FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2023 LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN
A. UUD 1945 Tentang Pendidikan
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan melalui BAB XIII, Pasal 31 ayat (2), bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai "satu sistem pengajaran nasional". Sesuai dengan judul bab yang bersangkutan, yaitu PENDIDIKAN, pengertian "satu sistem pengajaran nasional" dalam Undang-undang ini diperluas menjadi "satu sistem pendidikan nasional". Perluasan pengertian ini memungkinkan Undang-undang ini tidak membatasi perhatian pada pengajaran saja, melainkan juga memperhatikan unsur-unsur pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia yang bersama-sama merupakan perwujudan bangsa Indonesia, suatu bangsa yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memelihara budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur, sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa). Hak warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal 1 dan 2 seperti dikutip dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XII SMK oleh Anis Listiani, S.Pd yakni sebagai berikut: Hak warga negara Indonesia berdasarkan UUD 194 pasal 31 ayat 1 yaitu setiap warga negara berhak mendapat pendidikan sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam alinea keempat, yaitu pemerintah negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 31 ayat 2 menegaskan kewajiban warga negara dan pemerintah di bidang pendidikan dasar, yakni setiap warga negara wajib untuk mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
B. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan
Dasar, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN 1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasal 5 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. 5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat Pasal 6 1. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 2. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Hak dan Kewajiban Orang Tua Pasal 7 1. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya 2. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pasal 10 Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku Pasal 11 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
C. Perarturan-Peraturan Pemerintah Dan Peraturan Menteri Tentang Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 22 Tahun 2023 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru Yang Bertugas Pada SMP/SMA/SMK Yang Melaksanakan Kurikulum 2013 Pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006 Pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2010 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2010/2011
D. Analisis Pelaksanaan (A, B Dan C) Di Sekolah (Dengan Menggunakan BMB3)
Dunia konseling telah berkembang pesat dan telah memperlihatkan eksistensinya dalam proses pembelajaran. Konseling telah menjadi bagian penting dunia pendidikan yang menempatkan Konselor sebagai unsur utama pendidikan di samping kepala sekolah, guru dan pengawas. Sekarang dibutuhkan program penambahan jumlah konselor yang idealnya ada pada setiap sekolah di semua tingkatan. Berkat upayanya, Prayitno juga berhasil menempatkan konselor sebagai tenaga utama kependidikan sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 nomor (6). Kemudian keberadaan konselor juga telah dapat ditingkatkan menjadi tenaga profesi setelah mendapatkan program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) dengan gelar Kons, sama halnya dengan profesi dokter (dr), psikolog (Psi) serta akuntan (Akt). Banyak strategi pembelajaran yang telah dilahirkan Prof. Prayitno guna meningkatkan kualitas proses mengajar yang juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Pendidikan tidak hanya transaksional atau sekedar memindahkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi harus bersifat transformatif, yaitu merubah pola fikir, pola sikap, pola tindak, motivasi, komunikasi, tanggungjawab dan sebagainya. Dengan begitu diharapkan hasil pendidikan akan lebih baik dan memberi arti (meningful learning) dalam membentuk peserta didik. Salah satu hasil karya Prayitno dalam memberikan arti proses pembelajaran adalah melahirkan strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab). Strategi ini hendaknya dapat dipahami dan dipraktekkan dalam proses pembelajaran oleh seluruh tenaga kependidikan yang terdiri atas guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator. Dengan strategi ini pemberian materi pembelajaran akan meresap lebih salam, bukan hanya sekedar menyentuh pikiran (kognitif), tetapi juga membentuk sikap (afektif) dan tindakan (psikomotor). Hal yang positif adalah juga meningkatkan nilai rasa, serta tanggung jawab. Maka lengkaplah pendidikan itu dalam membentuk manusia seutuhnya yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Berpikir adalah proses kerja otak memikirkan materi pelajaran guna menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan untuk membentuk intelektual peserta didik. Aktifitas ini berlangsung setiap saat, tetapi biasanya hanya transaksional atau hanya sekedar pemindahan materi dari tenaga kependidikan kepada peserta didik dan belum transformatif dalam rangka perubahan diri peserta didik. Selanjutnya dalam strategi BMB3 proses ditingkatkan pada tahap merasa, yaitu dapat merasakan apa yang terkandung dalam materi pelajaran dan merasakan pentingnya materi tersebut dalam kehidupan. Proses sikap adalah menentukan sikap yang dapat dilakukan peserta didik yang terinspirasi dari materi pelajarannya. Kemudian dapat pula bertindak sesuai dengan hasil proses berfikir, merasa, dan bersikap yang telah dilaluinya. Akhirnya peserta didik juga diajak bertanggung jawab terhadap materi yang telah dikuasainya agar dapat digunakan untuk kebaikan, mengangkat harkat dan martabat manusia. Jadi strategi BMB3 ini bersifat komprehensif dalam membentuk manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran. Strategi BMB3 tidak hanya dipakai pada dunia pendidikan, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang telah dimulai dari dunia kependidikan. Apabila peserta didik telah dibiasakan belajar dengan strategi BMB3 maka akan terbentuk pola apikir yang holistik memikirkan semua kepentingan dan semua unsur yang ada. Fenomena saat ini banyak sekali orang cerdas dan pintar sebagai hasil dari pendidikan, tetapi mereka belum tentu memiliki nilai rasa atau sensitifitas yang tinggi, sikap yang positif, tindakan yang baik serta tanggungjawab atau perbuatannya. Apabila BMB3 telah dimiliki maka tentu kehidupan ini akan terasa lebih nyaman karena kepintaran dan kecerdasan digunakan untuk kebaikan mengangkat harkat dan martabat manusia. Untuk itu tenaga kependidikan hendaknya memahami dan mempraktikkan BMB3. Terutama guru, dosen dan konselor.