Anda di halaman 1dari 23
thee Jih.P, Deeportecr LAPORAN PENDAHULUAN “ASMA” DIRUANGAN LION CLUB A (LCA) RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Oleh Nama Mahasiswa : Hulda Marlin Telapary Nim : 1490123031 PROGRAM PROFESI NERS INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG ‘TAHUN 2023 @ Dipindai dengan CamScanner LAPORAN PENDAHULUAN ‘A. Pendahuluan ‘Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak dijumpai pada anak- ‘anak maupun dewasa, Menurut global initiative for asthma (GINA) tahun 2015, asma didefinisikan sebagai suatu penyakit yang helerogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pemafasan, Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan pernafasan seperti rmengi, nafas terengah-tengah, dada terasa beraV/tertekan, dan batuk, yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi”, (Kementrian Kesehatan RI, 2017). ‘Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapatmenyerang anak-anak hingga orang, ix/bulan Sering serangan 2. Lama <1 minggu >I minggu Hampir serangan sepanjang tahun, tidak ada remisi 3. Diantara Tanpa gejala__| Seringada gejala | Gejala siang dan serangan malam 4. Tidur dan Tidaktergangu | Sering terganggu | Samgat aktifitas terganggu 3. Pemeriksaan | Normal ‘Ada kelainan Tidak pemah fisik diluar normal serangan 6 Obat Tidak perlu Nonsteroid/steroid | Steroid pengendali hirupan ——_dosis | hirupan/oral (anti rendah inflamasi) 7. Uji faal paru|PEF/FEV 1 | PEE/FEVI 60-| PEF/FEV1 <60% (diluar >80% 80% Variabilitas —20- serangan) 30% 8. Variabilitas | Variabilitas >15 | Variabilitas > 30% | Varibilitas >50% faal paru (bila | % ada serangan) @ Dipindai dengan CamScanner 2, Anatomi dan fisiologi Menurut (Prihanto, 2018) Anatom sistem Pernapasan yaitu terdiri atas: Tlustrasi_ sistem pernapasan (subadiver-ed.com) 1) Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pemnafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau) bentuk dan struktur hidung menyerupai pyramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatines osis maksularis dan pars horizontal sis palatum. Dalam keadaan normal, udara msuk dalam system pernafasan melalui rongga hidung Vetibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah masuknya bendabenda asing yang menganggu proses perafasan. (James, 2018) 2) Faring Faring (tekak) adalah suatu saluran selaput otot kedudukannya tega lurus antara basis krani dan vertebrae servikkasi VI. Faring terdiridari tiga bagian.yaitu : Nasofaring, Orofaring, dan Laringofaring, (James, 2018) 3) Laring Laring (pangkal tenggorokan) merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi tot, membrane, jaringan iat dan ligamentum, Sebelah atas pintu masuk laring membentuk ‘epi epiglots,lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita intaaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilago kortikoid.Bagian atas merupakan supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis. (Yulia, 2020) 4) Trakea ‘Trakea adalah tabunng berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang- tulang rawanyang disempumakan oleh selaput, terleta 10 diantara vertebrata servikalis IV Sanpai ke tepi kartilago krikoidea vertebrata servikalis V, panjangnya 13cm dan diameter @ Dipindai dengan CamScanner 5) 6) 2.5 om dilapis oleh otot polos, mempunyai dinding fibroclastis yang tertanam pada balok- balok hialin yang mempertahankan trakea telah terbuka, (Yulia, 2020) Bronkus Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea, Terdapat pada etinggian torakalis LV dan V bronkus mempunyai struktur seperti trakea dan dilapisi oleh jalan kebawah kearah tumpuk paru, Bagian sejenis sel yang sama seperti trakea dan be bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas Sctiap perjalanan cabang tenggorokan ke sebuah lekuk yang panjang ditengah pemmukaan paru.Bronkus lobaris atau bronkioli 11 (cabang bronkus)merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus.Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli (Yulia, 2020) Pulmo. Pulmo (paru) adalah salah satu organ pemafasan yang berada dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan peura vaseralis.Kedua paru sangat lunak, elastis dan dan berada dalam rongga thoraks.Sifatnya ringan dan terapung dalam air paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul yang menjorok keatas masuk ke Ieher diatas klavikula, Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol kearah dasar yang lebar. Basis pulmo adalah bagian yang berada diatas permukaan cembung diafragma.Oleh karena kubah diafragma menonjol ke atas maka bagian kanan lebih tinggi dari pada paru kiri dengan adanya insisura dan fisura pada permukaan, paru dapat dibagi atas beberapa lobus.Letak inisura dan lobus diperlukan dalam penentuan diagnosis. Pada paru kiri terdapat inisura yaitu inisura obliges. Inisura ini membagi paru kiri atas dua lobus yaitu lobus superios dan lobus inferior. (Yulia, 2020) Fisiologi system pernafasan Respirasi adalah ketika tubuh kita membutuhkan oksigen (02) dan oksigen dari luar dihirup (inspirasi) melalui organ pemafasan. Pada keadaan tertentutubuh kelebihan Karbon dioksida (CO2) maka tubuh 12 berusaha mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan nafas (ekspirasi) sehingga terjadi keseimbangan antara 02 dan CO2 dalam tubuh Menurut Yulia (2020) fungsi pemafasan bagi tubuh adalah : 1) Mengambil udara dari luar masuk kedalam tubuh, beredar dalam darah yang melanjutkan proses pembakarandalam seldan jaringan. @ Dipindai dengan CamScanner 2) Mengeluarkan CO2 sisa dari metabolism sel atau jarringan yang dibawa darah ke paru-paru untuk dibuang melalui proses pernafasan, 3) Mclindungi tubub kita dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh 4) Melindungi system pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, dan menghasilkan suara(Nurhastuti, 2019) 3. Btiologi Menurut berbagai penelitian patologi dna etiologi asma belum diketahui dengan pasti penyebabnya , akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensor), dan funcition laesa (fungsi yang terganggu). Dan raang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai Pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (Perubahan mendadak suhu, tekanan darah), inhalan (debu, kapuk,tunggu, sisa-sisa serangga ‘mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, sapi, kacang tanah, cokelat, bij-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olaraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan emosi. (NIC NOC, 2016) 4. Patofisiologi Asma merupakan obstruksi jalur napas difusi reversibel. Obstruksi yang diakibatkan oleh Satu ataupun lebih dari Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang bisa menyempitkan Jalan napas, staupun pembengkakan membran yang melapis bronkhi, ataupun pengisian bronkhi dengan mukus yang kental. Tidak hanya itu, ada otot- otot bronkhial serta kelenjar mmukosa membengkak, sputum yang Kental, yang banyak dihasilkan serta alveoli jadi hiperinflasi, dengan hawa terperangkap di dalam Jaringan paru. Sebagian orang yang dengan sma memiliki reaksi imun yang kurang baik terhadap area hidup mereka, Antibodi yang dihasilkan( IgE) setelah itu melanda sel sel mast serta paru Menyebabkan pelepasan produk sel- sel mast misalnya histamin, bradikinin, serta Prostaglandin dan anafilaksis dari substansi nkospasme, pembengkakan membran mukosa serta Pembuatan mukus yang sangat banyak schingga menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Indraswari, 2018), @ Dipindai dengan CamScanner migrasi ke jalan napas, menyebabkan cedera. Mediator kimia, seperti leukotriene, bradikinin, histamin, dan faktor pengaktif trombosit juga berperan dalam respons radang tersebut. Adanya leukotriene menyebabkan konstriksi jalan napas jangka panjang. Kendali saraf otonom tonus jalan napas terkena, sekresi mukus jalan napas meningkat, fungsi mukosilia berubah, dan responsifitas otot polos jalan napas meningkat. Akibatnya, terjadi bronkokonstriksi akut, edema jalan napas, dan sumbatan mukus yang menyebabkan jalan nafas tidak efektif (Indraswari, 2018). Pada sebagian besar pasien, proses tersebut dianggap reversible dan hingga kini tidak dianggap memiliki dampak jangka panjang pada fungsi paru. Remodeling jalan napas terjadi akibat radang kronik jalan napas. Setelah respons akut pada pemicu, respons kontinu terhadap alergen mengakibatkan fase kronik, Selama fase ini, sel epitel menggundul dan influks sel radang ke dalam jalan napas berlanjut. Hal tersebut menyebabkan perubahan struktur jalan napas yang ireversibel dan kehilangan fungsi paru lebih lanjut dapat terjadi. Perubahan ireversibel tersebut meliputi penebalan membrane sub-dasar, fibrosis subepitel, hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas, proliferasi dan dilatasi pembuluh darah, dan hiperplasia serta, hipersekresi kelenjar mukosa (National Asthma Education and Prevention Program [NAEPP] (Indriani, 2017). @ Dipindai dengan CamScanner (Vaughans, 2016) PATHWAY Faktor lingkungan : Faktor penjamu (termasuk predisposisi genetic) - Alergen = Sentisiasi lingkungan kerja - Genetic = Asap rokok anaes = Polusi udara me = Infeksi pernafasan (virus) bron ae Status sosio-ekonomi Masuk saluran pernafasan Iritasi mukosa saluran pemafasan Hipertropi dan hyperplasia mukosa bronkus Metaplasia sel gobet Produkasi sputum meningkat Penyempitan saluran pernafasan Bersihan jalan nafas Vasokontriksi PD Penyebaran udara ke Supply 02 alveoli berkurang, Gangguanperokaran at Kebutuhan tidur tidak efektif @ Dipindai dengan CamScanner Pola nafas tidak efektif 5, Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan untuk melihat adanya: a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dan kristal eosinopil. b) Spiral curshman, yakni merupakan casteell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus Netrofil dan cosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan c d) viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muscus plug. 2) Pemeriksaan darah a) Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau sianosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3 yang menandakan adanya infeksi d) ¢ d) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu serangan dan menurun Pada saat bebas serangan asma. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan Berdasarkan manifestasi Klinis yang terlihat, riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah: 1) Tes Fungsi Paru Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan_ spirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler atau nebulizer), Peningkatan FEV! atau FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma Dalam spirometry akan mendeteksi: a) Penurunan forced expiratory volume (FEV) +) Penurunan pack expiratory flow rate (PEFR) ©) Kehilangan forced vital capacity (FVC) 4) Kehilangan inspiratory capacity (IC) (Wahid & Suprapto, 2013) @ Dipindai dengan CamScanner 6 Penatalaksanaan / Tyjuan utama pelaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hiduy normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponien (NIC NOC, 2016), yaitu 2 Bdukast yang bark akan menurunkan morbiditi dan mortaliti, Edukasi tidak hanya di funjukan untuk pendenta dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutubkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan atau asma, profesi kesehatan b Menilar dan monitor berat asma secara berkala Penilaian kimis berkala antara 1 sampai 6 bulan dan monitoring asma oleh Penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antaralain - @) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi ) Paya ingat atau memori dan motivasi penderita yang perlu di review, sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri ©) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya ¢ Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus ¢ Mereneanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang ¢ Penanganan asma £ Mandiri atau pelangi asma Hubungan penderita dan dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk menjadi *epatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma jangka Payang sesuai kondisi penderita, realistic atau memungkinkan bagi penderita dengan ‘aksud mengontrol asma, Bila memungkinkan, aaklah perawat farmasi tenaga fisioterapi Pemapasan dan lain-lainnya untuk membantu_memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan penderita Penatalaksanaan medis : 1. Pemberian oksigen 4 sampai 6 liter per menit 2. Pemenuhan hidrasi via infus 3. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subcutan 4 Bronkodilator/Antibronkospasma dengan cara @ Dipindai dengan CamScanner Nebulizer (ura inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg woterd Hbr 0,1% sulition (berotec), orciprebaline (bricasma), F sulfur 0,7 mg (allupent) Intravena dengan golongan thypopilne ethilenebibamine Peroral dengan amonofilen 3x 100 mg tablet ‘Anti edema mukosa dan dinding bronkus Mukolitik dan ckspekroran @ Dipindai dengan CamScanner ASUHAN KEPERAWATAN .. Pengkajian Identitas pasien dan penanggung jawab (Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, serta hubungan penanggung jawab dengan pasien) Riwayat kesehatan a. Keluhan utama ; Penyakit asma yang paling sering dijumpai adalah keluhan berupa batu kering intermiten dan atau wheezing ekspirasi. Anak yang terdapat adanya nafas pendek, dan dada sempit. Anak lebih menyebutkan atau mengatakan adanya nyeri dada non vokal dan hilang timbul. Pasien dengan serangan asma datang dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan menda dak, kemudian dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, timbunan otot bantu pemafasan, kelelahan, gangguan kesadaran, samnosis dan perubahan tekanan darah b. Riwayat Kesehatan dahulu : terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis) c. Riwayat kesehatan keluarga : pasien dengan asma seringkali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi ada beberapa yang tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Pasien asma yaitu Composmentis, leah, dan sesak nafas Pemeriksaan Kepala dan Muka Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentuk wajah Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada edema. Pemeriksaan Telinga Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi Palpasi : tidak ada nyeri tekan Pemeriksaan Mata Inspeksi: tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva anemis, reflek cahaya normal Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut, biasanya ada kesulitan dalam menelan Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil @ Dipindai dengan CamScanner f. Pemeriksaan Leher / tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Inspeksi : Simetri Palpasi : tidak ada nyeri tekan g Pemeriksaan part Inspeksi : batuk produktiffnonproduktif, terdapat sputum yang kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot tambahan, sianosis (Somantri,2019). Mekanika bemafas, pemafasan cuping hidung, penggunakan oksigen, dan sulit bicara Karena sesak nafas (Marelli, 2018) Palpasi : bemafas dengan menggunakan otot-otot tambahan. Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti sianosis sentral (Djojodibroto, 2016) Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi ( Mayer, 2013) ‘Auskultasi:respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada fase respirasi semakin menonjol (Somantri, 2019) h. Pemeriksaan Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri Perkusi : Pekak Auskultasi: terdengar tunggal, ada suara tambahan/tidak i, Pemeriksaan abdomen Inspeksi : bentuk tidak simetris Auskultasi: bising usus normal (5-30 x/menit) Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : tympani J. Pemeriksaan integumen {nspeksi: kulit tampak berwarma sawo matang, tidak ada les, tidak ada oedema. Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan k. Pemeriksaan anggota gerak (ekstremitas) Inspeksi: tidak ada fraktur Palpasi : tidak ada nyeri tekan 1. Pemeriksaan generalis dan sekitar anus Inspeksi: tidak terdapat lsi tidak ada benjolan, rambut pubis merata Palpasi : tidak ada nyeri tekan @ Dipindai dengan CamScanner B. Analisa Data 7 i Masalah na Data Etiologi a : lan nafas : Faktor penjamu atau fingkungan | Bersihan jal ae any tidak efektif -pasien mengatakan —sesak Masuk or pernafasan a Iritasi mukosa saluran pemafasan - pasien mangatakan batuk Reatsi Yfiamasi bo ¥ Hipertropi dan hyperplasia -pasien tampak batuk mukosa bronkus ¥ ~ pasien tampak sesak nafs Metals sel gobet, -pasien tampak gelisa Produkasi sputum meningkat ¥ -suhu 37°C Bersihan jalan nafas tidak efektif + pasien terlihat pucat 2 | DS Penyebaran udara ke alveoli — | Pola nafas tidak ole + “Pasion mengatakan sesak | Vasokontriksi Pembuluh darah nafas paru-paru ~ pasien mengatakan batuk Supply OF berarang Do: esa nats + -pasien tampak gelisa Pola nafas tidak efektif -Pasien cuping hidung 3. [Ds : Metaplasia sel gobet Gangguan pertukaran Pasien ‘mengatakan_bemafas | Penyempitan safuran Pernafasan | 845 sangat dangkal ¥ PO2 menurun ~ Pasien mengatakan adanya ¥ Perubahan bernates Penyebaran udara ke alveoli ~ Pasien mengatakan sesak Gangguan pertukaran gas nafas Do *TTV Menurun ee ee ee @ Dipindai dengan CamScanner DS: -pasien mengatakan sulit tidur -pasien terbangun mengatan ering bO -pasien tampak terlihat pucat dan lemas Vasokontrikasi pembuluh darah paru-paru Supply oksigkn berkurang Sesak’nafas Kbutuan tid ida efektit Gangguan pola tidur 1 w Diagnosa Keperawatan @ Dipindai dengan CamScanner Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0008) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas (D.0001) Gangguan Pertukaran gas b.d keseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003) Gangguan Pola tidur b.d hambatan lingkungan (D.0055) Gangguan pola tidur D. Intervensi Keperawatan No | SDK (2 ci SIKI Rasional Bersihan Jalan Nafas | Jalan Napas | tidak efektif’ (L.01001) (.0001) Batuk | a (skor 5) 3. Wheezing menurun 4. Gelisa menurun 5. Pola membaik Luaran Utama : Bersihan . Mengi menurun efektif nafas Intervensi utama : Manajemen jalan napas (1.01011) Observasi : 1. Monitor (frekuensi, uusaha napas) 2. Monitor bunyi tambahan napas (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi) 3. Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma) pola napas kedalaman, Terapeutik : 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-lift (jaw- thrust, jika curiga trauma servikal) 2. Posisikan semi - fowler atau fowler 3. Lakukan fisioterapi dada bila perlu 1. Ajarkan ‘Teknik batuk efektif Observasi : Terapeutik : 1. Untuk mengetahui apakah ada gangguan pada pola napas (kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelaksis atau nyeri dada) 2. Untuk mengetahui apakah ada bunyi napas tambahan (ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan pemapasan) 3. Untuk — mengetahui—apakah terdapat perubahan wama dan aroma pada sputum 1. Agar kepatenan jalan napas tetap terjaga Agar membuat pasien merasa rileks saat bernafas serta dengan duduk ——setengah_—— duduk ekspansi part nw @ Dipindai dengan CamScanner Kolaborasi : 1. Kolaborasi —_pemberian bronkodilator, ekspotoran, mukolitik jika perlu 3. Untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Edukasi : 1. Untuk mengeluarkan sputum Kolaborasi 1. Untuk membantu. menurunkan kekentalan sekret sesuai dengan anjuran dokter, Pola tidak efektif | Luaran utama (D.0005) napas Pola napas (L.01004) 1. Dispnea menurun 2. Penggunaan otot bantu napas menurun 3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 4. Frekuensi napas membaik 5. Kedalaman napas membaik Intervensi Utama : Manajemen jalan napas (1.01011) Observasi : 1. Monitor pola napas 2. Monitor bunyi napas 3. Monitor sputum Terapeutik : 1, Pertahankan kepatenan jalan lift dan chin lift 2. Posisikan semi-fowler atau fowler 3. Berikan minuman hangat Observasi : 1. Untuk mengetahui penurunan pola napas tetap terjaga 2. Untuk mengetahui bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, Mengi, wheezing, ronkhi) 3. Untuk — mengetahui apakah terdapat perubahan jumlah, warna dan aroma pada sputum. Terapeutik : 1. Agar kepatenan jalan napas tetap terjaga 2. Agar rasa sesak yang dirasakan pasien berkurang Edukasi @ Dipindai dengan CamScanner 1. Anjurkan asupan cairan| 3. Agar mempermudah pengeluaran 2000mVhari jika tidak seeret pada pasien kontraindikasi . 2. Ajarkan Teknik batuk efektit | E4ukasi : Kolaborasi 1. Asupan diberikan 2000mV/hari agar mempertahankan keutuban 1. Kolaborasi. —_pemberian cairan dalam tubuh pasien bronkodilator 2. Agar pasien dan keluarga mengetahui prosedur dan tujuan batuk efektif dapat_membantu mengeluarkan sputum lebih efektif Kolaborasi 1. Untuk membantu menurunkan kekentalan sekret sesuai dengan anjuran dokter. 3. Gangguan Luaran utama: | Intervensi uatama : Pemantauan . pertukaran _| Pertukaran gas respirasi (1.01014) Observasi : gas (D.0003) | (L. 01003) —_ 1, Untuk mengetahui —frekuensi 1. Tingkat : pemnapasan sudah normal atau tidak kesadaran 1. Monitor frekuensi, irama, | 2 Untuk mengetabui sejauh mana meningkat kedalaman dan upaya napas | penurunan bunyi napas 2. Dipsnea 2. Monitor pola napas (seperti | 3. Untuk mengetahui sejauh mana menurun bradypnea, takipnea, batuk efektif dapat membantu 3. Bunyi — napas hiperventilasi, kussmaul,| —mengeluarkandahak tambahan cheynestokes, ataksik) 4, Untuk mengetahui produksi Sputum menurun 3. Monitor kemampuan batuk yang berlebihan dapat efektif mengakibatkan obstruksi jalan nafas @ Dipindai dengan CamScanner 4. Takikardi 4. Monitor adanya produksi | 5. Untuk mengetahui apakah ada membaik sputum sumbatan (sekret/sputum) di jalan 5. Pola napas | 5. Monitor adanya sumbatan| papas membaik jalan napas 6. Untuk — mengetahui_—_ronkhi, 6. Auskultasi bunyi napas wheezing, dan gurgling, menyertai "Terapeutik obstruksi jalan napas atau kegagalan perapasan 1. Atur interval pemantauan : respirasisesuai_kondisi | Te"™upetik: Pasien 1. Untuk mengetahui 2. Dokumentasikan —hasil hr pemantauan 2. Untuk memantau sejauh mana cae perkembangan pasien Edukasi 1, Jelaskan tujuan dan prosedur ee | 1. Untuk mengetahui apa tujuan dan a hrasil | bagaimana prosedur akan diberikan pemantauan jika perlu 2. Untuk memberitahukan pasien sejauh ‘mana hasil pemantauan ee Luaran Utama ; Pola | Intervensi Utama : Dukungan tidur | Observasi : ola aie tidur (L.05045) (1.05174) fae i i: tidur pasien 1. Keluhan sulit | Observasi : 2 Unk ee nh a 1. Identifikasi pola aktivitas yang terjadi pada pola ti Keluh tidur pasien , > persgliariagn 3. Untuk mengetabui pengaruhnya eae, terhadap pola_tidur @ Dipindai dengan CamScanner Tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga Keluhan 2. Identifikasi faktor| 4. Untuk mengetahui efek sampin; : : samping tidak [puas pengganggu tidur (fisik dan yang terjadi tidur psikologis) Lael 3. Identifikasi Makanan dan | Terapeutik : } Keluhan pola minuman yang menggangu , tidur berubah tidur (amis, Kopi, the | Untuk memberikan rasa nyaman eS aleohol, Makanan, pada pasien ; istirahat tidak mendekatkan waktu tidur, |? ABA Pasien mampu beristirabat cukup minum banyak air sebelum ee menurun tidur) 3. Agar pasien mampu merasa Kemampuan | 4. Identifikasi obat tidur yang Laan a aa a a 4, Untuk menjaga kualitas tidur meningkat : yang baik — Terapeutik 5. Agar pasien merasa lebih rileks dan santai 1. Modifikasi lingkungan| 6, Untuk =membantu peningkatan (pencahayaan, kualitas tidur yang baik waktu kebisingan,subu matras dan tidur rutin tempat tidur) 2. Batasi waktu tidur jika perlu | Edukasi : 3. Fasilitasi - menghilangkan stres sebelum tidur Ce ee ee 4, Tetapkan jadwal tidur rutin pentingnya istirahat cukup 5. Lakukan prosedur untuk | 2+ Untuk membiasakan waktu tdur meningkatkan kenyamanan oe oe (pila posisi teri 2 Untuk menghindari_terjadinya akupresure) gangguan kualitas tidur 6. Seeanikan jadwat | 4 Agar mendapat efek tenang pada beri dan atau pasien ea 5. Untuk memberikan pemahaman yang baik kepada pasien terkait pola tidur @ Dipindai dengan CamScanner Edukasi : 1, Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 3. Anjurlan —-menghindari Makanan atau minuman yang mengganggu tidur 4. ‘Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung _supresor tethadap tidur REM 5. Ajarkan faktor-faktor_ yang berkontribusi —_tethadap gangguan pola_tidur (psikologis, gaya _hidup sehat, sering berubah shif bekerja) @ Dipindai dengan CamScanner E. Evalua: Pada tahap evaluasi ini dimaksudkan yaitu untuk mencapai tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana keperawatan. Berdasarkan laporan pendahuluan di atas maka masalah keperawatan yang muncul yaitu : 1. Pola nafas © Dispnea menurun ‘* Frekuensi nafas membaik © Kedalaman nafass membaik * Penggunakan otot bantu napas menurun 2. Bersihan jalan nafas © Batuk efektif meningkat * Produksi Sputum menurun © Tidak ada bunyi nafas tambahan (wheezing, rhonki, dan gurgling) «Pola nafas membaik 3. Gangguan pertukaran gas © Tingkat kesadaran meningkat © Dispnea menurun * Sianosis membaik © Polanapas membaik © Warna kulit membaik 4. Pola tidur ¢ Kemampuan beraktivitas meningkat e Keluhan sulit tidur menurun: * Keluhan sering terjaga menurun Keluhan tidak puas tidur menurun © Keluhan istirahat tidak cukup menurun @ Dipindai dengan CamScanner DAFTAR PUSTAKA Adha Sri, 2020. Literatur review pada anak yang mengalami Asma Bronkial dengan masalah Keperawatan Ketidakefektifan pola nafas di RSUD PADAN. Kemenkes Medan Health Politeknik Nursing Majo. Anugerah, 2019. Asuhan Keperawatan pada An. N dengan asma Bronkial di ruangan kenangan RSUD PROF. JOHANES. Kupang Kemenkes Indonesia. Huda Amin, 2016. Asuhan keperawatan praktis Nic dan Noc (Jilid 1). Penerbit Medication PPNI2017. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (edisi 1. Cetakan IN). Jakarta Selatan Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia, PPNI, 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan (edisi 1, cetakan If, Jakarta selatan dewa pengurus pusat Persatan perawat Nasional Indonesia. PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan kriteria hasil keperawatan (edisi 1, cetakan I). Jakarta Selatan Dewan pengurus pusatesatuan perawat Nasional Indonesia James. 2018. Sistem Pernafasan. Fakultas kedokteran universitas UDAYA RSUP. Yulia. 2020. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN. Universitas Esa Unggul @ Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai