7454-Article Text-35093-3-10-20231024
7454-Article Text-35093-3-10-20231024
ABSTRACT
Cropping patterning is an farming practice to obtain maximum production taking into account
climatic conditions, soil and types of crops cultivated. This research, which was carried out in
the Amahai Region, aimed to: (i) describe extreme climate events and (ii) determine the growing
season and cropping patterns of food crops based on the length of the growing season available
in the region. The analytical methods used consisted of: (i) determining extreme rainfall based
on BMKG standards and ENSO History data, (ii) determining the planting season using the FAO
method, and determining cropping patterns in conditions of extreme rainfall. The results showed
that a very extreme El Nino event caused a decrease in rainfall in the Amahai region by 1,444
mm or 54% of its normal condition, on whereas a very extreme La Nina event caused an increase
in rainfall by 1,528 mm or 60% of its normal condition. The growing season in the Amahai
region under conditions of average (normal) and La Nina rainfall is throughout the year (12
months), and under conditions of extreme El Nino rainfall, the growing season lasts for 8 months
and 26 days, 96 days shorter than normal conditions. In conditions of extreme El Nino rainfall,
the cropping patterns that can be applied are sequential, monoculture, and polyculture/
intercropping.
Keywords: cropping patterns, extreme rainfall, food crops growing season
ABSTRAK
Pola tanam merupakan suatu kegiatan usaha pertanian untuk memperoleh hasil yang maksimal
dengan mempertimbangkan kondisi iklim, tanah dan jenis tanaman yang diusahakan. Penelitian
yang dilakukan di Daerah Amahai ini bertujuan untuk: (i) mendeskripsikan kejadian iklim
ekstrim dan (ii) menentukan musim tanam dan pola tanam tanaman pangan berdasarkan panjang
musim tanam yang tersedia di wilayah tersebut. Metode analisis yang digunakan terdiri dari: (i)
mentukan curah hujan ekstrim berdasarkan standar BMKG dan data ENSO History, (ii)
menentukan musim tanam menggunakan metode FAO, dan menetapkan pola tanam pada kondisi
curah hujan ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian El Nino yang sangat ekstrim
menyebabkan berkurangnya curah hujan di daerah Amahai sebesar 1.444 mm atau 54% dari
kondisi normalnya, sebaliknya kejadian La Nina yang sangat ekstrim telah menyebabkan curah
hujan meningkat sebesar 1.528 mm atau 60% dari kondisi normalnya. Musim tanam di daerah
Amahai pada kondisi curah hujan rata-rata (normal) maupun La Nina adalah sepanjang tahun
23
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
(12 bulan), dan pada kondisi curah hujan ekstrem El Nino musim tanam berlangsung selama 8
bulan 26 hari, 96 hari lebih pendek dibandingkan kondisi normalnya. Pada kondisi curah hujan
ekstrim El nino, pola tanam yang dapat diterapkan adalah berurutan, monokultur, dan
polikultur/tumpangsari.
Kata Kunci: curah hujan ekstrem, musim tanam, pola tanam, tanaman pangan
PENDAHULUAN
24
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
perlu memperhatikan curah hujan jadwal dan pola tanam berpedoman pada
sebagai pemasok air utama, yang lebih kebiasaan yang turun menurun, antara
dititik-beratkan pada pola distribusi lain berdasarkan bulan dan terjadinya
bulanan, bukan pada akumulasi curah hujan (Gezie, 2019). Penetapan seperti
hujan tahunannya (Tangang et al., 2017). ini selain pola tanam kurang optimal juga
Selain curah hujan, kebutuhan air seringkali mendatangkan risiko gagal
minimal untuk tanaman pangan sangat panen akibat kegagalan prediksi. Untuk
penting dalam penyusunan pola tanam. menghindari kejadian tersebut maka
Jadwal dan pola tanam di lahan kering informasi yang akurat tentang karak-
sangat ditentukan oleh kondisi curah teristik curah hujan ini merupakan suatu
hujan bulanan di wilayah yang ber- hal penting.
sangkutan. Saat ini petani menetapkan
25
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
26
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
Curah Hujan
400
300
Tehoru. 250
200
150
50
Jun
Apr
Jul
Mar
Ags
Sep
Okt
Nov
Feb
Mei
Des
Jan
oleh sirkulasi angin musim secara
latitudal yang bergerak ke arah ekuator.
Disamping itu, dengan adanya pe-
Gambar 2. Pola hujan Daerah Amahai
gunungan, angin lokal turut mem-
pengaruhi curah hujan dan distribusi
Berdasarkan sistem klasifikasi iklim
hujan sebagai penciri utama keragaman
yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson
iklim antar wilayah. Pengaruh barisan
(1951), lokasi penelitian termasuk dalam
pegunungan tersebut dan topografi
Tipe Iklim B, yaitu daerah basah dengan
wilayah menyebabkan daerah-daerah pe-
vegetasi hutan hujan tropis (nilai Q =
gunungan di Pulau Seram memiliki curah
19,4%); yang dicirikan oleh rata-rata
hujan yang tinggi dan musim hujan yang
bulan kering (curah hujan <60 mm/bulan)
panjang.
selama 1,67 bulan dan rata-rata bulan
Pola iklim Daerah Amahai adalah pola
basah (curah hujan >100 mm/bulan)
hujan lokal (Laimeheriwa, 2014), ber-
selama 8,60 bulan. Selanjutnya menurut
beda dengan pola hujan monsunal dan
sistem klasifikasi iklim yang dibuat oleh
ekuatorial yang berlangsung pada se-
(Oldeman, 1975) maka lokasi penelitian
bagian besar wilayah di Indonesia. Ini
memiliki Tipe Iklim C1, yang dicirikan
diindikasikan oleh kejadian musim yang
oleh banyaknya bulan basah (curah hujan
berbeda; dimana musim hujan di wilayah
>200 mm/bulan) selama 6 bulan berturut-
ini berlangsung dari bulan Mei sampai
turut; April s.d September dan bulan
Agustus sedangkan musim kemarau
kering (curah hujan <100 mm/bulan)
berlangsung dari bulan November sampai
selama 1 bulan; November, dengan
Februari. Bulan Maret-April dan
panjang periode pertumbuhan selama 11
September-Oktober merupakan periode
bulan (Laimeheriwa et al., 2019).
peralihan antara kedua musim tersebut;
Suhu udara rata-rata 26,30C, suhu
yaitu bulan Maret-April merupakan
maksimum rata-rata 30,50C dan
periode peralihan dari musim kemarau ke
27
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
28
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
bahwa curah hujan tahunan di wilayah ini tinggi 4.728 mm pada tahun 2008 dengan
berkisar antara yang paling rendah 1.131 nilai rata-rata curah hujan tahunan
mm pada tahun 2002 hingga yang paling (normal) sebesar 2655 mm (Gambar 3).
5000
4728
4500
4000
Curah Hujan (mm)
3500
3053
3000
2655
2500
2257
2000
1500
1000 1131
1996
2001
2006
2015
2020
1991
1992
1993
1994
1995
1997
1998
1999
2000
2002
2003
2004
2005
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
2018
2019
Series CH CH_Bawah Normal CH_Atas Normal CH_Rata
Kejadian curah hujan dibawah normal El Nino, dan kejadian El Nino tidak selalu
(kekeringan) dan fenomena El Nino menyebabkan kekeringan atau curah
tersebut memberikan gambaran bahwa hujan dibawah normal (Uspessy et al.,
kejadian kekeringan di suatu wilayah 2020). Pada tahun 1993 dan 2003 jumlah
tidak selalu bersamaan dengan kejadian curah hujan Daerah Amahai berada pada
29
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
Sama halnya dengan kejadian El Nino, 3.053 mm/tahun) tetapi tahun-tahun ter-
kejadian curah hujan tinggi (di atas sebut tidak tercatat sebagai tahun-tahun
normal) di Daerah Amahai tidak selalu La Nina. Sebaliknya, tahun 1995, 2007,
bersamaan dengan kejadian La Nina, dan dan 2016 tercatat sebagai tahun-tahun La
kejadian La Nina tidak selalu me- Nina tetapi tidak menyebabkan curah
nyebabkan curah hujan di atas normal. hujan Daerah Amahai diatas kondisi
Pada tahun 1996, 2008, 2012, dan 2013 normalnya.
jumlah curah hujan Daerah Amahai Terjadinya intensitas La Nina kuat
berada pada kondisi di atas normal (> hingga sangat kuat dengan nilai ONI < -
30
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
1,5 maka fenomena ini akan tetap mungkin dengan melakukan analisis
berlangsung di daerah ini. Selama periode agroklimat dikaitkan dengan tanah dan
30 tahun terakhir kejadian ini ber- tanaman, sehingga menjadi informasi
langsung selama 3 kali, yaitu pada tahun yang aplikatif untuk menunjang pe-
1998, 1999, dan 2010. Namun ketika rencanaan budidaya tanaman dan
intensitas El Nino lemah hingga sedang menekan resiko kekeringan (cekaman
dengan nilai ONI -0,5 s.d -1.5, dari 7 air). Analisis agroklimat yang biasanya
tahun kejadian La Nina dengan intensitas dilakukan diantaranya adalah analisis
tersebut, hanya 4 kali kejadian ini terjadi musim tanam.
di Daerah Amahai, yaitu pada tahun Musim tanam merupakan periode
2000, 2011, 2017, dan 2020. dimana tanaman dapat tumbuh dan
berkembang secara potensial berdasarkan
Penentuan Musim Tanam dan Pola kondisi lahan setempat. Penetapan
Tanam musim tanam di suatu wilayah
Musim Tanam dan Intensitas Tanam dimaksudkan untuk memilih waktu
Salah satu peluang peningkatan tanam yang tepat, dimana pada saat
produksi tanaman adalah dengan me- tersebut faktor iklim dan tanah tidak
manfaatkan sumber daya iklim seoptimal merupakan faktor pembatas.
Musim tanam ini terutama difokuskan yang dikhususkan diantaranya untuk
pada tanaman umur pendek dan bibit tanaman umur pendek maka selama
tanaman umur panjang yang akan musim tanam jumlah bulan basah > 200,
ditanam di lapangan. Jenis-jenis tanaman bulan lembab 100-200, dan untuk bulan
tersebut lebih peka terhadap cekaman kering < 100.
kekeringan jika dibandingkan dengan Selama musim tanam pada kondisi
tanaman umur panjang berumur di atas 1 Ekstrim El Nino dikaitkan dengan kriteria
tahun yang mampu bertahan jika ke- Oldeman tersebut jumlah bulan basah
keringan terjadi di antaranya karena terdapat 1 bulan yaitu Julan juni, untuk
sistem perakarannya yang sudah mampu bulan lembab terdapat 5 bulan yaitu
atau lebih baik dalam menyerap air Bulan Maret, April, Mei, Juni, Juli, dan
(Laimeheriwa, 2015). Desember, untuk bulan kering terdapat 6
Terdapat berbagai metode dalam bulan yaitu Bulan Januari, Februari,
penentuan musim tanam, diantaranya Agustus, September, Oktober dan
yang dikemukakan oleh (Oldeman & Frere, November. Berdasarkan metode tersebut,
1982), dimana musim tanam dibatasi disajikan hasil analisis musim tanam di
sebagai selang waktu dalam setahun Daerah Amahai pada kondisi curah hujan
dimana curah hujan bulanan lebih besar rata-rata dan curah hujan ekstrim El Nino
dari nilai setengah evapotrasnpirasi (data Tabel 5).
potensial bulanan ditambah waktu yang
dibutuhkan untuk mengevapotranspirasi-
kan air setinggi 100 mm yang dianggap
masih tersimpan dalam tanah. Merujuk
pada sistem klasifikasi Oldeman (1975)
31
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
Tabel 5. Kalender dan pola tanam tanaman pangan pada kondisi curah hujan
ekstrem El Nino di Daerah Amahai
Komponen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
0,5 ETp (mm)
75,0 69,5 74,5 68,0 60,0 49,0 51,5 58,5 61,5 73,0 72,5 73,5
Curah Hujan Rata-rata (mm) 122 108 155 215 307 392 460 321 217 128 95 136
Curah Hujan Ektrem El Nino
81 80 150 141 137 205 108 38 64 68 22 121
(mm)
MT_rata
MT_ El Nino
Keterangan:
ETp : Evapotranspirasi potensial
MT_rata : Musim Tanam pada kondisi curah hujan rata-rata (normal)
MT_El Nino : Musim Tanam pada kondisi curah hujan ekstrem El Nino
: Periode Musim Tanam
: Periode Bera, atau periode kekurangan air tanah
32
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
5 ubi jalar 1
≥6 ubi kayu, lainnya 1
33
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
menanam. Mereka menanam sebagai- pada tanaman palawija namun resiko ke-
mana pola tanam biasanya meski gagalannya lebih tinggi dari pada
resikonya rugi atau gagal panen. Pola tanaman palawija, misalnya pemilihan
tanam sebagai usaha mengatur tata urutan antara tanaman cabai dan kedelai. Ada
tanaman selama periode tertentu dapat pola tanam monokultur tumpang gilir dan
dilakukan. Petani dapat merubahnya polikultur/multiple cropping/ tumpeng-
berdasarkan pengalaman bertani. Prinsip sari. Pola tanam yang menghasilkan
perubahan pola tanam dapat dilakukan pendapatan tinggi memiliki resiko
dengan tujuan memilih alternatif kegagalan yang tinggi pula. Pola tanam
tanaman-tanaman yang akan dibudi- dengan selingan padi-palawija tingkat
dayakan untuk memperoleh hasil yang kesuburan tanahnya lebih tinggi dari pada
tinggi dan memperoleh pendapatan yang pola tanaman sejenis secara terus
maksimal. menerus. Hal tersebut di atas memberikan
Menurut Hendry & Sudjianto, (2013), gambaran bahwa untuk mengantisipasi
walaupun perubahan pola tanam pergeseran musim tanam yang telah
dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan jenis
terjadi di Daerah Amahai akibat curah
tanaman yang dibudidayakan, pemilihan hujan ekstrem El Nino diperlukan
tanaman hortikultura memiliki resiko perencananan tanam melalui pembuatan
lebih besar dibandingkan tanaman kalender tanam dan pengaturan pola
palawija. Sebab tanaman hortikultura tanam; khususnya tanaman pangan (padi-
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dari palawija) seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Kalender dan pola tanam tanaman pangan pada kondisi curah hujan
ekstrem El Nino di daerah Amahai
M
us
im
Ta
na
m
B Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
ul
an
D 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
as
ar
ia
n
Po
la
Ta
na
m:
34
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
M
on
ok
ult Ubi Jalar
ur Ubi Kayu
Po
lik
ult
ur/
Tu
Jagung + Kacang Tanah + Kacang Hijau + Ubi Jalar + Ubi Kayu
m
pa
ng
Sa
ri
KESIMPULAN
1) Kejadian El Nino yang sangat ekstrem pada kondisi curah hujan ekstrim El
menyebabkan berkurangnya curah nino, pola tanam yang dapat
hujan di Daerah Amahai sebesar 1.444 diterapkan di Daerah Amahai adalah;
mm atau 54% dari kondisi normalnya, (i) Berurutan: jagung/kacang tanah/
sebaliknya kejadian La Nina yang kacang hijau – padi ladang, (ii)
sangat ekstrem telah menyebabkan Monokultur: jagung/kacang tanah/
curah hujan meningkat di Daerah kacang hujau/ubi jalar/ubikayu, (iii)
Amahai sebesar 1.528 mm atau 60% Polikultur/Tumpangsari: jagung+
dari kondisi normalnya. kacang tanah+kacang hujau+ubi
2) Musim tanam di Daerah Amahai pada jalar+ ubikayu;
kondisi curah hujan rata-rata (normal) 3) Pada kondisi curah hujan ekstrim El
maupun La Nina adalah sepanjang nino, pola tanam yang dapat
tahun (12 bulan), dan pada kondisi diterapkan di Daerah Amahai adalah;
curah hujan ekstrem El Nino musim (i) Berurutan: jagung/kacang tanah/
tanam berlangsuing selama 8 bulan 26 kacang hijau–padi ladang, (ii)
hari; lebih pendek 96 hari Monokultur: jagung/kacang tanah/
dibandingkan kondisi normalnya; 2). kacang hujau/ ubijalar/ubikayu, (iii)
35
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
DAFTAR PUSTAKA
36
Analisis……. (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.6, No.1:23-27, Maret 2022 ISSN: 1412-5005
doi.org/10.30598/jpk.2022.6.1.23E- ISSN:2962-7796
Laimeheriwa, S., Pangaribuan, M., & Amba, M. (2019). Analisis Fenomena El Nino
dan Dampaknya Terhadap Neraca Air Lahan di Pulau Ambon. JURNAL
BUDIDAYA PERTANIAN, 15(2). https://doi.org/10.30598/jbdp.2019.15.2.111
Lidjang, I. K., Yusuf, & Nulik, J. (2006). Analisis Kebijakan Dampak Kekeringan di
Kabupaten Sumba Timur. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-Hasil
Penelitian Pertanian Dan Peternakan Dalam Sistem Usahatani Lahan Kering.
NOAA. (2021). DEPARTMENT OF COMMERCE National Oceanic and
Atmospheric Administration. Federal Register, 86(102).
Nurdin, S. (2011). Antisipasi perubahan iklim untuk keberlanjutan ketahanan pangan.
Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 4, 21–31.
Oldeman. (1975). An agroclimatic map of Java. Contr. Centr. Res. Inst. Agric.
Oldeman, L. R., & Frere, M. (1982). A study of the agroclimatology of the humid
tropics of South-East Asia. A Study of the Agroclimatology of the Humid Tropics
of South-East Asia.
Tangang, F., Farzanmanesh, R., Mirzaei, A., Supari, Salimun, E., Jamaluddin, A. F.,
& Juneng, L. (2017). Characteristics of precipitation extremes in Malaysia
associated with El Niño and La Niña events. International Journal of
Climatology, 37. https://doi.org/10.1002/joc.5032
Uspessy, J. F., Laimeheriwa, S., & Patty, J. R. (2020). Penentuan Musim Tanam
Berdasarkan Perhitungan Neraca Air Lahan di Daerah Saumlaki, Pulau
Yamdena. JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN, 16(2).
https://doi.org/10.30598/jbdp.2020.16.2.173
37