Anda di halaman 1dari 43

PANCASILA

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara


1. Pokok-Pokok Pikiran dalam BPUPK
a. Nilai-Nilai Pancasila dalam Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia
Keberadaan Negara Indonesia berlangsung melalui proses sejarah yang
panjang. Sejarahnya diawali dengan sejarah nenek moyang bangsa Indonesia.
Terdapat sejumlah teori yang berbicara tentang asal-usul manusia praaksara di
Indonesia. Ada teori Nusantara, teori Yunani, dan teori Afrika.
Nenek moyang Indonesia pada masa praaksara mengalami proses
perkembangan kehidupan social. Perkembangan ini dapat kita lihat dari masa berburu
dan mengumpulkan makanan (meramu), masa bercocok tanam, dan masa
perundangan. Melalui perkembangan ini, kita juga dapat melihat bagaimana nenek
moyang bangsa Indonesia telah menghayati nilai religious, nilai kemanusiaan, nilai
perstuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Hal ini dapat kita lihat dari bukti-bukti
peninggalan prasejarah, seperti sarkofagus dolmen, dan menhir.
Nilai-nilai tersebut juga dihayati pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Pada masa itu, ada banyak kerajaan di Nusantara. Ada kerajaan-kerajaan Hindu-
Budha, seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Pajajaran, (Sunda), Melayu, Kalingga,
Sriwijaya, Mataram, Kuno, Medang Kamulan, Kediri, Singasari, Bali, dan Kerajaan
Majapahit. Ada pula kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kerajaan Samudra Pasai, Aceh,
Demak Pajang, Mataram, Banten, Gowa-Tallo serta Ternate dan Tidore.
Kerajaan-kerajaan tersebut pernah mengalami masa kejayaan. Misalnya,
Majapahit, pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan
Gajah Mada sebagai mahapatih hamengkubumi, berhasil mempersatuan Nusantara.
Pada masa ini Istilah Pancasila ditemukan pada kitab Negarakertagama dan kitab
Sutasoma. Contoh lain adalah Samudra Pasai. Berdasarkan berita Ibnu Batutah, kita
mengetahui bahwa Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
dan pernah menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara.
Kejayaan kerajaan \kerajaan ini tentu saja tidak terlepas dari kekayaan sumber
daya alam yang ada di bumi Indonesia. Kekayaan alam ini pulalah yang menarik
bangsa-bangsa asing untuk menjajah Indonesia. Bangsa-bangsa itu, antara lain bangsa
Portugis, Belanda dan Jepang. Penjajahan ini tentu saja membuat rakyat Indonesia
menderita.
Penderitaan tersebut menimbulkan perlawanan dari bangsa Indonesia.
Awalnya, perlawanan yang dilakukan bersifat fisik dan kedaerahan. Sesudah tahun
1908, dimulai era kebangkitan nasional. Para pelajar Indonesia mulai melakukan
perlawanan melalui berbagai kegiatan organisasi yang bersifat nasional. Di era ini
mulai bermunculan tokoh-tokoh pendiri Negara Indonesia, seperti Soekarno dan
Muhammad Hatta.
Pada tahun 1942, Jepang datang ke Indonesia dengan propaganda “Nippon
Cahaya Asia”, dan “Nippon Pemimpin Asia”. Propaganda ini dilakukan untuk
menarik simpati rakyat Indonesia. Namun, nyatanya, kedatangan Jepang justru
membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Kondisi ini terus saja mendorong para
tokoh pergerakan Indonesia berupaya agar Indonesia segera merdeka. Berbagai
strategi mereka lakukan. Ada yang menjalin kerja sama dengan Jepang untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia. Ada juga yang melakukan gerakan bawah tanah.
b. Pembentukan BPUPK
Keberadaan Jepang di Indonesia berawal dari keterlibatan Jepang dalam
Perang Pasifik dengan menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di
Peari Harbour, Hawai, pada tanggal 8 Desember 1941. Akhir keberadaan penjajahan
Jepang ditandai dengan pengeboman. Kota Hiroshima dan Nagasaki pada awal bulan
Agustus 1945. Peristiwa tersebut didahului oleh berbagai peristiwa yang membuat
Jepang merasa posisinya dalam Perang Pasifik mulai terancam.
Pada posisi sulit inilah. Jepang kembali menjanjikan kemerdekaan Indonesia.
Janji dikeluarkan agar rakyat Indonesia menyambut kedatangan tentara Sekutu ke
Indonesia sebagai penyerbu Negara Indonesia. Untuk itu, pada peringatan
Pembangunan Djawa Baroe tanggal 1 Maret 1945, Jepang mengumumkan
pembentukan Dokuritsu Junbi Coosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan). Badan ini dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bersama dengan hari
ulang tahun Kaisar Hirohito. Pembentukan BPUPK ini dimuat dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Madura) Nomor 23 Maklumat ini diumumkan dalam surat kabar Asia Raya.
Tugas BPUPK adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
penting yang berhubungan dengan pelbagai hal yang menyangkut pembentukan
Negara Indonesia merdeka. Kepengurusan BPUPK terdiri dari hal-hal berikut:
1) Badan Perundingan
Anggota Badan Perundingan sebagai berikut.
a) Seorang kaico (ketua), yakni dr. K. R. T. Rajiman Wedyodiningrat.
b) Dua orang fuku kaico (ketua muda), yakni Ichibangase Yosio dan R. P. Suroso
c) Enam puluh orang Iin (anggota)
d) Tujuh orang Jepang sebagai pengurus istimewa yang akan menghadiri setiap
sidang tetapi tidak mempunyai hak suara.
2) Kantor Tata Usaha atau Sekretariat
Kantor ini yang dipimpin oleh R. P. Suroso dan dibantu oleh Toyohito Masuda
dan Mr. A. G. Pringgodigdo.
Badan penyelidik Usaha=Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) diresmikan
pada tanggal 28 Mei 1945. Peresmian badan ini dilakukan di Gedung Chuo Sangi In,
Jalan Pejambon, Jakarta (sekarang Gedung Pancasila di kompleks Kemerdekaan Luar
Negeri). Pada peresmian itu, Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah Ketujuh
yang bermarkas di Singapura dan membawakan tentara-tentara yang bertugas di
Indonesia) dan Letnan Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas di Jawa)
hadir. Pada peresmian ini, dilakukan upacara pengibaran bendera Jepang, yaitu
Hinomaru, dan pengibaran bendera Sang Merah Putih.

c. Pokok-Pokok Pikiran dalam BPUPK


Pada tanggal 29 Mei 1945, Sidang Pertama BPUPK dimulai. Pada sidang
pertama ini, dr Rajiman Wedyodiningrat meminta pandangan para anggota mengenal
dasar Negara Indonesia merdeka yang akan dibentuk itu, permintaan yersebut dijawab
oleh para anggota sidang dengan berbagai gagasan. Di antara mereka ada Mr.
Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
1) Pandangan Muhammad Yamin
Muhammad Yamin memulai pernyataan mengenai dasar Negara Indonesia pada
hari pertama persidangan. Ia memulai pidato dengan kata-kata berikut
(Poesponegoro, 2010)
“… kewajiban yang terpikul di atas kepala dan kedua bahu kita, ialah suatu
kewajiban yang sangat teristimewa. Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-
bahan yang akan menjadi dasar dan susunan Negara yang akan terbentuk dalam
suasana kemerdekaan …”
Selanjutnya, Muhammad Yamin menyatakan lima “asas dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia” sebagai berikut.
a) Peri Kebanggan
Muhammad Yamin menjelaskan bahwa:
“Negara baru yang akan kita bentuk, adalah negara kebangsaan Indonesia
atau nationale staat atau suatu etat national yang sewajar dengan peradaban
kita dan menurut susunan dunia sekeluarga di atas dasar kebangsaan dan
ketuhanan”.
Yamin menjelaskan dasar kebangsaan ini dengan membedakannya dengan dua
kerajaan terbesar di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya ia sebut sebagai Negara
Indonesia pertama dilandaskan pada dasar kedaulatan. Sementara, Kerajaan
Majapahit sebagai Negara Indonesia kedua dilandaskan pada dasar keprabuan.
Menurutnya, prinsip yang digunakan masing-masing kerajaan tersebut tidak
bisa digunakan lagi untuk Negara Indonesia ketiga yang akan dibentuk.
Alasannya karena “dunia pikiuran sudah berbeda dan susunan dunia sudah
berubah”. Oleh karena itu, Yamin menegaskan bahwa, “Negara Republik
Indonesia yang diingini oleh bangsa Indonesia sebagai Negara ketiga dalam
perjalanan sejarah ialah suatu Negara kebangsaan Indonesia, suatu etat
national”.
b) Peri Kemanusiaan
Prinsip ini diusulkan Muhammad Yamin agar penyelenggaraan Negara
Indonesia merdeka didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
Menurut Yamin, pergerakan Indonesia merdeka tidak hanya untuk melepaskan
diri dari kolonialisme dan imperialisme tetapi juga untuk menyusun suatu
masyarakat baru yang merdeka. Kemerdekaan itu sama artinya dengan dasar
kemerdekaan yang berupa dasar kedaulatan ke dalam maupun kedaulatan ke
luar. Berdaulat ke dalam artinya Negara melindungi masyarakat dan segala
hak miliknya. Sementara, berdaulat ke luar artinya bangsa Indonesia membuka
diri untuk berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dengan
demikian, bagi Yamin.
“Kedaulatan rakyat Indonesia dan Indonesia merdeka adalah berdasar
perikemanusiaan yang universal, berisi humanisme dan
internasionalisme bagi segala bangsa. Dasar periikemanusiaan ialah
dasar universalisme dalam hukum internasional dan peraturan
kesusilaan segala bangsa dan negara merdeka”.
c) Peri Ketuhanan
Menurut Muhammad Yamin, prinsip ketuhanan sangat penting bagi Negara
Indonesia merdeka karena.
“Bangsa Indonesia yang akan bernegara merdeka itu ialah bangsa yang
berperadaban luhur, dan peradabannya itu mempunyai Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh sebab itu, maka dengan sendirinya kita insaf bahwa
negara kesejahteraan Indonesia merdeka itu akan berketuhanan. Tuhan
akan melindungi negara Indonesia merdeka itu”
d) Peri Kerakyatan
Prinsip kerakyatan ini dijelaskan M. Yamin sebagai prinsip yang berhubungan
dengan pemeliharaan negara. Menurutnya, prinsip kerakyatan didasarkan pada
permusyawaratan, perwakilan, dan kebijaksanaan, negara Indonesia perlu
didasarkan pada permusyawaratan karena.
“Pertama, karena dengan dasar musyawarah itu manusia memperhalus
perjuangannya dan bekerja di jalan ketuhanan dengan membuka
pikiran dalam permusyawaratan dengan sesame manusia.
Kedua, oleh permusyawaratan, maka negara tidak dipikul oleh seorang
manusia atau pikiran yang berputar dalam otak sebuah kepala
melainkan dipangku oleh segala golongan … yang sama-sama
membentuk sebagai satu batang tubuh …”
Sementara itu, terkait prinsip perwakilan, menurut Yamin, mengingat
banyaknya rakyat Indonesia yang tersebar diseluruh Nusantara, maka sistem
perwakilan adalah sistem yang paling tepat dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Sistem perwakilan ini dimaksudkan agar Negara Indonesia
merdeka tidak terperangkap pada feodalisme dan despotisme.
Terkait kebijaksanaan, Yasmin menegaskan bahwa permusyawaratan
perwakilan harus didasarkan pada kebijaksanaan atau rasionalisme. “Hikmah
kebijaksanaan yang menjadi pemimpin kerakyatan Indonesia ialah
rasionalisme yang sehat, karena telah melaporkan diri dari anarki, liberalisme,
dan semangat penjajahan”
e) Kesejahteraan Rakyat
Prinsip kesejahteraan rakyat diusulkan juga sebagai dasar negara dengan
maksud Negara Indonesia merdeka memiliki tugas menyejahterakan seluruh
rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai daerah terdiri
atas berbagai suku, etnis, dan golongan. Semuanya harus diperhatikan negara.
Kesejahteraan rakyat ini adalah prinsip yang sangat perlu demi menghindari
pemerintahan oligarkis.
2) Pandangan Supomo
Pada tanggal 31 Mei 1945, pada rapat BPUPK berikutnya Supomo menyampaikan
lima asas yang mendasari Negara Indonesia yang integralistik sebagai berikut.
a) Persatuan
Supomo mengusulkan prinsip persatua, yaitu persatuan antara pemimpin dan
rakyat dan persatuan dalam negara. Artinya Negara Indonesia merdeka harus
ada kerja sama untuk mewujudkan cita-cita bersama. Menurutnya prinsip
persatuan sangat penting karena sesuai dengan corak masyarakat Indonesia
dan sesuai dengan pikiran ketimuran.
b) Kekeluargaan
Asas kekeluargaan ini dijelaskan Supomo sebagai kekeluargaan dalam lingkup
Asia Timur Raya. Artinya Negara Indonesia merdeka yang diinginkan
Supomo adalah negara yang menjalin kerja sama dengan negara-negara yang
saat itu dikuasai Jepang sebagai satu keluarga besar.
c) Keseimbangan Lahir dan Batin
Menurut Supomo prinsip persatuan harus ditarik lebih luas sehingga meliputi
persatuan dengan jagat raya dan menegaskan hakikat manusia yang selalu
hidup secara sosial atau dengan menusia lain dan segala makhluk. Oleh karena
itu keseimbangan lahir dan batin menjadi prinsip yang sangat penting demi
harmoni semesta Indonesia.
d) Musyawarah
Prinsip musyawarah diusulkan Supomo dengan maksud agar dalam
penyelenggaraan negara Indonesia, ada persatuan antara pemimpin dan rakyat
sehingga tercipta kehidupan yang aman dan damai.
e) Keadilan Rakyat
Keadilan rakyat yang dimaksudkan Supomo masih dalam persatuan yang
diajukan yaitu agar negara Indonesia yang merdeka itu menyelenggarakan rasa
keadilan rakyat dan menuntun rakyat kepada cita-cita.
3) Pandangan Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 berlangsung rapat terakhir persidangan pertama BPUPK.
Pada kesempatan itu, Soekarno memberi masukan mengenai dasar negara
Indonesia. Pidato Soekarno kemudian dikenal sebagai “lahirnya Pancasila”. Saat
ini setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Di awal pidatonya Soekarno menegaskan dasar negara adalah philosophische
grondslag atau fondasi, filsafat, atau pikiran yang sedalam-dalamnya yang
menjadi dasar untuk mendirikan negara Indonesia. Menurutnya fondasi atau dasar
mendirikan negara Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Kebangsaan Indonesia
Soekarno menjelaskan maksudnya bahwa negara Indonesia yang akan
didirikan
“bukanlah satu golongan orang yang hidup dengan le desir d’etre
ensemble (kehendak bersatu) di atas daerah yang kecil, seperti
Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis,
melainkan yang … tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau
Indonesia dari ujung utara Sumatra sampai Irian (Papua).”
Dengan demikian, menyebut bangsa Indonesia berarti merujuk pada seluruh
rakyat yang ada diseluruh wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan dengan
identitas yang sama, yaitu bangsa Indonesia.
b) Internasionalisme atau Perikemanusiaan
Internasionalisme dimaksudkan Soekarno sebagai prinsip penting untuk
menekan sikap sauvinisme yaitu anggapan bahwa bangsa Indonesia lebih
unggul daripada bangsa-bangsa lain. Menurut Soekarno,
“Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi
harus memiliki pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa”.
Kekeluargaan bangsa-bangsa yang dimaksud Soekarno adalah kerja sama
yang adil dengan seluruh bangsa di dunia.
c) Mufakat atau Demokrasi
Soekarno mengusulkan asas mufakat karena baginya.
“Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu
negara untuk satu holongan walaupun golongan kaya. Tetapi kita
mendirikan negara semua buat semua. Satu buat semua. Semua buat
satu”, Saya yakin bahwa syarat yang mutlak untuk muatnya Negara
Indonesia ialah permusyawaratan”.
d) Kesejahteraan Sosial
Soekarno menegaskan bahwa negara Indonesia Merdeka adalah negara
demokrasi, tetapi bukan negara demokrasi seperti di Barat, yang demokrasinya
cenderung pada liberalisme dan individualisme. Demokrasi Barat tidak
mengandung kerja sama demi kesejahteraan bersama. Soekarno menyatakan
bahwa negara Indonesia sebagai negara demokrasi nantinya adalah negara
yang mengupayakan kesetaraan, tidak hanya kesetaraan politik, tetapi juga
kestaraan ekonomi, yaitu kesejahteraan bersama.
e) Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip ketuhanan yang diungkapkan Soekarno adalah ketuhanan yang
berkebudayaan. Artinya setiap orang menjalankan kewajiban agamanya tanpa
ada egoisme agama. Berikut kutipan kata-kata Soekarno.
“Hendaknya Negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat
hendaknya bertuhan secara berkebudayaan yakni dengan tiadanya
egoisme agama. Marilah kita amalkan, jalankan, baik Islam, maupun
Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara berkeadaban itu?
ialah hormat-menghormati satu sama lain. Marilah kita di dalam
Indonesia Merdeka yang kita susun ini, menyatakan bahwa prinsip
kelima daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan,
ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, Ketuhanan yang hormat
menghormati satu sama lain.”
Setelah menyatakan gagasannya mengenai dasar Negara Indonesia
merdeka, Soekarno mengatakan.
“Saudara-saudara Dasar-dasar negara telah saya usulkan. Lima
bilangannya … tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas, atau
dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia
kekal dan abadi”.
Dengan menyebut lima dasar yang diusulkan sebagai Pancasila, tanggal
pidato Soekarno kemudian ditetapkan sebagai Hari Kelahiran Pancasila.
2. Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
a. Panitia Delapan
Di akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPK membentuk Panitia Kecil
yang disebut juga dengan Panitia Delapan. Anggota Panitia Delapan ini terdiri dari
golongan kebangsaan dan golongan keagamaan. Tokoh yang termasuk golongan
kebangsaan adalah Soekarno (Ketua). Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, A.A.
Marimis, M. Sutarjo Kartohadikusumo, dan Oto Iskandardinata. Sementara itu,
golongan keagamaan mencakup Ki Bagus Hadikusumo dan K.H. Wahid Hasyim.
Tugas Panitia Delapan adalah memeriksa dan mengklasifikasikan usul-usul baik lisan
maupun tulisan, untuk dibahas pada masa sidang BPUPK yang kedua (10-17 Juli
1945).
Terkait dengan tugas Panitia Delapan Soekarno mengadakan pertemuan ketika
Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat sebagai lembaga penasehat balatentara
Jepang) melaksanakan sidang. Pada saat itu ada 47 orang anggota BPUPK yang
diundang tapi yang hadir hanya 38 orang. Dari usulan yang diperoleh, Panitia Delapan
membuat klasifikasi usulan. Dari klasifikasi yang dilaksanakan ada Sembilan kategori
usulan. Kesembilan usulan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Usulan terkait Indonesia merdeka selekas-lekasnya
2) Usulan terkait dasar negara
3) Usulan terkait masalah unifikasi atau federasi
4) Usulan terkait bentuk negara dan kepala negara
5) Usulan terkait warga negara
6) Usulan terkait daerah
7) Usulan terkait agama dan negara
8) Usulan terkait pembelaan
9) Usulan terkait keuangan
b. Panitia Sembilan dan Piagam Jakarta
Pada akhir pertemuan 38 orang anggota BPUPK yang tidak resmi terkait dengan
tugas Panitia Delapan membentuk Panitia Sembilan. Pembentukan Panitia Sembilan
berlangsung di Kantor Besar Djawa Hokokai. Panitia Sembilan terdiri dari Soekrno
(Ketua), Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, A.A. Marimis, Achmad Subarjo,
K.H.A. Wahid Hasyim, K.H.A. Kahar Muzakir, H. Agus Salim, dan R.
AbikoesnoTjokrosoejoso. Komposisi jumlah anggota Panitia Sembilan, baik yang
berasal dari golongan keagamaan maupun golongan kebangsaan lebih seimbang.
Panitia Sembilan bertugas menyusun rancangan pembukaan undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia yang memuat dasar negara.
Ketika melaksanakan tugasnya Panitia Sembilan beriktiar mempertemukan
pandangan antara golongan kebangsaan dan golongan keagamaan terlait, dengan
dasra negara. Pada awalnya menurut Soekarno paham antara golongan kebangsaan
dan golongan keagamaan sukar dipertemukan. Namun pada akhirnya titik temu
pandangan kedua golongan tersebut berhasil didapatkan. Hal ini terjadi ketika Panitia
Sembilan mengadakan rapat di rumah Soekarno pada malam hari tanggal 22 Juni
1945. Pada rapat ini, mereka berhasil merumuskan rancangan pembukaan undang-
undang dasar Rancangan ini diberi nama “Mukadimah” oleh Soekarno, “Piagam
Jakarta” atau “Jakarta Charter” oleh Muhammad Yamin, dan “Gentlemen’s
Agreement” pleh Sukiman Wiryosanjoyo,
Adapun isi dari Piagam Jakarta sebagai berikut.

PIAGAM JAKARTA

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sdengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah darah
Indonesia dan untuk memejukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasr kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang ada dan beribadah
persatuan Indonesia dan kerakyatan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social
dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social
bagi selruh rakyat Indonesia.

Jakarta, 22 Juni 1945.


Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)
Panitia Sembilan
Soekarno
Muhammad Hatta
Achamad Subarjo
Alex Andries Marimis
Muhammad Yamin
Abdul Kahar Muzakir
Abikoesno Tjokrosoejoso
Agus Salim
Abdul wahid Hasyim
Pada alinea ketiga Piagam Jakarta ini, tampak titik temu pandangan golongan
kebangsaan dan golongan keagamaan. pernyataan “atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa” menunjukkan pandangan golongan keagamaan yang melandaskan
perjuangan atas rahmat Allah. Menurut Muhammad Yamin pernyataan “Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa” menunjukkan bahwa konstitusi Republik Indonesia
berlindung kepada Allah. Sengan ini syarat agama terpenuhi. Dalam diri rakyat pun
akan muncul perasaan yang baik terhadap konstitusi tersebut.
Kompromi antara golongan keagamaan dan golongan kebangsaan juga
ditemukan pada alinea terakhir, di mana dimuat dasar Negara. Di dalam Piagam
Jakarta terjadi perubahan tata urut Pancasila dari susunan yang disampaikan oleh
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Selain itu, terjadi juga penyempurnaan redaksi
sila-sila tersebut.
Prinsip “Ketuhanan” pada Piagam Jakarta menjadi sila pertama. Bunyi sila ini
menjadi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.”
Menurut Muhammad Hatta, dengan penempatan prinsip ketuhanan pada sila
pertama, Negara dan politik Negara mendapat dasar moral yang kuat. Dasar moral ini
menjadi landasan politik yang ditemukan dalam sila kedua sampai dengan kelima.
Prinsip “internasionalisme atau perikemanusiaan” tetap meletakkan pada sila
kedua Namun, redaksinya disempurnakan menjadi “Kemanusiaan yang adil dan
beradab”.
Prinsip “Kebangsaan Indonesia” pada sila pertama dalam rumusan Soekarno
menjadi sila ketiga pada Piagam Jakarta. Sila tersebut pada Piagam Jakarta menjadi
berbunyi “Persatuan Indonesia”.
Prinsip “Mufakat atau demokrasi” pada sila ketiga dalam rumusan Soekarno
menjadi sila keempat pada Piagam Jakarta Sila tersebut menjadi berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”.
Prinsip “Kesejahteraan Sosial” pada sila keempat dalam rumusan Soekarno
menjadi sila kelima pada Piagam Jakarta Sila tersebut menjadi berbunyi “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Hasil rumusan Piagam Jakarta kemudian disampaikan dalam sidang BPUPK
yang kedua. Sidang ini berlangsung pada tanggal 10 – 17 Juli 1945.
c. PPKI dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Komando Tertinggi Jepang Marsekal Terauchi,
mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
Dokuritsu Junbi Inkai, sebagai penerus BPUPK Kemudian, satu hari sesudahnya,
Soekarno , Muhammad Hatta, dan dr. Rajiman Wedyodiningrat berangkat ke Dalat,
Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi. Dari pertemuan dengan Terauchi yang
berlangsung pada tanggal 12 Agustus 1945 ini, mereka mendengar bahwa
pemerintahan Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Untuk itu dibentuj Panitaia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pembentukan panitia ini bertujuan untuk ‘mempercepat semua uapaya persiapan
terakhir bagi pembentukan sebuah pemerintahan Indonesia merdeka’. Pada hari yang
sama Soekarno dan Hatta dilantik sebagai Ketua dan Wakil Ketua PPKI. Sesudah itu,
diberitahu pula bahwa ada 21 orang anggota PPKI yang berasal dari berbagai wilayah.
Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia terjadi pada saat posisi
Jepang dalam Perang Pasifik semakin terpuruk dengan dijatukannya bom atom di
Hirosima pada tanggal 6 Agustus dan di Nagasaki pada tanggal 8 Agustus 1945. Pada
15 Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerah kepada Sekutu. Kesempatan emas ini
kemudian digunakan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melakukan sidang yang pertama. Pada
sidang tersebut Ir.Soekarno dan Muhammad Hatta dipilih sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia.
Pada sidang pertama itu pula PPKI menyetujui naskah “Piagam Jakarta” sebagai
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dengan diikuti perubahan sebagai berikut:
1) Kata “Mukadimah” diubah menjadi “Pembukaan”
2) Alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada anak kalimat yang
berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3) Alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada anak kalimat yang
berbunyi “Menutuy kemanusiaan yang adil dan beradab” diubah menjadi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Rumusan Pancasila yang sah dan benar terdapat pada Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Tokoh penting di balik perubahan ini adalah Muhammad Hatta. Setelah
mendengar keberatan tokoh-tokoh Kristen dari wilayah Indonesia Timur atas kalimat
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
pada Piagam Jakarta, Muhammad Hatta segera mendekati tokoh-tokoh Islam untuk
bersedia mengubah rumusan kalimat tersebut. Kebesaran hati tokoh-tokoh Islam
untuk menjaga keutuhan bangsa menghasilkan kesepakatan untuk menghapus tujuh
kata dalam Piagam Jakarta tersebut dan menggantikannya dengan kalimat “Ketuhanan
Yang Maha Esa” sebagaimana yang dapat kita temukan dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945.

1. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Landasan Hidup Bernegara


Dengan demikian, dasar negara yang menjadi landasan hidup bernegara harus
dimiliki tiap negara. Tanpa dasar negara, suatu negara tidak akan memiliki arah dan
tujuan yang jelas.
Para pendiri Indonesia telah menyadari pentingnya suatu dasar negara. Oleh
karena itu, agenda utama pada Sidang Pertama BPUPK pada 29 Mei –Juni 1945
adalah membahas dasar negara Indonesia. Beberapa tokoh memberikan pendapat
tentang dasar negara antara lain Muhammad Yamin, Supomo, dan Soekarno. Pada
hari terakhir sidang pertama BPUPK, yaitu pada 1 Juni 1945 istilah Pancasila untuk
pertamakalinya dikemukakan oleh Soekarno untuk menamai lima prinsip yang ia
usulkan sebagai dasar negara Selanjutnya tim kecil dari BPUPK yang terdiri atas
Sembilan orang (Panitia Sembilan menentukan susunan Pancasila. Setelah melewati
proses yang berat, akhirnya Pancasila dengan redaksi dan urutan seperti yang kita
kenal saat ini disahkan pada 18 Agustus 1945.
Redaksi dan urutan Pancasila sebagai dasar negara tercantum pada alinea
keempat Pembukaan UUD NRI Tahun1945 yang berbunyi “… maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undng-undang dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, [ersatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Urutan sila-
sila Pancasila kembali ditegaskan melalui instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968.
Pancasila tersusun secara hierarkis pyramidal. Artinya, tiap sila memiliki hubungan
yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan.
Fungsi pokok Pancasila bagi negara Indonesia adalah sebagai dasar negara.
Sebagaimana penjelasan Soekarno pada sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945.
Pancasila sebagai dasar negara artinya, Pancasila adalah fundamen filosofis yang
menjadi dasar berdirinya negara Indonesia sebagai dasar negara. Pancasila adalah
norma dasar (grundnorm) atau kaidah negara yang fundamental.
Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia merupakan suatu kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak
bangsa Indonesia. Ciat-cita tersebut meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan
individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian
nasional dan mondial (dunia), cita-cita politik mengenai sifat, bentuk, dan tujuan
negara, serta cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan
sebagai pengejawantahan (perwujudan) dari budi nurani manusia (Kaelan, 2020)
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ditegaskan dalam Ketetapan MPR
No.XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Menurut Kaelan (2020), Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dapat dirinci
sebagai berikut.
a. Pancasila merupakan dasar filsafat Negara (asas kerohanian Negara)
b. Di atas basis (dasar) itu, berdirilah Negara Indonesia dengan asas politik negara
(kenegaraan), yaitu berupa republik yang berkedaulatan rakyat.
c. Kedua duanya menjadi basis penyelenggaraan kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum
dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam undang-undang dasar negara
Indonesia.
d. Selanjutnya, di atas undang-undang dasar (yaitu sebagai basis), berdirilah bentuk
susunan pemerintah dan keseluruhan hukum positif yang lainnya, yang mencakup
segenap bangsa Indonesia dalam suatu kesatuan hidup bersama yang berasas
kekeluargaan.
e. Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya suatu tujuan
bersama, yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu
kebahagiaan bersama, baik jasmani maupun rohaniah.
Konsekuensi Pancasila sebagai dasar negara bagi Negara Republik Indonesia
antara lain sebagai berikut (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016)
a. Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik Pasal 1 UUD NRI
Tahun 1945 menjelaskan hubungan Pancasila, tepatnya sila ketiga dengan bentuk
negara yang dianut Indonesia, yaitu sebagai negara kesatuan bukan sebagai negara
serikat. Pasal tersebut menegaskan pula bahwa Indonesia menganut bentuk negara
republik bukan despot (tuan rumah) atau absoluttisme (pemerintahan yang
sewenang-wenang). Konsep negara republik sejalan dengan sila kedua dan
keempat Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis.
b. Indonesia menganut demokrasi konstitusional. Hal ini ditegaskan pada Pasal 1
Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, yaitu “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
c. Indonesia adalah negara hukum. Hal ini ditegaskan Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI
Tahun 1945 yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Prinsip
tersebut mencerminkan bahwa negara Indonesia sejalan dengan sila kedua
Pancasila. Atmordjo (2009) menyetakan bahwa “konsep negara hukum Indonesia
merupakan perpaduan tiga unsur, yaitu Pancasila, hukum nasional, dan tujuan
negara”.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Dasar berdiri dan tegaknya negara
Pemikiran yang mendalam tentang dasar negara lazimnya muncul ketika suatu
bangsa hendak mendirikan negara. Oleh karena itu, dasar negara berfungsi sebagai
dasar hadirnya suatu negara. Sesudah negara berdiri dasar negara diharapkan
dapat menjadi landasan bagi pengelolaan negara yang bersangkutan.
b. Dasar kegiatan penyelenggaraan negara
Negara didirikan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa yang
versangkutan, di bawah pimpinan para penyelenggara negara. Agar para
penyelenggara benar-benar dapat mewujudkan tujuan nasional, mereka harus
mendasarkan semua kegiatan pemerintahan pada dasar negara.
c. Dasar partisipasi warga negara
Semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
mempertahankan negara dan berpartisipasi dalam upaya bersama mencapai tujuan
bangsa. Dalam menggunakan hak dan menunaikan kewajibannya itu seluruh
warga negara harus perpedoman kepada dasae negara.
d. Dasar pergaulan antar warga negara
Dasar negara tidak hanya menjadi dasar hubungan antara warga negara dan
negara, tetapi juga dasar bagi hubungan antar warga negara.
e. Dasar dan sumber hukum nasional
Seluruh aktivitas penyelenggara negara dan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara haruslah didasarkan pada hukum yang
berlaku oleh karena itu, semua peraturan perundang-undangan yang dibentuk
untuk penyelenggaraan negara harus berdasarkan dasar negara.

2. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang
terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.pandangan hidup yang diyakini suatu
masyarakat akan berkembang secara dinamis dan menghasilkan pandangan hidup
bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya dan manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga tumbuh tekad untuk
mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari (Herdiawanto, dkk, 2019).
Menurut Kaelan (2020), pandangan hidup terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-
nilai luhur yang dijunjung manusia dan berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk
menata kehidupan pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat,
serta alam sekitarnya. Manusia hidup sebagai bagian lingkungan sosial yang lebih
besar, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga bangsa dan negara. Proses perumusan
pandangan hiudup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan
hidup bangsa dan negara. Pandangan hidup bangsa dan negara diproyeksikan kembali
pada pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap pribadi warganya.
Pandangan hidup bersama bangsa Indonesia adalah Pancasila Pandangan
hidup ini bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religius bangsa Indonesia.
Melalui pandangan hidup yang diyakininya ini, bangsa Indonesia akan mampu
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapi secara tepat sehingga
tidak terombang ambing dalam menghadapi persoalan. Adanya pandangan hidup
membuat bangsa Indonesia memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal
dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, hankam,
dan persoalan lain. (Kaelan, 2020).
Di dalam Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkandung
kosepsi dasar mengenai kehidupan yang kita citakan, dasar pikiran terdalam, dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pancasila dijunjung tinggi
oleh warga karena pandangan hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup
Pancasila bagi bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika tersebut harus merupakan
asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman (Kaelan,
2020).
3. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Kita mengenal istilah bangsa. Apakah bangsa itu? Ernest Renan mengemukakan pokok-
pokok pikiran tentang bangsa sebagai berikut (Gesmi dan Hendri, 2018).
a. Bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
b. Bangsa adalah suatu solideritas yang besar
c. Bangsa adalah suatu hasil sejarah.
d. Karena sejarah berkembang terus, bangsa bukanlah sesuatu yang abadi.
e. Wilayah dari manusia bukanlah penyebab timbulnya bangsa Wilayah memberikan
ruang tempat bangsa hidup dan manusia membentuk jiwa bangsa.
Renan lebih lanjut menyatakan factor-faktor pembentuk jiwa bangsa sebagai
berikut (Ismaun dalam Gesmi dan Hendri, 1028).
a. Kejayaan dan kemuliaan pada masa lampau
b. Suatu keinginan hidup bersama, baik pada masa sekarang dan pada masa yang
akan datang.
c. Penderitaan-penderitaan bersama
d. Adanya modal sosial
e. Persetujuan di saat sekarang atau mengandung hasrat keinginan untuk hidup
bersama
f. Berani memberikan suatu pengorbanan
g. Pemungutan suara setiap saat, yang menjadi syarat mutlak bagi hidupnya suatu
bangsa, serta pembinaan bangsa.
Menurut Kaelan (2020) bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki ciri-ciri
berikut:
a. Dilahirkan dari satu nenek moyang sehingga memiliki kesamaan darah
b. Memiliki satu wilayah tempat kita dilahirkan hidup bersama dan mencari sumber-
sumber kehidupan.
c. Memiliki kesatuan sejarah yaitu bangsa Indonesia dibesarkan di bawah
gemilangnya kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
d. Memiliki kesamaan nasib, yaitu berada di dalam kedenangan dan kesusahan,
dijajah Belanda, Jepang, dan lainnya.
e. Memiliki satu ide, cita-cita, satu kesatuan jiwa atau asas kerohanian, dan satu
tekad untuk hidup bersama dalam suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui arah tujuan yang ingin
dicapai harus memiliki satu asas kerohanian, pandangan hidup, dan ideologi. Menurut
Notonagoto (dalam Kaelan, 2020), bangsa Indonesia memiliki satu asas kerohanian,
satu pandangan hidup, dan satu ideologi, yaitu Pancasila.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan kebudayaan dan
adat istiadat berbeda. Melalui kesamaan asas kerohanian, pandangan hidup, dan
idiologi yang dimiliki, perbedaan tersebut perlu diarahkan pada suatu persatuan dan
kesatuan bangsa. Membina, membangkitkan, memperkuat, dan mengembangkan
persatuan dalam suatu pertalian kebangsaan menjadi sangat penting, sehingga
persatuan dan kesatuan tidak hanya bersifat statis, tetapi bersifat dinamis (Kaelan,
2020).
Bagi bangsa Indonesia Pancasila merupakan asas pemerintah dan asas hidup
bersama. Pancasila dalam kenyataan objektifnya merupakan suatu asas persatuan dan
kesatuan yang telah ditentukan bersama setelah Proklamasi Kemerdekaan sebagai
dasar filsafat negara (Kaelan, 2020).
4. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh
bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila telah tercermin dalam kekayaan adat istiadat,
kebudayaan serta kehidupan keagamaan. proses terjadinya Pancasila merupakan suatu
proses kausalitas (sebab akibat). Sebelum disahkan menjadi dasar Negara nilai-nilai
Pancasila telah ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup sekaligus
filsafat bangsa Indonesia. Maka sesuai pendapat Notonagoro bangsa Indonesia adalah
kausa materialis (asal mula bahan) dari Pancasila.
Kaelan (2020) memberikan sejumlah nilai bangsa Indonesia yang sesuai dengan
Pancasila sebagai berikut.
a. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religious sejak dulu dalam arti bangsa
yang percaya terhadap Tuhan penciptanya. Hal ini terbuka dengan adanya berbagai
kepercayaan dan agama di Indonesia. Bukti-bukti sejarah antara lain ditemukannya
menhir, kubur batu, dan punden berundak. Menhir berupa tiang batu yang merupakan
ungkapan spiritual manusia atas Sang Maha Esa, yaitu Tuhan. Selain itu, terdapat
berbagai istilah dalam bahasa daerah sebagai pengakuan Tuhan Yang Maha Esa
Seperti Sang Hyang (Jawa), To Lotang (Bugis) dan Ompu Debata (Batak).
b. Cita-cita kesatuan tercermin dalam berbagai ungkapan dalam bahasa daerah, dan
seperti ‘tanah air’ sebagai kesatuan wilayah pulau, lautan, dan udara, ‘tanah tumpah
darah’ sebagai persatuan menusia dan alam sekitarnya, maupun ‘Bhineka Tunggal
Ika’ yang mengungkapkan sekaligus cita-cita persatuan dan kesatuan ini dalam
sejarah bangsa Indoesia adalah adanya kerajaan-kerajaan yang dapat digolongkan
bersifat ‘nasional’ atau nusantara yaitu Sriwijaya dan Majapahit.
c. Ciat-cita kerakyatan, kebersamaan, dan solideritas sosial terungkap dalam konsep
‘gotong royong’ ‘siadapari’, masohi’, ‘sambatan’, maupun ‘gugur gunung’. Negara
menempatkan diti di atas semua golongan dan bagian masyarakat, Negara
mempersatukan diri dengan seluruh lapisan masyarakay. Rakyat tidak untuk Negara,
tetapi negara adalah untuk rakyat.
d. Berdasarkan semangat gotong royong dan asas kekeluargaan, terdapat konsep
pengambilan keputusan dengan asas musyawarah untuk mufakat, seperti yang
dilakukan dalam ‘rembug desa’, ‘kerapatan nagari’, dan ‘wanua.banua, nua’.
e. Bangsa Indonesia mengakui, menghormati, serta menjunjung tinggi gak dan
kewajiban tiap manusia, golongan, dan bagian masyarakat. Sebaliknya, setiap
anggota masyarakat, setiap golongan dan setiap bagian sadar akan kedudukannya
sebagai bagian dari masyarakat. Hubungan antara hak, kewajiban, serta kedudukan
yang seimbang itu merupakan cita-cita keadilan social. Ide keadilan sosial terlihat
antara lain pada cita-cita masyarakat yang ‘gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta
raharja’, suatu keyakinan dalam masyarakat (terutama Jawa) yang menyatakan akan
terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur.
Para pendiri negara yang terhimpun dalam BPUPK dan PPKI memurnikan dan
memadatkan nilai-nilai bangsa Indonesia menjadi Pancasila. Untuk itu, Pancasila yang
bersumber pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia disebut sebagai national character,
atau ‘jati diri’ bangsa Indonesia.
5. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
a. Hakikat Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, Ideologia, yaitu ajaran mengenal ide dan
merupakan komposisi dari pengertian ide yang berarti gagasan atau fenomena dan
logos yang berarti akal (Kusumohamidjojo, 2015), antara sebagai berikut.
1) David Miller (dalam Kusumohamidjojo, 2015), merumuskan ideologi sebagai
seperangkat kepercayaan mengenai alam sosial dan politik yang secara bersamaan
memberi makna kepada sesuatu yang berlangsung dalam masyarakat dan
membimbing respons praktis kita terhadapnya.
2) Mostafa Rejai (1991) menyetakan ideologi adalah sistem keyakinan, sistem nilai,
dan emosi yang menentukan tindakan kolektif.
3) Manfred B. Steger (2005) mendefinisikan ideologi sebagai sistem gagasan yang
sangat luas, dikuti keyakinan yang terpola, norma dan nilai pemandu, serta
gagasan regulative yang diterima sebagai kenyataan atau kebenaran oleh sejumlah
kelompok.
4) Mubyarto (1992, dalam Al Hakim, dkk, 2016) memberi pengertian ideologi
adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol kelompok masyarakat
atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja atau perjuangan
untuk mencapai tujuan masyarakat bangsa.
5) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ideologi berarti cara berpikir seseorang
atau suatu golongan.
Menurut Ramian Surbakti (dalam Herdiawanto, 2019), dikenal dua pengertian
mengenai ideologi, yaitu ideologi secara fungsional dan secara struktural. Secara
fungsional, ideologi diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama,
atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Adapun secara
struktural, ideologi diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan furmula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Ideologi dalam arti fungsional digolongkan dalam dua tipe, yaitu ideologi
doktriner dan ideologi pragmatis. Suatu ideologi dapat dikatakan doktriner apabila
ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi ini dirumuskan secara sistematis dan
terperinci jelas, diindoktrinasikan pada warga, dan pelaksanaannya diawasi ketat oleh
aparat partai atau pemerintah. Contohnya, komunisme. Adapun pada ideologi
pragmatis, ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tidak dirumuskan secara
sistematis dan terperinci, tetapi dirumuskan secara umum. Ideologi juga
disosialisasikan secara fungsional melalui keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama, dan system politik. Contohnya liberalism, (Herdiawanto,
2019).
b. Fungsi Ideologi
Fungsi ideologi bagi manusia menurut Hidayat (2001, dalam Al Hakim 2016), adalah
sebagai berikut.
1) Sebagai pedoman bagi individu, masyarakat atau bangsa untuk berpikir,
melangkah, dan bertindak.
2) Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu,
masyarakat, dan bangsa untuk mencapai tujuan.
3) Sebagai upaya menghadapi berbagai persoalan masyarakat dan bangsa di segala
aspek kehidupan.
c. Tujuan Pancasila sebagai Ideologi
Pencasila merupakan ideologi negara Indonesia. Menurut Dardji Darmodihardjo
(1986 dalam Al Hakim, dkk, 2016), tujuan Pancasila sebagai ideologi adalah :
1) Memperkuat kepribadian bangsa Indonesia agar terhindar dari ancaman dan
gangguan kepribadian dan ideologi lain;
2) Mengembangkan demokrasi berdasarkan Pancasila, persatuan, dan kesatuan
bangsa;
3) Memantapkan pengembangan dan penerusan jiwa, semangat, dan nilai-nilai
1945 kepada generasi muda;
4) Memantapkan ketahanan bangsa;
5) Meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan kesejahteraan nasional;
d. Pancasila sebagai Ideologi
Sebagai ideologi negara, Pancasila memiliki kekuatan mengikat dan berlaku
bagi segenap bangsa Indonesia dan kekuatan sosial politik yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ideologi negara atau ideologi nasional mengatasi dan
memiliki jangkauan lebih luas daripada ideologi politik yang ada di Negara Indonesia.
Kekuatan politik (partai politik) merupakan suatu subsistem dari sistem nasional,
harus tunduk dan patuh, loyal dan sadar pada misi, tugas, dan fungsi negara. (Al
Hakim, dkk, 2016). Pancasila sebagai ideologi negara pada hakekatnya berupaya
meletakan secara proposional bahwa kepentingan bangsa dan negara harus
ditempatkan pada kedudukan utama atas kepentingan apa pun. Kepentingan pribadi
atau kelompok menjadi nomor dua apabila disandingkan dengan kepentingan nasional
(Al Hakim, dkk, 2016).
Ideologi nasional bangsa Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasiona.
Pancasila merupakan suatu sistem nilai yang ideal, dicita-citakan, dan diyakini
kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai ideologi nasional. Pancasila berakar dari
pendangan hidup dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila tidak mengadobsi ideologi
yang berasal dari luar. Nilai-nilai Pancasila justru lebih unggul dibandingkan nilai-
nilai ideologi dari luar (Herdiawanto, dkk, 2019).
6. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia
Pancasila tidak terbentuk secara tiba-tiba. Pancasila bisa ditinjau dari proses
kausalitas (sebab-akibat). Menurut Kaelan (2020), secara kausalitas, asal mula Pancasila
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu asal mula yang langsung da nasal mula yang tidak
langsung.
a. Asal Mula yang Langsung
Menurut Notonagoro, asal mula langsung dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
kausa materialis, Kuasa formalis, kausa efisien, dan kausa finalis.
1) Kausa materialis (asal mula bahan). Asal dari nilai-nilai Pancasila adalah bangsa
Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah nilai-nilai yang digali dari bangsa
Indonesia yang berupa adat istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religious.
Berdasarkan pengertian ini Pancasila merupakan keaarifan local (local wisdom)
bangsa Indonesia.
2) Kausa formalis (asal mula bentuk), yaitu bagaimana bentuk Pancasila dirumuskan
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD NRI 1945. Kausa Formalis.
Pancasila adalah Panitia Sembilan dan anggota-anggota BPUPK lainnya yang
membahas dan merumuskan bentuk serta nama Pancasila.
3) Kausa efisien (asal mula karya), yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila
sebagai dasar negara yang sah. Kausa efisien PPKI yang setelah melakukan
pembahasan dalam sidang-sidang dan mengesahkan Pancasila sebagai dasar
negara yang sah.
4) Kausa finalis (asal mula tujuan). Tujuan perumusan Pancasila adalah menjadi
dasar Negara. Hal ini dilakukan dalam sidang-sidang para pendiri negara yang
membahas dan merumuskan Pancasila.
b. Asal Mula yang Tidak Langsung
Kausalitas asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum
proklamasi kemerdekaan. Asal mula tidak langsung Pancasila terdapat pada
kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.
7. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia
Basis pokok suatu modern adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(Konsensus) di antara mayoritas rakyat, mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan
dengan Negara. (Asshiddiqie, 2005). Konsesus yang menjamin tegaknya
konstitusionalrsme Negara modern untuk mewujudkan demokrasi umumnya bersandar
pada tiga elemen kesepakatan sebagai berikut (Kaelan, 2020)
a. Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama
Perumusan tujuan-tujuan atau cita-cita bersama dapat disebut filsafat
kenegaraan atau staatsidee (cita-cita negara) yang berfungsi sebagai philosopische
grondsiag atau common platforms antar masyarakat. Bagi bangsa Indonesia, dasar
filsafat dalam kehidupan bersama adalah Pancasila.
b. Kespakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara.
Segala hal dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan the rule of law
atau aturan hukum. Hukum dipandang sebagai suatu kesatuan sistematis yang di
puncaknya terdapat hukum dasar, baik tertulis atau undang-undang dasar dan tidak
tertulis. Di dalam pengertian ini, dikenal istilah constitutional state yang merupakan
salah satu ciri Negara demokrasi modern.
c. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan ini terkait bangunan organ negara dan prosedur yang mengatur
kekuasaannya, hubungan antar organ negara, dan hubungan antara organ negara dan
warga negara. Kesepakatan ini dirumuskan dalam konstitusi yang menjadi pegangan
bersama.
Bagi bangsa Indonesia kesepakatan untuk mewujudkan suatu bangsa terjadi
dalam kurun waktu cukup lama melalui proses sejarah, nilai-nilai Pancasila sudah ada
sebelum bangsa Indonesia secara resmi membentuk negara. Menurut M. Yamin,
negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap. Pertama Zaman Sriwijaya
di bawah Wangsa Syailendra (sejak 600M) yang bercirikan kedatuan. Kedua, negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293 – 1525) yang bercirikan keprabuan. Kedua fase
ini diistilahkan M. Yamin sebagai kebangsaan Indonesia lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern, yaitu Negara Indonesia yang merdeka. (Sekretariat Negara,
1995, dalam Kaelan, 2020).
Nilai-nilai kebudayaan dan religious yang telah ada dalam bangsa Indonesia
kemudian dibahas, dan dirumuskan para pendiri negara. Hasilnya adalah suatu
kensensus sebagai dasar hidup bersama dalam suatu negara Indonesia Notonagoro
menyatakan nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu sebab bahan
(kausa materialis). Adapun BPUPK kemudian PPKI sebagai lembaga yang
membentuk negara yang dengan sendirinya menentukan Pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia adalah sebab bentuk (kausa formalis).
Menurut Andrews (dalam Kaelan, 2020) tegaknya suatu negara modern harus
dilandasi konsensus atau kesepakatan yang tertuang dalam suatu cita-cita serta tujuan
bersama dalam suatu landasan dilosofis. Perumusan cita-cita bersama sebagai
landasan filosofis Indonesia dimulai dengan pembentukan BPUPK dan suatu
konsensus pada 22 Juni 1945 yang disebut Piagam Jakarta. Kemudian, pada sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dilakukan konsensus lagi sehingga menjadi Pancasila
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indoneasia Tahun 1945. Berdasarkan fakta sejarah ini, Pancasila merupakan suatu
hasil konsensus filsafat atau landasan filosofis bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan,
2020).
8. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Identitas Nasional
a. Pengertian Identitas Nasional
Terdapat beberapa pandangan terkait dengan pengertian Identitas nasional
yaitu sebagai berikut.
1) Identitas nasional adalah sifat-sifat khas yang melekat pada suatu bangsa atau
yang lebih dikenal dengan kepribadian/karakter suatu bangsa (M. Erwin, 2013)
2) Menurut Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (2011), identitas
nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu
bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.
3) Menurut Kaelan dan Achmad Zubaedi (2010), identitas nasional adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain.
4) Menurut Koento Wibisono nasional adalah manifentasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri
khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan banghsa lain dalam
kehidupannya (Srijanti, dkk, 2011).
5) Adapun berdasarkan KBBI, identitas berarti ciri-ciri atau keadaan khusus
seseorang jati diri. Nasional dalam KBBI berarti bersifat kebangsaan, berkenaan,
atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.
b. Fungsi Identitas Nasional
Menurut Soemarno Soedarsono, identitas nasional mempunyai fungsi sebagai
berikut. (Erwin, 2013).
1) Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak mempunyai
jati diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan eksis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Sebagai pencerminanan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya
juang dan kekuatan bangsa. Hal ini tercermin dalam kondisi bangsa pada
umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khususnya.
3) Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.
c. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia mencakup unsur sejarah,
kebudayaan, budaya unggul, suku bangsa, agama, dan bahasa (Srijanti, 2011).
1) Sejarah
Secara otomatis dan politik, bangsa Indonesia pernah mencapai era
kejayaan di wilayah Asia Tenggara. Kejayaan ini terjadi pada era Kerajaan
Majapahit dan Sriwijaya. Pada saat itu, kekuasaan mencapai seluruh wilayah
Nusantara yang meliputi wilayah Indonesia kini hingga sebagian wilayah Filipina,
Singapura, dan Malaysia. Akan tetapi kejayaan dua kerajaan ini mengalami
keruntuhan akibat memudarnya jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan.
Bangsa Indonesia kemudian terpecah dalam berbagai kerajaan. Perpecahan
ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab para penjajah, dapat menguasai
wilayah dan bangsa Indonesia selama ratusan tahun. Bangsa Indoneaia kemudian
bangkit dan melawan para penjajah. Perjuangan bangsa Indonesia berpuncak pada
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
2) Kebudayaan
Kebudayaan menjadi factor pembentuk identitas nasional. Kebudayaan
yang berkembang di tiap suku bangsa Indonesia menjadi pedoman berpikir,
bertindak, dan bersikap sesuai lingkungan sekitarnya. Aspek kebudayaan yang
menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu, akal budi,
perdaban (civility) dan pengetahuan (knowledge).
a) Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam interaksinya antar sesame (horizontal) serta antara pimpinan dan staf,
anak dengan orang tua (vertical), atau sebaliknya. Sikap dan perilaku ini
mencakup saling menhormati antar sesame, sopan santun dalam sikap dan
tutur kata, dan horamat kepada orang tua.
b) Peradaban (civility) yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia dapat
dilihat dari aspek yang meliputi aspek ideology, politik, ekonomi, sosial dan
hankam.
- Ideologi adalah Pancasila.
- Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung presiden dan
wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan II kabupaten/kota.
- Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi.
- Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah, murah
senyum, dan setia kawan.
- Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling), sitem perang
gerilya, dan teknologi kentongan dalam memberikan informasi bahaya,
dan sebagainya.
c) Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi hal-
hal berikut :
- Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga, seperti turnamen bulu tangkis
dunia.
- Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang, yaitu pesawat
terbang CN 235.
- Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan
kapal laut pinisi.
- Katay anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade, seperti olimpiade
fisika dan kimia.
3) Budaya Unggul
Menurut Srijanti, dkk (2011) budaya unggul adalah semangat dan kultur untuk
mencapai kemajuan dengan cara “kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau
orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa”. UUD NRI Tahun 1945 menyatakan
bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai bangsa
yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur serta adil atau berkesejahteraan.
Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai kemanusiaan, demikrasi, dan
keadilan dijadikan landasan ideologi yang secara ideal dan normative diwujudkan
secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan doktriner.
4) Suku Bangsa
Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah suku bangsa Indonesia yang
majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa terlihat dari sekitar 300
suku bangsa di Indonesia dengan bahasa, adat istiadat, tata kelakuan, dan norma
yang berbeda. Namun, keberagaman suku ini mampu mengintegrasikan diri dalam
suatu Negara Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
5) Agama
Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agama dan memiliki
hubungan antar umat seagama dan antar umat beragama yang rukun. Indonesia
merupakan Negara multiagama . agama-agama yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia adalah agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha,
dan Konghucu. Keberagaman agama ini dianggap membuat Indonesia rawan
disintegrasi. Untuk itu, perlu dipelihara dan ditingkatkan tradisi saling
menghormati antar umat beragama di Indonesia.
6) Bahasa
Sebagai bahasa penghubung berbagai suku bangsa tersebut, dipilih bahasa
Indonesia yang bermula dari bahasa Melayu. Pada tahun 1928, bahasa Indonesia
ditetapkan para pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam Sumpah
Pemuda sebagai bahasa persatuan Indonesia.
d. Jenis-Jenis Identitas Nasional
Jenis-jenis identitas nasional Indonesia mencakup bahasa Indonesia, bendera
Negara, lagu kebangsaan, dan lambing Negara.
1) Bahasa Indonesia
Pasal 36 UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa bahasa negara iadalah
Bahasa Indonesia. Kemudian, dalam Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2019 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional
yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Bendera Negara
Pasal 35 UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bendera Negara Indonesia adalah
Sang Merah Putih.
3) Lagu Kebangsaan
Pasal 36C UUD NRI Tahun 1945 menetapkan lagu kebangsaan Indonesia ialah
“Indonesia Raya” Lagu “Indonesia Raya” diciptakan oleh W. R. Supratman Lagu
ini pernah dibawakan Kongres Pemuda II Tahun 1928.
4) Lambang Negara
Pasal 36A UUD NRI Tahun 1945 menetapkan lambang Negara Indoneia ialah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
e. Pancasila sebagai Identitas Nasional
Pancasila merupakan identitas nasional Bangsa Indonesia. Pancasila
memberikan ciri khas jati diri bangsa Indonesia dalam pergaulan global yang
membedakan keberadaan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, di dunia.
Pancasila sebagai identitas nasional memiliki peran sebagai berikut (Damri dan Eka
Putra, 2020)
1) Pancasila sebagai sumber motivasi, inspirasi, pedoman berperilaku sekaligus,
standar justifikasi.
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu mendorong bangsa Indonesia
secara keseluruhan agar tetap berjalan di dalam koridornya, tetapi bukan berarti
menentang arus globalisasi, tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta.
3) Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara pada hakikatnya bersumber dari
nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
4) Pancasila sebagai landasan system social Indonesia. Memasukkan unsur-unsur
Pancasila ke dalam system ekonomi, politik, dan kebudayaan Indoneaia.
5) Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD NRI Tahun 1945
serta sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum.
6) Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan pandangan hidup bangsa yang
dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma
agama, norma, sopan-santun, dan tidak bertentangan dengan norma hukum yang
berlaku.

Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar Negara, seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia. Di dalam
Pancasila termuat nilai-nilai luhue yang harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian Pancasila sebagai jiwa rakyat Indonesia sengguh dapat dilihat
dan dirasakan.
Perlu dasarnya, Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila dinamakan “Ekaprasetia Pancakarsa”, berasal dari bahasa Sanskerta.
Eka berarti ‘satu/tunggal’, prasetia berarti ‘janji/tekad’, panca berarti ‘lima’, dan karsa
berarti ‘kehendak yang kuat’. Dengan demikian, Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang
tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima sila Pancasila. Dikatakan tekad
yang tunggal, artinya tekad yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan.
Adapun nilai-nilai luhur Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah sebagai berikut.
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Menusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati dan menjaga kebebasan orang lain dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2. Nilai-nilai Kemanusiaan sesuai Harkat dan Martabatnya sebagai Makhluk Tuhan
Yang Maha Esa
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap tidak saling tenggang rasa dan tepa salira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
h. Berani membela kebenaran dan keadilan
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sekelompok orang membantu evakuasi saat terjadi banjir. Salah satu nilai dari sila
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah gemar melakukan kegiatan kemanusiaan,
seperti membantu orang lain saat terjadi bencana:
3. Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan atas Kepentingan Bangsa dan Negara
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan, dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa apabila
diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebanggaan dan bertanah air Indonesia
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
Aneka pakaian pengantin dari berbagai daerah Indonesia. Salah satu nilai sila
ketiga Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah mengembangkan rasa cinta kepada
tanah air dan bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga budaya daerah di Indonesia
seperti menggunakan pakaian pengantin dari daerah masing-masing.
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
a. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat siliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat, dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan
permusyawaratan.
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan Suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesame
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum
i. Suka bekerja keras
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Bangga sebagai Bangsa Indonesia


1. Hakikat Bangga sebagai Bangsa Indonesia
Kata Bangga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai berbesar
hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan. Kata kuncinya adalah memiliki
keunggulan. Jika memiliki suatu keunggulan, maka keunggulan itu akan membuat kita
berbesar hati atau membuat kita bangga. Nah, maka dari itu, bangga menjadi bangsa
Indonesia adalah berbesar hati atau merasa gagah karena Indonesia memiliki keunggulan.
Apa saja milik Indonesia yang kita sebagai bangsa menganggap sebagai keunggulan dan
dapat membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia? Mari kita bahas beberapa
keunggulan tersebut.
a. Indonesia Memiliki Kekayaan Sumber Daya
Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar dan beraneka ragam.
Kekayaan sumber daya alam meliputi berbagai flora, fauna, dan deposit di dalam
tanah yang melimpah. Kekayaan alam Indonesia telah dikenal sejak lama. Hal ini
terlihat dari penyebutan bangsa india untuk Pulau Jawa dan Sumatra pada masa
Hindu-Budha. Bangsa India menyebut Pulau Jawa sebagai Pulau Padi atau
Jawadwipa sedangkan Pulau Sumatra disebut dengan nama Swarnadwipa yang
berarti Puau Emas.
Diperkirakan sajak Masa Praaksara, telah tercipta jalur rempah dengan
Indonesia sebagai tujuan utamanya yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah
terbesar di dunia. Para pedagang dari India, Tiongkok, Arab, dan Persia datang ke
Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada. Selain
itu kayu gaharu, kayu cendana, kayu barus, gading dan timah adalah komoditas yang
mereka cari di Indonesia. Selanjutnya bangsa Eropa masuk ke wilayah Indonesia
sejak abad ke-16 demi menguasai rempah-rempah Indonesia.
Lebih lanjut lagi, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dalam
berbagai bidang berikut.
1) Pertanian
Indonesia merupakan negara agraris. Banyak penduduk Indonesia yang menjadi
petani. Produksi pertanian Indonesia antara lain padi, jagung, ubi jalar, kacang
tanah dan kedelai. Hasil riset dari Food Sustainability Index (FSI) 2017 pada
bidang pertanian, Indonesia masuk peringkat 25 besar dunia.
2) Perkebunan
Indonesia adalah negara dengan hasil perkebunan yang melimpah. Contoh
perkebunan di Indonesia adalah teh, kelapa, karet, kelapa sawit, kopi, dan cokelat.
Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO) tahun 2020, Indonesia
menjadi penghasil kopi keempat terbesar di dunia.
3) Kehutanan
Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah hutan terluas di dunia.
Luas hutan yang besar tersebut masih dapat dijumpai di Papua, Kalimantan,
Sulawesi, dan Sumatra. Beberapa komoditas hasil hutan Indonesia adalah kayu
jati, kayu meranti, dan bambu. Dalam hal produksi kayu Indonesia juga termasuk
salah satu penghasil kayu terbesar di dunia.
4) Tambang
Potensi tambang Indonesia mencakup minyak bumi dan gas, batu bara, bauksit,
pasir besi, emas, timah, tembaga. Nikel, aspal, mangan, belerang, marmer, dan
yodium. Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA) tahun 2020.
Indonesia salah satu pengahasil batu bara terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia
juga masuk 10 besar negara penghasil emas terbesar di dunia.
5) Maritim
Potensi kemaritiman Indonesia juga besar. Potensi kemaritiman Indonesia terbesar
adalah perikanan. Selain itu, ada potensi berupa hutan mangrove dan terumbu
karang. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009. Indonesia menjadi salah satu
negara produksi terbesar perikanan dunia.
Kekayaan alam Indonesia juga mencakup keindahan alam yang telah
mendunia, yaitu keindahan dan keanekaragaman Flora dan Faunanya. Bahkan ada
berbagai hewan, endemik langka dan unik yang hanya dapat ditemukan di Indonesia.
Misalnya Komodo hanya bisa ditemukan di habitat aslinya di Taman Nasional
Komodo.
Selain sumber daya alam Indonesia juga memiliki sumber data manusia.
Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Sensus
Penduduk 2020 dari Badan Pusat Statistik mencatat terdapat 270,2 juta jiwa di
Indonesia Total penduduk didominasi:
- Generasi Z (lahir antara tahun 1997-2012) sebesar 27,94% atau 74,93 juta jiwa.
- Milenial (1981-1996) sebesar 25,87% atau 69,38 juta jiwa.
- Generasi X (1965-1980) sebesar 21,87% atau 58,65 juta jiwa.
Indonesia juga diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi pada era 2030-
2040. Saat itu, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar
drbandingkan penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64
tahun). Dampak positif bonus demografis ini adalah membuka peluang
meningkatnya perekonomian Indonesia.
b. Indonesia yang Berbudaya
Indonesia memiliki keragaman yang besar. Keragaman dalam aspek budaya,
adat, bahasa, agama, dan kesenian di Indonesia belum tentu ditemukan di Negara lain.
Orang Indonesia juga dikenal memiliki jiwa seni yang tinggi. Hal ini terlihat dari
keindahan motif batik dan ukiran-ukiran Toraja serta Papua. Kebudayaan Indonesia
seperti wayang, angklung, keris, tari saman, reog ponorogo, tari kecak, dan tari
barong bahkan telah diakui dunia. Kesenian gamelan kini dipelajari juga di Selandia
Baru. Adapun dari segi kuliner atau masakan, banyak kuliner Indonesia yang
mendunia. Pada 2017, CNN Travel meyatakan bahwa rending menempati posisi
pertama sebagai makanan paling enak sedunia.
Tentu, keragaman budaya masyarakat tidak membuat Indonesia terpecah
belah. Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tungal Ika yang menjadi prinsip yang
menyatukan masyarakat Indonesia dari berbagai daerah dan budaya. Selain itu, dari
segi bahasa, Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah. Namun, Indonesia telah
memiliki bahsa pemersatu, bahasa Indonesia. Bahkan, bahasa Indonesia telah
dipelajari dan dipakai di berbagai negara, seperti di Australia, Selandia Baru, dan
Vietnam.
Salah satu hal yang juga dapat membuat kita bangga sebagai orang Indonesia
adalah keramahan bangsa Indonesia. Berbagai bangsa dunia telah mengenal dan
mengagumi tata karma dan keramahan bangsa Indonesia. Hal ini membuat mereka
makin tertarik berkunjung ke Indonesia. Marilah kita selalu jaga tata karma dan
keramahan, baik terhadap bangsa sendiri maupun terhadap bangsa lain.
Kita telah membahas nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Nilai
Pancasila dari sila Persatuan Indonesia mencakup mengembangkan rasa cinta tanah air.
Ada berbagai tindakan nyata yang termasuk praktik nasionalisme. Salah satunya yang
dapat dilakukan seluruh warga Negara Indonesia adalah menggunakan produk dalam
negeri atau produk lokal.
a. Hakikat Produk Dalam Negeri atau Produk Lokal
Saat ini, berbagai produk luar negeri membanjiri Indonesia yang merupakan
imbas dari adanya perdagangan bebas di dunia. Berbagai produk luar negeri dapat
dijual ke Indonesia dan sebaliknya, produk-produk Indonesia pun dapat dijual ke
berbagai negara. Masuknya produk luar negeri ke Indonesia disebut impor. Adapun
dijualnya produk Indonesia ke luar negeri disebut ekspor. Membanjirnya produk luar
negeri ke Indonesia merupakan ancaman bagi produk-produk Indonesia. Produk
dalam negeri Indonesia harus didukung warganya sendiri agar tidak kalah saing
dengan produk-produk luar negeri.
Produk lokal, menurut Sudaryanto, dapat ditentukan menurut empat acuan,
yaitu jika suatu produk terbuat dari bahan yang berasal dari dalam negeri, tenaga
kerjanya berasal dari dalam negeri, menggunakan merek lokal, dan kepemilikan
perusahaan merupakan warga Indoneaia. Jadi, dapat disimpulkan, suatu produk dapat
dikatakan produk lokal jika memenuhi salah satu bahkan keempat acuan tersebut
sekaligus (Basuki, 2014).
b. Dampak Menggunakan atau Tidak Menggunakan Produk Salam Negeri
Indonesia memiliki banyak potensi, baik potensi sumber daya alam maupun
sumber daya manusia. Produk dalam negeri merupakan hasil nyata dari potensi-
potensi tersebut. Sebagai warga Negara Indonesia mencintai, membeli dan
menggunakan produk dalam negeri.
Terdapat sejumlah dampak positif apabila masyarakat menggunakan produk
dalam negeri atau produk lokal, antara lain sebagai berikut.
1) Meningkatnya produk dalam negeri
2) Meningkatnya skala usaha dalam negeri karena produksi yang meningkat
3) Menambah jumlah investasi di Indonesia karena pemodal melihat positif
peningkatan penjualan produk.
4) Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan karena makin banyak peluang
pembuatan produk dalam negeri tersebut.
5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
6) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7) Mengurangi kriminalitas karena makin banyak masyarakat yang hidup lebih baik.
Adapun dampak apabila menggunakan produk dalam negeri antara lain sebagai
berikut.
1) Menurunnya hasil produk nasional, khususnya produk dari usaha mikro kecil dan
menengah atau UMKM.
2) Berkurangnya minat terhadap produk dalam negeri. Ketika tidak banyak
masyarakat yang menggunakan produk dalam negeri, sebagian orang akan
merendahkan dan menganggap produk dalam negeri sebagai produk inferior
dibanding produk luar negeri. Akibatnya, minat memiliki produk dalam negeri
makin berkurang.
3) Berkurangnya lapangan kerja. Penjualan produk dalam negeri yang berkurang
membuat produsen tidak menambah produksi sehingga lapangan kerja makin
berkurang.
4) Meningkatnya angka pengangguran. Produksi produk dalam negeri yang
berkurang akibat penjualan berkurang juga berakibat pada tenaga kerja. Produsen
akan cenderung malakukan PHK terhadap pekerja,
5) Menurutnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak
mendapat penghasilan akibat produksi dari produk dalam negeri berkurang.
Akibatnya, tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan makin menurun.
c. Menggunakan Produk Dalam Negeri
1) Mengenal Produk Dalam Negeri
Indonesia memiliki produk dalam negeri yang patut dibanggakan, dicintai, dan
digunakan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Anda dapat melihat produk-produk
dalam negeri di lingkungan sekitar. Berikut sebagian produk dalam negeri yang
dikenal hingga ke luar negeri. Tentu daftar ini jauh dari lengkap. Cobalah Anda
tambahkan daftar ini.
a) Batik
Batik merupakan kain Indonesia yang telah mendunia. Banyak tokoh dunia
yang tertarik dan ikut mengenakan batik. UNESCO bahkan menetapkan batik
sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
(Masterpieces of the oral and intangible Heritage of Humanity) pada 2
Oktober 2009.
b) Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan Indonesia, seperti kerajinan kayu, kulit, dan perak juga
dikenal hingga ke mancanegara. Kerajinan kayu unggul karena kualitas kayu
dan kemampuan para pengukir kayu Indonesia yang dikenal mampu
menciptakan kerajinan ukir kayu yang sangat indah. Kulit sapi, kulit Kambing,
dan kulit ulat. Produk kerajinan kulit mencakup produk tas, dompet, dan
sepatu. Adapun kerajinan perak termasuk salah satu kerajinan perhiasan. Di
beberapa daerah, seperti di Yogyakarta dan Bali, ditemukan para perajin
perhiasan dengan hasil yang indah, bahkan ada yang dijual hingga ke
mancanegara.
c) Alas kaki
Alas kaki merupakan salah satu industri andalan Indonesia. Bahkan, Indonesia
termasuk dalam empat besar produsen alas kaki dunia. Melalui industri ini,
Indonesia memiliki potensi menjadi produsen alas kaki lokal yang mokpetitif
di kancah global. Saat ini sejumlah merek alas kaki lokal ini dengan membeli,
menggunakan, dan mempromosikannya mwlalui akun sokial media.
2) Menggunakan Produk Dalam Negeri
Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri tidak terlepas dari penerapan
Pancasila, khususnya sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia
bisa terwujud tidak hanya mengandalkan diri sendiri, tetapi juga kita harus bekerja
sama untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, menyatukan semua
perbedaan yang ada. Penerapannya bisa dengan cara mencintai produk dalam
negeri. Pada saat ini, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang lebih memilih
produk luar disbanding dengan produk sendiri. Padahal, produk dalam negeri
tidak kalah bagus dari produk luar (Septiani dan Dewi, 2021).
Eksplorasi Konsep
Ada sejumlah cara menanamkan cinta produk lokal, yaitu sebagai berikut.
1) Memasukkan produk lokal dalam daftar belanja kebutuhan pribadi
Barangkali soal harga, produk lokal masih lebih mahal dari barang-barang impor dari
Tiongkok, seperti sepatu, tas pakaian wanita/pria. Tidak ada salahmya dengan bijak
menyeleksi barang barang kebutuhan kita dengan prosentasi lebih besar untuk produk
lokal. Kendala memang ada, kini agak sulit membedakan kualitas produk lokal
dengan produk impor, terutama untuk barang barang fesyen untuk wanita.
2) Mengajak sahabat dan kerabat menggunakan produk-produk lokal
Kampanye paling efektif untuk berpromosi adalah lewat mulut ke mulut. Dari sinilah
Anda dapat mengajak sahabat, teman, kerabat dekat, dan anggota keluarga inti
membeli produk lokal. Meskipun kemungkinan awalnya akan diremehkan, jangan
takut karena apa yang Anda lakukan bermanfaat bagi orang banyak. Bayangkan
berapa ribu orang terserap untuk bekerja di garmen dan pabrik sepatu serta tas atau
lainnya
3) Membentuk atau mengikuti komunitas cinta produk Indonesia agar update informasi.
Untuk libih menguatkan keinginan kamu mencintai produk lokal dan juga
mengembangkannya tak ada salahnya ikut kumpul-kumpul komunitas sejenis. Kini
tak harus kopi darat (kopda), ada sarana lain di dunia maya, seperti grup-grup
pencinta batik, pecinta kuliner dan lain sebagainya.
4) Ikut mempromosikan produk-produk lokal yang disukai di media sosial
Setelah ikut komunitas, tunjukkan aksi nyata Anda dengan mem-posting barang-
barang yang Anda pakai, misalnya pakaian, sepatu, dan tas di sosial media. Tujuannya
adalah agar barang tersebut dikenal secara luas. Ada pepatah “Tak kenal maka tak
saying”, maka kalau barang itu dikenal bisa menimbulkan sayang.
5) Mencari informasi mengenai produk-produk lokal.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak mengenai barang-barang yang diproduksi di dalam
negeri. Anda bisa mendapatkan informasi disitus-ditus resmi pemerintah, seperti milik
Kementerian Perindustrian atau Kementerian Koperasi dan UKM. Kedua kementerian
tersebut menaungi pengusaha-pengusaha lokal kecil dan menengah.
Disisi lain, pemerintah telah mengeluarkan UU RI No.3 tahun 2014 tentang
Perindustrian yang di dalamnya terdapat dukungan terhadap produk dalam negeri,
antara lain.
a) Pada Pasal 85, tertulis “Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri, pemerintah
meningkatkan penggunaan produk dalam negeri”.
b) Pada Pasal 86, Ayat (1), disebutkan bahwa produk dalam negeri wajib digunakan
oleh:
(1) Lembaga Negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan
satuan kerja peranhkat daerah dalam pengadaan barang’jasa apabila sumber
pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja Negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, termasuk pinjaman atau hibah dari
dalam negeri atau luar negeri; dan
(2) Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha swasta
dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah
dan/atau pekerjaannya dilakukan melaui pola kerja sama antara Pemerintah
dengan badan usaha swasta dan/atau mengusahakan sumber daya yang
dikuasai negara.
c) Pada Pasal 89 UU RI No.3 Tahun 2014, disebutkan “Pemerintah mendorong
badan usaha swasta dan masyarakat untuk meningkatkan penggunaan produk
dalam negeri”.
Sebagai salah satu aturan turunan dari UU RI No.3 Tahun 2014, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah no.29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan
Industri. Pada PP No.29 Tahun 2018, disebutkan produk dalam negeri wajib
digunakan oleh lembaga Negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkemnterian,
lembaga pemerintah lainnya dan satuan kerja perangkat daerah.
Berikut beberapa pasal dalam PP RI No.29 Tahun 2018 tentang dukungan
penggunaan produk dalam negeri.
a) Pasal 57 menyebutkan produk dalam negeri wajib digunakan oleh lembaga
Negara, kementerian, lembaga pemerintah lainnya, dan satuan kerja perangkat
daerah dalam pengadaan barang/jasa, apabila sumber pembiayaannya berasal dari
APBN, APBD, termasuk pinjaman atau hibah dari dalam negeri atau luar negeri
serta BUMN, badan hokum lainnya yang dimiliki negara BUMD, dan badan
usaha swasta salam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari
APBN atau APBD pekerjaannya dilakukan melalui pola kerja sama antara
Pemerintah Puast dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha, dan/atau
mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara.
b) Pasal 58 Ayat (1) menyebutkan kewajiban penggunaan produk dalam negeri
dilakukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
c) Adapun Pasal 61 Ayat (2) menyebutkan produk dalam negeri yang wajib
digunakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus memiliki nilai TKDN
(Tingkat
Komponen Dalam Negeri) paling sedikit 25% (dua puluh lima persen).
Pemerintah juga melalui Kementerian Perindustrian mengadakan kebijakan
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Tujuan dari peningkatan
penggunaan produk dalam negeri (P3DN) adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan produk dalam negeri
b) Meningkatkan kesempatan kerja
c) Meningkatkan utilisasi nasional yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi
industry sehingga mampu bersaing di pasar dunia.
d) Penghematan devisa negara
e) Mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri melalui pengoptimalan
belanja pemerintah.
Kita telah mengetahui mengetahui Indonesia memiliki produk dalam negeri dan
penggunaan produk dalam negeri merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat.
Setidaknya terdapat dua aspek yang harus dipenuhi untuk membentuk komitmen
masyarakat agar lebih memakai produk dalam negeri, yaitu sebagai berikut (Siswanto,
2017).
a) Aspek Nasionalisme Masyarakat Indonesia
Sisi nasionalisme menyebabkan seseorang lebih mengedepankan pemakaian
produk dalam negeri dianding produk impor yang menjadi alternatif bagi
pemenuhan kebutuhannya. Hal ini karena adanya motivasi atau rasa bangga untuk
berbuat yang terbaik demi kepentingan bangsa.
b) Aspek Rasionalisme Masyarakat Indonesia
Rasionalisme menyebabkan seseorang cenderung menempatkan pilihan atas
produk yang digunakannya berdasarkan atas pandangan yang lebih reakistis.
Dengan adanya kenyataan ini, komitmen pemakaian produk dalam negeri tidak
cukup hanya ditumbuhkan dengan propaganda. Upaya untuk meningkatkan
pemakaian produk dalam negeri bagi kelompok masyarakat realistis ini mencaup
berbagai aspek, antara lain peningkatan kualitas produk dalam negeri, penetapan
harga yang bersaing dan propaganda.
Adapun strategi yang dapat dilakukan terhadap konsumen dan produsen terkait
penggunaan produk dalam negeri sebagai berikut (Siswanto, 2017).
a) Sisi Konsumen
(1) Membangun nasionalisme berkonsumsi. Masyarakat Indonesia perlu
digugah rasa nasionalismenya dalam berkonsumsi. Sosialisasi pentingnya
membeli produk nasional ketimbang produk luar negeri. Sosialisasi ini
dilakukan secara senergi antara pemerintah dan masyarakat.
(2) Membangun rasionalisme (logis) masyarakat Indonesia dalam membeli
produk. Masyarakat Indonesia perlu diajak bersikap logis dalam
berkonsumsi. Dalam hal ini informasi bahwa produk Indonesia tertentu
juga tidak kalah mutunya dari produk luar yang dibuktikan secara objektif
dan bertenggungjawab. Jika mutunya sama antara produk nasional dan
produk luar, maka sebagai bangsa Indonesia sebaiknya membeli produk
nasional. Hal yang dilakukan sebagai langkah membela industri nasional
atau bagian dari langkah bela negara.
(3) Melaksanakan propaganda cinta produk dalam negeri atau melakukan
promosi, hal ini penting dilakukan agar masyarakat lebih mengenal produk
dalam negeri. Mereka akan lebih mengetahui keunggulan-keunggulan
produk nasional. Promosi yang kuat akan mencuri perhatian konsumen
Indonesia.
b) Sisi Produsen
(1) Peningkatan kualitas atau mutu produk. Hal ini penting dilakukan agar
masyarakat bersedia mengonsumsi produk nasional. Mutu atau kualitas
produk nasional harus dapat melebihi atau minimal sama dengan mutu
produk dari luar negeri.
(2) Penetapan harga yang bersaing. Harga produk dalam negeri seharusnya
bisa lebih rendah dari produk luar karena tidak ada beban kirim atau
transportasi atas suatu produk. Produk tersebut harganya dapat lebih murah
atau minimal sama dengan harga produk luar negeri.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah menghayati nilai religious, nilai kemanusiaan
nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Nilai-nilai ini juga dihayati pada masa
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara tidak terlepas dari
kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia. Kekayaan alam ini menarik bangsa-
bangsa asing untuk menjajah Indonesia.
Dokuritsu jumbi Coosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan)
bertugas mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan
pembentukan Negara Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Sidang Pertama BPUPK dimulai. Pada sidang pertama ini,
dr. Rajiman Wedyodiningrat meminta pandangan para anggota mengenai dasar Negara
Indonesia Merdeka yang akan dibentuk. Permintaan ini dijawab oleh para anggota sidang
dengan berbagai gagasan. Di antara mereka ada Mr. Muhammad Yamin. Prof. Dr. Mr.
Supomo. Dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 JUni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan “philosofische gronslag” atau
landasan dasar falsafah negara dari Indonesia merdeka. Landasan dasar falsafah negara itu
adalah Pancasila. Pada kesempatan inilah Pancasila diperkenalkan sebagai dasar negara,
itulah sebabnya tanggal 1 Juni 1945 diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Perubahan tata urut Pancasila dari susunan yang disampaikan oleh Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945 dan penyempurnaan redaksi sila-sila dilakukan pada saat perumusan
Program Jakarta. Hal ini dilakukan oleh Panitia Sembilan untuk mempertemukan pandangan
antara golongan kebangsaan, dan golongan keagamaan terkait dengan dasar kenegaraan.
Rumusan ini disusun pada tanggal 22 Juni 1945.
Rumusan Pancasila yang sah dan benar ditemukan di dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agstus 1945. Pancasila memiliki
kedudukan dan fungsi mencakup sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, asas
persatuan dan kesatuan bangsa, jati diri bangsa Indonesia ideology bangsa dan Negara
Indonesia, budaya bangsa Indonesia dan filsafat bangsa dan megara serta sebagai identitas
nasional.
Sebagaimana penjelasan Soekarno pada sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945.
Pancasila sebagai dasar Negara, artinya Pancasila adalah fundamen filosofis yang menjadi
dasar berdirinya Negara Indonesia. Sebagai dasar negara. Pancasila adalah norma dasar
(grundnomt atau kaedah negara yang fundamental. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai dasar berdirinya berdiri dan tegaknya Negara, dasar
kegiatan penyelenggaraan negara dasar, dasar partisipasi warga negara, dasar pergaulan antar
warga negara, serta dasar dan sumber hukum nasional.
Sebagai pandangan hidup bersama bangsa Indonesia. Pancasila mengandung konsepsi
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, dasar pikiran terdalam, dan gagasan mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Pancasila dijunjung tinggi oleh warga karena
pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.
Pancasila merupakan asas pemersatu dan asas hidup bersama. Melalui Pancasila
sebagai asas kerohanian, pandangan hidup dan ideologi, perbedaan dari berbagai suku bangsa
di Indonesia diarahkan pada suatu persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesai artinya Pancasila merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila telah
tercermin dalam kekayaan adat istiadat, kebudayaan, serta kehidupan keagamaan. Sebelum
disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilai Pancasila telah ada dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup sekaligus filsafat bangsa Indonesia.
Sebagai ideologi Negara. Pancasila memiliki kekuatan mengikat dan berlaku bagi
segenap bangsa Indonesia dan kekuatan sosial politik yang ada di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan suatu sistem nilai yang ideal,
dicita-citakan, dan diyakini kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia bisa ditinjau dari proses kausalitas (sebab-
akibat). Secara kausalitas asal mula Pancasila dapat dibedakan atas dua macam, yaitu asal
mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
Negara Indonesia artinya Pancasila merupakan suatu hasil konsesnsus filsafat atau landasan
filosofis bangsa dan Negara Indonesia.
Sebagai identitas nasional Pancasila memberikan ciri khas jati diri bangsa Indonesia
dalam pergaulan global yang membedakan keberadaan bangsa Indonesia.dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Keunggulan Indonesia yang dapat mendatangkan kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia antara lain kekayaan sumber daya, meliputi sumber daya alam dan sumber
daya manusia dan keberagaman budaya, meliputi adat, bahasa, dan kesenian.
Salah satu perwujudan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air adalah menggunakan
produk dalam negeri atau produk lokal. Terdapat empat acuan penentuan produk lokal, yaitu
terbuat dari bahan yang berasal dari dalam negeri. Tenaga kerjanya berasal dari dalam negeri,
produk tersebut menggunakan merek lokal, dan kepemilikan perusahaan merupakan warga
Indonesia.
Terdapat beragam produk dalam negeri yang patut dibanggakan, dicintai, dan
digunakan oleh masyarakat Indonesia, antar lain berupa batik, kerajinan tangan, dan alas
kaki. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri tidak terlepas dari penerapan
Pancasila khusunya sila ketiga yaitu Persatuan Stategi yang dapat dilakukan terhadap
konsumen terkait penggunaan produk dalam negeri antara lain membangun nasionalisme
dalam berkonsumsi, membangun rasionlisme (logis) masyarakat Indonesia dalam membeli
produk dan melaksanakan propaganda cinta produk dalam negeri atau melakukan promosi.
Adapun strategi yang dapat dilakukan terhadap produsen, antar alain peningkatan kualitas
atau mutu produk dan penetapan harga yang bersaing.

Anda mungkin juga menyukai