Makalah Tentang Fiqh
Makalah Tentang Fiqh
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh
KELOMPOK :
- Muhamad Haerudin
- Romdiah
PROGRAM STUDI
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjauhi apa yang tidak diridhoi
Allah. Untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah kita harus mengetahui
hukum Islam yang telah ada. Namun, hukum Islam menghadapi tantangan lebih
serius, terutama pada abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
menjawab berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan hukum Islam, para
ahli yang sudah tidak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan ilmu tentang fiqih, hasil
ijtihad di masa lampau. Alasannya, karena ternyata warisan fiqih yang terdapat
dalam buku-buku klasik, bukan saja terbatas kemampuannya dalam menjangkau
masalah-masalah baru yang belum ada sebelumnya. Oleh karena itu, umat Islam
perlu mengadakan penyegaran kembali terhadap warisan fiqih. Dalam konteks ini,
ijtihad menjadi sebuah kemestian dan metode ijtihad mutlak harus dikuasai oleh
mereka yang akan melakukannya. Metode ijtihad itulah yang dikenal dengan ushul
fiqih.
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang
dipakai oleh para imam mujtahid dalam menggali dan menetapkan hukum syar’i dari
nashyaitudari Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Kandungan Ushul Fiqh
menguraikan dasar-dasar serta metode penetapan hukum taklif yang bersifat
praktis yang menjadi pedoman bagi para faqih dan mujtahid untuk dapat beristinbat
(mengambil hukum) dengan tepat. Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak lepas dari
perkembangan hukum islam sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai pada
zaman t ersusunnya Ushul Fiqh sebagai salah satu bidang ilmu pada abad
ke-2 Hijriyah. Di zaman Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu yang
menjelaskan hukum kasus tersebut melalui sabda-Nya, yang kemudian
dikenal dengan hadist atau sunnah.
1. Ibadah
Objek kajian Fiqih tentang Muamalah sangat luas. Hal ini karena hubungan
manusia dengan manusia lain mencakup banyak hal. Objek kajian Fiqih tidak luput
dari berbagai aspek ini. Misalnya Fiqh Ahwal as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga),
Fiqh Muamalah (Hukum Transaksi), Fiqh Mawaris, Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah
(Hukum Kriminal), Fiqh Murafa’at (Hukum Acara), Fiqh Siyasah (Politik) dan
sebagainya. Ilmu Fiqih juga digunakan untuk mengetahui hukum-hukum seperti
sunah, haram, makruh dan lainnya. Teori Fiqih misalnya tentang kriteria
bagaimana shalat seorang mukalaf dianggap sah?. Hal ini juga dibahas dalam Ilmu
Fiqih tentang Syarat Sah dan Syarat Wajib Shalat.
Objek Ushul Fiqih adalah dalil-dalil Syariat, baik dalil tentang akidah,
ibadah, muamalah, akhlak, maupun sanksi (hukum yang berkaitan dengan masalah
pelanggaran atau kejahatan). Ushul Fiqih mempelajari dalil Syari’at karena
berfungsi sebagai sarana untuk menganalisi hukum Syariat tersebut untuk
merumuskan hukum terhadap suatu peristiwa yang memerlukan kejelasan hukum.
Produk hukum yang telah jelas itulah yang kemudian dinamakan Fiqih.
Didalam Ilmu Ushul Fiqih kita mempelajari berbagai metode Ijtihad, seperti
Istihsan, Mashlahah Mursalah, Istishab, ‘Urf, Syar’u Man Qablana, Mazhab
Sahabi, dan Dzari’ah. Juga berbagi Metode Penetapan Hukum, seperti Maqasid
Sari’ah, Ta’arud dan Tarjih, atau melalui analisis kebahasaan, seperti Amr dan
Nahi, ‘Am dan Khas, Mutlaq dan Muqayyad, Mantuq dan Mafhum, Ta’wil, dan
sebagainya.
Berkembangnya masyarakat berkembang pula permasalahannya. Muncul
beragam peristiwa yang belum ada hukumnya. Misalnya bagaimana hukum
pernikahan dengan video call, hukum berjualan sebagai dropshipper, dan
sebagainya. Problem tersebut membutuhkan kejelasan hukum dengan dalil yang
jelas. Sebagai metodologi, Ilmu Ushul Fiqih berfungsi menjaga agama agar
terpelihara dari penyalahgunaan dalil, bahwa ada aturan dan kaidah yang harus
digunakan dan tidak serta merta asal mengambil dalil dari Qur’an maupun Sunnah.
Unsur utama yang menjadi pilar ajaran Islam adalah ilmu fiqih. Urgensitas
ilmu fiqih dalam Islam tidak dapat diragukan lagi. Ia adalah sistem kehidupan yang
memiliki kesempurnaan, keabadian dan sekian banyak keistimewaan. Ia
menghimpun dan merajut tali persatuan umat Islam. Ia menjadi sumber kehidupan
mereka. Umat Islam akan hidup selama hukum-hukum fiqih masih direalisasikan.
Mereka akan mati apabila pengamalan fiqih telah sirna dari muka bumi. Fiqih juga
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan mereka dimanapun
mereka berada. Ia menjadi salah satu kebanggaan terbesar umat Islam.
Karakter fiqih yang pertama adalah sumber yang jelas yaitu berasal dari
wahyu Ilahi dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga, setiap mujtahid yang
menelusuri (istimbath) hukum-hukum fiqih dibatasi dengan teks-teks Al-Qur'an dan
Sunnah, dalil-dalil yang menjadi cabangnya secara langsung, petunjuk-petunjuk
yang menjadi jiwa syariat, tujuan-tujuan umum syariat, kaidah-kaidah dan prinsip-
prinsip syariat yang bersifat universal. Sebab itu, fiqih lahir ke dunia dengan
pertumbuhan yang sempurna, struktur yang benar-benar kokoh, karena prinsip-
prinsip, kaidah-kaidah dan pokok-pokoknya telah sempurna dan ditanamkan pada
masa turunnya wahyu Rasulullah SAW.
Semua ulama sepakat bahwa ushul fiqh menduduki posisi yang sangat
penting dalam ilmu-ilmu syariah. Imam Asy-Syatibi (w.790 H), dalam Al-
Muwafaqat, mengatakan, mempelajari ilmu ushul fiqh merupakan sesuatu yang
dharuri (sangat penting dan mutlak diperlukan), karena melalui ilmu inilah dapat
diketahui kandungan dan maksud setiap (Al-quran dan hadits) sekaligus bagaimana
menerapkannya. Menurut Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, Siapa
yang tidak menguasai ilmu ushul fiqh, maka diragukan ilmunya, karena tidak ada
cara untuk mengetahui hukum Allah kecuali dengan ilmu ushul Fiqh.
Senada dengan itu, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu ushul fiqh
merupakan satu di antara tiga ilmu yang harus dikuasai setiap ulama mujtahid, dua
lainya adalah hadits dan bahasa Arab. Prof. Salam Madkur (Mesir), mengutip
pendapat Al-Razy yang mengatakan bahwa ilmu ushul fiqh adalah ilmu yang paling
penting yang mesti dimiliki setiap ulama mujtahid. Ulama ekonomi syariah
sesungguhnya (seharusnya) adalah adalah bagian dari ulama mujtahid, karena ulama
ekonom syariah harus berijtihad memecahkan berbagai persoalan ekonomi,
menjawab pertanyaan-pertanyaan boleh tidaknya berbagai transaksi bisnis modern,
halal haramnya bentuk bisnis tertentu. Memberikan solusi pemikiran ekonomi,
memikirkan akad-akad yang relevan bagi lembaga keuangan syariah. Memberikan
fatwa ekonomi syariah, jika diminta oleh masyarakat ekonomi syariah. Untuk
mengatasi semua itu, seorang ahli syariah (dewan syariah), harus menguasai ilmu
ushul fiqh secara mendalam karena ilmu ini diperlukan untuk berijitihad.
Sedangkan secara mendetail, fungsi Ilmu Ushul Fiqih dapat dilihat secara
berbeda berdasarkan kapasitas pembalajarnya. Bagi mujtahid, maka Ushul Fiqih
berfungsi layaknya sebuah metodologi dan kumpulan kaedah-kaedah syar’i dalam
rangka melakukan ijtihad dan proses pemahaman yang argumentatif atas sumber-
sumber hukum Islam. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab setiap problematika
kehidupan manusia berbasiskan wahyu.
Adapun bagi muqallid, maka dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih dapat
menghadirkan sebuah ketenangan jiwa ketika melaksanakan ijtihad dan produk
hukum yang dihasilkan mujtahid. Sebab sang muqallid bukan saja sekedar
mengetahui masalah ini hukumnya wajib atau sunnah, tetapi juga dapat mengetahui
latar belakang dan sebab-sebab kelahiran hukum tersebut.
Di samping itu, secara umum dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih selain
menambah pahala dalam mengamalkan produk ijtihad ulama, juga dapat berfungsi
dalam rangka membantah setiap syubhat dan tasykik atas hukum Islam yang
dilontarkan musuh-musuh Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fikih (bahasa Arab: فقه, translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam
syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya. Ushul Fiqih adalah kumpulan dari
beberapa kaidah dan pembahasannya digunakan untuk menetapkan hukum-hukum
syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Ushul fikih mempelajari
kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka
menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut. Mekanisme
pengambilan hukum harus berdasarkan sumber-sumber hukum yang telah
dipaparkan ulama.
.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Amani, Cet 1, 2003.
Miftahul Arifin, Ushul Fiqh: Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum Islam, Surabaya:
Citra Media, 1997.
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Usul Fiqh, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, Cet 8, 2002.
Ali Jum’ah Muhammad, Ilmu Ushul al Fiqih wa ‘Alaqatuhu bi al Falsafah al
Islamiyyah, (Kairo: al Ma’had al ‘Alami li al Fikr al Islami,
1417/1996), cet. 1, hlm. 7.
Abdul Wahab Abu Sulaiman, Al Fikr al Ushuli, hlm. 71, Muhammad bin Hasan ats
Tsa’labi al Fasi (w. 1376), al Fikr as Sami fi Tarikh al Fiqih al
Islami,(Madinah: al Maktabah al ‘Ilmiyyah, 1396), cet. 1, vol. 1, hlm.
403.
https://www.rumahfiqih.com/z.php?id=96
https://id.wikipedia.org/wiki/Fikih
https://www.abusyuja.com/2019/11/urgensi-mempelajari-ilmu-fiqih-dalam-
kehidupan.html