Anda di halaman 1dari 2

ZIARAHNYA WANITA KE KUBUR

Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Ibrahim ditanya : Hukum ziarahnya wanita ke kubur. Jawaban. Sesungguhnya para wanita dilarang berziarah kubur, karena ziarah kubur mereka cenderung kepada sikap meratap dan histeris serta hal tidak baik lainnya, karena pada dasarnya wanita itu lemah, kurang tenang dan kurang sabar. Mengenai hal ini para ulama berdalih dengan hadits Ibnu Abbas : "Rasulllah r melaknat para wanita peziarah kuburan dan orang-orang yang menjadikan masjid di atasnya serta mereka yang menempatkan lampu-lampu diatasnya" [Diriwayatkan oleh Ahlus Sunan]. Mengenai hal ini ada juga dalil dari hadits Abu Hurairah dan hadits Hassan bin Tsabit yang khusus mengenai wanita. Kenapa hanya para wanita ? Pendapat yang lebih kuat, bahwa dalil ini menunjuk haram, karena dalam hadits tersebut terdapat laknat, dan laknat tersebut bukan ditujukan kepada sesuatu yang dibenci, akan tetapi karena para wanita itu memiliki sifat meratap, lemah dan tidak sabar. Jika anda mengatakan bahwa terkadang lebih kuat hatinya dari pada laki-laki, dan bahkan sebaliknya dari sebagian laki-laki, jika hukum dikaitkan dengan sumber dugaannya, maka sama saja keberadaan dan tidak keberadaannya. Dan telah diklaim pula bahwa hadits (maka ziarahilah) mencakup para wanita. Ini adalah pendapat yang bodoh dan keliru. Sebenarnya larangan itu mengandung dua segi, masing-masing mempunyai alasan : Larangan pertama berlaku untuk semua, yaitu larangan berziarah secara mutlak, kemudian diizinkan bagi kaum pria karena hilangnya alasan tersebut di samping didalam pembolehannya terkandung kebaikan bagi yang meninggal serta do'a untuknya dan teringat akan akhirat, namun tidak diizinkan bagi para wanita karena alasannya tidak hilang. Alasan pertama hilang dengan kemantapan iman dan terputusnya ketergantungan kepada kuburan yang pernah menyebabkan timbulnya 'watsaniah' (dalam hal ini adalah pengagungan terhadap kuburan), hal ini pernah dilarang oleh Rasulullah r (Aku melarang kalian), dan di sini ada larangan lain yang khusus berlaku untuk para wanita, juga terkandung alasan lain, yaitu karena wanita bersifat peka, lemah dan kurang sabar, karena itu disebutkan dalam hadits.yang a rtinya : Kembalilah kalian karena akan berdosa dan tidak mendapat pahala, sebab kalian dapat menimbulkan fitnah bagi yang hidup dan menyakiti yang telah mati". Fitnah terhadap yang hidup sangat jelas, lebih-lebih terhadap para pemuda, sedangkan sikap yang menyakiti dari mereka adalah tangisan dan teriakan histeris mereka. [Fatawa wa Masa'il Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 3/237] BERZIARAH KE KUBURAN NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DAN MEMBACA SURAT AL-FATIHAH Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah bisa saya berziarah ke kuburan Nabi r, sementara beliau telah wafat, kemudian menurut yang pernah saya dengar dari orang-orang, bahwa bila seorang Ibu pergi ke kuburan sebelum terbitnya matahari tanpa menangis tapi membaca surat Al-Fatihah, maka anaknya dapat melihatnya seolah-olah jarak antara keduanya seperti hanya terbatasi oleh tirai, tapi bila ia menangis maka akan tertutupi. Benarkah itu, dan bagaimana hukum ziarah kubur bagi wanita .? Jawaban. Demikian yang disebutkan tentang wanita bila menziarahi kuburan anaknya pada hari Jum'at sebelum terbit matahari dan membaca surat Al-Fatihah tanpa menangis, bahwa hal itu akan membukakan penghalang baginya sehingga dapat melihat anaknya, seolah-olah ia melihat dari balik tirai. Kami katakan

sesungguhnya perkataan ini bathil dan tidak benar, dan ini perkataan yang sama sekali tidak ada dalilnya. Adapun tentang hukum berziarah kubur bagi wanita, para ulama telah berbeda pendapat, ada yang memakruhkan , ada yang membolehkan bila tidak mencakup hal yang terlarang, dan ada juga yang mengharamkan. Pendapat yang shahih dan kuat menurut saya di antara pendapat-pendapat para ahlul ilmi bahwa ziarah kuburnya wanita adalah haram, karena Nabi r telah melaknat para wanita yang berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan di atas kuburan masjid-masjid dan lampu-lampu. Laknat ini tentu tidak untuk sesuatu yang dibolehkan, tidak pula untuk sesuatu yang makruh, akan tetapi untuk sesuatu yang haram. Bahkan kaidah yang diakui oleh para ahlul ilmi menuntut untuk dinyatakan, bahwa ziarah kuburnya wanita termasuk perbuatan yang berdosa besar karena perbuatan ini dapat melahirkan laknat. Sedangkan dosa yang dihukumi dengan laknat berarti termasuk 'kaba'ir (perbuatan yang berdosa besar), demikian menurut mayoritas ahlul ilmi. Berdasarkan ini saya nasihatkan untuk wanita yang anaknya telah meninggal, hendaknya memperbanyak istighfar dan berdo'a utuknya di rumahnya. Bila Allah Ta'ala menerimanya, maka itu akan bermanfaat bagi anaknya, walaupun hal itu tidak dilakukan di kuburannya. [Fatawa Nur'ala Ad-Darb, Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 20] [Fatwa-Fatwa Tentang Wanita-1, hal 178-179, 185-186, Darul Haq]

Anda mungkin juga menyukai