Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Konsep Penyakit Dengue Hemorargic Fever( DHF)


1.Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi, 2010). DHF adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus ( Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu 370C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam, 2008) adalah :

a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintikputih

b. Hidup didalam dan sekitarrumah

c. Menggigit dan menghisap darah pada waktu sianghari

d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalamkamar

e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vasbunga.

3. Patofisiologi DHF
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke
dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler
atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan
hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.Pada keadaan
hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan yang
akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat
akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga
mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan
dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.Bila virus menyerang
organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar, dimana salah
satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus
dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton,
sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus
bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan
histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat
I,II,III, danIV

4. KlasifikasiDHF
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:

a. DerajatI:

Demam disertai gejala klinis lain atau tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari.
Uji tourniquet positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. DerajatII:

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,

perdarahan gusi.

c. DerajatIII:

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lema
(>120x/menit), tekanan darah menurun.

d. Derajat IV:

Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur, anggota gerak gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Manifestasi KlinisDHF
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

a. Demam tinggi selama 5 – 7hari

b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi.

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.


d. Epistaksis, hematemisis, melena,hematuri.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan uluhati.

f. Sakitkepala.

g. Pembengkakan sekitarmata.

h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getahbening.

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
6. Pemeriksaan DiagnostikDHF

a. Darah lengkap: hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih),


trombositopenia (100.000/mm3ataukurang)
b. Serologi: uji HI (hemoagutination inhibitiontest).

c. Pada renjatan yang berat, periksa: Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum (Nursalam, 2008).

7. Penatalaksanaan (Narusalam,2008)

a. Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virusdengue

1) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang )
ataukejang-kejang.

2) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCVmeningkat.

3) Panas disertaiperdarahan
4) Panas disertairenjatan.
b. DHF tanparenjatan

Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB <10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari. Untuk anak dengan BB <10 kg
bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya. Untuk
kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya
dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai

berikut:

1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25Kg


2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40kg
4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50kg
5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahanhebat.

c. DHF denganRenjatan

1) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1jam


Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan
infus tersebut dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi
cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24
jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan
kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai

berikut :

a) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25Kg


b) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30Kg.

c) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40Kg.


d) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50Kg.
2) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1
jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/
Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu
24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk
kebutuhan cairanselama
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.

3) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (
dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1
jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24jam.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) menurut
(Hidayat Alimul, 2008) diantaranya:

a. Ensepalopati

Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan


kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
b. Syok(renjatan)

Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok


hipovolemik.

c. EfusiPleura

Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.

d. Perdarahan intravaskulermenyeluruh.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak DenganDHF 1.
PengkajianDHF

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anaklemah

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atauhematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan


timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,


muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya

berkurang.

g. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)

h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang danmenurun,

2) Eliminasi alvi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadihematuria.

3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnyaberkurang.

4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
aedesaedypty.

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajgakesehatan.

i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut:

1) Kepala dan leher: kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan

bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dannyeri

telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi


perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).

2) Dada: bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III danIV.

3) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) danasites


4) Ekstremitas: dingin serta terjadi nyeri otot sendi dantulang.
5) Sistem Integumen: adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atautidak
Berdasarkan Grade DHF secara umum:

1) Grade I: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda- tanda vital dan
andielmah.

2) Grade II: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada


perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidakteratur

3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta takanan darahmenurun.

4) Grade IV: kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
2. Diagnosa KeperawatanDHF

a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dandemam.

b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam


darah/viremia).

c. Defisit nutrisi berhubungan dengananoreksia.

d. Resiko perdarahan berhubungan dengantrombositopenia.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yanglemah.

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnyainformasi.

3. Intervensikeperawatan

a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dandemam Tujuan:


keseimbangan cairan meningkat
Kriteria Hasil: asupan cairan meningkat, haluaran urin meningkat, kelembaban
membran mukosa meningkat, edema dehidrasi menurun, tekanan darah membaik,
denyut nadi radial membaik, tekanan arteri rata-rata membaik, membran mukosa
membaik, mata cekung membaik, turgor kulitmembaik.

Intervensi:

Observasi

1) Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,


pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanandarah)

2) Monitor berat badanharian


3) Monitor berat badan sebelum dan sesudahdialisis
4) Nonitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis, hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urine,BUN)

5) Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik

6) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24jam


7) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
8) Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi

9) Kolaborasi pemberian diuretik, jikaperlu


b. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus)
Tujuan: Termoregulasi membaik
KriteriaHasil: menggigil menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit
membaik.
Intervensi:
Observasi

1) Indetifikasi penyebab hipertermia (mis, dehidrasi, terpapar


lingkungan panas, penggunaanincubator)

2) Monitor suhu tubuh


3) Monitor kadarelektrolit
4) Monitor haluaranurin
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terpaeutik

6) Sediakan lingkugan yangdingin


7) Longgarkan atau lepaskanpakaian
8) Basahi dan kipasi permukaantubuh
9) Berikan cairanoral
10) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringatberlebih)

11) Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, keher, dada abdomen,aksila).

12) Hindari pemberian antipiretik atauaspirin


13) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

14) Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

15) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jikaperlu


c. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia Tujuan:
status nutrisimembaik
Kriteria Hasil: porsi makanan yang dihabiskan meningkat, berat badan indeks massa
tubuh (IMT) membaik
Intervensi:

Observasi

1) Identifikasi statusnutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransimakanan

3) Identifikasi makanan yang disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenisnutrient

5) Identifikasi perlunya penggunaan selangnasogastric


6) Monitor asupanmakanan
7) Monitor beratbadan

8) Monitor hasil pemeriksaan


laboratorium Terapeutik

9) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jikaperlu

10) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramidamakanan)

11) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yangsesuai

12) Berikan makanan tinggi serat untuk menceahkonstipasi

13) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

14) Berikan suplemen makanan, jikaperlu

15) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditolerans
Edukasi

16) Anjurkan posisi duduk, jikamampu

17) Ajarkan diet yang di programkan


Kolaborasi
18) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misa, pereda nyeri,
antiemetic) jikaperlu
19) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrient yang dibutuhkan jikaperlu

d. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia Tujuan:


tingkat perdarahanmenurun
Kriteria Hasil: kelembapan membrane mukosa meningkat, kelembapan kulit
meningkat, hemoptysis menurun, hematemesis menurun,
hematuria menurun, hemoglobin membaik, hematocrit membaik Intervensi:

Observasi

1) Monitor tanda dan gejalaperdarahan

2) Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan sesudah


kehilangandarah

3) Monitor tanda-tanda vitalortostatik

4) Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time (PT), partial

thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau


platelet)
Terapeutik
5) Pertahankan bed rest selamaperdarahan

6) Batasi tindakan invasive, jikaperlu


7) Gunakan kasur pencegahdecubitus
8) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
9) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10) Anjurkan menggunakan kaus kaki saatambulasi
11) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
12) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
13) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitaminK
14) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jikaperlu
16) Kolaborasi pemberian produk darah, jikaperlu
17) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jikaperlu
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Tujuan:
toleransi aktivitasmeningkat
Kriteria Hasil: frekuensi nadi meningkat, keluhan lelah menurun, dyspnea saat
aktivitas menurun, dispena setelah aktivitas menurun Intervensi:
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkankelelahan
2) Monitor kelelahan fisik danemosional
3) Monitor pola dan jamtidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
Berikan aktivitas distraksi yangmenenangkan
5) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
6) Anjurkan tirahbaring
7) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
8) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidakberkurang
9) Ajarkan strategi koping untung mengurangi
kelelahan Kolaborasi
10) Kolaborasi dengan ahli gzi tentang cara meningkatkan asupan makanan
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi. Tujuan: tingkat pengetahuanmeningkat
Kriteria Hasil: perilaku sesuai anjuran, verbalisasi minat dalam belajar, kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik, kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik, perilaku sesuai dengan
pengetahuan, pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun, persepsi yang
keliru terhadap masalahmenurun.
Intervensi
Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerimainformasi
2) Identikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dansehat
Terapeutik
3) Sediakan materi dan media pendidikankesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuaikesepakatan
5) Berikan kesempatan untuk
bertanya Edukasi
6) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhikesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

8) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan


perilaku hidup bersih dansehat
9) Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF. Rasional:
mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit yang dideritaklien.
10) Kaji latar belakang pendidikan klien dankeluarga.

Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat


pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan
tercapai.
11) Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan
bahasa yang mudahdimengerti.
Rasional: Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
12) Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan
penyakit yangdialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
13) Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan. Rasional: Dapat
membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat atau
dibaca berulangkali.
4. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai