam menangani pekerjaan
mereka. Beda lingkungan tempat tinggal, cenderung berbeda pula kebiasaan
dan perilaku orang-orangnya. Lingkungan sosial merujuk pada lingkungan
dimana seseorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan
interaksi sosial dengan anggota keluarga, teman dan kelompok sosial lain yang
lebih besar.
Untuk menyatakan manusia sebagai makhluk individu dapat dilihat dari 3
(tiga) aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek
organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang apabila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang
lainnya. Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang
prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya.
Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan
pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Sebagai mahluk individu, manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan
yang memiliki unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa). Unsur – unsur tersebut
tidak dapat dipisahkan dan menjadi pembentuk indvidu. Apabila unsur – unsur
tersebut tidak menyatu lagi, maka seseorang tidak lagi dikatakan sebagai
makhluk individu. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tertentu,
tidak ada manusia yang sama persis di dunia ini bahan orang – orang yang
kembar identik pun memliki sifat yang berbeda – beda. Manusia sebagai
makhluk individu adalah perpaduan dari dua buah faktor, yaitu faktor fenotip
Bab 3 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial 47
dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa oleh manusia dari
orang tuanya, atau disebut juga dengan faktor keturunan. Faktor ini dibawa
oleh manusia sejak dia dilahirkan di bumi ini. Faktor ini mempengaruhi sifat
fisik manusia seperti, warna kulit, tinggi badan, bentuk rambut, dan lain – lain,
dan juga sifat psikis, seperti pendiam, aktif, dan lain – lain. Sementara itu,
faktor fenotip adalah faktor pembentuk individu yang berasal dari lingkungan.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa lingkungan bisa mempengaruhi karakter
manusia. Meskipun sesungguhnya sikap dasar sudah terbentuk melalui faktor
genotip, tetapi lingkunganlah yang menentukan apakah sifat-sifat tersebut
dapat berkembang atau tidak. Kedua faktor tersebut saling berinterkasi dan
membentuk karakteristik yang khas dari seorang individu yang disebut dengan
kepribadian.
Pengertian dari manusia sebagai makhluk individual yaitu manusia memiliki
hak atas dirinya sendiri yang disesuaikan oleh keadaan sosial atau lingkungan
disekitarnya. ini semua berkaitan erat dengan lingkungannya melalui
masyarakat, melalui kepribadian, melalui alat indra, jenis kelamin, serta status
sosial. selama kehidupannya, seorang individu melalui tahap tahap yang
dimulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga mengalami usia lanjut.
dan untuk melindungi setiap hak individu, pemerintah mengeluarkan
kebijakan mengenai perlindungan hak pada setiap individu tanpa terkecuali
(Hak Asasi Manusia). setiap individu juga berhak atas kepribadiannya
termasuk dalam berfikir dan bertindak. sebagai contoh seseorang
membutuhkan pendidikan atau bimbingan serta pengarahan. Pengaruh
lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap
pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun
berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu
merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau
pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri
khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju kearah
yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran
mengenai pertumbuhan. Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi.
Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang
ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian
ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan
suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada
seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari
48 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Untuk menggenal hukum, maka ada referensi dari beberapa ahli di bawah ini:
a. Prof. Mr. J. Van Kan: Hukum adalah keseluruhan ketentuan-
ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa yang melindungi
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat (Inleiding tot de
Rechtswetenschap).
b. Rudolf von Ihering: Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah yang
memaksa berlaku dalam suatu negara (Derzwek im Recht).
Bab 3 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial 51
Ada 2 (dua) sifat alternatif dari kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial
antara lain:
1. Ada kemungkinan bersifat imperatif, yaitu kaidah hukum yang wajib
ditaati. Contoh kaidah hukum yang bersifat imperatif terdapat dalam
lapangan hukum publik seperti hukum pidana dan hukum tata negara.
2. Ada kemungkinan bersifat fakultatif, yaitu kaidah hukum yang tidak
mengikat dan tidak wajib ditaati. Contoh kaidah hukum fakultatif
adalah hukum waris yang di atur di dalam KUH Perdata.
Jadi bila hukum itu dipandang sebagai kaidah yang mengatur hubungan
hukum antara dua orang atau lebih disebut hukum objektif dan jika dilihat dari
segi hubungan hukum yang diaturnya dinamakan hukum subjektif.
Bab 5
Manusia Makhluk
Multidimensional
5.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya sudah dibahas tentang hakikat manusia, manusia sebagai
makhluk budaya, manusia sebagai individu dan sosial. Pembicaraan tentang
manusia sepertinya tidak akan pernah habis, karena begitu uniknya makhluk
yang dinamakan ”manusia” (Leahy, 1989; Syamsuri, 2016). Manusia menurut
(Muthahhari, 1986; Weij, 1988; dan Bungin, 2006) berbeda dengan makhluk
lainnya, selain hawa nafsu manusia juga dibekali dengan akal. Berbekal akal
yang dimiliki, potensi terbaik dari dalam manusia bisa dimaksimalkan
sehingga bisa memberikan manfaat kepada lingkungan sekitarnya. Selain akal,
manusia juga memiliki karunia lain yaitu pikiran. Akal dan pikiran berbeda,
akal digunakan untuk bisa membedakan tindakan baik dan buruk, benar dan
salah. Pada saat seorang manusia bisa mengendalikan akalnya dengan baik,
menyeimbangkan antara kecerdasan dan kesadaran hati, maka muncullah
istilah ”manusia berakal”.
Pikiran yang dimiliki manusia digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang dialami, jika mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang
sedang dihadapi maka manusia tersebut memiliki pikiran. Makhluk hidup
54 Ilmu Sosial Budaya Dasar
selain manusia yang memiliki pikiran adalah hewan, tetapi hewan tidak
memiliki akal. Jika seseorang melakukan perbuatan tanpa mempertimbangkan
hasil akhirnya berapa kebaikan atau keburukan, manfaat, benar dan salah,
maka seorang tersebut tidak berbeda dengan binatang. Keberadaan akal pada
manusia digunakan untuk mencari ilmu dan pengetahuan dengan cara
bertanya, berpikir, mengagumi tatanan etestika dan keindahan, pemujaan atau
pengkudusan, kepandaian dan pengembangan diri.
Manusia termasuk makhluk multidimensional atau berdimensi banyak, karena
memiliki dimensi secara individu, sosial, susila, dan agama (Tirtarahardja dan
Sulo, 1994) (Arifin Z. , 2016). Keberadaan manusia juga bisa dilihat dari sisi
biologis, psikologis, antrhopologis, sosial dan interpersonal (Poespowardojo
dan Berteens, 1978). Banyaknya dimensi yang melekat pada manusia,
menjadikan fungsi dasar yang dimiliki oleh manusia akan saling berhubungan
dengan manusia lainnya sehingga saling memberikan manfaat (Bungin B. ,
2008). Manusia mulanya dianggap sebagai makhluk yang materialisme,
idealisme, vitalisme dan eksistensialisme (Muzairi, 2002). Selain itu yang telah
disebutkan di atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah
sebagai berikut: homo sapiens (makhluk yang mempunyai budi), homo faber
(makhluk yang terampil), homo economicus (makhluk yang memiliki dan
memperhitungkan prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis), dan homo
religiosus (makhluk yang beragama), Homo Laquen (makhluk yang pandai
berbahasa dan berkata-kata) (Kholilah, 2020).
tanpa kita pikirkan sebelumnya bahkan saat bersantai dan bermain dengan
teman. Wahyu merupakan pengetahuan yang bersumber langsung dari Tuhan
yang diberikan kepada manusia melalui manusia-manusia pilihan, yaitu para
Nabi dan Rosul.
nama kyai muda yaitu KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang
lebih dikenal dengan nama Gus Baha', motivator Ary Ginanjar
Agustia dengan ESQ (Emotional spiritual quostient), safir senduk
ahli konseling tentang keuangan.
4. Bakat kinesteik/psikomotorik, yaitu bakat seseorang atau potensi
seseorang dalam memaksimalkan fungsi tubuh, contohnya adalah
para olahragawan. Misalnya Mike Tyson dalam bidang tinju,
Cristiano Ronaldo dalam bidang sepakbola, Marcus Fernaldi Gideon
dan Kevin Sanjaya Sukamuljo bakat dalam bidang bulu tangkis, dan
Aries Susanti Rahayu bakat di bidang panjat tebing (Fudyartanta,
2010).
5. Bakat seni, kemampuan seseorang dalam bidang seni, misalnya
bidang lukis ada Affandi Koesoema, penyanyi Iwan Fals dan Didi
Kempot, Dalang Ki Mantep Sudarsono, penyair Chairil Anwar
hingga Sapardi Djoko Damono.
6.
Gambar 5.3: Aries Susanti Rahayu, atlet panjat tebing (www.liputan6.com)
dan Tompi yang berprofesi sebagai dokter tetapi juga menjadi penyanyi
profesional (https://m.suarakarya.id)
62 Ilmu Sosial Budaya Dasar
6.1 Pendahuluan
Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa, serta karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Keahlian cipta menghasilkan ilmu pengetahuan. Keahlian rasa
diperoleh dari kelengkapan indra menciptakan bermacam-macam benda seni.
Keahlian karsa menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, kebahagiaan
dalam menciptakan bermacam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan. Hasil
atau produk budaya yang dihasilkan manusia menciptakan peradaban
(Mulyono, 2018).
Peradaban dikenal dengan istilah civilization yang merupakan bagian atau
unsur kebudayaan yang berarti sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia, berakhlak,
dan seluruh unsur menunjuk pada watak baik dan mulia (Koentjaraningrat,
1990). Peradaban mencerminkan perkembangan kebudayaan dan menentukan
tingkatan tertentu manusia. Peradaban kerap dikaitkan dengan hasil
kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, adat, dan sopan
santun, (Tumanggor, dkk, 2010). Tidak hanya itu, peradaban juga dikaitkan
dengan keahlian menulis, organisasi bernegara, serta warga masyarakat yang
maju. Peradaban mencerminkan penilaian terhadap perkembangan
kebudayaan. Oleh sebab itu, bisa dikatakan setiap masyarakat senantiasa
berkebudayaan, namun tidak seluruhnya mempunyai peradaban.
64 Ilmu Sosial Budaya Dasar
zaman batu baru (Neolitikum), (b). Pendekatan bersumber pada model sosial
ekonomi atau mata pencaharian hidup yang terdiri atas Masa berburu dan
mengumpulkan makanan, meliputi masa berburu sederhana (tradisi Paleolit)
serta masa berburu tingkatan lanjut (tradisi Epipaleolitik). Masa bercocok
tanam, meliputi tradisi Neolitik serta Megalitik. Dan masa keahlian metode
ataupun perundagian, melliputi tradisi semituang besi.
Manusia berkembang dari homo jadi human karena kebudayaan dan
peradaban yang diciptakan. Sebaliknya untuk sejarah kebudayaan di
Indonesia, dibagi menjadi 4 masa, yaitu: (a) Zaman prasejarah, ialah
permulaan terdapat manusia serta kebudayaan hingga kira-kira abad ke-5
masehi. (b) Zaman purba, ialah semenjak datangnya pengaruh India pada abad
awal Masehi hingga dengan runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.
(c) Zaman madya, ialah semenjak datangnya pengaruh Islam menjelang akhir
kerajaan Majapahit hingga akhir abad ke-19. (d) Zaman baru/ modern, ialah
semenjak masuknya anasir Barat (Eropa) serta metode modern sekitar tahun
1900 (Soekmono, 1973).
Peradaban merupakan perkembangan kebudayaan manusia yang sudah
menemukan tingkatan tertentu. Taraf kebudayaan yang sudah menggapai
tingkatan tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan bagaikan
manusia beradab ataupun menggapai peradaban yang tinggi, sehingga, evolusi
kebudayaan mencapai taraf tinggi yaitu peradaban. Peradaban adalah tahapan
dari evolusi budaya yang sudah berjalan bertahap dan berkesinambungan,
memperlihatkan kepribadian yang khas pada tahap tertentu, yang dicirikan
oleh kualitas tertentu dari faktor budaya yang menonjol, meliputi tingkatan
ilmu pengetahuan, seni, teknologi, serta spiritualitas yang tinggi. Sebagai
contoh, peradaban Mesir Kuno tercermin dari hasil budaya yang tinggi dalam
wujud bangunan (piramid, obeliks, spinx) yang berkaitan dengan ilmu
bangunan, tulisan, dan gambar yang memperlihatkan tahapan budaya. Contoh
yang lain, peradaban Cina Kuno, yang juga menampakkan tingkatan ilmu
pengetahuan serta teknologi tinggi dalam tulisan yang menjadi karakteristik
budaya setempat. Peradaban kuno di Indonesia menciptakan bermacam
bangunan seni yang bernilai tinggi, seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan
sebagainya.
Peradaban bangsa di Indonesia diawali masa keahlian teknik atau zaman
perundagian. Zaman perundagian terdiri dari 2 masa yaitu tradisi seni tulang
perunggu dan tradisi tukang besi. Walaupun saat itu masih zaman prasejarah,
tetapi sudah memahami teknologi yang sederhana, adanya upaya pemenuhan
Bab 6 Hakikat Peradaban 69
7.1 Pendahuluan
Manusia hidup menyukai keteraturan. Baik secara kolektif ataupun dikala ia
sendiri. Dilihat oleh masyarakat publik atau tidak, ia selalu hidup teratur.
Keteraturan menjelma setiap saat dikeseharian. Teraturnya suasana kehidupan
ada yang berjalan alamiah dan ada yang dipaksakan. Alamiah mengalir dengan
sendirinya, keteraturan ini berjalan tanpa disengaja, apalagi diformat. Teratur
sendiri. Adapun dipaksakan, ada aturan yang mengatur. Bagi pelanggar
diberikan sanksi. Saksi sosial dan sanksi hukum.
Manusia di kehidupanya tidak bisa hidup sekehendak hati, seenaknya sendiri.
Berbuat dan bersikap semaunya. Ada orang lain perlu dipertimbangkan,
apalagi hidup berdampingan. Hidup berdampingan sebagai tetangga, teman
dan kerabat. Interaksi dan komunikasi dilakukan guna memenuhi
kesinambungan kehidupan. Ini punya aturan. Interaksi dan komunikasi yang
dilakukan mengikuti aturan. Aturan terikat dengan nilai-nilai, moral dan
74 Ilmu Sosial Budaya Dasar
hukum (Domingue et al., 2020). Ketiga komponen ini masuk kategori aturan
yang mengatur manusia dalam beraktivitas.
Aktivitas yang dilakukan manusia dipenuhi dengan interaksi dan komunikasi.
Aturan berbicara dan bertingkah-laku sangat diperhatikan dikeseharian.
Mengabaikan aturan ini berdampak terhadap individu. Masyarakat mengontrol
sikap manusia. Teguran dan sapaan diberikan agar merubah perilaku.
Mengabaikan aspek nilai, sosial dan hukum disanksi masyarakat dengan
sanksi sosial Nilai-nilai, moral dan hukum urgen diketahui warga masyarakat.
Ketiga bagian ini sebagai acuan di kehidupan. Tingkah laku terpola dengan
aturan ini. Kesadaran mengaplikasikan di kehidupan sangat terpatri. Nuansa
keteraturan dan ketertiban begitu didambakan.
(Fielding-Singh, 2017). Adapun jenis nilai-nilai terdiri dari nilai agama dan
nilai kesusilaan.
Pertama; nilai agama. Nilai agama merupakan peraturan yang diyakini
masyarakat bersumber dari ajaran agama yang dianut, berasal dari Sang
Pencipta. Nilai agama berasal dari ajaran agama setiap penganut agama,
dikenal dengan religi. Ajaran agama ini memiliki suatu yang sakral,
diagungkan dan dimuliakan. Seperti; mengerjakan sembahyang, tidak mencuri
dan tidak mencela orang lain. Kedua; nilai kesusilaan, kesopanan. Nilai
kesusilaan adalah aturan sosial yang bersumber dari hati nurani yang luhur.
Muncul dan menjelma di dalam perilaku yang setiap saat menghasilkan
tingkah laku yang berbudi, mulia. Mengabaikan nilai ini diberikan sanksi
sosial.
Nilai agama dan nilai kesusilaan dijadikan panduan menentukan setiap sikap,
manusia berada pada situasi mendengarkan hati nurani (Eyal, 2020). Bisikan
hati dan pikiran sebagai penentu perbuatan. Nilai di kehidupan masyarakat ada
lagi yang disebut dengan moral. Moral perangkat aturan bertingkah-laku di
kehidupan (Voas and Chaves, 2018). Sumber moral ini adalah kepekaan
(sensitifitas) pikiran, perasaan dan tindakan yang akan dilakukan.
Moral sesuatu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak,
budi pekerti, dan mental, yang membentuk karakter dalam diri seseorang
sehingga dapat menilai dengan benar apa yang baik dan buruk. Moral diadopsi
dari kata mores, yang berarti kesusilaan, tabiat dan kelakuan. Moral juga
berisikan pengajaran yang baik dan buruk. Moral perwujudan manusia sebagai
makhluk sosial yang berbudaya dan menganut religi luhur. Moral adalah
adalah suatu kebiasaan, tata cara, dan adat dari suatu peraturan perilaku yang
telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam masyarakat.
Moral dikembangkan dengan cara pengedukasian, perubahan sikap ke arah
yang lebih baik dan bermartabat. Moral dibentuk dengan cara pemberian
pembelajaran (Hirschman, 2016). Produk yang dihasilkan oleh budaya dan
agama yang mengatur cara berinteraksi; seperti perilaku dan ucapan antar
sesama manusia. Peristilahan moral merujuk pada tindakan, perilaku seseorang
yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
76 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Nilai dan moral berfungsi sebagai kontrol sosial sikap manusia di kehidupan
bermasyarakat. Nilai dan moral berlaku secara kesadaran, tidak dipaksakan.
Akan tetapi, sanksi yang diberikan mampu membuat manusia menyadari
kekeliruan dan kesalah. Harkat kemanusiaan terjaga dan mulia dihadapan
sesama kolega. Manusia yang mengabaikan nilai dan moral di kehidupan
diberikan sanksi sosial. Saksi sosial ini berupa pengucilan, dijauhi oleh orang-
orang yang berada disekitar.
Dijauhi orang membuat diri sedih, bertanya-tanya. Sikap dan pebuatan yang
telah dikerjakan direnungkan. Hati nurani membentang dan memberikan
bisikan penyadaran. Di sinilah urgensi nilai dan moral. Nilai dan moral yang
berlaku di suatu masyarakat menyeimbangkan perbuatan warga. Membatasi
perilaku dalam beraktivitas. Menghambat melakukan perbuatan tercela. Mulia
dihadapan sesama kolega. Kontrol sikap membuat manusia bermartabat.
Nilai sosial dan moral berfungsi sebagai standar perilaku mengerjakan peranan
di masyarakat. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang mewujudkan harapan.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok masyarakat. Selain itu, juga berfungsi sebagai alat pengawas
perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat agar orang berperilaku
sesuai dengan nilai yang dianut.
78 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Selain nilai dan moral ada lagi hukum yang mengatur manusia. Hukum
merupakan kumpulan peraturan yang mengatur tingkah laku manusia di
kehidupan masyarakat. Orang yang melanggar aturan hukum diberikan sanksi.
Pemberian sanksi didahului proses, pembuktian perbuatan. Ini erat kaitan
dengan penegak hukum. Polisi dan jaksa serta pengadilan.
Implementasi hukum dilakukan oleh kementerian dan lembaga yang
membidangi suatu pekerjaan. Setiap aspek pekerjaan yang dimulai dari syarat
administrasi, prosedur dan proses diatur undang-undang. Teknis pengerjaan
dibuat lembaga dan kementerian. Menyalahi administrasi dan prosedur ada
sanksi yang berikan. Sanksi ini berproses di pengadilan. Penetapan yang
inkrah menjadi alasan menghukum pekerjaan yang salah, menyalahi undang-
undang. Hukum termaktub di dalam berbagai undang-undang memuat sanksi
bagi pelanggar. Saksi ini bersifat memaksa, mengikat dan mengatur relasi
manusia dengan sesama manusia. Begitu juga dengan relasi di kehidupan
bernegara.
Unsur-unsur hukum atau dasar filosofi pembentukan suatu hukum adalah
pengaturan tingkah laku, dibuat dan disusun badan sebagai perwakilan
pemerintah, bersifat memaksa, disediakan sanksi tegas (Johnson, Scheitle and
Ecklund, 2015). Filosofi pembentukan hukum, di antaranya: Pertama;
pengatur tingkah laku. Hukum diciptakan untuk mengatur tingkah laku
ataupun tindakan manusia berinteraksi dan berkomunikasi guna memenuhi
kebutuhan. Pengaturan yang dilakukan membuat manusia tertib dan teratur.
Kedua; dibuat dan disusun badan berwajib sebagai perwakilan pemerintah.
Peraturan yang dibuat dirumuskan oleh suatu kementerian atau lembaga serta
badan. Aturan ini diajukan ke dewan perwakilan rakyat. Dewan memberikan
kritikan dan masukan bahwa aturan yang dibuat ini untuk kemakmuran
masyarakat, tidak sebaliknya, menyengsarakan. Setelah disahkan, kemudian
peraturan diberlakukan. Ketiga; bersifat memaksa. Setiap regulasi yang dibuat
memaksa warga masyarakat, baik sipil maupun masyarakat pemerintah
(aparatur) dipaksa melaksanakan suatu peraturan. Keempat; disediakan sanksi
tegas. Warga yang tidak mengikuti peraturan yang termaktub di dalam
berbagai regulasi pemerintah diberikan sanksi. Sanksi ini berupa denda dan
sanksi kurungan. Kuantitas sanksi ini ditetapkan pengadilan.
Bab 7 Hakikat, Fungsi dan Perwujudan Nilai, Moral serta Hukum 79
Masyarakat menganut nilai dan moral di kehidupan. Nilai dan moral amat
dijaga dan perhatikan. Ini menjadi standar perilaku secara kolektif. Bagi yang
lalai atau terkesan mengabaikan, diberikan teguran atau peringatan kerabat
yang lain. Kerabat dekat ataupun kerabat jauh. Penegakan hukum membawa
dan menciptakan suasana aman dan tertib di suatu masyarakat. Kehidupan
masyarakat yang teratur, damai dan nyaman dirasakan.
Kenyamanan masyarakat mengalami dinamika, berkembang dari waktu ke
waktu. Ramai dan sesak kehidupan membuat suasana mudah berbenturan
antara satu dengan yang lain. Emosi dan kepentingan individu muncul secara
tiba-tiba sehingga muncul perselisihan, adu argument. Ada juga yang berlanjut
konflik. Konflik yang sukar diresolusi. Suasana kehidupan menjadi kurang
nyaman. Membentuk suasana kehidupan masyarakat yang nyaman
memerlukan perangkat, orang yang akan menegakkan hukum dan hukum itu
sendiri yang tertuang dalam bentuk peraturan serta undang-undang. Peraturan
yang dibuat untuk menertibkan warga masyarakat (Kim et al., 2020).
Masyarakat yang menempati suatu wilayah dapat diterapkan dengan sistem
nilai dan moral yang disepakati bersama. Kesepakatan ini dilakukan oleh
pemuka adat, pemuka agama dan unsur lain yang ada di suatu tempat.
Peraturan yang lebih luas dibuat dalam bentuk hukum. Ini diterapkan di suatu
negara. Negara yang mengatur proses dan sistem hukum. Penerapannya dapat
dipaksakan bagi orang yang melakukan kesalahan. Perwujudan hukum
dinegara sebagai suatu perangkat peraturan formal yang menjadi pengatur
kehidupan warga negara. Pengaturan ini dimulai dengan menyediakan
perangkat aturan penegakan hukum. Teknis pelaksanaan dan standar
pemberian hukuman. Selain itu, juga diperlukan sarana dan prasarana
penegakan hukum. Peraturan, perangkat penegak hukum dan sarana prasarana
keseluruhannya disediakan Negara. Ini bertujuan memberikan perlindungan
keamanan dan jaminan hukum kepada seluruh warga masyarakat sebagai
warga Negara.
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat memerlukan
peranan hukum untuk menertibkan dan mengamankan lingkungan.
Lingkungan yang aman membuat kelangsungan pembangunan terlaksana.
Pembangunan yang memberikan kemakmuran masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat. Hukum berperan berperan mengatur tingkah laku seluruh warga
negara, termasuk mengatur interaksi antar warga negara, antara warga negara
dengan pemerintah.
82 Ilmu Sosial Budaya Dasar
bahwa sains tanpa teknologi adalah steril dan teknologi tanpa sains adalah
statis atau sains tanpa teknologi tidak berbuah dan teknologi tanpa sains adalah
tidak punya akar (Sukardjo and dkk., 2005).
Eratnya hubungan antara sains, teknologi dan seni terangkum dalam istilah
ipteks atau sainteks. Kata sainteks mengandung makna bahwa terdapat
hubungan yang sangat erat antara pengembangan sains dan teknologi dengan
nilai-nilai kehidupan. Kata sainteks mengandung makna bahwa dalam
pengembangan metode-metode baru di bidang sains dan penerapan prinsip-
prinsip teknologi dalam kehidupan nyata harus selalu memperhatikan aspek
kemanusiaanya yang menyukai keindahan. Membangun gedung bertingkat
bukannya hanya berkaitan dengan penggunaan material unggul dan ketepatan
(keakuratan) pemasangan material bangunan, tetapi juga sangat berkaitan
dengan keindahan gedung yang dibangun. Apalah artinya sebuah gedung
bertingkat yang kokoh jika desainnya asal-asalan dan sama sekali tidak bernilai
estetika. Pastilah semua orang sepakat bahwa nilai keindahan harus selalu
hadir dan mewarnai setiap penerapan sains dalam industri.
keilmuan. Sebenarnya ada satu lagi tahap berpikir manusia yang berkaitan
dengan hal-hal yang ghaib. Karena hal-hal yang bersifat ghaib tidak mampu
dijangkau manusia baik secara penalaran maupun eksperimentasi, maka
pengetahuan manusia tentang hal-hal ghaib diperoleh hanya berdasarkan
informasi dari kitab suci agama yang merupakan wahyu dari Tuhan. Oleh
karena itu, tahap perolehan pengetahuan manusia yang berikutnya yang
berkaitan dengan hal-hal ghaib adalah tahapan perolehan ilmu berdasarkan
wahyu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
manusia memperoleh ilmu pengetahuan (sains, science) dibedakan menurut
urutan sebagai berikut : 1). Tahap mitos; 2). Tahap penalaran (deduktif,
rasionalisme); 3). Tahap pengalaman (induktif, empirisme); 4). Tahap metode
keilmuan (metode ilmiah); 5). Tahap pengetahuan berdasarkan wahyu.
Proses berpikir deduktif tercermin dari proses penalaran yang dimulai dengan
pengajuan proposisi-proposisi yang mengandung kebenaran umum. Prinsip
deduktif menyatakan, bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum di
kelas tertentu berlaku pula kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi
pada setiap yang termasuk ke dalam kelas itu. Dalam proses deduktif agar
kesimpulan logis itu dapat dicapai dengan sebaik-baiknya, seringkali
digunakan silogisme, yang dikembangkan pertama kalinya oleh Aristoteles
(384-322 SM). Secara harfiah, silogisme berarti kesimpulan atau konklusi.
Dalam mencapai pengetahuan yang benar menggunakan logika, silogisme
mempunyai tiga proposisi atau pernyataan utama yang menjelaskan tentang
kebenaran yang bersifat umum, yang disebut dengan premis mayor. Proposisi
kedua adalah pernyataan tentang bagian dari proposisi pertama atau bagian
yang terkandung dalam premis mayor yang disebut dengan premis minor.
Proposisi ketiga adalah kesimpulan yang diambil sebagai konsekuensi dari
berlakunya kebenaran pada kedua proposisi sebelumnya yang disebut dengan
konsekuensi atau konklusi (Ali and Asrori, 2014 : 17). Kesimpulan yang
diambil menurut penalaran deduktif ini benar bila kedua premis yang
digunakan benar, dan cara menarik kesimpulan juga benar. Jika salah satu
premisnya salah, maka kesimpulan yang diambil juga salah.
Contoh :
Semua orang suatu saat akan mati (Premis mayor)
Si A adalah orang (Premis minor)
Maka si A akan mati (Kesimpulan)
Hal penting yang harus dipahami semua orang adalah bahwa penalaran
deduktif itu harus dimulai dengan pernyataan-pernyataan (premis mayor dan
premis minor) yang sudah pasti kebenarannya. Namun dalam kenyataannya
tidaklah mudah menilai kebenaran premis-premis yang digunakan, karena
penilaian yang digunakan masih bersifat abstrak, lepas dari pengalaman,
sehingga tidak mungkin diamati dengan indera kita (Sukardjo and dkk., 2005 ).
Penalaran induktif adalah suatu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum
berdasarkan pengamatan-pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Contoh : logam besi jika dipanaskan akan memuai. Logam tembaga, logam
aluminium, dan logam-logam yang lain, jika dipanaskan juga akan memuai.
Maka dapat disimpulkan bahwa semua logam jika dipanaskan akan memuai
(Sukardjo and dkk., 2005).
Proses penalaran induktif merupakan kebalikan dari proses penalaran deduktif.
Kesimpulan yang diambil dari proses induktif merupakan generalisasi
kebenaran dari sejumlah peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam
suatu kelas tertentu. Kesimpulan yang diambil berdasarkan proses penalaran
induktif ditarik dari keuniversalan setiap kebenaran pada masing-masing
peristiwa. Proses yang dilakukan harus secara jelas memberi batasan kelas
yang akan disampaikan keuniversalannya (Ali and Asrori, 2014).
2. Norman W. Edmund.
Dalam bukunya berjudul ”Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer”, Prof. Dr.
Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa ada lima tahapan dalam
pemerolehan pengetahuan keilmuwan, yaitu :
a) Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek
empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-
faktor yang terkait di dalamnya.
b) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk
konsistensi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
c) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
e) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Bab 7 Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni Bagi Kehidupan 95
Kelima langkah tersebut saling terkait, sehingga tidak bisa dilepas pisahkan
satu dengan lainnya. Dengan begitu, maka metode tersebut telah memenuhi
standardisasi kerja ilmiah (Maksudin, 2013).
4. Profesor Raymond Chang
2) Bersifat logis
Metode ilmiah harus dapat memberikan argumentasi yang ilmiah dan logis,
dan kesimpulan yang dihasilkan harus lahir secara rasional berdasarkan bukti-
bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Bersifat objektif
Metode ilmiah harus dapat direproduksi oleh ilmuwan lain dalam studi yang
sama dengan kondisi yang cukup sama pula (identik).
4) Bersifat konseptual
Metode ilmiah yang dipakai harus didasarkan pada kebenaran fakta atau bukti
nyata di lapangan.
tanpa mampu diimbangi oleh kemajuan humaniora. Oleh sebab inilah maka
sains dan teknologi menjadi lepas kendali. Sains dan teknologi tidak lagi
menjadi alat dalam kehidupan manusia melainkan menjadi otonom dalam
menentukan tujuan eksistensi dan pengembangannya. Dan, di pihak lain, justru
manusialah yang harus menyesuaikan diri dengan sains dan teknologi ini
(Suriasumantri, 2015).
Kemajuan sains juga mendukung perkembangan teknologi yang pada
gilirannya dapat menaikkan kesejahteraan manusia. Namun demikian hasil
sains dan teknologi bila pemanfaatannya tidak diarahkan justru akan
merugikan manusia, bahkan dapat menghancurkan peradaban manusia.
Sebagai contoh penemuan teknologi nuklir. Nuklir dapat disalahgunakan
untuk membuat senjata nuklir yang dapat memusnahkan seluruh umat
manusia. Tetapi nuklir juga dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia,
misalnya untuk pemuliaan tanaman, pengawetan dengan radiasi, pembuatan
bibit tanaman unggul, pemberantasan hama dengan metode jantan mandul,
dan lain sebagainya. Pada dasarnya produk sains dan teknologi bersifat netral,
namun pemanfaatannya yang tidak terarah dan tidak terkendali oleh nilai-nilai
kemanusiaan akan sangat membahayakan manusia.
Dalam pengembangan sains dan teknologi, keputusan untuk melakukan atau
tidak melakukan eksperimen, dan keputusan untuk memilih fakta yang
diperlukan, tidak terbebas dari nilai. Jadi di sini sangat diperlukan peranan nilai
kemanusiaan yang luhur untuk menuntun perkembangan dan pemanfaatan
sains dan teknologi ke arah yang lebih tepat dan benar.
Menurut Hariyadi Soepangat (1989) dalam (Semiawan, 1999), hal-hal berikut
ini melanda kehidupan kita.
a. Laju pertambahan pengetahuan ilmiah kini sangat tinggi.
Pertambahan ilmu pengetahuan yang demikian menakjubkan itu
dihasilkan oleh para ilmuwan yang kini masih hidup.
b. Eratnya hubungan antara penelitian ilmiah dan pengembangan
teknologi di masa sekarang sehingga pengembangan teknologi terjadi
dengan pertumbuhan sangat tinggi, sebanding dengan laju
pertumbuhan sains.
c. Siklus inovasi teknologi yang relatif pendek, yaitu selang waktu
antara penemuan ilmiah ke inovasi teknologinya.
100 Ilmu Sosial Budaya Dasar
9.1 Pendahuluan
Kehidupan manusia memiliki hubungan erat dengan lingkungan alam dan
lingkungan sosial budaya. Kedekatan hubungan tersebut berkaitan dengan
adanya pemenuhan kebutuhan manusia dan kebutuhan lingkungan tersebut.
Ketersediaan kebutuhan diproduksi atau dihasilkan lingkungan dan manusia.
Hubungan simbosis itu menunjukkan keberhasilan saling menguntungkan dan
saling mempercayai satu dengan yang lain. Kehadiran kuantitas dan kualitas
kebutuhan menjadi dasar membangun hubungan simbosis antara manusia
dengan lingkungannya. Hubungan sinergis antara manusia dengan lingkungan
menjadi barometer keberhasilan pemenuhan kebutuhan masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat tidak dapat
terpenuhi apabila tidak ada hubungan timbal balik dan saling mempercayai
satu sama dengan yang lain. Hubungan sinergis antara manusia dengan
lingkungan akan saling menguntungkan dan saling melengkapi. Mengelola
sumber daya lingkungan dengan tepat akan memberikan sumbangan besar
bagi kehidupan manusia.
100 Ilmu Sosial Budaya Dasar
10.1 Pendahuluan
Jika membicarakan tentang budaya, maka fokus lebih awal akan tertuju kepada
definisi dari budaya itu sendiri. Beberapa ahli tentunya telah memberikan
definisi mengenai apa itu budaya. Secara etimologis budaya berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu ”Budayah”, kata ini merupakan bentuk jamak dari
kata ”budhi” yang memiliki makna budi atau akal. Salah satu ahli yang telah
memberikan definisi sistematis terhadap budaya adalah E.B. Taylor. Dia
menyebutkan bahwa budaya berarti keseluruhan kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakatnya.
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak dapat lepas dari budaya.
Budaya dan manusia saling terikat satu sama lainnya. Kedua hal ini
merupakan faktor yang menyusun kehidupan. Ibaratnya, tak akan ada manusia
tanpa adanya kebudayaan, begitupun sebaliknya tak akan ada kebudayaan
tanpa manusia. Manusia mampu menyadari segala sesuatu yang mereka
lakukan dalam hidupnya. Kesadaran inilah yang menjadi kunci terbentuknya
rumusan kebudayaan dalam kehidupan manusia.
Segala sesuatu yang telah terjadi dalam hidup manusia memberikan mereka
dorongan untuk menciptakan rumusan, definisi, dan teori tentang kegiatan-
110 Ilmu Sosial Budaya Dasar
10.2 Globalisasi
Globalisasi berasal dari kataglobe (peta dunia yang berbentuk bola) (Pasaribu,
2015). Selanjutnya, berkembanglah kata global dari kata globe tadi. Maka
selanjutnya terbentuklah istilahglobalisasi. Hal ini bermakna suatu proses yang
mendunia. Proses globalisasi adalah proses yang membentuk suatu tatanan,
aturan, dan sistem yang berlaku bagi seluruh bangsa yang ada di dunia. Dalam
istilah globalisasi, tidak lagi mengenal istilah batasan wilayah. Selain itu,
istilah seperti aturan lokal, regional, kebijakan yang dapat menjadi hambatan
dari perkembangan nilai, ide, gagasan, dan ruang gerak. Hal utama yang harus
dipahami dan diingat oleh seluruh lapisan masyarakat adalah globalisasi tidak
hanya mempengaruhi satu aspek, tapi seluruh aspek dari hidup manusia.
Salah satu pemicu yang mempercepat penyebaran globalisasi adalah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di bidang
komunikasi. Karena hal ini terjadi, maka seluruh arus informasi juga dapat
tersebar dengan lancar tanpa ada batasan secara fisik. Selain dari aspek
komunikasi, aspek yang sangat sering dikaitkan dengan globalisasi adalah
aspek finansial. Semakin kuatnya aspek perkembangan finansial antar bangsa
di dunia, maka hal ini juga dikenal dengan istilah globalisasi.
Prinsip utama dari globalisasi yaitu adanya proses multidimensional dalam
aspek-aspek seperti sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Keseluruhan aspek
ini telah bergerak secara ekstensi dan intensif pada seluruh kehidupan
masyarakat dunia dan menjadi permasalahan seperti ruang dan waktu menjadi
poin penting dalam suatu penjelasan fenomena globalisasi(Retnowati, 2014).
Beberapa hal menandakan perkembangan dari globalisasi dapat terlihat dari
hal-hal berikut(Suneki, 2012:
a. Terjadinya perubahan dalam hal ruang dan waktu yang
berkesinambungan. Hal ini dapat terlihat seperti perubahan dari
telepon genggam menjadi smartphone, televisi satelit menjadi smartv
dan semakin canggihnya perkembangan internet. Keseluruhannya
menjadikan komunikasi global yang terjadi sangat cepat.
b. Perkembangan pasar dan produksi ekonomi. Kedua hal ini terjadi
dengan pesat pula dan menjadikannya saling bergantung sebagai
suatu akibat dari pertumbuhan pesat sistem perdagangan
112 Ilmu Sosial Budaya Dasar
menjadi berubah beserta dengan sikap dan perilakunya. Perubahan ini akan
mengakibatkan perubahan terhadap hubungan lainnya seperti hubungan
kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan, ataupun hubungan yang secara
umum berpengaruh pada sistem budaya bangsa. Pada saat seperti inilah
dibutuhkan peranan dari lembaga pendidikan sangat dibutuhkan. Lembaga
pendidikan dituntut untuk dapat membina wawasan budaya generasi muda
agar bangsa Indonesia tetap dapat berkembang dan mengikuti tuntutan budaya
zaman, tapi mereka tetap mampu untuk menjaga nilai-nilai dasar dan luhur
yang mencerminkan kepribadian dari bangsa Indonesia.
Asia (Valentina and Istriyani, 2013). Seperti halnya pada Westernisasi, Korean
Waveter sebar pada hampir seluruh aspek seperti film, drama TV, musik pop,
fashion, bahasa sansekerta, makanan dan teknologi (Larasati, 2018).
Karenanya, pada masa sekarang ini dapat dikatakan bahwa ada dua budaya
besar yang memberikan dominasi kebudayaan global, Westernisasi sebagai
kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai budaya barat dan Korean Wave
yang merefleksikan nilai-nilai budaya dari Korea Selatan.
Korean Wave mulai berkembang sejak di akhir 1990-an, oleh karenanya
budaya ini masih dikatakan baru. Budaya Korea ini terbagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya drama televisi yang dikenal juga dengan K-Drama. K-
drama mencuri perhatian pada hampir seluruh masyarakat Indonesia. Ini
disebabkan tampilan visual oleh pemainnya dan plot cerita yang dapat
dikatakan singkat, padat dan jelas. Ketika drama Korea ini ditayangkan,
budaya yang ada didalamnya menjadi trend setter pada masyarakat Indonesia.
Umumnya yang ditiru adalah gaya pakaian, atau budaya lainnya seperti
makanan (Putri, Liany and Nuraeni, 2019).
Tanpa masyarakat sadari, ada tindak lanjut dari hal ini terutama dalam aspek
budaya dan perekonomian. Hal ini dapat terlihat dari perubahan tempat
“kencan“. Setelah ditayangkannya dramaWinterSonata, lokasi syuting dari
drama ini menjadi magnet bagi para pasangan untuk mengubah teman
pertemuan mereka menjadi taman yang didalamnya dipenuhi oleh tanaman-
tanaman seperti pohon yang menjulang tinggi. Selain itu, masyarakat
Indonesia seolah-olah tersihir oleh cantiknya negara ginseng yang
digambarkan pada drama ini. Pada akhirnya, banyak masyarakat yang dapat
dikatakan fanatik memilih untuk mengunjungi negara Korea Selatan. Hal ini
jugalah yang menjadi penyebab melunjaknya wisatawan Indonesia yang
memilih Korea Selatan menjadi destinasi wisata utama mereka.
Drama-drama Korea yang telah ditayangkan baik dinegaranya sendiri maupun
di Indonesia merupakan salah satu wadah yang membentuk budaya populer.
Meski demikian, masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa dengan
seringnya mereka menonton dan menikmati budaya ini adalah faktor yang
membuat mereka perlahan tapi pasti membuat globalisasi budaya. Anggapan
yang bermunculan bahwa jika mereka tidak menyaksikan episode secara utuh
dari sebuah drama, maka rasanya ada yang kurang (Ardia, 2014).
Terbentuknya budaya populer di Indonesia karena masyarakatnya yang
menjadi fanatik akan suatu budaya baru. Hal ini cenderung memberikan
Bab 10 Globalisasi Budaya 115
Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. Kanal, Vol.
4 (2). Hal: 187 - 204.
Aburaera, S. d. (2913). Filsafat Hukum Teori Dan Praktik. jakarta: kencana.
Aisyah, S. (2015) Hakikat dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya dan Sosial Dasar,
http://siti-aisyah-bako.blogspot.com/. Available at: http://siti-aisyah-
bako.blogspot.com/2015/03/hakikat-dan-ruang-lingkup-ilmu-
budaya.html.
Ali, M. and Asrori, M. (2014) Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Anderson, C. W. (2020) ‘From Value to Values , from Field to Discipline :
Understanding Journalistic Culture in the 21st Century’, Sociologica,
14(2), pp. 93–100.
Anomim. (2020). “Manusia Sebagai Makhluk Individu,”
www.kompasiana.com, Diunduh pada Hari Jumat, 16 Oktober 2020 pada
Pukul 12.20 WIB.
Anonim (2019) ‘Apa yang dimaksud dengan Sains? - Pengertian Sains Singkat
dan Jelas’, Pusat Ilmu Pengetahuan, 28 November. Available at:
https://www.pusatilmupengetahuan.com/apa-yang-dimaksud-dengan-
sains-pengertian-sains-singkat-dan-jelas/ (Accessed: 22 October 2020).
Anonymous. (2009). Asas-Asas Injil. Terjemahan dari Gospel Principles. Salt
Lake City, Utah: Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman
Akhir.
Ardia, V. (2014) ‘Drama Korea dan Budaya Popular, LONTAR: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 2(3), pp. 12–18. Available at: https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/view/337.
120 Ilmu Sosial Budaya Dasar
Universitas Medan Area. Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
tanggal 1-1-2012 pindah alih jenis kepegawaian menjadi dosen dpk Kopertis
wilayah I Sumatera Utara. Saat ini dosen dpk STIE Sultan Agung
Pematangsiantar.