Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-
unsur kimia berjumlah sekitar 114 unsur yang dikelompokan berdasarkan kesamaan
sifatnya ke dalam golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi).
Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokan menjadi unsur logam, nonlogam,
semilogam dan gas mulia.
Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat melimpah.sumber unsur-unsur kimia
terdapat di kerak bumi, dasar laut dan atmosfer baik dalam bentuk unsur bebas (Pt, Au,C,
N2, O2 dan gas-gas mulia), senyawa maupun campurannya.
Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda
yang ada di alam ini mengandung unsur kimia. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan
manfaat, beberapa unsur kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Melalui makalah ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan
mengetahui kimia unsur lebih spesifik lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sifat fisis unsur-unsur periode ke empat ?
2. Apa sifat kimia unsur-unsur periode ke empat ?
3. Apa saja kegunaan dari unsur golongan transisi ?
4. Apa saja dampak negatif dari penggunaan unsur transisi ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penulis bertujuan
melakukan suatu pengkajian dan pembahasan tentang :
1. Dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke empat.
2. Dapat memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.

D. Manfaat Penulisan
Agar penulis dan pembaca dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke
empat dan memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat. Jadi kita tidak hanya
menggunakan unsur-unsur tersebut saja.

ii
BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Unsur Transisi
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar
dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit
3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan
Seng (Zn).
Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi
keberadaannya di alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5
ppm hingga 30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH) 3 dan
Na3ScF6.
Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi.
Titanium di alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO 2) dan ilmenit (FeTiO3).
Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl4.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi
sekitar 0,02 % massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb 3(VO4)2), patronit
(V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang mengandung unsur
vanadium adalah V2O5 yang digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah
satu logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium
ditemukan dalam mineral kromit (FeCr2O4).
Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO 2). Contoh senyawa yang
mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat
pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya
ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe 2O3), siderite (FeCO3),
dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan
gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g).
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara
larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat
reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat
oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO 4.
7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe 2+ dapat dengan mudah teroksidasi
menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe 2+. Sementara itu,
senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).

ii
Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS)
yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni) 9S8) dan
gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti
Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO),
malasit (CuCO3.Cu(OH)2). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak
berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II)
bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu 2+ berwarna
biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam),
CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan
calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar kata-kata sepeti tembaga,besi,
emas dan perak. Bagaimana posisi unsur-unsur tersebut dalam tabel periodik? Unsur-
unsur tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami
hanya menjelaskan tentang unsur-unsur transisi periode ke empat.

2. Sifat-Sifat Fisis
Sifat Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Nomor atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Massa atom relatif 44,96 47,90 50,94 51,99 54,94 55,85 58,93 58,71 63,54 65,38
Jari-jari atom (Å) 1,44 1,32 1,22 1,18 1,17 1,17 1,16 1,15 1,17 1,25
Titik didih (ºC) 2.831 3.287 3.380 2.672 1.962 2.750 2.870 2.732 2.567 907
Titik leleh (ºC) 1.541 1.660 1.890 1.857 1.244 1.535 1.495 1.453 1.083 420
Rapatan (g/cm ) 3 3,0 4,5 6,0 7,2 7,2 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
Energi ionisasi 631 658 650 652 717 759 758 737 745 906
(kJ/mol)
Keelektronegatifan 1,3 1,5 1,6 1,6 1,5 1,8 1,8 1,8 1,9 1,6
Kekerasan (skala - - - 9 5 4,5 - - 3 2,5
Mohs)
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit
3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan
Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir
sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-
jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab
itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia
dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami
perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode

ii
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih
besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur
transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian
besar unsur transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E° red negatif), kecuali
unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E° Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa
secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam
kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada
kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat
dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi
lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial
standar reduksi negatif, unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan
oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan
logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode
keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur
transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali
maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi
pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur
transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu,
entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama.
Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion
positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan
oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3.
Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7
pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion
Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada
anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.

Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat

Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s

Skandium (Sc) 21 (Ar) 3d1 4s2  

Titanium (Ti) 22 (Ar) 3d2 4s2  

Vanadium (V) 23 (Ar) 3d3 4s2  

ii
Krom (Cr) 24 (Ar) 3d5 4s1  

Mangan (Mn) 25 (Ar) 3d5 4s2  

Besi (Fe) 26 (Ar) 3d6 4s2      

Kobalt (Co) 27 (Ar) 3d7 4s2     

Nikel (Ni) 28 (Ar) 3d8 4s2    

Tembaga (Cu) 29 (Ar) 3d10 4s1  

Seng (Zn) 30 (Ar) 3d10 4s2  

Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya
dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan
dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan
1
/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.

B. Sifat-Sifat Kimia
1. Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia
maupun dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali seng yang
agak tinggi), sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih
dan titik lelehnya relatif tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relatif rendah).
Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau
tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk
ikatan kovalen (tidak permanen) disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng
terisi penuh sehingga titik lelehnya rendah.
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua
unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol -1 dan
keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.

2. Bilangan Oksidasi
Senyawa- senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih
dari satu. Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron
valensinya. dengan demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya relatif lebih
kecil daripada golongan utama.
NOMOR LAMBANG KONFIGURASI NOMOR

ii
ATOM UNSUR ELEKTRON GOLONGAN PADA
TABEL PERIODIK
21 Sc 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2 III B
22 Ti 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d2 4s2 IV B
23 V 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2 VB
24 Cr 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s1 VI B
25 Mn 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2 VII B
26 Fe 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2 VIII B
27 Co 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d7 4s2 VIII B
28 Ni 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d8 4s2 VIII B
29 Cu 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1 IB
30 Zn 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 II B

3. Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet).
Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat
paramagnetiknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat
diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).

4. Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna


Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna
baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan
dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi
pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan
terjadinya warna pada senyaa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta
senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak
terjadi peralihan elektron.

Warna Senyawa Logam Transisi dengan Berbagai Bilangan Oksidasi


Unsur +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tb - - - -
Ti - - ungu Tb - - -
V - Ungu Hijau biru Merah - -
Cr - Biru Hijau - - Jingga -
Mn - Merah Coklat Coklat Biru Hijau Ungu
muda tua
Fe - Hijau Kuning - - - -
Co - Merah Ungu - - - -
muda
Ni - Hijau - - - - -
Cu Tb Biru - - - - -
Zn - Tb - - -
5. Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi

ii
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa
tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi
yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang
mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air.
Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa
dengan oksoaniaon, fluoride, dan oksofluorida.

Tabel Tingkatan Oksidasi Golongan Transisi


Tingkat Oksidasi yang
Unsur Tingkat Oksidasi
Stabil
Sc +3 +3
Ti +2,+3,+4 +4
V +2,+3,+4,+5 +5
Cr +2,+3,+4,+5,+6 +3,+6
Mn +2,+3,+4,+5,+6,+7 +2,+4,+7
Fe +2,+3 +2,+3
Co +2,+3 +2,+3
Ni +2 +2
Cu +1,+2 +1,+2
Zn +2 +2

6. Membentuk Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam
transisi) yang meningkat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu
disebut ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut ligan.
Pada ion kompleks [Cu(Cn)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat,
sedangkan Cn- dan H2O adalah ligan.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait
pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu 2+ pada [Cu(Cn)4]2- adalah 4 dan bilangan
koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Ligan adalah spesi yang memiiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang
elektron pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai
asam Leuwis. Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion
halida ; berupa anion, seperti CN- dan NO2- ,berupa molekul sederhana, seperti NH3 dan
H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).

Ion kompleks positif :


[Ag(NH3)2]+ = Diamin Perak (I)
2+
[Cu(NH3)4] = Tetra amin Tembaga (II)
2+
[Zn(NH3)4] = Tetra amin Seng (II)
3+
[Co(NH3)6] = Heksa amin Kobal (III)
2+
[Cu(H2O)4] = Tetra Aquo Tembaga (II)
3+
[Co(H2O)6] = Heksa Aquo Kobal (III)

Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ → atom pusat : Cr3+

ii
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)

Ion kompleks negatif :


[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- → atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)

7. Sebagai Katalisator
Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk
menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat
mempercepat reaksi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan
dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu 2+. Beberapa
logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada
proses industry seperti TiCl3 (Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V 2O5(proses
kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan
formalin).

C. Kegunaan Unsur Transisi


1. Skandium = SC
a. Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi
b. Radioaktifnya sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c. Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV warna

2. Titanium = Ti
a. Komponen penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali
b. Karena ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga untuk pembuatan
peralatan kapal yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti kipas body kapal
dan sebagainya.

3. Vanadium = V
a. Reactor nuklir
c. Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
d. Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.

4. Kromium = Cr
a. Paduan logam untuk pembuatan baja.
b. Pewarna logam dan gelas
c. Sebagai katalisator

5. Mangan = Mn

ii
a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras, kuat,dan ketahanannya
tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan

6. Besi = Fe
a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b. Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel, tulangan beton.
c. Digunakan untuk berbagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Kobal = Co
a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan
untuk menyepuh logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan

8. Nikel = Ni
a. Paduan logam baja dan logam lain
b. Pelapis permukaan logam
c. Sebagai katalisator
d. Pewarna hijau pada keramik/porselen
e. Komponen pada baterai

9. Tembaga = Cu
a. Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan kawat kabel.
b. Logam paduan pada kuningan dan perunggu

10. Seng = Zn
a. Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b. Sebagai logam patri
c. ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi, tekstil.
d. Zns untuk sinar X dan layar TV.

D. Dampak Negatif Penggunaan Unsur Transisi


1. Limbah Fe
Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan
pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar
oksigen dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.

2. Cr dalam penyamakan kulit


Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya bahan
sewaktu pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.

3. Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja

ii
Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap
dalam jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf
pusat.

2.5.4 Cu
Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung
logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-
organisme di perairan tersebut.

BAB III

ii
PENUTUP

A. Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar
dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

Beberapa sifat logam :


a. Sifat logam sangat keras, tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik.
Pengecualian untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis. Banyak di
antaranya dapat membentuk ion – ion berwarna yang berubah – ubah menurut
keadaan bilangan oksidasinya :
1. Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya 0 atau positif.
2. Dapat membentuk senyawa kompleks.

b. Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh
tinggi, bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
Kegunaan unsure-unsur periode keempat :
1. Skandium digunakan pada lampu intensitas tinggi
2. Titanium digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
3. Vanadium digunakan untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan
belerang.
4. Kromium digunakan untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
5. Mangan digunakan untuk bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan
alat-alat listrik dan sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese.
6. Besi digunakan untuk pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer,
dan pita rekaman.
7. Kobalt digunakan untuk membuat aliansi (paduan logam)
8. Nikel digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
9. Tembaga digunakan untuk kabel – kabel, pipi – pipa, kaleng makanan dan untuk
alat-alat elektronik.
10. Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan bahan
cat putih, dan antioksidan dalam pembuatan ban mobil.

B. Saran
Manfaatkanlah unsur transisi periode keempat yang ada di bumi dengan sebaik-
baiknya dan tidak berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif juga serta
jangan disalahgunakan dalam penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

ii
Muchtaridi.Sandri Justiana.2007.Kimia Tiga.Yudistira.Jakarta.

http://aminahhareem.blogspot.com/

http://www.amazine.co/27097/skandium-sc-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/

http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/skandium/

vinaarifitriyanti.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html?m=1

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/08/kelimpahan-pembuatan-kegunaan-unsur-
transisi-dampak-negatif-bahaya.html

Muchtaridi, Sandri Justiana, (2007), Kimia 3, Yudistira, Jakarta

Susilowati, Endang, (2009), Theory and Application of Chemistry 3, Tiga Serangkai,


Solo.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas izin dan
kehendaknya jualah makalah sederhana ini dapat kami rangkumkan tepat waktu.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah. Adapun
yang kami bahas dalam makalah ini adalah mengenai “UNSUR TRANSISI PERIODE
KEEMPAT”.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan yang
bermanfaat bagi para pembaca. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna . oleh karena itu,
kami berharap para pembaca memberikan kritik dan saran serta masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lueng Putu, Januari 2024


Wassalam

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A. Landasan Teori.......................................................................... 2
1. Pengertian Unsur Transisi..................................................... 2
2. Sifat-Sifat Fisis..................................................................... 3
B. Sifat-Sifat Kimia........................................................................ 5
C. Kegunaan Unsur Transisi........................................................... 8
D. Dampak Negatif Penggunaan Unsur Transisi............................ 9

BAB III PENUTUP...................................................................................... 11


A. Kesimpulan................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

ii

Anda mungkin juga menyukai